Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang kewaspadaan universal

1. Defenisi

Kewaspadaan universal saat ini dikenal dengan kewaspadaan

standar, kewaspadaan standar tersebut di rancang untuk mengurangi

risiko infeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari

sumber infeksi atau yang di ketahui maupun tidak di ketahui

(Depkes,2008)

Kewaspadaan universal adalah pengendalian infeksi sederhana

yang di gunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua

pasien, setiap saat pada semua tempat, pelayanan dalam rangka

mengurangi risiko penyebaran infeksi ( Nursalam,2007)

Kewaspadaan universal adalah suatu cara penanganan baru

meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien,

tanpa memperdulikan status infeksi. Kewaspadaan umum hendaknya

di patuhi oleh tenaga kesehatan karena ia merupakan panduan

mengenai pengendalian inveksi yang di kembangkan

9
10

untuk mekindungi para pekerja di bidang kesehatan dana para

pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang di

sebarkan Dari darah dan cairan tubuh tertentu.penerapan

kewaspadaan umum di harapakan dapat menurunk

kewaspadaan universal merupakan suatu tindakan pengendalian

infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk

mengurangi resiko penyebaran infeksi dengan didasarkan pada

prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan

penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan

(Nursalam, 2007)

kewaspadaan universal tidak hanya melindungi petugas dari

resiko terpajaan dari infeksi namun juga melindungi pasien yang

memiliki kecenderungan rentan terhadap segala infeksi yang mungkin

terbawa oleh petugas. Usaha dan pengendalian infeksi antara lain

dapat di lakukan dengan meningkatkan perilaku universal precaution

bagi perawat, tindakan universal precaution di perlukan kemampuan

perawat untuk mencegah infeksi, di tunjang oleh sarana dan

prasarana, serta standar operasional prosedur (SOP) yang mengatur

langkah-langkah tindakan universal precaution ( Nursalam,2007)


11

risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain

dari sember yang di ketahu maupun tidak di ketahui. Penerapan in

merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin di

laksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan

kesehatan ( Tietjen,dkk,2004)

Penerapan kewaspadaan universal di harapkan dapat

menurukan resiko penularan patogen melalui darah dan cairan lain

dari sumber yang di ketahui maupun yang tidak di ketahui.penerapan

in merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin

di laksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas

pelayanan kesehatan ( FPK) (WHO,2008)

Perilaku manusia adalah suatu fungsi dari interaksi antara

individu dengan lingkungannya. Semua perilaku idividu pada dasarnya

di bentuk oleh kepribadian dan pengalamannya (2009).

Estathito (2011) mendefenisikan kepatuhan yang di terima secara

luas dalam pengaturan perawatan kesehatan.menurut konteks ini,

kepatuhan adalah sejauh mana perilaku tertent. Kepatuhan dapat di

pengaruhi atau di kendalikan oleh berbagai faktor seperti budaya,

faktor ekonomi dan sosial,dan pengetahuan.


12

2. Tujuan kewaspadaan universaal

Nursalam (2007), mengatakan kewaspadaan universal perlu di

terapkan dengan tujuan :

a. Mengendalikan infeksi secara konsisten.

b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak

terdiagnosa atau tidak terlihat seperti risiko.

c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien.

d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya.

3. Pelaksanaan kewaspadaan universal

Penerapan kewaspadaan universaal merupakaan bagian dari

upaya pengendalian infeksi di sarana pelayanan kesehatan yang tidak

terlepas dari peran masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya

yaitu pimpinan termasuk staf administrasi, staf pelayanan termasuk

staf penunjangnya dan juga pengguna yaitu pasien dan pengunjung

sarana kesehatan tersebut. Penerapan kewaspadaan universal

didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan cairan tubuh sangat

potensial menularkan penyakit baik berasal dari pasien maupun

petugas kesehatan (Nursalam,2007).

Penerapan kewaspadaan universal ( universal precaution) di

dasarkan pada keyakinan bahwa darah dan cairan tubuh sangat

potensial menularkan penyakit, baik yang berasal dari pasien maupun

petugas kesehatan. Prosedur kewaspadaan universal ini juga dapat di


13

anggap sebagai pendukung program K3 bagi petugas kesehatan

(Nursalam,2007).

4. Komponen kewaspadan universal

Menurut tietjen (2004) Adapun prinsip utama prosedur

kewaspadaan universaal dalam pelayanan kesehatan adalah menjaga

higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sanitasi

peralatan. Ketiga prinsip tersebut di jabarkan menjadi beberapa

kegiatan pokok seperti

a. Cuci tangan

Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting

yang dapat di lakukan oleh semua orang untuk mencegah

penyebaran kuman. Mencuci tangan tangan adalah tidakan aktif,

singkat dengan menggosok bersama semua permukaan tangan

dengan memakai sabun, yang kemudian di ikuti dengan

membasuhnya di bawah air yang mengalir. Tujuannya adalah

untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari

tangan dan untuk mengurangi jumblah mikroba (Umar,2005)

Cuci tangan harus selalu dengan benar sebelum dan sesudah

melakukan tindakaan perawaatan walaupun memakai sarung

tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau

mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga

penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari


14

infeksi. Tangan harus di cuci sebelum dan sesudah memakai

sarung tangan. Aspek terpenting dari mencuci tangan adalah

pergesekan yang di timbulkan dengan menggosok tangan

bersamaan mencuci tangan dengan sabun, dengan air mengalir

(Nursalam,2017)

Menurut syawir (2011) ada beberapa sarana cuci tangan

bersamaan mencuci tangan dengan sabun, dengan air mengalir

dan pergesekan yang di lakukan secara rutin:

a) Air mengalir

Sarana utama untuk mencuci tangan ketersediaan air

mengalirdengan saluran pembuangan atau bak penampung

yang memadai. Dengan air mengalir tersebut maka

mikroorganisme yang terlepas karna gesekan mekanis atau

kimiawi saat cuci tangan akan bersih dan tidak akan menempel

lagi di permukaan kulit.air mengalir dapat berupa kran atau

dengancara mengguyur dengan gayung. Namaun cara

mengguyur dengangan menggunakan gayung memiliki resiko

yang sangat besar untuk terjadinya pencemaran, baik melalui

gagang gayung ataupun percikan air bekas cucian kembali ke

bak penampung air bersih. Air kran bukan berarti harus dari

PAM, namun dapat di upayakan secara sederhana dengan


15

tangki berkran di ruang pelayanan atau perwatan kesehatan

yang memerlukannya.

b) Sabun dan deterjen

Bahan ini tidak membunuh mikroorganisme tetapi

menghambat dan mengurangi jumblah mikroorganisme dengan

jalan mengurangi tegangan permukaan sehingga

mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan mudah

terhalau oleh air. Jumblah mikroorganisme semakin berkurang

dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan. Namun di lain

pihak, dengan seringgnya menggunakan sabun atau deterjen

majka lapisan lemak akan hilang dan membuat kulit menjadi

kering dan pecah-pecah. Hilangnya lapisan lemak akan

memberi peluang untuk tumbuhnya kembali mikroorganisme.

c) Larutan antiseptik

Larutan antiseptikatau di sebut juga antimikroba topikal yang

di pakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk

menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada

kuli. Antiseptik memiliki bahan kimia yang memungkinkan untuk

di gunakan pada kulit dan selaput mukosa.kulitmanusia tidak

dapat di sterilkan. Tujuan yang ingin di capai adalah penirunan

jumblah mikroorganisme pada kulit secara maksimal.


16

Menurut Syawir (2011) prosedur cuci tangan adalah sebagai

berikut :

a) Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan

air mengalir

b) Taru sabun di bagian telapak tangan yang telah basah. Buat

busah secukupnya tanpa percikan

c) Gerakan cuci tangan terdiri dari gosok telapak tangan,gosok

telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan

sebaliknya, gosok dua telapak tangan dengan jari saling

mengait, gosok kedua ibu jari dengan cara menggenggam

dan memutar, gosok telapak tangan. Proses berlangsung

selama 10-15detik.

d) Bilas kembali dengan air sampai bersih

e) Keringkan tangan dengan tisu

f) Matikan kran dengan tisu

b. APD (Alat Pelindung Diri)

Alat pelindung diri adalah alat yang di gunakan untuk

melindungi diri dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari

pekerjaan maupun lingkungan kerja dan berguna dalam usaha

untuk mencegah dan mengurangi cidera atau cacat,dan terdiri dari

berbagai jenis APD di rumah sakit yaitu sarungan, masker,penutup


17

kepala, gaun pelindung dan sepatu pelindung (Syukri,1982 dalam

Jumata,2010)

a) Sarung tangan

Sarung tangan atau istilahnya hsndscoon merupakan salah

satu kunci dalam meminimalisasi penularan penyakit,

merupakan alat yang mutlak harus di gunakan oleh petugas

kesehatan termasuk perawat. Pemakaian sarung tangan

bertujuan untuk melindungi tangan untuk kontak dengan darah,

semua jenis cairan tubuh,sekret,kulit yang tidak utuh selaput

lendir pasien dan benda yang terkontaminasi (Jumata,2010).

b) Masker

Masker berguna untuk melindungi alat pernapasan terhadap

udara yang terkontaminasi di tempat kerja atau di rumah sakit

yang bertujuan unjuk melindungi dan mengurangi resiko tertular

penyakit melalui udara (Ramadayana,2009)


18

B. Tinjauan tentang Faktor – faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan perawat dalam penerapan ewaspadaan universal

1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan domain yang sangat penting

untuk di kuasai, karna dengan mengetahui sesuatu kita dapat

melaksanakan dan menjadikan pedoman untuk tindakan selanjutnya

(sastroasmojo, 2008). Pengetahuan merupakan pedoman dalam

membentuk tindakan dan perilaku seseorang. Adanya pengetahuan

akan menimbulkan kesadaran seseorang yang akirnya akan

memicunya untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang di

milikinya tersebut (Notoatmodjo, 2005)

Pengethuan terhadap objek mempunyaiintensitas atau tingkat yang

berbeda-beda. Secara garis besarnya di bagi menjadi 6 tingkat

pengetahuan (Notoatmodjo,2010) :

a. Tahu (know), di artikan hanya sebagai recall ( memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension), artinya memahami suatu abjek bukan

hanya sekedar tau terhadap objek tersebut, tidak sekedar

menyebutkan, tetapi objek tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang di ketahui

tersebut.
19

c. Menggunakan (Aplication), artinya menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang di ketahui tersebut pada situasi yang

lain.

d. Menguraikan ( Analysis ), artinya kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan/atau materi atau memisahkan kemudian mencari

hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang di ketahui.

e. Menyimpilkan ( syntesis), ialah suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau melakukan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen - komponen pengetahuan yang di miliki.

f. Mengevaluasi ( Evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2. Lama Kerja

Lama kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja

itu bekerja di suatu tempat. Menurut Pinem (2003), semakin lama

seseorang bekerja, maka semakin banyak pengalamannya dan

semakin tinggi pengetahuan serta ketrampilannya.

Sementara menurut Azwar,S(2008), masa kerja yakni lamanya

seseorang bekerja pada suatu tempat atau perusahan tertentu. Masa

kerja yang rentan terhadap penyakit akibat akibat kerja adalah pekerja

yang masa kerjanya 2-6tahun. Semakin lama orang tersebut bekerja,

maka semalkin lama dan besar pula mereka beresiko terpapar


20

berbagai penyakit yang di timbulkan oleh pekerjaannya .lama kerja di

kategorikan menjadi 3, diantaranya yaitu: masa kerja baru

<6tahun,masa kerja sedang 6-10tahun, masa kerja lama >10 tahun

3. Sarana dan Prasarana (fasilitas)

Ketersediaan bersarti kesiapan suatu sarana baik berupa tenaga,

barang,modal dan anggaran, untuk dapat di pergunakan pada waktu

yang telah di tentukan.hal ini menunjukan bahwa fasilitas yang

tersedia harus dalam kondisi yang siap pakai,tidak rusak,tidak

kadalursa dan tidak kekurangan. Kemampuan yang mempunyai

sekalipun, jika tidak di tujang dengan fasilitas yang memadai tidak

akan dapat meninggalkan efisiensi,dan produktifitas kerja.

Demikian halnya dengan petugas kesehatan dalam

melaksanakan universal precaution di tempat kerja di perlukan sarana

dan fasilitas yang mampu. Sebagaimana menurut Dirjen P2 MPL

(2010) sumberdaya yang di butuhkan petugas kesehatan dalam

menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi di tempat kerja

yaitu tersedianya sarana dan pra sarana cuci tangan, yakni : air yang

mengalir, sabun anti mikroba, hend srup, demilian Alat Pelindung Diri

yakni : topi, kacamata, masker, jubah pelindung, celemek, sarung

tangan bedah, sarung tangan pemeriksaan, sepatu tertutup,

perlengkapan disinfektan dan sterilisasi, serta perlengkapan untuk


21

pengelolaan benda tajam dan pembuangan limbah baik medis

maupun non medis.

Anda mungkin juga menyukai