Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN KECEMASAN”

Dosen Pengampu : Bapak Taryatmo,S.Pd.,Skep.,Mkes

Disusun Oleh :

NAMA : SITI NUR HIKMAH


ABSEN : 14
NIM : P1337420420027
TINGKAT : 2A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu yang
berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman
yang begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas nilai ancaman yang wajar
dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya
begitu kuat dan bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat
mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan pun
tergantung tergantung dari faktor pencetus pencetus dari kecemasan kecemasan tersebut.
tersebut. Fakta membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak
terjadi setiap harinya.hal ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi saat
ini. Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan menempati posisi
pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu sebagai seorang perawat, kita
harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus kecemasan yang terjadi.
Masalah gangguan jiwa Masalah gangguan jiwa yang menyebabk yang
menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara
di dunia. WHO (World Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah
kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu
global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia,
Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu
yang perlu ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kecemasan?
2. Bagaimana gejala umum dari kecemasan?
3. Apa saja penyebab dari kecemasan?
4. Bagaimana tingkat kecemasan seseorang?
5. Apa saja karakteristik dari kecemasan?
6. Bagaimana rentang respon mengenai tingkat kecemasan?
7. Apa saja factor factor yang mempengaruhi tingkat kecemasan?
8. Bagaimana penatalaksaan kecemasan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kecemasan?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kecemasan
2. Untuk mengetahui bagaimana gejala umum dari kecemasan
3. Untuk mengetahui apa saja penyebab kecemasan
4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan seseorang
5. Untuk mengetahui karakteristik dari kecemasan
6. Untuk mengetahui rentang respon mengenai tingkat kecemasan
7. Untuk mengetahui factor factor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan kecemasan
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kecemasan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kecemasan/Ansietas
Kecemasan adalah Kecemasan adalah suatu perasaan suatu perasaan tidak santai
tidak santai yang samar – samar atau ketidak nyamanan atau rasa takut yang disertai
suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut
yang tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya
akan menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat
individu tang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak
tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan
suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi
seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung
berdebar, keringat berlebihan, sakit berlebihan, sakit kepala atau kepala atau rasa mau
kencing mau kencing atau buang air buang air besar. Pera besar. Perasaan ini disertai
dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. (Harold I. LIEF) “Anenvous condition of unrest”
(Leland E. HINSIE “Anenvous condition of unrest” (Leland E. HINSIE dan Robert S
Campbell). n Robert S Campbell).
Ansietas adalah perasaan Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yan
tidak senang yang khas yang disebabkan oleh g disebabkan oleh dugaan akan bahaya
atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan,
atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. (J.J GROEN)
2.2. Gejala Umum Kecemasan
1. Gejala psikologik
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut ”gila”, takut
kehilangan kontrol dan sebagainya.
2. Gejala fisik
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan
otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung
dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan ansietas kronik seperti:
rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadangkadang merasa harus menarik nafas
dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor;
kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada
perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan
dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak
spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua
3 terdapat pada pasien dengan gangguan ansietas kronik, melainkan seseorang
dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman
penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan
cukup gawat.
2.3. Penyebab Kecemasan
a. Faktor predisposisi
1) Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu ide,
ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls
primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan
sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan
merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi
untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.
2) Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal, hal ini
juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti
kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak
berhahaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat
mudah untuk mengalami kecemasan
3) Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan para ahli perilaku meanggap kecemasan merupakan suatu
dorongan yang dipelajari berdasarkan dorongan keinginan untuk
menghindarkan rasa sakit. Teori ini menyakini bahwa manusia yang pada
awal kehidupanya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan yang
berat dan pada kehidupan masa dewasanya.
4) Teori Biologis
Menurut Selye, otak mengandung reseptor khusus untuk benzo diazepine
reseptor ini membantu mengatur kecemasan Penghambat asam amino
butirikgamma neuro regulator juga mungkin memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan sebagai
halnya dengan endokrin. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
reseptor.
Menurut W. B. Cannon sentrum-sentrum dalam otak yang diduga
mempunyai pengaruh penting dalam masalah emosi adalah hipotalamus
retikuler aktivasi sistem (RAS) dan sistem limbik. Fungsi dari sisteni
aktivasi retikuler adalah untuk mempersiapkan areal-areal dalam otak
untuk rangsangan yang akan datang. Sistem limbik adalah bagian dari
otak yaitu viceral brain (otak dalam) yang merupakan kesatuan integritas
dan menerima impuls dari organ tubuh. Impuls dan viceral dapat sampai
ke korteks melalui sistem limbik. Salah satu aspek yang penting dalam
penyaluran impuls adalah zat-zat Catecholamines Neurotransmitter tidak
secara homogen tersebar di seluruh otak akan tetapi berkonsentrasi
di bagian-bagian otak tertentu.
Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan bahwa kemampuan
untuk mengalami suatu emosi tidak hanya tergantung dari kadar adrenalin
yang meningkat tetapi jenis emosi yang dialami dan diperhatikan
tergantung, dari faktor-faktor dan stimulus dalam lingkungan.
Bila pada seseorang terdapat kadar neurotransmitter meningkat, dia akan
merasakan suatu emosi (menangis, tertawa, takut. dan cernas) dibuktikan
juga bahwa kesehatan umum seseorang dapat sebagai predisposisi
kecemasan-kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya mcnurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
1) Ancaman Integritas Diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan
dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal meliputi infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, sampah.
rumah dan makanan juga pakaian dan trauma fisik. Faktor internal
meliputi kegagalan mekanisme fisiologi seperti sistem kekebalan,
pengaturan suhu dan jantung, serta perubahan biologis.
2) Ancaman Sistem Diri
Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan
interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran. Faktor
eksternal yang mempengaruhi harga diri adalah kehilangan, dilematik,
tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.
3) Faktor Lain Menurut Model Integritas
Perbedaan dipengaruhi kecemasan sehingga untuk menyelamatkan dari
stimulus yang mengancam adalah dengan cara menghindar.Individu lahir
mempunyai sistem saraf otonom yang lebih peka terhadap ancaman atau
stressor.
Masa anak-anak dan dewasa dalam belajar mencari pengalaman mungkin
dengan menentukan tingkat kecemasan dan situasi yang pada dasarnya
akan menimbulkan kecemasan.Ketidakmampuan mengatasi situasi
berbaya dengan adaptif bisa menimbulkan kecenderungan untuk berespon
terhadap kecemasan.
Fungsi kognitif dapat berkesinambungan yang berfokus pada kecemasan
sehingga fungsi tersebut mempunyai antisipasi untuk menahan stimulus
yang menimbulkan kecemasan.Seseorang mungkin lebih mudah
terancam rasa amannya terutama trauma intelegensi dan mawas diri.

2.4. Tingkat Kecemasan


Menurut Stuart and Sundeen, 1991, tinngkat kecemasan dibagi empat, yaitu
1. Kecemasan Ringan
Berhuhungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan
kreativitas.
2. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan
mengesampingkan yang lain, sehingg seseorang mengalami perhatian
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah
3. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada orang lain.
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan
kendali Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian, peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan tidak sebagian
sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang
lama dapat terjadi kelelahan.

2.5. Karakteristik Tingkat Kecemasan


1. Kecemasan Ringan

 Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,


gejala ringan berkeringat.
 Kognitif : Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah
aktual.
 Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor
halus pada tangan, suara kadang kadang meninggi
2. Kecemasan Sedang

 Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah


meningkat. Mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi, gelisah

 Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima


rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatianya

 Perilaku dan emosi: Gerakan ntersentak-sentak, meremas tangan,


bicara lebih banyak dan cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman
3. Kecemasan Berat
 Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur dan
ketegangan.
 Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
 Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi
cepat.
4. Kecemasan Panik

 Fisik: Nafas pendek. rasa tercekik dan palpitasi sakit dada,


pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.

 Kognitif : Lapangpersepsi sangat menyempit tidak dapat


berpikir logis.

 Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah ketakutan,


berteriak, blocking, kehilangan kontrol diri, persepsi datar.
2.6. Rentang Respons Tingkat Kecemasan

1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan


sehari – hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya ansietas menumbuhkan motivasi belajar
serta menghasilkan pertymbuhan dan kreativistas
2. Ansietas sedang memungkinkan sesorang untuk memusatkan perhatian
padahal yang penting dan mengesampingkan yang lain ,sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah .
3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.adanya
kendrungan untuk memusatkan pada ssuatau yang terinci dan spesifik dan
tidak dapat berfikir tentang hal lain .semua perilaku ditujukan umtuk
mengurangi ketegangan .orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain
4. Tingkat panik dari ansietas berhungan dengan ketakutan dan merasa
diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan
pengarahan. Panik meningkatkan aktifitas motorik,menurunkan
kemampuan berhubungan dengan oprang lain, persepsi menyimpang,
serta kehilangan pemikiran rasional

2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan


Tidak semua kecemasan dapat dikatakan bersifat patologis ada juga kecemasan
yang bersifat normal Dibawah ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi
tingkat kecemasanmenurut Adikusumo (2003) dari berbagai sumber :
1. Faktor Internal
a. Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia,
pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan, reasurance
dan nasehat- nasehat.
b. Pengalaman
Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman menghadapi
stres dan punya cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap
stres yang bertapun sebagai masalah yang bisa diseleseikan. Tiap
pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan belajar dari
pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan menghadapi stres.
c. Aset Fisik
Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan
aset ini untuk menghalau stres yang datang mengganggu.
2. Faktor Eksternal
a. Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan kemampuan intelektual
akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam
menghadapi stres mengikuti berbagai kegiatan untuk meningkatkan
kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut.
b. Pendidikan
Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk
menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan
semakin mampu menghadapi stres yang ada.
c. Financial/ Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu
tersebut mengalami stres berupa kekacauan finansial, bila hal ini terjadi
dibandingkan orang lain yang aset finasialnya terbatas.
d. Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan
dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak
yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi
suami akan dapat memberikan bumper kepada kondisi stres suaminya.
e. Obat
Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang tergolong dalam
kelompok anti ansietas. Obat- obat ini mempunyai kasiat mengatasi
ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.
f. Sosial Budaya Suport.
Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan
sekitar individu akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi
stresor, pemecahan asalah bersama- sama dan tukar pendapat dengan
orang disekitarnya akan membuat situasi individu lebih siap menghadapi
stres yang akan datang.

2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian
berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.


b. Tidur yang cukup
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.

e. Tidak meminum minuman keras.

2. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-


obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.

4. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

a) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar


pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.

b) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai


bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

c) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-


konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu


kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor


keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung

5. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan


kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.

2.9. Asuhan Keperawatan Kecemasan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Ansietas

A. Pengkajian

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Data fokus yang perlu dikaji
pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikut Menurut (Stuart & Sundeen,
1995) :

1. Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologisdan


perilaku secara tidak langsung melaluitimbulnya gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan ansietas.

a) Faktor Predisposisi

b) Faktor Presipitasi

c) Stresor Pencetus
- Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

- Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri


dan fungsi sosial.

d) Penilaian Stresor

Penilaian stresor mendorong pengkajian perilaku dan persepsi klien dalam


mengembangkan intervensi yang tepat. Sehingga pemahaman ansietas
memerlukan integrasi banyak faktor seperti pengetahuan dari perspektif
psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik dan biologis.

e) Sumber Koping
Memanfaatkan dan menggerakan sumber koping yang ada disekitar lingkingan
dapat mengatasi stres dan ansietas yang dialami oleh individu. Sumber koping
tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan menyelelesaikan masalah,
dukungan sosial dan keyakinan budaya.

f) Mekanisme Koping

Ketidakmampuan mengatasi ansietas sacara konstruktif merupakan penyebab


utama terjadinya perilaku patologis. Pola mekanisme koping yang biasa
digunakan untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap meskipun ketika
ansietas menjadi lebih intens.ansietas ringan lebih sering ditangani tanpa sadar.
Ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping :

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untukmemenuhi tuntutan stres secara realistis.

» Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi


hambatan pemunuhan kebutuhan.

» Perilaku menarik diri digunakan utntuk menjauhkan diri dari sumber


ancaman, baik secara fisik maupun psikologis.
» Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasanya
dipakai individu, mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan
personal.

2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan


sedang. Tetapi karena respon tersebut bersifat relatif pada tingkat tidak
sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini
dapat menjadi respon maladaptif terhadap stres.

B. Diagnosa Keperawatan

Ansietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang berhubungan :

o Terpapar racun

o Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup

o Berhubungan dengan keturunan atau hereditas

o Kebutuhan tidak terpenuhi

o Transmisi interpersonal

o Krisis situasional atau maturasional

o Ancaman kematian

o Ancaman terhadap konsep diri

o Stress

o Substance abuse
o Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi

o Fungsi peran

o Lingkungan status ekonomi

C. Perencanaan

Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas berat dan panik


Diagnosis keperawatan : ansietas berat atau panik
Kriteria hasil: pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan

Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional

Pasien akan terlindung Pada awalnya kita menerima Ansietas berat

dari bahaya dan mendukung, bukan menyerang dan panik dapat

Kenalkan realitas kesedihan mengizinkan pasien

yang berhubungan dengan untuk menentukan

mekanisme koping pasien saat ini. besarnya stres yang

Jangan fokuskan pada fobia, dapat ditangani.


Jika pasien tidak
ritual atau keluhan fisik itu sendiri.
mampu
Berikan umpan balik pada pasien
menghilangkan
tentang perilaku, stressor, penilaian
ansietas, ketegangan
stressor, dan sumber koping. dapat mencapai
Perkuat ide bahwa kesehatan tingkat panik dan
fisik berhubungan dengan kesehatan pasien dapat

emosional dan bahwa area ini akan kehilangan kendali.

membutuhkan eksplorasi di masa Saat ini pasien


Depan tidak memiliki

Sementara itu, mulai terapkan alternatif untuk

batasan perilaku maladaptive pasien mekanisme koping


dengan cara yang mendukung

mengizinkan pasien
untuk menentukan
besarnya stres yang
dapat ditangani.

Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas berat dan panik-lanjutan


Diagnosis keperawatan: ansietas berat atau panik
Kriteria hasil: pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.

Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional

1. Pasien akan ❖ Bersikap tenang terhadap pasien. ❖ Perilaku pasien


mengalami situasi dapat dimodifikasi
❖ Kurangi stimulus lingkungan.
yang lebih sedikit
dengan mengubah

menimbulkan ❖ Batasi interaksi pasien dengan lingkungan dan


pasien lain untuk meminimalkan
ansietas interaksi pasien

aspek menularnya ansietas. dengan lingkungan

❖ Identifikasi dan modifikasi


situasi yang dapat menimbulkan
ansietas bagi pasien.
❖ Berikan tindakan fisik yang

mendukung seperti mandi air hangat


dan masase.
2. Pasien akan ❖ Pada awalnya, berbagi aktivitas ❖ Dengan

terlibat dalam dengan pasien untuk memberikan mendorong aktifitas

aktivitas yang dukungan dan penguatan perilaku keluar rumah

dijadwalkan produktif secara sosial. perawat membatasi


sehari-hari waktu pasien yang
❖ Berikan beberapa jenis latihan
tersedia untuk
fisik.
mekanisme koping
❖ Rencanakan jadwal atau daftar destruktif sambil
aktifitas yang dapat dilakukan setiap
meningkatkan

hari. partisipasi dan

menikmati aspek
❖ Libatkan anggota keluarga dan
kehidupan lainnya
sistem pendukung lainnya sebanyak

mungkin.

3. Pasien akan ❖ Berikan medikasi yang dapat ❖ Efek hubungan

mengalami membantu mengurangi rasa tidak terapeutik dapat

penyembuhan dan nyaman pasien. ditingkatkan jika

gejala-gejala kendali kimiawi


❖ Amati efek samping medikasi
ansietas berat terhadap gejala
dan lakukan penyuluhan kesehatan
yang relevan memungkinkan
pasien untuk

Mengarahkan
perhatian pada

konflik yang
Mendasari
Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas sedang
Diagnosis keperawatan: respons ansietas sedang
Kriteria hasil: pasien menunjukan cara koping adaptif terhadap stress

Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional

1. Pasien akan ❖ Bantu pasien mengidentisikasi ❖ Untuk

mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan yang mengadopsi respon

Dan mendasari. koping yang baru,

menggambarkan pasie pertama kali


❖ Kaitkan perilaku pasien dengan
perasaan tentang harus menyadari
perasaan tersebut.
ansietas perasaan dan
❖ Validasikan semua perubahan mengatai
dan asumsikan kepada pasien.
penyangkalan dan

❖ Gunakan pertanyaan terbuka resistens yang

untuk beralih dari topik yang tidak disadari atau tidak

mengancam ke isu-isu konflik. disadari

❖ Variasikan besarnya ansietas


untuk meningkatkan motivasi
pasien.

❖ Sementara itu, gunakan


konfrontasi suportif dengan
bijaksana.

2. Pasien akan ❖ Bantupasien menggambarkan ❖ Setelah perasaan

mengidentifikasi situasi dan interaksi yang ansietas dikenali,

penyebab ansietas. mendahului ansietas. pasien harus


❖ Tinjau penilaian pasien terhadap mengenali

stresor, nilai-nilai yang terancam, perkembangannya

dan cara konflik berkembang. termasuk stresor


pencetus, penilaian
stresor, dan sumber

yang tersedia

Ringkasan rencana asuhan keperawatan: respons ansietas sedang-lanjutan


Diagnosis keperawatan: ansietas sedang
Kriteria hasil: pasien akan menunjukan cara kopiing adaptif terhadap stres.

Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional

1. Pasien akan ❖ Hubungkan pengalaman pasien ❖ Respon koping


mengidentifikasi saat ini dengan pangalaman yang adpatif yang baru
penyebab ansietas relevan pada masa lalu. dapat dipelajari
2. Pasien akan ❖ Kaji bagaimana pasien melalui analisis
menguraikan menurunkan ansietasnya di masa mekanisme koping
respon koping lalu dan tindakan yang dilakukan yang dugunakan di
adaptif dan untuk menurunkannya. masa lalu, penilaian
maladaptif ulang stresor,
❖ Tunjukan efek maladaptif dan
menggunakan
destruktif dari respon koping saat
sumber-sumber yang
ini.
tersedia dan
❖ Dorong pasien untuk menerima tanggung
menggunakan respon koping adaptif jawab untuk berubah
yang efektif dimasa lalu.

❖ Fokuskan tanggung jawab untuk


berubah pada pasien.
❖ Bantu pasien secara aktif untuk
mengaitkan hubungan sebab dan
akibat sambil mempertahankan
ansietas batasan yang sesuai.

❖ Bantu pasien dalam menilai


kembali nilai, sifat, dan arti stressor
pada saat yang tepat

3. Pasien akan ❖ Bantu pasien mengidentifikasi ❖ Seseorang juga


mengimplementasi kan cara untuk membangun kembali dapat mengatasi stres
dua respon adaptif untuk pikiran, memodifikasi perilaku, dengan mengatur distres
mengatasi ansietas menggunakan sumber-sumber dan emosional yang
menguji respon koping yang baru. menyertainya melalui
penggunaan teknik
❖ Dorong pasien melakukan
penatalaksanaan
aktifitas fisik untuk mengeluarkan
stres.
energi.
❖ Libatkan orang terdekat sebagai
sumber dan dukungan sosial dalam
membantu pasien mempelajari
respon koping yang baru.

❖ Ajarkan pasien tentang teknik


relaksasi untuk meningkatkan
kendali dan percaya diri serta
mengurangi stres
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih
banyak terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti
Indonesia. Ansietas sendiri merupakan kekhawatiran atau keadaan emosional yang
tidak jelas, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak memiliki objek yang
spesifik.

Tingkatan Ansietas :
1) Ansietas Ringan
2) Ansietas Sedang
3) Ansietas Berat
4) Tingkat Panik dari Ansietas
Penyebab
Faktor Predisposisi
o Dalam pandangan psikoanalisis
o Menurut pandangan interpersonal
o Menurut pandangan perilaku
o Kajian keluarga
o Sedangkan kajian biologis
Faktor Presipitasi
¤ Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik

¤ Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal


3.2. Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek, sehingga
memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat. Langkah-
langkah pencegahan tersebut dapat berupa :

❒ Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan

❒ Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan


❒ Gaya hidup yang sehat :
Makan makan yang bergizi dan seimbang

Tidur yang cukup.


Cukup olahraga.
Tidak merokok.
Tidak meminum minuman keras.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta :


EGC. Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan


Psikiatrik : Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta : EGC.

Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yusuf,dkk.2015 .Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai