Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

QIYAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah
USUL FIQIH

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5 :

Nadia Oktaviani (3420053)

Dosen Pembimbing :

Donald Sasmansyah, S.HI., MH

PRODI AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI


DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI BUKITTINGGI Tp. 2020/2021
KATA
PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Adapun dalam penulisan makalah ini, materi yang
akan di bahas adalah “Pengertian Qiyas, Kedudukan Qiyas Sebagai Dalil Hukum, Syarat-
syarat Qiyas, dan Pembagian Qiyas”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyelesaian makalah ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Tidak lupa kami mnegucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah yang
bersangkutan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah
wawasan kita dalam mempelajari “Usul Fiqih” serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Tanjung Balit, 19 Januari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat Islam secara garis besar mengandung
dasar-dasar tentang akidah, akhlak, dan syariah atau hukum bagi keberlangsungan
kehidupan makhluk di jagat raya ini. Penjelasan tentang isi Al-Qur’an dijabarkan oleh
Rasulullah SAW sebagai penafsir kalamullah sepanjang hidupnya. Semasa beliau hidup
setiap kasus yang timbul dapat segera diketahui jawabanyanyaberdasarkan nash al-
Quran serta penjelasan dan interpretasi yang kemudian dikenal menjadi sunnahnya.
Namun, pada masa berikutnya, kehidupan masyarakat mengalami perkembangan yang
sangat pesat seiring berkembangnya Islam ke antero dunia. Kontak antara bangsa Arab
dan bangsa-bangsa lain di luar Arab dengan corak budaya yang beragam menimbulkan
berbagai kasus baru yang mengharuskan untuk segera dicari solusi dan alternative
untuk menjawabnya. Disinilah urgensitas ijtihad untuk mengkontekstualisasikan nash
al-Qur an dan Sunnah sebagai sumber pedoman dan panduan hukum bagi alam
semesta.
Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat Islam secara garis besar mengandung
dasar-dasar tentang akidah, akhlak, dan syariah atau hukum bagi keberlangsungan
kehidupan makhluk di jagat raya ini. Penjelasan tentang isi Al-Qur’an dijabarkan oleh
Rasulullah SAW sebagai penafsir kalamullah sepanjang hidupnya. Semasa beliau hidup
setiap kasus yang timbul dapat segera diketahui jawabanyanyaberdasarkan nash al-
Quran serta penjelasan dan interpretasi yang kemudian dikenal menjadi sunnahnya.
Namun, pada masa berikutnya, kehidupan masyarakat mengalami perkembangan yang
sangat pesat seiring berkembangnya Islam ke antero dunia. Kontak antara bangsa Arab
dan bangsa-bangsa lain di luar Arab dengan corak budaya yang beragam menimbulkan
berbagai kasus baru yang mengharuskan untuk segera dicari solusi dan alternative
untuk menjawabnya. Disinilah urgensitas ijtihad untuk mengkontekstualisasikan nash
al-Qur an dan Sunnah sebagai sumber pedoman dan panduan hukum bagi alam
semesta.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis perlu merumuskan masalah- masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan Qiyas?
2. Bagaimana kedudukan Qiyas sebagai dalil hokum
3. Apa saja syarat-syarat Qiyas?
4. Apa saja pembagian Qiyas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Qiyas
2. Untuk mengetahui kedudukan Qiyas sebagai dalil hokum
3. Untuk mengetahui syarat-syarat Qiyas
4. Untuk mengetahui pembagian Qiyas

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qiyas
Secara etimologi, qiyas berarti mengira-ngirakan atau menyamakan.Meng-qiyas-
kan, berarti mengira-ngirakan atau menyamakan sesuatu terhadap sesuatu yang
lain. Sedangkan secara terminologis, menurut ulama usul fikih, qiyas adalah
menyamakan sesuatu yang tidak ada nas hukumnya dengan sesuatu yang ada nas
hukumnya karena adanya persamaan ‘illat hukum. Dalam redaksi yang lain, qiyas
adalah menyamakan suatu hukum dari peristiwa yang tidak memiliki nas hukum dengan
peristiwa yang sudah memiliki nas hukum, sebab adanya persamaan dalam ‘illat
hukumnya.
Qiyas berarti mempertemukan sesuatu yang tidak ada nas hukumnya dengan
hal lain yang ada nas hukumnya karena ada persamaan ‘illat hukum. Dengan
demikian, qiyas merupakan penerapan hukum analogis terhadap hukum sesuatu yang
serupa karena prinsip persamaan ‘illat akan melahirkan hukum yang sama pula. Oleh
karenanya, sebagaimana yang diungkapkan Abu Zahrah, asas qiyas adalah
menghubungkan dua masalah secara analogis berdasarkan persamaan sebab dan sifat
yang membentuknya. Apabila pendekatan analogis itu menemukan titik persamaan
antara sebab-sebab dan sifat-sifat antara dua masalah tersebut, maka konsekuensinya
harus sama pula hukum yang ditetapkan.
Qiyas merupakan salah satu medote istinbat yang dapat dipertanggung
jawabkan karena ia melalui penalaran yang disandarkan kepada nas. Ada beberapa ayat
Al-Qur’an yang dijadikan landasan bagi berlakunya qiyas didalam menggali hukum, di
antaranya:
       
           
         


“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (Q.S An-Nisa’ (4): 59)
Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan “kembali
kepada Allah dan Rasul” (dalam masalah khilafiah), tiada lain adalah perintah supaya
menyelidiki tanda-tanda kecenderungan apa sesungguhnya yang dikehendaki Allah dan
Rasul-Nya. Hal ini dapat diperoleh melalui pencarian ‘illat hukum yang
merupakan tahapan dalam melakukan qiyas

Anda mungkin juga menyukai