1170 - Try Out SKS 4 Master Ukai 2021
1170 - Try Out SKS 4 Master Ukai 2021
2 Seorang pasien bayi berumur 10 bulan mengalami Menurut Buku Saku Lintas Diare, obat zink untuk terapi diare anak
keluhan buang air besar terus menerus, konsistensi diberikan 10 mg, 1x sehari untuk balita di bawah enam bulan, dan
feses cair, tidak berdarah dan tidak berlendir, mata 20 mg 1x sehari untuk balita di atas enam bulan. Terapi zink ini
cekung, cubitan kulit perut atau turgor kembali dilakukan selama 10 hari berturut-turut, walaupun diare sudah
melambat, rewel dan gelisah. Dokter mendiagnosis berhenti. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan daya tahan
pasien tersebut terkena diare noninfeksius dengan
dehidrasi ringan. Terapi awal yang diberikan tubuh terhadap kemungkinan terjadinya diare berulang pada 2-3
kepada pasien adalah pemberian oralit untuk bulan ke depan.
mengganti cairan tubuh dan elektrolit yang hilang Departemen Kesehatan RI, 2011, Buku Saku Petugas Kesehatan
sehingga dehidrasi dapat teratasi. Kemudian Lintas Diare, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
rencana terapi berikutnya adalah pemberian obat
zink kepada pasien. Bagaimanakan rencana terapi
pemberian obat zink pada pasien?
a. Pemberian tablet zink 10 mg 1x sehari
selama 20 hari
b. Pemberian tablet zink 10 mg 1x sehari
selama 10 hari
c. Pemberian tablet zink 20 mg 1x sehari
selama 10 hari
d. Pemberian tablet zink 10 mg 2x sehari
selama 20 hari
e. Pemberian tablet zink 20 mg 2x sehari
selama 20 hari
3 Bagian pengawasan mutu suatu industri Menurut Farmakope Edisi V tahun 2014, terdapat tiga tahap uji
melakukan uji kontrol kualitas pada tablet disolusi, uji dilanjutkan hingga tahap ketiga apabila hasil uji tidak
Metformin Hidroklorida 500 mg. Salah satunya memenuhi tahap pertama (S1) atau tahap kedua (S2). Pada uji tahap
adalah uji disolusi. Uji disolusi dilakukan dengan pertama (S1), sampel tablet yang dipakai sebanyak enam t tablet
media disolusi dapar fosfat pH 6,8 sebanyak 1000 dengan kriteria penerimaan hasil uji adalah, nilai Q tiap unit sediaan
mL, menggunakan alat disolusi tipe dayung dengan tidak kurang dari Q+5%, atau dengan kata lain nilai Q enam sampel
kecepatan 50 rpm , selama 30 menit, dan dianalisis tablet harus lebih dari sama dengan Q+5%.
menggunakan metode HPLC. Sampel tablet yang Hasil uji menunjukkan bahwa sampel tablet 3, tablet 5, dan tablet 6,
digunakan untuk tahap awal adalah 6 tablet. Hasil memiliki nilai Q< 80+5% (85%) sehingga Tablet Metformin
uji disolusi enam sampel tersebut adalah sebagai Hidroklorida 500 mg tidak memenuhi persyaratan uji disolusi tahap
berikut: pertama karena nilai Q dari tiga di antara enam unit sampel kurang
Sample Nilai Q dari 85%.
Tablet 1 85,50% (Kementerian Kesehatan RI, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V,
Tablet 2 87,75% Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta)
Tablet 3 83,76%
Tablet 4 89,87%
Tablet 5 80,85%
Tablet 6 81,00%
Diketahui bahwa nilai Q dari metformin HCL
adalah 80%. Kesimpulan yang dapat diambil dari uji
disolusi tersebut adalah ...
a. Memenuhi syarat karena rata-rata keenam
sampel memenuhi Q > 80%
b. Memenuhi syarat karena keenam sampel
memenuhi syarat Q > 80%
c. Tidak memenuhi syarat karena terdapat
tiga sampel yang tidak memenuhi Q>85%
d. Tidak memenuhi syarat karena rata-rata
keenam sampel tidak memenuhi Q>85%
e. Tidak memenuhi syarat karena terdapat tiga
sampel yang tidak memenuhi syarat Q<85%
4 Apoteker Divisi QC suatu industri farmasi Menurut Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014, awalnya uji
melakukan uji kontrol kualitas pada tablet waktu hancur dilakukan menggunakan enam sampel tablet dan
ibuprofen 400 mg. Salah satu uji yang dilakukan menggunakan disintegration tester. Kriteria penerimaan hasil uji
adalah uji waktu hancur tablet. Sampel yang adalah, enam tablet harus hancur sempurna dalam waktu kurang
digunakan untuk uji waktu hancur tersebut adalah dari batas waktu hancurnya, jika terdapat satu atau dua tablet yang
enam tablet. Diketahui waktu hancur dari tablet tidak hancur, maka pengujian diulang menggunakan 12 tablet
ibuprofen tersebut adalah 15 menit. Hasil uji lainnya, kriteria penerimaannya adalah tidak kurang 16 tablet dari
disajikan dalam tabel berikut: 18 tablet yang diuji harus hancur semua.
Sampel Tablet Hancur Pada kasus ini terdapat tiga tablet yang tidak hancur dalam waktu
< 15 menit kurang dari 15 menit (batas waktu hancur tablet ibuprofen), maka
Tablet 1 Hancur harus dilakukan tahap pengujian kedua, yaitu pengujian waktu
Tablet 2 Hancur hancur dengan 12 tablet lainnya.
Tablet 3 Tidak Hancur (Kementerian Kesehatan RI, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V,
Tablet 4 Hancur Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta)
Tablet 5 Hancur
Tablet 6 Tidak hancur
Dari hasil tersebut, apa yang harus dilakukan oleh
apoteker tersebut?
a. Meloloskan tablet ibuprofen 400 mg karena
telah memenuhi syarat uji waktu hancur
b. Mengulang pengujian waktu hancur dengan 6
tablet ibuprofen lainnya karena belum
memenuhi persyaratan uji waktu hancur
c. Mengulang pengujian waktu hancur
dengan 12 tablet ibuprofen 400 mg lainnya
karena belum memenuhi persyaratan uji
waktu hancur
d. Mengulang pengujian uji waktu hancur
dengan 18 tablet ibuprofen 400 mg lainnya
karena belum memenuhi persyaratan uji
waktu hancur
e. Reject tablet ibuprofen 400 mg karena tidak
memenuhi persyaratan uji waktu hancur
5 Seorang apoteker bagian analytical development Menurut Farmakope Edisi V tahun 2014, terdapat empat kategori
sedang melakukan validasi metode analisis untuk metode analisis. Kategori 1 adalah metode analisis untuk
penetapan kadar asiklovir pada salep asiklovir penetapan kadar komponen utama atau zat aktif yang ada pada
dengan metode HPLC. Parameter-parameter apa sediaan obat jadi. Dalam validasi metode analisis kategori 1,
sajakah yang dibutuhkan apoteker tersebut untuk parameter yang diuji adalah akurasi, presisi, spesifisitas, linearitas,
melakukan validasi metode analisis penetapan dan rentang
kadar asiklovir pada salep asiklovir? Pada soal ini, validasi metode analisis dilakukan untuk penetapan
a. Akurasi, presisi, spesifisitas, LOD, LOQ, kadar asiklovir. Asiklovir merupakan bahan aktif yang ada pada
linearitas, dan rentang salep asiklovir sehingga penetapan kadar asiklovir masuk ke dalam
b. Akurasi, presisi, spesifisitas, LOD, LOQ, kategori 1. Maka, parameter yang harus diuji untuk validasi metode
linearitas, rentang analisis penetapan kadar asiklovir adalah akurasi, presisi,
c. Akurasi, presisi, spesifisitas, LOQ, linearitas, spesifisitas, linearitas, dan rentang
dan rentang (Kementerian Kesehatan RI, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V,
d. Akurasi, presisi, spesifisitas, LOD, linearitas, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta)
dan rentang
e. Akurasi, presisi, spesifisitas, LOD, LOQ, dan
linearitas
6 Suatu Industri farmasi sedang melakukan Dua produk obat dapat dikatakan ekivalensi farmasetik jika
pengembangan tablet amoksisilin trihidrat 500 mg keduanya mengandung zat aktif yang sama dalam jumlah yang
dengan merk X. Agar dapat menjamin efikasi, sama dan bentuk sedian yang sama.
keamanan dan mutu obat serta menjamin obat (Per.Ka.BPOM RI tentang Pedoman Uji Bioekivalensi)
tersebut bioekivalen dengan produk inovatornya,
maka dilakukan uji bioekivalensi antara tablet
amoksisilin trihidrat 500 mg dengan merk X
dengan produk inovator. Agar kedua obat tersebut
dapat dikatakan memunyai ekivalesi farmasetik,
maka produk obat inovator manakah yang dipilih?
a. Tablet amoksisilin trihidrat 250 mg dengan
merk Y
b. Tablet amoksisislin-klavulanat 500 mg
dengan merk A
c. Tablet amoksisilin trihidrat 500 mg dengan
merk Y
d. .Tablet amoksisilin-klavulanat 250 mg dengan
merk A
e. Sirup kering amoksisilin trihidrat dengan
merk C
7 Industri Farmasi B memiliki produk unggulan Kondisi operasional merupakan kondisi saat fasilitas dalam keadaan
berupa obat tetes mata kombinasi tetrahidrozolin menyala sesuai modus operasional yang sudah ditentukan dan
dan bezalkonium klorida yang digunakan untuk sejumlah personel tertentu yang sedang bekerja. Kondisi saat
mengatasi iritasi mata. Pembuatan obat tetes mata produksi berlangsung merupakan kondisi operasional. Saat kondisi
tersebut haruslah dilakukan di area bersih, dengan operasional jumlah maksimum partikulat ≥5µm yang diperboleh
jumlah personel tertentu, dan dilakukan secara untuk ruangan kelas B adalah 2.900
aseptis. Untuk pengisian sediaan obat dilakukan di
ruangan kelas A berlatar ruangan kelas B. Ketika (Badan POM RI, 2018, Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik,
produksi sedang berlangsung. Berapa jumlah Badan POM RI: Jakarta.)
maksimum partikulat udara berukuran ≥5µm yang
diperboleh untuk ruangan kelas B?
a. 20
b. 29
c. 2.900
d. 3.520
e. 352.000
8 Tuan X yang berumur 35 tahun datang ke apotek Posisi yang tepat untuk mengadministrasikan tetes mata bagi orang
untuk membeli tetes telinga karena pasien merasa dewasa adalah Kepala dimiringkan ke samping atau berbaring
ada kotoran di telinganya sehingga mengganggu dengan posisi telinga ke atas, kemudian tarik daun telinga ke atas
pendengarannya. Apoteker yang bertugas di apotek hingga lubang telinga terbuka lebar dan teteskan obat tetes telinga
tersebut memberikan tetes telinga yang sesuai dosis yang dianjurkan
mengandung natrium dokusat kemudian pasien
menanyakan cara memakai tetes telinga karena BPOM RI, 2017, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan
baru pertama kali memakai tetes telinga dan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Apoteker menjelaskan cara menggunakan tetes
telinga tersebut. bagaimana posisi kepala dan daun
telinga yang dapat direkomendasikan apoteker agar
pemberian obat tetes telinga optimal?
a. Kepala dimiringkan ke samping atau
berbaring dengan posisi telinga ke atas,
kemudian tarik daun telinga ke bawah
hingga lubang telinga terbuka lebar dan
teteskan obat tetes telinga sesuai dosis yang
dianjurkan
b. Kepala dimiringkan ke samping atau
berbaring dengan posisi telinga ke atas,
kemudian tarik daun telinga ke atas
hingga lubang telinga terbuka lebar dan
teteskan obat tetes telinga sesuai dosis
yang dianjurkan
c. Kepala dimiringkan ke samping atau
berbaring dengan posisi telinga ke atas,
kemudian tarik daun telinga ke dalam
hingga lubang telinga terbuka lebar dan
teteskan obat tetes telinga sesuai dosis yang
dianjurkan
d. Kepala dalam keadaan tegak kemudian
tarik daun telinga ke bawah hingga lubang
telinga terbuka lebar dan teteskan obat tetes
telingan sesuai dosis yang dianjurkan
e. Kepala dalam keadaan tegak kemudian
tarik daun telinga ke atas hingga lubang
telinga terbuka lebar dan teteskan obat tetes
telinga sesuai dosis
9 Seorang apoteker di apotek X sedang memisahkan Obat-obat yang termasuk dalam obat-obat tertentu adalah:
faktur-faktur pembelian obat prekursor, narkotika, Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol,
psikotropika, dan obat-obat tertentu. Terdapat dan dektstrometorfan tunggal.
faktur pembelian obat ergometrin, amitriptilin, (Peraturan Badan POM Nomor 28 Tahun 2018 Tentang Pedoman
triheksifenidil, diazepam, klorpromazin, codein, Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan, Bab
dan metampiron. Dari obat-obat tersebut, manakah II Pasal 2)
yang digolongkan sebagai obat-obat tertentu?
a. Amitriptilin, ergometrin, dan triheksifenidil
b. Diazepam, klorpromazin, dan amitriptilin
c. Metampiron, codein, dan diazepam
d. Klorpromazin, amitriptilin, ergometrin
e. Triheksifenidil, klorpromazin, dan
amitriptilin
10 Suatu apotek melakukan pengadaan obat asam Harga Beli (+PPN) = 250.000 x (10% x 250.000) = 275.000
mefenamat sebanyak 5 boks, 1 boks terdiri atas 100 Harga Jual
biji asam mefenamat. Bila total harga dari PBF 275.000 + 0,25 x 275.000 = 343.750 🡪 5 boks = 500 biji
untuk 5 boks asam mefenamat tersebut adalah 343.750 = 500 biji
Rp250.000,00 belum termasuk PPN, berapakah 343.750/500 = 687,5/biji
harga jual 10 tablet asam mefenamat jika margin Harga jual 10 biji = 6.875
yang ditetapkan sebanyak 25%?
a. Rp5.000,-
b. Rp6.250,-
c. Rp3.125,-
d. Rp6.750,,-
e. Rp6.875,-
11 Seorang Ibu yang masih menyusui bayinya Ibu dengan TB tetap dapat menyusui, kecuali pada Ibu terdiagnosis
menderita infeksi TBC. Apakah sang Ibu masih TB MDR. Menyusui bayi tetap dilakukan oleh karena risiko
tetap dapat menyusui bayinya ? penularan M tuberculosis melalui ASI dapat diabaikan dan OAT
a. Ibu masih tetap dapat menyusui bayinya yang dikonsumsi Ibu diekskresikan melalui ASI dalam jumlah kecil
b. Ibu tidak boleh menyusui bayinya dan tidak terbukti dapat menginduksi resistensi obat.
c. Ibu masih tetap dapat menyusui bayinya, Sumber: Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak,
kecuali ibu terdiagnosis TB MDR Kemenkes RI 2016
d. Ibu masih tetap dapat menyusui bayinya jika
tidak mengkonsumsi pirazinamid
e. Ibu masih tetap dapat menyusui bayinya jika
hanya mengkonsumsi isoniazid saja
12 Seorang pasien laki-laki usia 38 tahun menderita Mechanism of Action Tiagabine : blocks reuptake of gamma
epilepsi parsial selama 12 tahun. Pasien tersebut aminobutyric acid (GABA)
sudah tak efektif lagi menggunakan 3 obat epilepsi Sumber: Medscape
lini pertama sehingga dokter meresep- kan
Tiagabin. Bagaimanakah mekanisme kerja obat
tersebut ?
a. Ion natrium bloker
b. Ion kalsium bloker
c. Agonis reseptor GABA
d. menghambat re-uptake GABA
e. menghambat enzim GABA Transaminase
15 Bagian PPIC dari suatu industri farmasi Jumlah produksi tablet dalam sehari = 275000 tablet/jam x 8
merencanakan produksi tablet paracetamol jam/hari= 2200000 tablet
sebanyak 275000 tablet/jam. Proses produksi Jumlah tablet yang diproduksi 1 mesin cetak tablet dalam sehari =
direncanakan 8 jam/hari dengan menggunakan 2 1100000 tablet
mesin cetak tablet yang dapat digunakan. Berapa
jumlah tablet yang diproduksi oleh 1 mesin dalam
sehari ?
a. 1,1 juta tablet
b. 2,2 juta tablet
c. 4,4 juta tablet
d. 6,6 juta tablet
e. 8,8 juta tablet
16 Sebuah industri farmasi ingin membuat tablet hisap Carr’s index = compressibillity index
ekstrak kulit kayu manis. Dari hasil uji sediaan
didapatkan nilai index carr 28%. Menurut data compressibillity index (%) Flow Character
tersebut bagaimana sifat alir sediaan tersebut ? <= 10 excellent
a. Baik 11-15 good
b. Sangat Baik 16-20 fair
c. Cukup Baik 21-25 passable
d. Buruk 26-31 poor
e. Sangat Buruk 32-37 very poor
>38 very, very poor
Sumber: USP.org
17 Seorang apoteker di industri farmasi ingin Tablet = sediaan padat
melakukan pemusnahan produk tablet paracetamol Dimusnahkan dengan cara dilarutkan dalam air lalu dikubur dalam
yang tidak memenuhi uji mutu. Bagaimana cara tanah
Sumber: BPOM RI
pemusnahan produk tersebut sesuai dengan
peraturan yang berlaku ?
a. Dihancurkan dengan proses limbah padat
b. Dibuang di tempat yang aman
c. Dibakar dengan insenerator
d. Dilarutkan dengan proses limbah cair
e. Dikubur dalam tanah
18 Industri farmasi sedang melakukan validasi 16.987 jam yang dibutuhkan dibagi dengan 1.683 jam waktu tiap
personil. Untuk memproduksi tablet antasida personil dalam setahun.
dibutuhkan waktu 16.987 jam dalam setahun. 16.987 : 1.683 = 10 personil
Waktu kerja seorang personil dalam 1 tahun adalah
1.683 jam. Berapakah jumlah personil yang
dibutuhkan dalam produksi tablet antasida?
a. 10 personil
b. 15 personil
c. 20 personil
d. 25 personil
e. 30 personil
19 Suatu industri farmasi sedang melakukan produksi Syarat penerimaan uji disolusi:
tablet parasetamol yang saat ini dalam tahap uji S1 (6 tablet): tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%
disolusi. Diketahui nilai Q tablet parasetamol S2 (6 tablet): rata2 dari 12 unit (S1+S2) adalah sama atau besar dari
adalah 80%. Bagaimana syarat penerimaan dari uji Q. Tidak ada satu unit pun kurang dari Q-15%
disolusi tersebut? S3 (12 tablet): rata2 dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama atau
a. Tidak satu pun kurang dari 65% besar dari Q. Tidak lebih dari dua unit kurang dari Q-15%. Tidak
b. Tidak satu pun kurang dari 80% ada satu pun kurang dari Q-25%
c. Tidak satu pun kurang dari 85% Sumber: Farmakope Indonesia Edisi V 2014
d. Tidak satu pun kurang dari 95%
e. Tidak satu pun kurang dari 100%
20 Seorang analis di lab QC ingin membuat larutan 200 ppm = 200 µg/mL; Larutan yang akan dibuat = 25 mL, maka:200
standar untuk analisa metformin 500 mg dengan µg x 25 /25mL = 5000µg/25mL = 5mg/25mL
KCKT. Apoteker penanggung jawab memeriksa
perhitungan penimbangan analis tersebut. Jika
standar metformin yang dibutuhkan adalah 200
ppm dalam 25 mL, berapa massa gram metformin
standar yang harus ditimbang?
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
21 Dari hasil analisa senyawa standar dengan spektro Tanpa pengenceran, sehingga konsentrasi dapat langsung
UV/Vis didapatkan regresi linear dengan ditentukan dengan memasukkan absorbansi (y) ke dalam regresi
persamaan y=0.5x+2.4. Sebuah sampel dianalisa linear (y=mx+b).
dengan metode yang sama tanpa pengenceran dan Y = 0.5x + 2.4
absorbansi yang didapatkan adalah 3.57. Berapa 3.57 = 0.5x + 2.4
konsentrasi (ppm) senyawa tersebut? x = 2.34
A. 1,17
B. 2,34
C. 2,9
D. 3,57
E. 4,185
22 Industri farmasi akan melakukan penetapan kadar NH4OH untuk membasakan, kloroform untuk ekstraksi, setelah
papaverin HCl menggunakan spektrofotometri. terpisah senyawa yang akan dianalisa dilarutkan dalam HCl. Maka
Sampel dibasakan dengan NH4OH. Selanjutnya blanko nya juga HCl.
diekstraksi menggunakan kloroform. Kemudian,
hasilnya dilarutkan dalam HCl. Apa blanko yang
digunakan untuk spektrofotometri UV-Vis?
A. NH4 OH
B. Kloroform
C. HCl
D. Air
E. Standar papaverine
23 Di industri farmasi akan dilakukan analisis Resolusi = 2 x (delta tR) / (lebar 1 + lebar 2)
deksametason dengan KCKT berdasarkan
selektivitas.Terdapat 2 peak, diketahui peak ke satu Resolusi = 2 x (9,255-4,673) / (0,6+1,6)
ada pengotor dengan waktu retensi (t = 4,673 , w = Resolusi = 4,16
0,6 ) dan peak kedua deksametason (t = 9,255, w =
1,6). Berapa resolusi sampel tersebut?
A. 4,16
B. 4,77
C. 9,16
D. 12,66
E. 13,11
24 Diketahui A (1%, 1cm) adalah 31 dengan panjang A 1% 1cm = serapan pada konsentrasi baku 1% (10.000 ppm) dan
gelombang 225 nm. Absorbansi untuk larutan 1% tebal kuvet 1 cm
adalah? A = A (1%, 1cm) x b x c
a. 31 A (1%, 1cm) = daya serap jenis = 31
b. 3,1 b = tebal kuvet = 1 cm
c. 0,31 c = konsentrasi = 1%,
d. 0,031
e. 0,0031 maka A (Absorbansi) = 31
26 Sebuah apotek di klinik cuci darah pada akhir tahun HPP = 100 % - (100% x (faktor harga jual - 1)/faktor harga jual)
dengan total penjualan 250.000.000. Rata-rata = 100 % - (100% x (1.25-1)/1.25)) = 80%
harga jual 1,25. Berapa presentase HPP?
a. 72
b. 75
c. 80
d. 100
e. 20
27 Pemakaian rata-rata obat X 2100 per tahun di ROP = (Lead Time x Pemakaian Rata-rata) + Safety Stock
apotek X. Lead time 2 hari. Hari kerja dianggap Safety Stock = (Lead Time x Pemakaian Rata--rata)
350 hari. Apotek ingin memakai metode safety
stock. Berapa reorder pointnya? ROP = (2 hari x 2100/350)+ (2hari x 2100/350)
A. 6
B. 12
C. 20
D. 24
E. 36
28 Seorang pasien laki-laki berumur 49 tahun membeli 4 dus @ 25 vial --> 100 vial.
injeksi ranitidin sebanyak 4 dus, satu dusberisi 25 1 dus = 1.5 juta; 4 dus --> 6juta
vial. Satu dus harganya 1,5 juta. Berapa harga 1 vial = 6juta/100 vial = 60ribu
penjualan injeksi ranitidin tersebut per vial bila keuntungan 10% = 10% x 60ribu = 6ribu
apotek mengambil keuntungan 10%? harga jual = 66ribu
A. 63.000
B. 64.000
C. 66.000
D. 65.000
E. 68.000
32 Seorang apoteker yang bekerja di bagian IPC Menambahkan pengikat dapat memperbaiki kerapuhan tablet yang
menemukan nilai kerapuhan dari suatu tablet buruk
buruk. Solusi apa yang dapat diberikan oleh
apoteker untuk memperbaiki kerapuhan dari tablet
tersebut?
A. Mengurangi bobot tablet
B. Memeriksa karakter bahan yang
dipergunakan dalam tablet
C. Menaikkan bobot tablet
D. Menambah jumlah pengikat tablet
E. Melakukan perbaikan proses tabletasi
33 Industri farmasi ingin memproduksi obat dengan Sifat dari bahan aktif: berbentuk serbuk halus, bentuk jarum, dan
bahan aktif pseudoephedrine HCl 60 mg/tablet, kompaktibilitasnya buruk.
dengan bobot tablet 150 mg. Diketahui
pseudoephedrine HCl berbentuk serbuk halus, Karena bahan aktif memiliki bentuk kristal dan kompaktibilitas
bentuk jarum, dan kompaktibilitasnya buruk. buruk, metode yang disarankan adalah granulasi basah.
38 Apakah tujuan dari penambahan bahan beeswax Tujuan penambahan beeswax pada sediaan suppositoria adalah
pada oleum cacao dalam formulasi sebagai basis untuk meningkatkan titik lebur dari oleum cacao.
pada sediaan suppositoria?
A. Membantu meningkatkan titik beku Referensi: Handbook of Pharmaceutical Excipients
B. Membantu meningkatkan stabilitas sediaan
C. Meningkatkan titik lebur sediaan
D. Menurunkan tegangan permukaan sediaan
E. Meningkatkan kelarutan
39 Seorang apoteker menerima resep berisi aerosol Hal yang harus dipertimbangkan dalam pemberian KIE:
untuk penyakit asma untuk pasien berusia 38 tahun. 1. obat dengan index terapi sempit
Pasien mengaku baru pertama kali menggunakan 2. pasien dengan polifarmasi
obat tersebut. 3. Obat dengan penggunaan khusus
4. Pasien geriatri dan pediatri
KIE yang perlu ditekankan pada pasien tersebut
adalah?
A. Pasien termasuk golongan geriatri
B. Mencegah terjadinya drug related problem
(DRP)
C. Aerosol untuk mengatasi asma
merupakan bentuk sediaan yang
memiliki penanganan khusus
D. Aerosol merupakan obat dengan harga
yang mahal
E. Paasien memiliki asma yang merupakan
penyakit kronis
IV Tablet Tablet
bermerk generik
AUC 48 24 20
C Max 1.5 0.6
(ug/mL)
Waktu 3.4 4.6
paruh
a. 200
b. 80
c. 50
d. 40
e. 100
41 Pasien perempuan (30 thn) dengan positif Infus Siprofloksasin 0,2% (b/v) 100 ml = 0,2/100 x 1 ml = 0,2 x 10-
Salmonella Thypii (Thipoid) menerima resep infus 2 g/ml = 2 mg/L
Siprofloksasin 0,2% setiap 12jam. Jika volume
cairan infus tersebut 100 ml/botol, berapakah
kandungan Siprofloksasin dalam setiap botol cairan
infus Ciproflokasasin?
A. 0.2 mg
B. 2 mg
C. 20 mg
D. 200 mg
E. 2000 mg
43 Pasien laki-laki (73thn) menderita kanker paru 1,65 x dosis ciplastin = 1,65 x 100 =165 mg
stage IV menderima regimen kemoterapi
gemcitabine 1000 mg/m2 Intra Vena dan cisplatin
100 mg/m2 Intra Vena. Jika diketahui luas
permukaan tubuh pasien tersebut 1,65 m2,
berapakah dosis cisplatin yang diberikan
A. 165 mg
B. 1.65 mg
C. 1650 mg
D. 1.00 mg
E. 100mg
44 Bagian pengawasan mutu suatu pabrik farmasi Disintegran/penghancur: untuk membuat zat aktif terlepas dari tablet
menemukan banyak tablet yang menyimpang Pengisi: untuk meningkatkan volume
dalam jumlah kandungan bahan aktifnya dari yang Pengikat: untuk menyatukan berbagai bahan dalam tablet
dipersyaratkan. Dari bagian produksi diketahui Lubrikan: untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara permukaan
bahwa saat proses pengempaan tablet, granul tablet dengan dinding die Anti adheren: untuk mencegah
mengalir tidak lancar pada alat kempa. Eksipien menempelnya massa tablet pada punch dan dinding cetakan Glidan:
apakah yang diperlukan untuk mengatasi masalah untik memperbaiki sifat alir granul
ini?
A. Pengisi
B. Pengikat
C. Desintegran
D. Glidan
E. Antiadherent
45 Seorang Ny. 27 thn, menderita kandidiasis vaginal ovula nystatin baik digunakan pada malam hari saat akan tidur, agar
membawa resep yang isinya ovula nystatin. Obat obat dapat diserap sempurna dan tidak keluar saat beraktivitas.
tersebut diresepkan untuk penggunaan satu kali
sehari selama 7 hari. Kapan penggunaan yang tepat
dari obat tersebut untuk mencapai efek yang
optimal?
A. Saat bangun tidur pagi
B. Saat akan tidur malam
C. Setelah buang air kecil
D. Setelah buang air besar
E. Saat sedang beraktivitas
50 Untuk menjamin sterilitas produk steril yang dibuat Pada media fill test semua proses berlangsung sama dengan proses
secara aseptis, industri farmasi melakukan suatu produksi. Hanya pengisian sediaan diganti dengan media
validasi proses aseptis sebelum pembuatan sediaan mikrobiologi
steril yang sesungguhnya. Validasi proses aseptis PIC/S. 2011. Validation of Aseptic Processes PI 007-6.
atau yang biasa disebut dengan media fill dilakukan Pharmaceutical Inspection Convention Pharmaceutical Inspection
sebagai simulasi pembuatan sediaan steril untuk Co-Operation Scheme.
mengetahui apakah proses produksi aseptis yang
dilakukan berulang dapat menghasilkan produk
yang steril.Zat apakah yang digunakan dalam
media fill tersebut?
A. Kalium bikarbonat
b. Tryptone Soya Broth
c. Natrium klorida
d. Dekstrosa
e. Yeast
70 Seorang apoteker bekerja di industri akan membuat Ibuprofen tahan panas dan lembab, jika diberi tekanan ada bagian
tablet ibuprofen. Diketahui sifat zat ibuprofen tahan tablet yang rapuh, maka harus dibuat dengan metode GRANULASI
panas dan lembab, jika diberikan tekanan maka ada BASAH, karena metode granulasi basah cocok untuk digunakan
bagian tablet yang akan rapuh. pada bahan tambahan atau zat aktif yang tahan terhadap panas dan
Maka metode apa yang digunakan? kelembaban.
A. Spray dry granul (Siregar – Teknologi Farmasi Sediaan Tablet, Hal 198). 1)
B. Metode slugging Granulasi Kering (slugging)
C. Metode kempa langsung • Bahan aktif dan bahan pengisi harus memiliki sifat kohesif
D. Granulasi kering • Higroskopisitas tinggi
E. Granulasi basah • Sifat alir buruk
• Cocok terhadap bahan yang tidak tahan panas
2) Granulasi Basah (wet granulation)
• Kompresibilitas tinggi
• Higroskopisitas rendah
• Cocok terhadap bahan yang tahan panas
3) Kempa Langsung
• Kompresibilitas tinggi
• Cocok terhadap bahan yang tidak tahan panas
• Higroskopisitas rendah
• Keuntungannya waktu hancur dan disolusi lebih baik karena tidak
ada bahan pengikat
Sumber: Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
edisi ke empat. Jakarta: UI Press (hal : 261-272)
71 Seorang apoteker di bagian pengembangan produk
sedang merancang formulasi untuk sediaan tablet
dengan metode granulasi basah.
Manakah eksipien yang digunakan untuk
meningkatkan aliran granul dalam mesin pencetak untuk meningkatkan aliran granul dibutuhkan glidan contohnya
tablet? talkum. Raymond, C.R., Paul, J.S., Marian, E.Q. 2009. Handbook
A. Talkum of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Pharmaceutical Press.
B. Kalsium silikat UK.
C. Avicel
D. Natrium lauril sulfat
E. Sorbitol
78 Jangka Panjang:
a. Jumlah Batch: minimal 2
b. Suhu & RH: 30oC & 75%
Apoteker industri akan mengembangkan tablet c. Lama Pengujian: 24 bulan
dengan bahan aktif zafirlucast dengan formula
baru. Dari pengujian trial bets yang sudah Dipercepat:
diproduksi, dilakukan uji stabilitas dipercepat. a. Jumlah Batch: minimal 2
Kondisi pengujian yang diperlukan adalah? b. Suhu & RH: 40oC & 75%
A. 20C, 70% c. Lama Pengujian: 6 bulan
B. 25C, 70%
C. 30C, 75% Alternatif:
D. 40C, 75% a. Jumlah Batch: minimal 2
E. 50C, 75% b. Suhu & RH: 45 - 50oC & 75%
c. Lama Pengujian: 3 bulan
80 Seorang apoteker di bagian litbang akan Rasio antara densitas bulk material tersebut setelah dipadatkan
mengembangkan formula tablet metformin 500mg. dengan goncangan - goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya
Sebagai bentuk evaluasi sediaan ditentukan tanpa pemadatan. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah
Hausnerr ratio. Parameter apakah yang ingin kompaktibilitas.
diketaui dari evaluasi tersebut?
A. Jumlah kadar dalam sediaan Referensi: Pharmaceutical Manufacturing Handbook - Solid
B. Sifat alir Dosage Form
C. Kekerasan
D. Kerapuhan
E. Distribusi ukuran partikel
89 Jangka Panjang:
a. Jumlah Batch: minimal 2
b. Suhu & RH: 30oC & 75%
c. Lama Pengujian: 24 bulan
Tablet ciprofloxacin diuji stabilitasnya
menggunakan uji stabilitas dipercepat untuk
Dipercepat:
memenuhi dokumen registrasi produk baru. Berapa
a. Jumlah Batch: minimal 2
lama pengujian tersebut dilakukan?
b. Suhu & RH: 40oC & 75%
A. 12 bulan
c. Lama Pengujian: 6 bulan
B. 9 bulan
C. 6 bulan
Alternatif:
D. 3 bulan
a. Jumlah Batch: minimal 2
E. 1 bulan
b. Suhu & RH: 45 - 50oC & 75%
c. Lama Pengujian: 3 bulan
Apa saran yang seharusnya diberikan apoteker krim sangat sensitif terhadap panas karena dapat menggauggu
tersebut? kestabilan dari fase minyak dan air yang terbentuk. Suhu akan
A. Simpan pada tempat dengan kelembaban tinggi menurunkan entropi dan tegangan permukaan antara fase minyak
dan air sehingga akan ada kemungkinan untuk pisah antara kedua
B. Disimpan di lemari es fase tersebut
Martin. A, 1993, Farmasi Fisika, Edisi III, Jilid II, Indonesia
C. Jauhkan dari tempat denga suhu panas
University Press.
D. Simpan pada suhu 2 – 8 C
93 Seorang pria (40 tahun, 70kg) mempunyai riwayat Dik. T1/2=4 jam = 240 menit
penyakit gonnorhea, dan diberikan resep tablet Vd= 0,1 L/ KgBB = 7 L= 7000 ml
cefixim oleh dokter. Diketahui volume distribusi Ke=cl/vd >>> ke=0,693/t1/2 atau
0,1L/KgBB, t1/2 eliminasi 4 jam. Berapa klirens T1/2= 0,693 x Vd/Cl
totalnya (ml/menit)? 2400 =0,693 x 7000/ cl
A. 15.21 Cl = 20.21 ml/menit
B. 17.21
C. 20.21
D. 23.21
E. 25.21
95 Tablet salut enterik merupakan salah satu sediaan 1. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah
yang digunakan untuk sediaan obat dengan sistem menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan
pelepasan tertunda yaitu menahan pelepasan obat di diabsorbsi. Uji waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat
lambung dan lepas dengan cepat ketika memasuki uji waktu hancur. Masing-masing sediaan tablet mempunyai
usus. Suatu industri farmasi akan membuat tablet prosedur uji waktu hancur dan persyaratan tertentu. Uji waktu
salut enterik Natrium diklofenak. hancur tidak dilakukan jika pada etiket dinyatakan tablet kunyah,
Parameter apa yang harus dilakukan pada uji tablet tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif bertahap dalam jangka
tersebut? waktu tertentu
A. Uji kekerasan
B. Uji keseragaman bobot 2. Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan
C. Uji disolusi medium air 900mL dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan
D. Uji disolusi medium asam dan basa secara oral dalam bentuk padat seperti tablet. Uji ini dimaksudkan
E. Uji disolusi kekerasan tablet untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan
memberikan efek terapi di dalam tubuh
3. Uji waktu hancur tablet salut enterik dilakukan pada dua medium
yaitu medium HCl 0,1 N dan buffer fosfat pH 6,8. Uji pada medium
HCl 0,1 N dilakukan selama 2 jam dengan syarat dalam waktu
tersebut tablet tidak boleh hancur, retak ataupun melunak. Uji
dilanjutkan pada medium buffer fosfat pH 6,8 selama 45 menit
dengan parameter tablet uji sudah tidak berbentuk massa tablet
Tertera dalam Farmakope Indonesia edisi IV
4. Uji kekerasan: tablet harus cukup keras dan tahan pecah waktu
dikemas, dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus
cukup lunak untuk hancur dan melarut dengan sempurna begitu
digunakan atau dapat dipatahkan dengan jari bila tablet perlu dibagi
dalam pemakaiannya.
Sumber:
Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi
Ke empat. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Press.
Siregar, Charles J.P. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet:
Dasar–Dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia.
Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan; 1995