Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

HEALTH EDUCATION & SOP BOWEL

DOSEN PEMBIMBING :

Irfani Nurul Hamid, SST. M.Tr.Kep

DISUSUN OLEH :

Lovita Salsabila Balkis (P27820119022)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HEALTH
EDUCATION & SOP BOWEL”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 24 September 2021

Penyusun

i
ii
HEALTH EDUCATION BOWEL

A. DEFINISI
Irritable bowel syndrome adalah kumpulan gejala akibat iritasi pada saluran pencernaan.
Beberapa gejala yang bisa timbul akibat IBS adalah sakit atau kram perut yang berulang,
kembung, diare, atau sembelit. Irritable bowel syndrome (IBS) merupakan kondisi
berkepanjangan (kronis) yang bersifat kambuhan.

IBS lebih sering dialami oleh wanita dan biasanya dialami oleh orang-orang berusia di
bawah 50 tahun. Munculnya gejala IBS bisa dipicu oleh beragam hal, termasuk stres,
konsumsi makanan dan minuman tertentu, sampai perubahan hormonal, misalnya saat
menstruasi.

B. PENYEBAB
Belum diketahui secara pasti penyebab IBS. Namun, munculnya keluhan dan gejala IBS
diduga berkaitan dengan gangguan pada saluran cerna, termasuk gangguan pergerakan dan
kontraksi otot, gangguan pada sistem saraf, peradangan, infeksi, dan perubahan
keseimbangan flora normal di usus.

C. FAKTOR IRRITABLE BOWEL SYNDROME


Selain itu, ada beberapa faktor dan kondisi yang diduga bisa meningkatkan risiko terjadinya
IBS, yaitu:
 Berjenis kelamin perempuan
 Berusia kurang dari 40 tahun
 Memiliki riwayat IBS di keluarga
 Mengalami infeksi bakteri atau virus pada saluran cerna yang menyebabkan diare
berat
 Mengonsumsi makanan atau minuman tertentu, seperti gandum, susu dan produk
susu, buah yang asam, serta makanan yang mengandung gas, seperti kol
 Memiliki kebiasaan makan atau minum dalam jumlah yang besar sekaligus
 Mengalami stres atau gangguan mental, seperti gangguan panik, kecemasan
berlebih, atau depresi
 Mengalami perubahan hormonal, termasuk menstruasi
 Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti antibiotik atau antidepresan

1
D. GEJALA IRRITABLE BOWEL SYNDROME
IBS akan menimbulkan keluhan dan gejala berupa:
1. Sakit atau kram perut yang berulang
2. Diare atau susah buang air besar (konstipasi)
3. Kembung
Gejala ini bisa hilang timbul, mereda dengan sendirinya, semakin buruk, atau
berangsur-angsur membaik. Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa hari, minggu,
atau bulan, dan dapat kambuh. Selain itu, gejala lain yang bisa muncul saat seseorang
mengalami IBS dapat berupa:
 Sakit perut yang biasanya mereda setelah buang air besar (BAB)
 Tidak bisa menahan keinginan BAB
 Mual dan muntah
 BAB berlendir
 Sering bersendawa atau kentut
 Mudah lelah
 Nyeri punggung
 Cepat kenyang
 Nafsu makan menurun
 Rasa panas di dada dan penyakit asam lambung
Irritable bowel syndrome bisa menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada tiap
penderitanya. Namun, secara umum IBS akan menimbulkan 4 pola gangguan saluran cerna,
yaitu:
1. IBS- D, dengan gejala yang paling menonjol adalah diare
2. IBS-C, dengan gejala yang paling menonjol adalah konstipasi atau sembelit
3. IBS-M, dengan gejala campuran diare dan konstipasi
4. IBS-U, dengan gejala tidak khas dan tidak bisa diklasifikasikan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG IRRITABLE BOWEL SYNDROME


Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan dan gejala yang telah
disebutkan di atas. Anda juga perlu segera melakukan pemeriksaan ke dokter jika
mengalami beberapa tanda bahaya berikut ini:
1. Muntah yang semakin sering dan kesulitan menelan
2. Berat badan yang turun tanpa alasan yang pasti
3. Diare pada malam hari
2
4. Feses atau BAB berdarah
5. Sesak napas dan jantung berdebar-debar
6. Kulit tampak pucat
7. Benjolan pada perut atau perut membengkak
8. Rasa sakit perut yang tidak membaik setelah kentut atau buang air besar

F. PENGOBATAN IRRITABLE BOWEL SYNDROME


Belum ada obat atau penanganan yang bisa menyembuhkan IBS. Namun pengaturan
pola makan dan pemberian obat akan dilakukan untuk meredakan keluhan dan mencegah
munculnya gejala. Jika diuraikan lebih lanjut, berikut metode penanganan IBS yang akan
diberikan oleh dokter:
Obat-obatan
Untuk meredakan gejala IBS, dokter akan memberikan obat-obatan berupa:
 Antikolinergik, seperti atropin
 Antispasmodik, seperti hyoscine butylbromide
 Antidiare, seperti loperamide
 Antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline
 Obat pencahar
 Suplemen serat
 Suplemen probiotik
 Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine
 Obat pereda nyeri, seperti pregabalin atau gabapentin

G. KOMPLIKASI IRRITABLE BOWEL SYNDROME


Irritable bowel syndrome merupakan penyakit kronis. Kondisi ini bisa meningkatkan
risiko terjadinya beberapa kompikasi, seperti:
 Hemoroid (wasir)
 Penurunan produktivitas kerja
 Malnutrisi
 Gangguan mental, seperti cemas atau depresi

3
H. PENCEGAHAN IRRITABLE BOWEL SYNDROME
Penyebab pasti IBS belum diketahui, sehingga belum ada cara yang benar-benar bisa
mencegahnya. Namun, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut untuk menurunkan
risiko terjadinya IBS atau mencegah kambuhnya IBS:
 Menghindari konsumsi makanan dan minuman penyebab IBS
 Makan secara perlahan dan tidak terburu-buru
 Makan dengan porsi yang tidak berlebihan
 Mengonsumsi makanan yang bergizi
 Berolahraga secara teratur setidaknya 30 menit sehari
 Tidur yang cukup dan tidak begadang
 Menjalani terapi dan pengobatan yang diberikan oleh dokter secara teratur
 Mengelola stres dengan cara yang positif, seperti dengan membaca buku atau
mendengarkan music

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG IRRITABLE BOWEL SYNDROME


Dokter akan menanyakan keluhan yang dialami pasien, riwayat kesehatan, pola makan,
dan obat-obatan yang pernah digunakan. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan
pada perut pasien.
Beberapa teknik pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah melihat atau mengamati
apakah ada pembesaran pada perut, melakukan penekanan atau palpasi untuk melihat ada
tidaknya nyeri tekan, ketukan untuk mendeteksi penyebab pembengkakan pada perut, dan
mendengarkan suara bising usus dengan bantuan stetoskop.
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendiagnosis IBS, tetapi dokter perlu melakukan
pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan penyebab yang lain. Beberapa di antaranya
adalah:
 Tes darah, untuk mendeteksi anemia, melihat kadar elektrolit di dalam darah, dan
mendeteksi infeksi serta peradangan yang bisa menyebabkan munculnya keluhan dan gejala
 Tes feses dengan mengambil sampel tinja, untuk mendeteksi jenis bakteri atau parasit yang
bisa menyebabkan peradangan atau infeksi pada saluran cerna
Pemeriksaan endoskopi, untuk melihat kondisi saluran cerna dan mendeteksi kemungkinan
infeksi atau kelainan struktur pada saluran cerna
 Tes intoleransi laktosa, untuk mengetahui apakah intoleransi laktosa merupakan penyebab
yang mendasari terjadinya keluhan dan gejala

4
Diagnosis IBS biasanya akan ditentukan melalui hasil tanya jawab (anamnesa),
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lanjutan yang diberikan oleh dokter. Salah satu kriteria
yang bisa digunakan oleh dokter untuk mendiagnosis IBS adalah kriteria Rome IV.

J. POLA MAKAN IRRITABLE BOWEL SYNDROME


Penderita IBS juga perlu melakukan modifikasi pola makan, yaitu dengan menghindari,
mengurangi, atau justru meningkatkan konsumsi jenis makanan tertentu secara bertahap
sesuai dengan gejala yang dialami. Beberapa contoh modifikasi pola makan untuk penderita
IBS adalah:
 Jika mengalami perut kembung, pasien dianjurkan untuk menghindari makanan yang
mengandung gas, seperti kacang-kacangan, kol, brokoli, atau permen karet.
 Jika mengalami diare, pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan tinggi serat,
seperti gandum, atau makanan yang mengandung pemanis buatan.
 Jika mengalami sembelit, pasien dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya
serat, seperti buah tin, brokoli, atau apel.

5
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

IRRITABLE BOWEL SYNDROME

NO KOMPONEN PENILAIAN
YA TIDAK
1. Pengertian:
Membantu pasien untuk melatih bowel terhadap evakuasi interval
yang spesifik
2. Tujuan:
Melatih bowel secara rutin pada pasien yang mengalami gangguan
pola bowel
3. Persiapan Alat dan Bahan:
1) Pot/ pispot
2) Nierbekken
3) Waskom
4) Alas pispot (zeil)
5) 2 buah botol air cebok ( air Lysol dan air bersih)
6) Kapas cebok dan temmpatnya
7) Sampiran bila perlu
8) Selimut mandi
9) Talcum
10) Air panas dan air dingin dalam tempatnya
11) Handuk kecil

4. A. FASE PRA INTERAKSI


1) Melakukan kontrak waktu
2) Menyiapkan alat
3) Mencuci tangan
5. Persiapan Pasien
B. FASE ORIENTASI
1) Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien.
2) Memperkenalkan diri.
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.

6
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum
dilakukan kegiatan
5) Menjelaskan prosedur kerja
5. Prosedur pelaksanaan
C. FASE KERJA
1) Pintu ditutup kemudian sampiran di pasang
2) Pasang selimut mandi
3) Pakaian pasien bagian bawah dibuka, kemudian bagian badan
bagian badan yang terbuka ditutup dengan selimut atau kain
penutup
4) Atur posisi litotomi (jika perlu dibantu oleh petugas)
5) Alas pispot (zeil) dipasang
6) Pispot disorongkan sampai terletak dibawah bokong pasien.
Jika pasien tidak dapat melakukannya sendiri, petugas
membantu menekukkan lutut dan mengangkat pinggul pasien
dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan petugas
menyorongkan pispot sedemikian rupa sehingga posisinya
tepat dan nyaman.
7) Masase daerah simfisis dengan lembut dengan menggunakan
talcum
8) Bila memungkinkan , perdengarkan kran air mengalir
diharapkan pasien dapat terangsang untuk BAB
9) Jika belum juga berhasil, siram daerah genetalis dan anus
dengan air dingin
10) Jika belum juga berhasil, apabila memungkinkan, atur posisi
pasien duduk jongkok (posisi buang air besar) dan anjurkan
untuk mengedan supaya terangsang untuk buang air besar
11) Bila pasien sudah selesai buang air besar cebok pasien
12) Rapikan pasien

7
6. Dokumentasi dan evaluasi
D. FASE TERMINASI
1) Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2) Berpamitan dengan pasien
3) Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4) Mencuci tangan

Keterangan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
0 = tidak dilakukan Nilai = x 100%
2 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
1 = dilakukan tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna Nilai akhir :

Mahasiswa yang diuji Pembimbing/Penguji

.................................................. ................................
NIM. NIP.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://idoc.pub/download/sop-bowel-training-6ng2236686lv
https://www.alodokter.com/irritable-bowel-syndrome

Anda mungkin juga menyukai