PENDAHULUAN
1
Gambar 1.Sebaran kasus covid-19 di Indonesia4
2
Puskesmas Sukamaju, oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Gambaran perilaku masyarakat cakupan puskesmas
Sukamaju terhadap covid -19.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam diri individu
tersebut.9
4
2.2 Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
2.2.1 Definisi COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen.12
5
dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60 – 140 nm. Melalui pemeriksaan
analisis filogenik dan full-genome sequencing, SARS-CoV-2 memiliki kemiripan
dengan SARS-CoV yang menimbulkan wabah SARS pada tahun 2002. SARS-
CoV-2 menggunakan reseptor yang sama dengan SARS-CoV untuk menginfeksi
sel, yaitu reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2).12,13
6
2.2.3 Patofisiologi COVID-19
Coronavirus merupakan zoonosis, yaitu patogen yang ditularkan antara
hewan dan manusia. COVID-19 dicurigai pada awalnya menular dari hewan
kelelelawar. Penularan COVID-19 dari manusia ke manusia lain adalah melalui
droplet. Droplet dapat berpindah melalui kontak langsung (batuk, bersin,
bersalaman, dan lain-lain) maupun tidak langsung (menyentuh barang yang telah
terkontaminasi droplet). Transmisi COVID-19 juga dapat terjadi secara aerosol
atau melalui udara pada kondisi khusus seperti tindakan intubasi endotrakeal,
bronkoskopi, suction terbuka, nebulisasi, ventilasi manual, trakeostomi, resusitasi
kardiopulmoner, dan lain-lain.14,15
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata lima hingga enam hari, dengan rentang
waktu antara satu hingga empat belas hari. Risiko penularan tertinggi adalah pada
hari-hari pertama penyakit, karena tingginya konsentrasi virus pada sekret. Orang
yang terinfeksi dapat langsung menularkan penyakit hingga 48 jam sebelum onset
gejala dan hingga empat belas hari setelah onset gejala. Perlu diingat, pada
sebagian kasus konfirmasi, pasien tidak mengalami gejala apapun atau
asimptomatik, tetapi pasien tersebut dapat berpotensi menularkan penyakit.14
Virus masuk ke dalam sel inang setelah protein S yang berada di kapsul
virus berikatan dengan reseptor ACE-2 sel inang yang terdapat di sel epitel
saluran pernapasan. Setelah virus masuk ke dalam sel inang, terjadi replikasi di sel
epitel pernapasan. Replikasi diawali dengan translasi RNA virus. Selanjutnya,
akan terjadi transkripsi dan translasi sel inang yang memperbanyak salinan RNA
virus dan memproduksi komponen penyusun virus. Terakhir, akan terjadi viral
shedding atau pelepasan virus dari sel inang ke sel sekitarnya. Seluruh proses ini
akan terus terjadi berulang.14
Proses replikasi dan pelepasan virus akan memicu pengeluaran sitokin-
sitokin proinflamasi. Produksi sitokin pada akhirnya akan menyebabkan kondisi
badai sitokin, menyebabkan paru memadat dan mengalami fibrosis sehingga
terjadi gangguan oksigenasi hingga gawat napas dan memerlukan ventilator untuk
membantu proses pernapasan.14,15
7
2.2.4.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis
Anamnesis yang teliti dapat membantu penegakkan diagnosis COVID-19.
Selain menanyakan gejala yang dialami pasien, penting untuk menanyakan
riwayat kontak dengan pasien yang dicurigai menderita COVID-19 selama 14 hari
terakhir, riwayat perjalanan selama 14 hari terakhir, kepatuhan pasien
menjalankan protokol kesehatan, serta penyakit komorbid yang diderita oleh
pasien.16
Manifestasi klinis COVID-19 umumnya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Gejala COVID-19 yang umum dikeluhkan adalah batuk kering, demam
dengan suhu 38˚C, dan malaise. Selain itu pasien juga dapat mengalami nyeri
kepala, hidung tersumbat, pilek, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang
penciuman, dan ruam kulit. Hingga saat ini, menurut statistik 80% kasus
menunjukkan gejala ringan sedang, 13.8% menunjukkan gejala sakit berat, dan
6.1% menunjukkan gejala kritis.16
8
Pada kasus berat, pasien dapat mengalami Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, bahkan gagal multiorgan, sehingga
dapat berujung pada kematian. Lansia dan orang dengan penyakit komorbid
seperti hipertensi, gangguan jantung, diabetes, serta keganasan, memiliki risiko
lebih besar mengalami gejala berat.15,16
9
b. Pemeriksaan Radiologi16
Pencitraan terpilih untuk membantu penegakkan diagnosis adalah CT-
scan dan foto polos toraks. Pada fase awal dapat ditemukan Ground Glass
Opacities (GGO) di area perifer, subpleural, dan lobus bawah. Selain itu, tampak
penebalan septal interlobular dan interstisial intralobular yang berbentuk crazy
paving pattern. Perjalanan klinis CT-scan pasien COVID-19 sebagai berikut:15,16
- Pasien asimtomatis: tampak GGO multifokal dan unilateral. Jarang ditemukan
penebalan septum interlobularis, efusi pleura, dan limfadenopati.
- Satu minggu setelah onset: tampak GGO lesi bilateral dan difus. Efusi pleura
ditemukan pada 5% kasus dan limfadenopati ditemukan pada 10%.
- Dua minggu setelah onset: tampak GGO predominan dan dapat terdeteksi
konsolidasi.
10
- Tiga minggu setelah onset: tampak GGO predominan disertai pola retikular.
Gambaran efusi pleura, limfadenopati, bronkiektasis, dan penebalan pleura
mulai ditemukan.
11
hari ke-10 hingga 18 setelah onset gejala. Pemeriksaan jenis ini tidak
direkomendasikan WHO sebagai dasar diagnosis utama. Pasien negatif serologi
masih perlu observasi dan diperiksa ulang bila dianggap ada faktor risiko
tertular.15,16
b. Pemeriksaan Virologi
Metode pemeriksaan virologi adalah dengan amplifikasi asam nukleat
dengan real-time reversetranscription polymerase chain reaction (rRT-PCR).
Sampel dikatakan positif (konfirmasi SARS-CoV-2) bila rRT-PCR positif pada
minimal dua target genom (N, E, S, atau RdRP) yang spesifik SARS-CoV-2;
ATAU rRT-PCR positif betacoronavirus, ditunjang dengan hasil sequencing
sebagian atau seluruh genom virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2.15,16
WHO merekomendasikan pengambilan spesimen pada dua lokasi, yaitu dari
saluran napas atas (swab nasofaring atau orofaring) atau saluran napas bawah
(sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat endotrakeal). Sampel
diambil selama 2 hari berturut turut untuk PDP dan ODP, boleh diambil sampel
tambahan bila ada perburukan klinis. Pada kontak erat risiko tinggi, sampel
diambil pada hari 1 dan hari 14.15,16
Hasil negatif palsu pada tes virologi dapat terjadi bila kualitas pengambilan
atau manajemen spesimen buruk, spesimen diambil saat infeksi masih sangat dini,
atau gangguan teknis di laboratorium. Oleh karena itu, hasil negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan infeksi SARS-CoV-2, terutama pada pasien dengan
indeks kecurigaan yang tinggi.15,16
12
pemeriksaan laboratorium positif COVID-19, apapun temuan klinisnya. Selain
itu, dikenal juga istilah orang tanpa gejala (OTG), yaitu orang yang tidak
memiliki gejala tetapi memiliki risiko tertular atau ada kontak erat dengan pasien
COVID-19.6
Kontak erat didefinisikan sebagai individu dengan kontak langsung
secara fisik tanpa alat proteksi, berada dalam satu lingkungan (misalnya kantor,
kelas, atau rumah), atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien
dalam pengawasan (kontak erat risiko rendah), probable atau konfirmasi
(kontak erat risiko tinggi).Kontak yang dimaksud terjadi dalam 2 hari sebelum
kasus timbul gejala hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.6
1. Tanpa gejala
a. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun di
fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah.
Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP).
Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk
pemantauan klinis
b. Non – Farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk
dibawa ke rumah):
Pasien :
‐ Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat
berinteraksi dengan anggota keluarga.
‐ Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
13
‐ Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
‐ Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
‐ Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis) - Alat
makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
‐ Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
(sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore).
‐ Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong
plastik / wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor
keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan
mesin cuci
‐ Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
‐ Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga
jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38o C
Lingkungan/Kamar :
‐ Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
‐ Membuka jendela kamar secara berkala
‐ Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan
kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung tangan
dan goggle).
‐ Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
‐ Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektan lainnya
Keluarga :
‐ Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
‐ Anggota keluarga senanitasa pakai masker
‐ Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
‐ Senantiasa mencuci tangan
‐ Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
14
‐ Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara
tertukar
‐ Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien
misalnya gagang pintu dl
c. Farmakologi
Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE-
inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke
Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
‐ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
‐ Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
‐ Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari),
‐ Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink
Vitamin D
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap
memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
15
2. Derajat ringan
a. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal 10 hari
sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan
gangguan pernapasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi
dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas
gejala. Isolasi dapat dilakukan mandiri di rumah maupun di fasilitas
publik yang dipersiapkan pemerintah.
Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan kondisi
pasien.
Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP terdekat.
b. Non – Farmakologi
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi
tanpa gejala).
c. Farmakologi
Vitamin C dengan pilihan:
‐ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14
hari)
‐ Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
‐ Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari)
‐ Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C, B,
E, zink
Vitamin D :
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari
Antivirus :
16
‐ Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari
(terutama bila diduga ada infeksi influenza)
‐ ATAU
‐ Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam.
Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap
memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
3. Derajat sedang
a. Isolasi dan Pemantauan
Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah
Sakit Darurat COVID-19
Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/ Rumah
Sakit Darurat COVID-19
b. Non Farmakologis
Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen
Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan
hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi
ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara berkala.
c. Farmakologi
Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
Vitamin D
17
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU) Diberikan terapi farmakologis
berikut:
Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari).
DITAMBAH
Salah satu antivirus berikut : Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg)
loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600
mg (hari ke 2-5) Atau Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1)
dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
18
Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
c. Farmakologi
Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
Vitamin D
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari).
Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena koinfeksi
bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis,
fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan
kultur darah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum
(dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.
Antivirus :
‐ Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau
‐ Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV
drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat
yang mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan ventilator.
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
19
Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi
Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman
tatalaksana syok yang sudah ada
Dalam kelompok ini termasuk pasien kontak erat, pasien suspek dan
probable COVID-19.
1. Tanpa Gejala
Kasus kontak erat yang belum terkonfirmasi dan tidak memiliki
gejala harus melakukan karantina mandiri di rumah selama
maksimal 14 hari sejak kontak terakhir dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID19
Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke
rumah)
Vitamin C dengan pilihan ;
‐ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14
hari) - Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30
hari)
‐ Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari),
‐ Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink
Vitamin D
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
20
Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap
memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
Khusus petugas Kesehatan yang kontak erat, segera dilakukan
pemeriksaan RT-PCR sejak kasus dinyatakan sebagai kasus probable
atau konfirmasi sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Revisi ke-5,
Kementerian Kesehatan RI Hal 86
2. Derajat Ringan
a. Isolasi dan Pemantauan
Melakukan isolasi mandiri selama maksimal 14 hari dirumah
Pemeriksaan laboratorium PCR swab nasofaring dilakukan oleh
petugas laboratorium setempat atau FKTP pada hari 1 dan 2 dengan
selang waktu > 24 jam serta bila ada perburukan sesuai dengan
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) Revisi ke-5, Kementerian Kesehatan RI Hal 86.
Pemantauan terhadap suspek dilakukan berkala selama menunggu
hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh FKTP
b. Non – Farmakologi
Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP, contohnya Puskesmas
Pemeriksaan yang disarankan terdiri dari hematologi rutin, hitung
jenis leukosit, dan laju endap darah.
Foto toraks
Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke
rumah)
‐ Pribadi : o Pakai masker jika keluar o Jaga jarak dengan
keluarga o Kamar tidur sendiri o Menerapkan etika batuk
(Diajarkan oleh petugas medis kepada pasien) o Alat makan
21
minum segera dicuci dengan air/sabun o Berjemur sekitar 10-15
menit pada sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore o Pakaian
yg telah dipakai sebaiknya masukkan dalam kantong
plastic/wadah tertutup sebelum dicuci dan segera dimasukkan
mesin cuci o Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi dan jam
19 malam o Sedapatnya memberikan informasi ke petugas
pemantau/FKTP atau keluarga jika terjadi peningkatan suhu
tubuh > 38o C
‐ Lingkungan/kamar: o Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara o
Sebaiknya saat pagi membuka jendela kamar o Saat
membersihkan kamar pakai APD (masker dan goggles) o
Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektasn lainnya
‐ Keluarga ; o Kontak erat sebaiknya memeriksakan diri o
Anggota keluarga senantiasa pakai masker o Jaga jarak minimal
1 meter o Senantiasa ingat cuci tangan o Jangan sentuh daerah
wajah kalau tidak yakin tangan bersih
c. Farmakologi
Vitamin C dengan pilihan ;
‐ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14
hari) - Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30
hari)
‐ Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari),
‐ Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink
Vitamin D
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
22
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap
memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 3 hari) kalau tidak ada bisa
pakai Levofloksasin 750 mg/24 jam (5 hari) bila dicurigai ada
infeksi bakteri, sambil menunggu hasil swab.
Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
23
Bila ditemukan pneumonia, tatalaksana sebagai pneumonia yang
dirawat di Rumah Sakit.
Kasus pasien suspek dan probable yang dicurigai sebagai COVID19
dan memenuhi kriteria beratnya penyakit dalam kategori sedang atau
berat atau kritis (lihat bab definisi kasus) ditatalaksana seperti pasien
terkonfirmasi COVID-19 sampai terbukti bukan.
24
- Jangan menyentuh apapun di dalam rumah, lakukan cuci tangan selama 20
detik
- Lepaskan pakaian yang dipakai dan masukkan ke dalam tempat cucian yang
tertutup
- Langsung mandi sebelum bersantai dan berkumpul dengan keluarga
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif secara cross sectional
yaitu dengan melakukan pembagian kuisioner penelitian berisi 9 poin pertanyaan
mengenai pengetahuan masyarakat cakupan puskesmas Sukamaju terhadap
COVID-19.
26
Populasi dalam penelitian ini yaitu mencakup seluruh masyarakat di wilayah
cakupan puskesmas Sukamaju. Adapun sampel penelitian ditetapkan berdasarkan
teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden.
BAB IV
beralamat di Jalan Pramuka No.19 Sukamaju, Kec Sukamaju, Kab Luwu Utara
yang terdiri atas UGD 24 jam, instalasi rawat inap umum dan bersalin, instalasi
rawat jalan (poli umum, poli gigi, KIA, laboratorium sederhana dan apotek).
tidak jauh dengan budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya,
27
yakni giat gotong royong dan perilaku kekeluargaan masih sangat menonjol dalam
kehidupan masyarakatnya.
Sukamaju yang beribu kota Sukamaju terletak antara 01 53, 19-02 55 36
dengan :
iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 188,75 mm dan hari hujan rata-rata
Dari 14 desa yang terluas adalah Desa Tamboke dengan luas wilayah
63,11 km2, sedangkan yang terkecil adalah desa Wonosari dengan luas wilayah
0,89 km2.
25.636 jiwa yang terdiri dari laki-laki 12.873 jiwa perempuan 12.763 jiwa dan
tersebar di 14 desa, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 3.558 jiwa mendiami
28
desa Sukamaju, dan jumlah penduduk terkecil yakni 847 jiwa mendiami desa
Sukadamai
Tabel 1. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Desa Tahun 2016 s/d 2019
29
Persebaran penduduk pada 14 wilayah desa tidak merata, hal tersebut
disebabkan karena luas wilayah tiap desa tidak sama. Desa Sukadamai yang
terkecil luas wilayahnya mempunyai jumlah penduduk 847 jiwa, sedangkan desa
Sukamaju yang terluas wilayahnya mempunyai jumlah penduduk 3.558 jiwa dari
Gambar 2.2 Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sukamaju Tahun 2016 s.d. 2019
[Y VALUE]
[Y VALUE]
[Y VALUE] [Y VALUE]
30
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2019 jumlah
penduduk mengalami penurunan hal ini disebabkan karena 3 desa yang ada di
desa yang ada di kecamatan sukamaju saat ini sebanyak 14 desa, faktor mata
ke daerah lain, dalam arti bahwa sebagian penduduk tidak menetap atau bertempat
Pertumbuhan ekonomi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 tidak
terdapat data yang pasti di BPS kecamatan Sukamaju, tapi menurut perkiraan
besar petani diperkirakan berkisar 70,10%, PNS 8,20 %, ABRI 0,50 % dan
70.10%
8.90% 17.19%
0.50% 4.01%
4.4.2 Pendidikan
31
Fasilitas pendidikan di kecamatan Sukamaju pada tahun 2019 adalah 16
unit taman kanak-kanak, 17 unit sekolah dasar Negeri/ MI/ swasta, 4 Unit
sekolah lanjutan tingkat pertama Negeri/ MTs/ swasta, dan 4 unit sekolah
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
bulan; 4) menggunakan air bersih; 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan
seminggu; 8) makan buah dan sayur setiap hari; 9) melakukan aktifitas fisik
5 pilar, antara lain : Stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai
32
sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang aman di tingkat rumah
melaksanakan STBM.
beberapa area di wilayah kec. Sukamaju yang bekerja sama dengan Puskesmas
di desa Tulung indah, wonosari, Sukadamai, Sukamaju, Mital dan Tulung sari.
4.5.4 Posyandu
yang memberikan 5 kegiatan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Promosi
33
11%
11% Mandiri
Madya
Purnama
78%
Pratama
gizi. Pada bab ini kondisi derajat kesehatan masyarakat di Kec. Sukamaju dinilai
melalui Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Balita (AKBA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas
4.6.1 Mortalitas
demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan
34
pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat
Dalam bab ini akan disajikan angka kematian pada Kec. Sukamaju di
tahun 2019.
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Jumlah kematian neonatal di Kec.
Secara garis besar dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam
yaitu endogen dan eksogen. Kematian endogen biasa juga disebut dengan
kematian neonatal merupakan kematian yang terjadi ada bulan petama setelah
lahir. Kematian eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi
yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
kematian bayi di Kec. Sukamaju tahun 2019 sebanyak (1 Kasus) per 433
Kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari
35
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (41 hari setelah
sukamaju.
4.6.2 Morbiditas
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
36
Perempuan 37 74%
Laki-Laki 13 26%
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 1 2%
SD 6 12%
SMP 4 8%
SMA 13 26%
D3 14 28%
S1 11 22%
S2 1 2%
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 12 24%
PNS/Pekerja Swasta 16 32%
Pelajar/Mahasiswa 4 8%
Pensiunan/Tidak bekerja 5 10%
Tenaga Kesehatan 13 26%
Jenis Kelamin
26%
74%
Laki-laki Perempuan
Pekerjaan
10%
8%
32%
24%
26%
37
PNS/Karyawan Swasta Tenaga Kesehatan
Ibu Rumah Tangga Pelajar/Mahasiswa
Pensiunan/Tidak Bekerja
Pendidikan Terakhir
2% 2%
12%
22%
8%
28% 26%
38
hand sanitizer setelah
memegang benda-benda di
tempat umum
Saya mandi dan mengganti
4 pakaian setelah pulang dari 39 78% 10 20% 1 2%
bepergian
Saya menjaga jarak minimal
5 1 meter dari orang lain saat 23 46% 24 48% 3 6%
berada di luar rumah
Saya menjaga jarak dengan
6 9 18% 30 60% 11 22%
orang berusia lanjut
Saya menghindari hadir di
7 acara yang mengumpulkan 18 36% 29 58% 3 6%
banyak orang
Saya menggunakan fasilitas
8 transportasi umum atau 25 50% 20 40% 5 10%
pergi ke tempat umum
Saya melakukan isolasi
mandiri saat mengalami
9 gejala batuk, demam, sesak 33 66% 12 24% 5 10%
atau setelah berpergian ke
luar kota
39
Memeriksakan Diri
Selalu Kadang Jarang
6%
44% 50%
Isolasi Mandiri
Selalu Kadang Jarang
10%
24%
66%
40
Memakai Masker di
Tempat Umum
Selalu Kadang Jarang
16%
84%
14%
84%
41
Kebersihan Diri Setelah
Berpergian
Selalu Kadang Jarang
2%
20%
78%
42
Menjaga Jarak 1 Meter
Selalu Kadang Jarang
6%
46%
48%
18%
22%
60%
Menghindari Keramaian
Selalu Kadang Jarang
6%
36%
58%
43
Pada poin pertanyaan terkait menjaga jarak dan menghindari tempat umum,
didapatkan setengah dari jumlah responden menjawab “kadang-kadang”. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak masyarakat di wilayah cakupan
Puskesmas Sukamaju yang tidak memahami pentingnya menjaga jarak sebagai
langkah pencegahan penularan via droplet dari virus covid-19. Salah satu
contohnya telah dibukanya fasilitas publik, walaupun telah menetapkan jaga jarak.
Padahal telah diketahui menjaga jarak memiliki peran penting dalam
meminimalkan interaksi dan kerumunan, serta mencegah adanya penyebaran virus
covid-19 dalam suatu kelompok.
Penggunaan
Transportasi/Fasilitas
Umum
Selalu Kadang Jarang
10%
50%
40%
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan dalam penelitian ini :
1. Tingkat kesadaran masyarakat Puskesmas Sukamaju terhadap kesehatan
cukup tinggi. Dibuktikan dengan pasien yang memeriksakan diri ke
Puskesmas Sukamaju sebesar 50%, dan yang melakukan isolasi mandiri jika
mengalami keluhan pernafasan sebesar 66%.
2. Mayarakat cakupan Puskesmas Sukamaju juga cukup mematuhi protokol
Kesehatan, dimana responden yang selalu menggunakan masker sebanyak
84%. Namun, dalam hal menjaga kebersihan tangan ataupun kebersihan
tubuh setelah bepergian dan menjaga jarak ataupun menghindari keramaian
masih kurang, dimana Sebagian besar responden menjawab “kadang-
kadang” pada lima pertanyaan tersebut.
6.2 Saran
1. Diharapkan ini dapat menjadi masukan kepada instansi pemerintah,
terutama dalam bidang kesehatan, untuk mendukung dan memberikan
wadah agar dapat dilakukan penyuluhan mengenai COVID-19 lebih
menyeluruh.
2. Diharapkan kepada para peneliti selanjutnya agar mengembangkan
penelitian yang kami lakukan agar memberikan dampak dan efek lebih baik
kepada masyarakat.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
11. Indar I, Naiem MF. Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Rekam
Medis di RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar. J AKK. 2013
May;2(2):10–8.
12. COVID-19 SP. Peta Sebaran | Satgas Penanganan COVID-19 [Internet].
covid19.go.id. 2020 [cited on 2020 Oct 18]. Available from:
https://covid19.go.id/peta-sebaran
13. Coronavirus disease (COVID-19) [Internet]. 2020 [cited on 2020 Oct 18].
Available from: https://www.who.int/news-room/q-a-detail/coronaviruse-
disease-covid-19
14. Gluck MA, Mercado E, Myers CE. Learning and Memory : From Brain to
Behavior. New York: Worth Publisher; 2008. 83–169 p.
47
LAMPIRAN 1
Kuesioner Penelitian
“Gambaran Perilaku Masyarakat Cakupan Puskesmas Sukamaju
terhadap COVID-19”
Identitas
Isilah dan berikan tanda centang () sesuai dengan identitas Anda !
Nama (inisial saja)
Jenis Kelamin o Laki-laki
o Perempuan
Pendidikan terakhir o Tidak Sekolah
o SD
o SMP
o SMA
o D3
o S1
o S2
Pekerjaan o Ibu Rumah Tangga
o PNS/Karyawan Swasta
o Tenaga Kesehatan
o Pelajar / mahasiswa
o Tidak bekerja/Pensiunan
48
Perilaku di Masa COVID-19
Berikan tanda centang () sesuai dengan kebiasaan yang Anda lakukan sehari-
hari !
No Kadang- Tidak
Pernyataan Selalu
. kadang Pernah
Apakah Anda memeriksakan diri ke
puskesmas / dokter saat
1 25 22 3
mengalami gejala batuk, demam,
sesak ?
Saya memakai masker bila berada
2 di tempat umum (pasar, terminal, 42 8 -
tempat sembahyang, dan lain-lain)
Saya mencuci tangan dengan sabun
atau menggunakan hand sanitizer
3 42 7 1
setelah memegang benda-benda di
tempat umum
Saya mandi dan mengganti pakaian
4 39 10 1
setelah pulang dari bepergian
Saya menjaga jarak minimal 1
5 meter dari orang lain saat berada di 23 24 3
luar rumah
Saya menjaga jarak dengan orang
6 9 30 11
berusia lanjut
Saya menghindari hadir di acara
7 18 29 3
yang mengumpulkan banyak orang
8 Saya menggunakan fasilitas 25 20 5
49
transportasi umum atau pergi ke
tempat umum
Saya melakukan isolasi mandiri saat
mengalami gejala batuk, demam,
9 33 12 5
sesak atau setelah berpergian ke
luar kota
50