Tamka5. Geoteknik
Tamka5. Geoteknik
1.1 Pendahuluan
Pada saat sekarang ini, penggunaan alat gali mekanis telah semakin
berkembang di tambang terbuka karena dirasakan lebih menguntungkan
dibandingkan dengan pengeboran dan peledakan. Penggunaan alat gali
mekanis juga akan meniadakan getaran tanah akibat peledakan yang
dapat mengurangi kestabilan lereng penambangan. Meskipun demikian,
harus diyakini bahwa alat gali mekanis yang dipilih harus sesuai dengan
material yang
ang akan digali, sehingga alat tersebut dapat bekerja secara
optimum.
Gambar 1
Komponen Lereng Tambang
b. Karakteristik Geoteknik
Beberapa contoh dapat diambil dari inti bor untuk diuji di laboratorium.
Pengujian yang biasa dilakukan untuk keperluan perancangan lereng
tambang adalah uji sifat fisik, uji kuat tekan uniaksial, dan uji geser
langsung. Gambar 3 menunjukkan peralatan
peralatan-peralatan
peralatan utama yang
digunakan dalam uji kuat tekan uniaksial dan uji geser langsung.
Gambar 2
Penentuan Orientasi Bidang Kontinyu
Gambar 2
Contoh Peralatan Uji Laboratorium
Karena parameter-parameter di atas bervariasi dari satu tempat ke tempat
lainnya pada tambang terbuka, tambang tersebut harus dibagi-bagi ke
dalam sektor-sektor rancangan yang mempunyai parameter yang hampir
sama. Batas-batas sektor umumnya ditentukan oleh batas-batas domain
struktur geologi.
Gambar 4
2.1 Pendahuluan
2.2.1 Umum
Longsoran bidang pada satu bidang tunggal akan terjadi jika kondisi
kondisi-
kondisi geometrikal berikut terpenuhi (Lihat Gambar 6):
Gambar 6
Kondisi Umum Longsoran Bidang (Hoek & Bray, 1981
a. Jurus (strike) bidang gelincir sejajar atau hampir sejajar (dalam rentang
sekitar ± 20°) dengan jurus muka lereng.
b. Jejak bagian bawah bidang gelincir harus muncul di muka lereng,
dengan kata lain kemiringan bidang gelincir ( ψp) lebih kecil daripada
kemiringan kemiringan muka lereng (ψf).
c. Kemiringan bidang gelincir (ψp) lebih besar daripada sudut geser
dalamnya (φ).
d. Harus ada bidang release, dengan kuat geser yang dapat diabaikan,
sebagai pembatas di kanan-kiri blok yang menggelincir.
2.3.1 Umum
Longsoran baji akan terjadi bila ada dua atau lebih bidang lemah yang
saling berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap
lereng (Gambar 7).
Gambar 7
Kondisi Umum Longsoran Baji (Hoek & Bray, 1981)
2.4.1 Umum
a. Flexural Toppling
b. Block Toppling
Longsoran guling jenis ini (Gambar 10) dicirikan oleh terjadinya tekukan
pseudo continuous sepanjang kolom-kolom batuan yang panjang dengan
bidang-bidang diskontiyu yang memotongnya.
Gambar 8
Flexural Toppling (Hoek & Bray, 1981)
Gambar 9
Block Toppling (Hoek & Bray, 1981)
Gambar 10
Block Flexure Toppling (Hoek & Bray, 1981)
d. Longsoran Guling Sekunder
Gambar 11
Longsoran Guling Sekunder (Goodman & Bray, 1976)
2.5 Longsoran Busur (Circular Failure)
2.5.1 Umum
Pada analisis
sis kestabilan lereng untuk longsoran bidang, posisi rekahan
tarik (tension crack) perlu diperhatikan, apakah di belakang crest lereng
atau di muka lereng (Lihat Gambar 13).
Gambar 13
Rekahan Tarik Pada Lereng Batuan (Hoek & Bray 1981)
Sedangkan asumsi-asumsi
asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah
sebagai berikut:
Dengan :
A = (H-z) cosec Ψp
V = ½γwzw2
P = (1 - z/H) cosec Ψp
! !
! "
! !
# $%&Ψ(
" "
- . /0&1
+,
2$%& Ψ3
$%&4 /0&1
+,
$%& 172 8 /0&Ψ
Gaya-gaya
gaya pada Baji (Hoek & Bray, 1981)
Gambar 17
dengan:
Gambar 20
Analisis Longsoran Guling (Eberhardt, et al., 2002)
Langkah 4 : Dari titik pada Langkah 3, tarik garis ke kiri dan kikba^hke
bawah untuk mencari angka-angka dan
: :
Gambar 29
Metode Elemen Hingga
4. Pemantauan Lereng
4.1 Pendahuluan
Rekahan tarik (Gambar 30) akan jika material lereng telah bergerak ke,
arah pit. Perpindahan ini tidak dapat dideteksi dari lantai pit, sehingga
inspeksi reguler pada crest dari highwall di ,atas daerah penambangan
aktif penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, akses yang aman harus
terus dijaga di daerah yang langsung berada di lokasi aktif penambangan.
Inspeksi dengan frekuensi sering mungkin diperlukan selama periode
musim hujan dan setelah peledakan yang besar.
Gambar 30
Rekahan Pada Lereng
4.2.2 Scarps
Gambar 31
Scarps Pada Lereng
4.2.3 Aliran Air Tak Norm3l
Gambar 32
Re
Rembesan Air Tanah Pada Lereng
Gambar 34
Pelengkungan Pohon Pada Lereng (Girard, 2002)
4.3 Pemantauan Lereng Menggunakan Peralatan
4.3.1 Umum
Perpindahan adalah salah satu besaran primer yang paling sering diukur
pada kegiatan pemantauan di tambang. "Pengukuran" parameter lainnya,
khususnya gaya dan tegangan, membutuhkan penggunaan model
matematis dan karakteristik material untuk perhitungannya. Perlu diingat
bahwa "... stress is a philosophical concept - deformation is the physical
reality" (Burland, 1967).
Rangkaian
gkaian umum wireline extensometer (Gambar 38) terdiri atas kabel
yang di-anchored
anchored pada bagian lereng yang tidak stabil dengan stasiun
pemantauan dan pulley dipasang pada bagian lereng yang stabil di
belakang rekahan tarik yang terakhir. Kabel dibentangkan di atas pulley
dan ditegangkan dengan pemberat pada ujung kabel yang lain.
l
Gambar 38
Rangkaian Wireline Extensometer
Jika bagian yang tidak stabil bergerak menjauh tiang pulley, pemberat
akan bergerak dan perpindahan dapat direkam, baik secara manual
maupun elektronik. Peralatan pemantauan elektronik dapat diprogram
untuk mengaktifkan alarm apabila
apa perpindahan melebihi batas yang telah
ditetapkan.
4.3.5 Inclinometer
5.1 Pendahuluan
Longsoran lereng sangat jarang terjadi tanpa beberapa tanda dan semua
impersonal harus dapat mengenali potensi bahaya dan bertindak dengan
tepat.
Jika longsoran terjadi pada area yang tidak kritikal, kemungkinan respons
paling mudah adalah dengan membiarkan material tetap di tempatnya.
Penambangan dapat dilanjutkan dengan laju terkontrol jika kecepatan
longsoran rendah dan mekanisme longsorannya diketahui dengan baik.
Tetapi, jika ada keragu-raguan
keragu raguan mengenai kemantapan selanjutnya,
material longsoran perlu digali.
Longsoran skala-besar
besar dapat sangat sulit dan mahal untuk dibersihkan.
Seringkali, perusahaan akan memilih untuk meninggalkan sebuah step
step-
out dalam
am rancangan tambang untuk menampung material longsoran dan
melanjutkan penambangan di bawah step
step-out
out (Lihat Gambar 43).
Gambar 43
Step-Out
Out Pada Lereng Penambangan (Sjoberg, 1996)
Jika material yang tidak stabil tidak dapat dibiarkan, penyanggaan material
tersebut mungkin menjadi solusinya. Beberapa tambang telah berhasil
menggunakan penyangga seperti baut batuan, kabel, mesh, dan beton
tembak untuk menyangga massa batuan.
Penggunaan penyangga
yangga dapat sangat mahal. Tetapi, jika highwall dapat
dibuat lebih curam dan biaya pembersihan dapat dikurangi, biaya
tambahan untuk penyanggaan tentunya dapat dijustifikasi.
Gambar 44
Kegagalan Penyangga Cable Bolts (Sjoberg, 1996)
Solusi lainnya adalah dengan membuat buttress pada toe (Gambar 45).
Jika jarak angkut material buttress dekat, alternatif
atif ini dapat menjadi
pilihan yang baik.
Gambar 45
Buttress Pada Toe Leren (Sjoberg, 1996)
Gambar 46
Contoh Pembuatan Buttress Pada Toe Lereng
5.4 Alternatif
natif 3: Hilangkan Bahaya
Jika lereng tetap longsor dan penyanggaan tidak layak dilakukan, perlu
diambil tindakan untuk menghilangkan bahaya. Yang sering dilakukan
adalah dengan melandaikan lereng sampai sudut tertentu.
Jika tidak ada sistem penangkapan, metode scaling yang tepat perlu
dilakukan secara reguler untuk menghilangkan bahaya akibat adanya
jatuhan batuan-batuan kecil. Pemasangan mesh untuk keperluan ini dapat
juga menjadi sebuah alternatif (Gambar 47).
Gambar 47
Pemasangan Mesh Pada Lereng