Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV2). Penyakit ini ditularkan melalui manusia ke manusia dimana sebagian
besar orang yang terinfeksi akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga
sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Masa inkubasi rata-rata
5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada penderita usia lanjut dan
memiliki masalah kesehatan lain seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
penyakit pernapasan kronis, dan kanker, dapat memperberat penyakit tersebut.
Cara terbaik untuk mencegah dan memperlambat penularan adalah dengan
edukasi tentang COVID-19, pola hidup sehat dan melakukan kebersihan tangan
secara benar.1,2
Pada tanggal 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) China
Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China
mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. WHO sejak 11
Maret 2020 telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global. Indonesia
sendiri menetapkan penyakit COVID-19 sebagai bencana nasional sejak 14 Maret
2020.1,3
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke
berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 10 Juni 2021, WHO
melaporkan 174.484.813 kasus konfirmasi dengan 3.775.671 kematian di seluruh
dunia. Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus
meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai
dengan tanggal 10 Juni 2021 Kementerian Kesehatan melaporkan 1.885.942 kasus
konfirmasi COVID-19 dengan 52.373 kasus meninggal.3

1
Gambar 1.Sebaran kasus covid-19 di Indonesia4

Di provinsi Sulawesi Selatan hingga 10 Juni 2021 terdapat sebanyak total


62.587 kasus terkonfirmasi COVID-19, dan 419 kasus diantaranya berstatus
masih aktif. Sedangkan angka kematian mencapai 953 orang.

Gambar 2.Sebaran kasus covid-19 di Sulawesi Selatan4

Tingginya angka kasus COVID-19 memiliki kaitan yang erat dengan


perilaku masyarakat terkait penularan COVID-19, sehingga penulis tertarik untuk
melihat bagaimanakah gambaran karakteristik dan perilaku masyarakat cakupan
Puskesmas Sukamaju terhadap COVID-19.

Pengetahuan masyarakat penting dalam pengaruhnya dengan perilaku


kehidupan sehari-hari dalam pencegahan penularan penyakit Covid-19 di wilayah

2
Puskesmas Sukamaju, oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Gambaran perilaku masyarakat cakupan puskesmas
Sukamaju terhadap covid -19.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini yaitu
bagaimana gambaran perilaku masyarakat cakupan Puskesmas Sukamaju terhadap
COVID-19?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui gambaran perilaku masyarakat cakupan Puskesmas Sukamaju
terhadap COVID-19

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bidang Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
gambaran perilaku masyarakat cakupan Puskesmas Sukamaju terhadap
COVID-19.
1.4.2 Bidang Pelayanan Mayarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat
cakupan Puskesmas Sukamaju untuk mengetahui perilaku yang benar dan
baik dalam menyikapi COVID-19 di kehidupan sehari-hari
1.4.3 Bidang Pengembangan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendahuluan dan bahan
rujukan bila topik yang serupa ingin diteliti oleh peneliti-peneliti lainnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam diri individu
tersebut.9

2.1.2 Jenis Perilaku


Perilaku dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :10
a. Perilaku tertutup
Perilaku tertutup merupakan respon terhadap suatu stimulus yang terjadi
dalam seorang individu dan tidak dapat diamati dengan jelas oleh orang lain dari
luar. Respon tertutup masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan, dan sikap seorang individu terhadap stimulus yang bersangkutan.
b. Perilaku terbuka
Perilaku terbuka merupakan respon terhadap suatu stimulus yang berupa
suatu tindakan yang dapat diamati orang lain.

2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Perilaku


Faktor-faktor yang diduga memengaruhi perilaku adalah latar belakang
pendidikan, masa kerja, keterampilan, motivasi, alat kerja, sarana kerja, waktu
kerja, pedoman tertulis, dan kepatuhan terhadap pedoman serta faktor
psikologis.11

4
2.2 Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
2.2.1 Definisi COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen.12

2.2.2 Etiologi COVID-19


Penyebab COVID-19 adalah coronavirus, yaitu virus RNA dengan strain
tunggal positif, berkapsul, dan tidak bersegmen. Coronavirus memiliki beragam
jenis, terbagi dalam empat genus utama yaitu : alphacoronavirus,
betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Coronavirus
merupakan patogen yang dapat menimbulkan penyakit pada hewan dan manusia.

Coronavirus memiliki struktur protein utama berupa protein N (nukleokapsid),


glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), dan protein E (selubung).
Struktur tersebut berbentuk menyerupai mahkota (crown) sehingga disebut
coronavirus.12

COVID-19 diakibatkan oleh coronavirus jenis SARS-CoV-2 yang termasuk


dalam genus betacoronavirus. Betacoronavirus umumnya berbentuk bundar

5
dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60 – 140 nm. Melalui pemeriksaan
analisis filogenik dan full-genome sequencing, SARS-CoV-2 memiliki kemiripan
dengan SARS-CoV yang menimbulkan wabah SARS pada tahun 2002. SARS-
CoV-2 menggunakan reseptor yang sama dengan SARS-CoV untuk menginfeksi
sel, yaitu reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2).12,13

Menurut penelitian, coronavirus dapat bertahan di luar sel inang, tetapi


durasi ketahanannya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis permukaan,
suhu, dan kelembaban lingkungan. SARS-CoV-2 diperkirakan dapat bertahan
selama 72 jam di permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada
tembaga, dan kurang dari 24 jam pada kardus.13

Coronavirus memiliki sensitivitas terhadap sinar ultraviolet dan panas, serta


dapat nonaktif bila berkontak dengan pelarut lemak seperti eter, etanol 75%,
desinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan kloroform (kecuali
klorheksidin).13

6
2.2.3 Patofisiologi COVID-19
Coronavirus merupakan zoonosis, yaitu patogen yang ditularkan antara
hewan dan manusia. COVID-19 dicurigai pada awalnya menular dari hewan
kelelelawar. Penularan COVID-19 dari manusia ke manusia lain adalah melalui
droplet. Droplet dapat berpindah melalui kontak langsung (batuk, bersin,
bersalaman, dan lain-lain) maupun tidak langsung (menyentuh barang yang telah
terkontaminasi droplet). Transmisi COVID-19 juga dapat terjadi secara aerosol
atau melalui udara pada kondisi khusus seperti tindakan intubasi endotrakeal,
bronkoskopi, suction terbuka, nebulisasi, ventilasi manual, trakeostomi, resusitasi
kardiopulmoner, dan lain-lain.14,15
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata lima hingga enam hari, dengan rentang
waktu antara satu hingga empat belas hari. Risiko penularan tertinggi adalah pada
hari-hari pertama penyakit, karena tingginya konsentrasi virus pada sekret. Orang
yang terinfeksi dapat langsung menularkan penyakit hingga 48 jam sebelum onset
gejala dan hingga empat belas hari setelah onset gejala. Perlu diingat, pada
sebagian kasus konfirmasi, pasien tidak mengalami gejala apapun atau
asimptomatik, tetapi pasien tersebut dapat berpotensi menularkan penyakit.14
Virus masuk ke dalam sel inang setelah protein S yang berada di kapsul
virus berikatan dengan reseptor ACE-2 sel inang yang terdapat di sel epitel
saluran pernapasan. Setelah virus masuk ke dalam sel inang, terjadi replikasi di sel
epitel pernapasan. Replikasi diawali dengan translasi RNA virus. Selanjutnya,
akan terjadi transkripsi dan translasi sel inang yang memperbanyak salinan RNA
virus dan memproduksi komponen penyusun virus. Terakhir, akan terjadi viral
shedding atau pelepasan virus dari sel inang ke sel sekitarnya. Seluruh proses ini
akan terus terjadi berulang.14
Proses replikasi dan pelepasan virus akan memicu pengeluaran sitokin-
sitokin proinflamasi. Produksi sitokin pada akhirnya akan menyebabkan kondisi
badai sitokin, menyebabkan paru memadat dan mengalami fibrosis sehingga
terjadi gangguan oksigenasi hingga gawat napas dan memerlukan ventilator untuk
membantu proses pernapasan.14,15

2.2.4 Diagnosis COVID-19

7
2.2.4.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis
Anamnesis yang teliti dapat membantu penegakkan diagnosis COVID-19.
Selain menanyakan gejala yang dialami pasien, penting untuk menanyakan
riwayat kontak dengan pasien yang dicurigai menderita COVID-19 selama 14 hari
terakhir, riwayat perjalanan selama 14 hari terakhir, kepatuhan pasien
menjalankan protokol kesehatan, serta penyakit komorbid yang diderita oleh
pasien.16
Manifestasi klinis COVID-19 umumnya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Gejala COVID-19 yang umum dikeluhkan adalah batuk kering, demam
dengan suhu 38˚C, dan malaise. Selain itu pasien juga dapat mengalami nyeri
kepala, hidung tersumbat, pilek, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang
penciuman, dan ruam kulit. Hingga saat ini, menurut statistik 80% kasus
menunjukkan gejala ringan sedang, 13.8% menunjukkan gejala sakit berat, dan
6.1% menunjukkan gejala kritis.16

Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar


3-14 hari (median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau
sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal),
virus menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang
mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala pada
fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah
timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di
paru memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai
terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak
terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan
komplikasi lainnya menunjukkan perjalanan penyakit pada pasien COVID-19
yang berat dan onset terjadinya gejala dari beberapa laporan.6

8
Pada kasus berat, pasien dapat mengalami Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, bahkan gagal multiorgan, sehingga
dapat berujung pada kematian. Lansia dan orang dengan penyakit komorbid
seperti hipertensi, gangguan jantung, diabetes, serta keganasan, memiliki risiko
lebih besar mengalami gejala berat.15,16

2.2.4.2 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium16

Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis,


fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan prokalsitonin
dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi. Trombositopenia juga kadang dijumpai,
sehingga kadang diduga sebagai pasien dengue. Yan, dkk. di Singapura
melaporkan adanya pasien positif palsu serologi dengue, yang kemudian diketahui
positif COVID-19. Karena gejala awal COVID-19 tidak khas, hal ini harus
diwaspadai. Profil temuan laboratorium pada pasien COVID-19 dapat dilihat pada
Tabel berikut.6

9
b. Pemeriksaan Radiologi16
Pencitraan terpilih untuk membantu penegakkan diagnosis adalah CT-
scan  dan foto polos toraks. Pada fase awal dapat ditemukan Ground Glass
Opacities (GGO) di area perifer, subpleural, dan lobus bawah. Selain itu, tampak
penebalan septal interlobular dan interstisial intralobular yang berbentuk crazy
paving pattern. Perjalanan klinis CT-scan pasien COVID-19 sebagai berikut:15,16
- Pasien asimtomatis: tampak GGO multifokal dan unilateral. Jarang ditemukan
penebalan septum interlobularis, efusi pleura, dan limfadenopati.
- Satu minggu setelah onset: tampak GGO lesi bilateral dan difus. Efusi pleura
ditemukan pada 5% kasus dan limfadenopati ditemukan pada 10%.
- Dua minggu setelah onset: tampak GGO predominan dan dapat terdeteksi
konsolidasi.

10
- Tiga minggu setelah onset: tampak GGO predominan disertai pola retikular.
Gambaran efusi pleura, limfadenopati, bronkiektasis, dan penebalan pleura
mulai ditemukan.

2.2.4.3 Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2


a. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Pemeriksaan ini merupakan yang dikenal masyarakat sebagai uji diagnostik
cepat atau rapid test. Pemeriksaan ini menguji keberadaan IgM dan IgA dalam
darah. Prosedurnya cukup mudah, yakni dengan mengambil darah perifer
kemudian memeriksanya dengan kit. Perlu diperhatikan onset paparan dan durasi
gejala saat pemeriksaan, karena IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi mulai hari
ketiga hingga keeenam setelah onset gejala, sementara IgG mulai terdeteksi pada

11
hari ke-10 hingga 18 setelah onset gejala. Pemeriksaan jenis ini tidak
direkomendasikan WHO sebagai dasar diagnosis utama. Pasien negatif serologi
masih perlu observasi dan diperiksa ulang bila dianggap ada faktor risiko
tertular.15,16
b. Pemeriksaan Virologi
Metode pemeriksaan virologi adalah dengan amplifikasi asam nukleat
dengan real-time reversetranscription polymerase chain reaction (rRT-PCR).
Sampel dikatakan positif (konfirmasi SARS-CoV-2) bila rRT-PCR positif pada
minimal dua target genom (N, E, S, atau RdRP) yang spesifik SARS-CoV-2;
ATAU rRT-PCR positif betacoronavirus, ditunjang dengan hasil sequencing
sebagian atau seluruh genom virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2.15,16
WHO merekomendasikan pengambilan spesimen pada dua lokasi, yaitu dari
saluran napas atas (swab nasofaring atau orofaring) atau saluran napas bawah
(sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat endotrakeal). Sampel
diambil selama 2 hari berturut turut untuk PDP dan ODP, boleh diambil sampel
tambahan bila ada perburukan klinis. Pada kontak erat risiko tinggi, sampel
diambil pada hari 1 dan hari 14.15,16
Hasil negatif palsu pada tes virologi dapat terjadi bila kualitas pengambilan
atau manajemen spesimen buruk, spesimen diambil saat infeksi masih sangat dini,
atau gangguan teknis di laboratorium. Oleh karena itu, hasil negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan infeksi SARS-CoV-2, terutama pada pasien dengan
indeks kecurigaan yang tinggi.15,16

2.2.5 Diagnosis pasien COVID-19

Definisi operasional pada kasus COVID-19 di Indonesia mengacu pada


panduan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang
mengadopsi dari WHO.6
Kasus probable didefinisikan sebagai PDP yang diperiksa untuk COVID-19
tetapi hasil inkonklusif atau seseorang dengan dengan hasil konfirmasi positif
pancoronavirus atau betacoronavirus. Kasus terkonfirmasi adalah bila hasil

12
pemeriksaan laboratorium positif COVID-19, apapun temuan klinisnya. Selain
itu, dikenal juga istilah orang tanpa gejala (OTG), yaitu orang yang tidak
memiliki gejala tetapi memiliki risiko tertular atau ada kontak erat dengan pasien
COVID-19.6
Kontak erat didefinisikan sebagai individu dengan kontak langsung
secara fisik tanpa alat proteksi, berada dalam satu lingkungan (misalnya kantor,
kelas, atau rumah), atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien
dalam pengawasan (kontak erat risiko rendah), probable atau konfirmasi
(kontak erat risiko tinggi).Kontak yang dimaksud terjadi dalam 2 hari sebelum
kasus timbul gejala hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.6

2.2.6 Tatalaksana pasien COVID -19

TATA LAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19.15,16

1. Tanpa gejala
a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun di
fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah.
 Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP).
 Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk
pemantauan klinis
b. Non – Farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk
dibawa ke rumah):
 Pasien :
‐ Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat
berinteraksi dengan anggota keluarga.
‐ Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.

13
‐ Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
‐ Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
‐ Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis) - Alat
makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
‐ Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
(sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore).
‐ Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong
plastik / wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor
keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan
mesin cuci
‐ Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
‐ Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga
jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38o C
 Lingkungan/Kamar :
‐ Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
‐ Membuka jendela kamar secara berkala
‐ Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan
kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung tangan
dan goggle).
‐ Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
‐ Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektan lainnya
 Keluarga :
‐ Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
‐ Anggota keluarga senanitasa pakai masker
‐ Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
‐ Senantiasa mencuci tangan
‐ Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih

14
‐ Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara
tertukar
‐ Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien
misalnya gagang pintu dl
c. Farmakologi
 Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE-
inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke
Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
 Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
‐ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
‐ Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
‐ Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari),
‐ Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink
 Vitamin D
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
 Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap
memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
 Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.

15
2. Derajat ringan
a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal 10 hari
sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan
gangguan pernapasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi
dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas
gejala. Isolasi dapat dilakukan mandiri di rumah maupun di fasilitas
publik yang dipersiapkan pemerintah.
 Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan kondisi
pasien.
 Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP terdekat.
b. Non – Farmakologi
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi
tanpa gejala).
c. Farmakologi
 Vitamin C dengan pilihan:
‐ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14
hari)
‐ Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
‐ Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari)
‐ Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C, B,
E, zink
 Vitamin D :
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
 Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari
 Antivirus :

16
‐ Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari
(terutama bila diduga ada infeksi influenza)
‐ ATAU
‐ Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
 Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam.
 Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap
memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
 Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

3. Derajat sedang
a. Isolasi dan Pemantauan
 Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah
Sakit Darurat COVID-19
 Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/ Rumah
Sakit Darurat COVID-19
b. Non Farmakologis
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan
hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi
ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara berkala.
c. Farmakologi
 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
 Vitamin D

17
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU) Diberikan terapi farmakologis
berikut:
 Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari).
 DITAMBAH
 Salah satu antivirus berikut : Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg)
loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600
mg (hari ke 2-5) Atau Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1)
dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
 Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
 Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
 Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP

4. Derajat Berat atau Kritis


a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara
kohorting
 Pengambilan swab untuk PCR dilakukan sesuai Tabel
b. Non – Farmakologi
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan), dan oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan
hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi
ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-dimer.

18
 Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
c. Farmakologi
 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
 Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
 Vitamin D
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
 Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari).
 Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena koinfeksi
bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis,
fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan
kultur darah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum
(dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.
 Antivirus :
‐ Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau
‐ Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV
drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
 Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
 Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat
yang mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan ventilator.
 Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

19
 Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi
 Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman
tatalaksana syok yang sudah ada

TATALAKSANA PASIEN BELUM TERKONFIRMASI COVID-19

Dalam kelompok ini termasuk pasien kontak erat, pasien suspek dan
probable COVID-19.

1. Tanpa Gejala
 Kasus kontak erat yang belum terkonfirmasi dan tidak memiliki
gejala harus melakukan karantina mandiri di rumah selama
maksimal 14 hari sejak kontak terakhir dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID19
 Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke
rumah)
 Vitamin C dengan pilihan ;
‐ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14
hari) - Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30
hari)
‐ Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari),
‐ Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink
 Vitamin D
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)

20
 Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap
memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
 Khusus petugas Kesehatan yang kontak erat, segera dilakukan
pemeriksaan RT-PCR sejak kasus dinyatakan sebagai kasus probable
atau konfirmasi sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Revisi ke-5,
Kementerian Kesehatan RI Hal 86

2. Derajat Ringan
a. Isolasi dan Pemantauan
 Melakukan isolasi mandiri selama maksimal 14 hari dirumah
 Pemeriksaan laboratorium PCR swab nasofaring dilakukan oleh
petugas laboratorium setempat atau FKTP pada hari 1 dan 2 dengan
selang waktu > 24 jam serta bila ada perburukan sesuai dengan
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) Revisi ke-5, Kementerian Kesehatan RI Hal 86.
 Pemantauan terhadap suspek dilakukan berkala selama menunggu
hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh FKTP
b. Non – Farmakologi
 Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP, contohnya Puskesmas
 Pemeriksaan yang disarankan terdiri dari hematologi rutin, hitung
jenis leukosit, dan laju endap darah.
 Foto toraks
 Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke
rumah)
‐ Pribadi : o Pakai masker jika keluar o Jaga jarak dengan
keluarga o Kamar tidur sendiri o Menerapkan etika batuk
(Diajarkan oleh petugas medis kepada pasien) o Alat makan

21
minum segera dicuci dengan air/sabun o Berjemur sekitar 10-15
menit pada sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore o Pakaian
yg telah dipakai sebaiknya masukkan dalam kantong
plastic/wadah tertutup sebelum dicuci dan segera dimasukkan
mesin cuci o Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi dan jam
19 malam o Sedapatnya memberikan informasi ke petugas
pemantau/FKTP atau keluarga jika terjadi peningkatan suhu
tubuh > 38o C
‐ Lingkungan/kamar: o Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara o
Sebaiknya saat pagi membuka jendela kamar o Saat
membersihkan kamar pakai APD (masker dan goggles) o
Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektasn lainnya
‐ Keluarga ; o Kontak erat sebaiknya memeriksakan diri o
Anggota keluarga senantiasa pakai masker o Jaga jarak minimal
1 meter o Senantiasa ingat cuci tangan o Jangan sentuh daerah
wajah kalau tidak yakin tangan bersih
c. Farmakologi
 Vitamin C dengan pilihan ;
‐ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14
hari) - Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30
hari)
‐ Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari),
‐ Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink
 Vitamin D
‐ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)

22
‐ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
 Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap
memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
 Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 3 hari) kalau tidak ada bisa
pakai Levofloksasin 750 mg/24 jam (5 hari) bila dicurigai ada
infeksi bakteri, sambil menunggu hasil swab.
 Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).

3. Derajat Sedang, Berat, dan Kritis


a. Isolasi dan Pemantauan
 Rawat di Rumah Sakit /Rumah Sakit Rujukan sampai memenuhi
kriteria untuk dipulangkan dari Rumah Sakit
 Dilakukan isolasi di Rumah Sakit sejak seseorang dinyatakan
sebagai kasus suspek. Isolasi dapat dihentikan apabila telah
memenuhi kriteria sembuh.
 Pemeriksaan laboratorium PCR swab nasofaring hari 1 dan 2 dengan
selang waktu > 24 jam sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID19) Hal 86.
 Pikirkan kemungkinan diagnosis lain
b. Non – Farmakologi
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan), dan oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan
hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi
ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-dimer.
 Pemeriksaan foto toraks serial
c. Farmakologi

23
 Bila ditemukan pneumonia, tatalaksana sebagai pneumonia yang
dirawat di Rumah Sakit.
 Kasus pasien suspek dan probable yang dicurigai sebagai COVID19
dan memenuhi kriteria beratnya penyakit dalam kategori sedang atau
berat atau kritis (lihat bab definisi kasus) ditatalaksana seperti pasien
terkonfirmasi COVID-19 sampai terbukti bukan.

2.2.7 Pencegahan COVID-1915,16


2.2.7.1 Pencegahan secara umum
- Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir  40-60 detik /penggunaan
antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer)  20 – 30 detik.
- Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.
- Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan
mulut
- Catatan : Pada anak <5 tahun tidak diperkenankan menggunakan masker 
KEMANDIRIAN BELUM BAIK
- Menjaga jarak minimal 1 meter
- Membatasi diri terhadap interaksi
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan
sehat (PHBS)
- Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
- Bila sakit BEROBAT
- Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
- Menerapkan adaptasi kebiasaan baru

2.2.7.2 Pencegahan setelah berpergian


- Buka sepatu/ sandal sebelum masuk ke dalam rumah
- Semprot disinfektan pada alas kaki maupun pada peralatan yang digunakan
seperti pakaian, ponsel, pulpen, laptop, dll
- Buang semua yang dipegang dan yang tidak dibutuhkan lagi seperti kuitansi,
kertas, dll

24
- Jangan menyentuh apapun di dalam rumah, lakukan cuci tangan selama 20
detik
- Lepaskan pakaian yang dipakai dan masukkan ke dalam tempat cucian yang
tertutup
- Langsung mandi sebelum bersantai dan berkumpul dengan keluarga

2.2.7.3 Pencegahan komunitas


- Upaya pencegahan (prevent)
 Kegiatan promosi kesehatan (promote)
 Kegiatan perlindungan (protect)
- Upaya penemuan kasus (detect)
 Deteksi dini
 Melakukan pemantauan kondisi kesehatan
- Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
 Pembatasan Fisik dan Pembatasan Sosial
 Penerapan Etika Batuk dan Bersin
 Isolasi Mandiri/Perawatan di Rumah
 Pelaksanaan Tindakan Karantina Terhadap Populasi Berisiko

25
BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif secara cross sectional
yaitu dengan melakukan pembagian kuisioner penelitian berisi 9 poin pertanyaan
mengenai pengetahuan masyarakat cakupan puskesmas Sukamaju terhadap
COVID-19.

3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2021 di wilayah
cakupan puskesmas Sukamaju Luwu Utara.

3. 3 Populasi dan Sampel Penelitian

26
Populasi dalam penelitian ini yaitu mencakup seluruh masyarakat di wilayah
cakupan puskesmas Sukamaju. Adapun sampel penelitian ditetapkan berdasarkan
teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden.

3. 4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan metode penyebaran kuisioner.
Kuisioner berisi 9 poin pertanyaan tertutup. Setiap pertanyaan memiliki 3 opsi
jawaban dan partisipan diwajibkan memilih hanya 1 jawaban yang dianggap
paling benar. Hasil penelitian akan dideskripsikan dalam bentuk grafik dan data
mengenai gambaran perilaku masyarakat cakupan puskesmas Sukamaju terhadap
covid-19.

BAB IV

PROFIL UMUM PUSKESMAS SUKAMAJU

4.1 Profil Komunitas Umum

Puskesmas Sukamaju merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang

beralamat di Jalan Pramuka No.19 Sukamaju, Kec Sukamaju, Kab Luwu Utara

yang terdiri atas UGD 24 jam, instalasi rawat inap umum dan bersalin, instalasi

rawat jalan (poli umum, poli gigi, KIA, laboratorium sederhana dan apotek).

Budaya dan kebiasaan masyarakat diwilayah kerja puskesmas Sukamaju

tidak jauh dengan budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya,

27
yakni giat gotong royong dan perilaku kekeluargaan masih sangat menonjol dalam

kehidupan masyarakatnya.

4.2 Data Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Sukamaju adalah lingkup wilayah Kecamatan

Sukamaju yang beribu kota Sukamaju terletak antara 01 53, 19-02 55 36

Lintang selatan dan 119 47 46 - 12037 44 Bujur Timur, yang berbatasan

dengan :

a) sebelah Utara : berbatasan dengan kecamatan Rampi

b) sebelah Selatan : berbatasan dengan kecamatan Sukamaju Selatan

c) sebelah Timur : berbatasan dengan kecamatan Bone-Bone

d) sebelah Barat : berbatasan dengan kecamatan Mappedeceng.

Kecamatan Sukamaju diapit oleh sungai Uraso dan Tamboke Kanjiro.

Luas wilayah kecamatan Sukamaju tercatat 208,2 km dan secara

administrasi pemerintahan terbagai menjadi 14 desa.Iklim Luwu Utara termasuk

iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 188,75 mm dan hari hujan rata-rata

11,83 dengan kelembaban rata-rata 82,92%.

Dari 14 desa yang terluas adalah Desa Tamboke dengan luas wilayah

63,11 km2, sedangkan yang terkecil adalah desa Wonosari dengan luas wilayah

0,89 km2.

4.3 Data Demografi


Jumlah penduduk kecamatan Sukamaju tahun 2019 tercatat sebanyak

25.636 jiwa yang terdiri dari laki-laki 12.873 jiwa perempuan 12.763 jiwa dan

tersebar di 14 desa, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 3.558 jiwa mendiami

28
desa Sukamaju, dan jumlah penduduk terkecil yakni 847 jiwa mendiami desa

Sukadamai

Tabel 1. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Desa Tahun 2016 s/d 2019

Jumlah Penduduk Tahun


No. Desa
2015 2016 2017 2019

1 Lampuawa 2.019 2.022 2.275 2.028

2 Minanga Tallu 1.818 1.810 2.190 1.815

3 Tamboke 1.279 1.283 1.624 1.286

4 Kaluku 2.389 2.393 2.816 2.400

5 Salulemo 1.680 1.683 2.058 1.687

6 Saptamarga 1.606 1.611 2.139 1.616

7 Sukamaju 3.520 3.551 4.546 3.558

8 Wonosari 941 946 1.050 950

9 Tulung Sari 1.106 1.110 1.270 1.113

10 Ketulungan 2.994 2.996 3.274 3.003

11 Tulung Indah 1.999 2.003 2.060 2.008

12 Mulyasari 1.495 1.498 1.608 1.503

13 Sukadamai 841 844 872 847

14 Sukaharapan 619 621 808

15 Sukamukti 1.135 1.136 1.376

16 Sidoraharjo 1.866 1.870 2.349

17 Tolangi 1.813 1.817 2.207

Jumlah 29.120 29.194 34.522 25.636

Sumber : Kantor camat sukamaju Tahun 2019

29
Persebaran penduduk pada 14 wilayah desa tidak merata, hal tersebut

disebabkan karena luas wilayah tiap desa tidak sama. Desa Sukadamai yang

terkecil luas wilayahnya mempunyai jumlah penduduk 847 jiwa, sedangkan desa

Sukamaju yang terluas wilayahnya mempunyai jumlah penduduk 3.558 jiwa dari

total penduduk kecamatan Sukamaju.

Peningkatan jumlah penduduk kecamatan Sukamaju dari tahun 2016

sampai dengan 2019, dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2.2 Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sukamaju Tahun 2016 s.d. 2019

[Y VALUE]
[Y VALUE]
[Y VALUE] [Y VALUE]

2015.5 2016 2016.5 2017 2017.5 2018 2018.5 2019 2019.5

30
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2019 jumlah

penduduk mengalami penurunan hal ini disebabkan karena 3 desa yang ada di

wilayah kecamatan sukamaju bergabung ke kecamatan sukamaju selatan,sehingga

desa yang ada di kecamatan sukamaju saat ini sebanyak 14 desa, faktor mata

pencaharian penduduk yang berbeda-beda, sehingga sebagian penduduk merantau

ke daerah lain, dalam arti bahwa sebagian penduduk tidak menetap atau bertempat

tinggal di wilayah tersebut.

4.4 Keadaan Sosial Ekonomi

4.4.1 Status pekerjaan

Pertumbuhan ekonomi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 tidak

terdapat data yang pasti di BPS kecamatan Sukamaju, tapi menurut perkiraan

bahwa, mata pencaharian penduduk wilayah kecamatan Sukamaju sebagian

besar petani diperkirakan berkisar 70,10%, PNS 8,20 %, ABRI 0,50 % dan

Wiraswasta 17,19%, dan lain-lain 4,01%.

70.10%

8.90% 17.19%
0.50% 4.01%

Sumber Data : BPS Kecematan Sukamaju Tahun 2019

4.4.2 Pendidikan

31
Fasilitas pendidikan di kecamatan Sukamaju pada tahun 2019 adalah 16

unit taman kanak-kanak, 17 unit sekolah dasar Negeri/ MI/ swasta, 4 Unit

sekolah lanjutan tingkat pertama Negeri/ MTs/ swasta, dan 4 unit sekolah

lanjutan tingkat atas dan sederajat.

4.5 Keadaan Perilaku Masyarakat

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, berikut ini disajikan

beberapa indikator yang memepengaruhi lingkungan antara lain :

4.5.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mampu mempraktikkan perilaku hidup

bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Adapun indikator nasional PHBS ada 10 yaitu : 1) Persalinan di tolong oleh

tenaga kesehatan; 2) Memberi ASI eksklusif; 3) Menimbang balita setiap

bulan; 4) menggunakan air bersih; 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun; 6) Menggunakan jamban sehat; 7) memberantas jentik di rumah sekali

seminggu; 8) makan buah dan sayur setiap hari; 9) melakukan aktifitas fisik

setiap hari; dan 10) tidak merokok dalam rumah.

4.5.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku hygine dan sanitasi

melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan yang terdiri atas

5 pilar, antara lain : Stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai

32
sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang aman di tingkat rumah

tangga, pengelolaan sampah dengan benar dan pengelolaan limbah cair

rumah tangga dengan benad. Permenkes Nomor 3 Tahun 2014 menyebutkan

“Dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,

mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan

kemampuan masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi

dasar, perlu menyelenggarakan sanitasi total berbasis masyarakat; Ditahun

2019 dari 14 desa/kelurahan yang ada di kec. Sukamaju,semua desa

melaksanakan STBM.

4.5.3 Kawasan Tanpa Rokok

Mengubah prilaku kebiasaan merokok di kalangan masyarakat bukanlah

hal mudah termasuk di kecamatan Sukamaju. Namun demikian sudah ada

beberapa area di wilayah kec. Sukamaju yang bekerja sama dengan Puskesmas

Sukamaju yang menetapkan wilayahnya sebagai Kawasan Tanpa Rokok yaitu

di desa Tulung indah, wonosari, Sukadamai, Sukamaju, Mital dan Tulung sari.

4.5.4 Posyandu

Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumber daya masyarakat

yang memberikan 5 kegiatan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Promosi

Kesehatan). Persentase Posyandu menurut strata di kecamatan Sukamaju

tahun 2019 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3. Persentase Posyandu menurut strata Tahun 2019

33
11%
11% Mandiri
Madya
Purnama
78%
Pratama

Sumber: Promosi Kesehatan Tahun 2019

4.6 Situasi Derajat Kesehatan

Situasi derajat kesehatan menjelaskan masalah kesehatan yang dihadapi.

Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan indikator yang

mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), morbiditas (kesakitan) dan status

gizi. Pada bab ini kondisi derajat kesehatan masyarakat di Kec. Sukamaju dinilai

melalui Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka

Kematian Balita (AKBA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas

beberapa penyakit balita dan dewasa.

4.6.1 Mortalitas

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen

demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan

komposisi umur penduduk, WHO mendefenisikan kematian sebagai suatu

peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen

yang biasa terjadi setiap saat setelah kelahiran.

Peristiwa kematian dewasa ini umumnya disebabkan karena penyakit

menular, penyakit degenerative, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko

pada kematian. Kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator

dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program

34
pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat

dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.

Dalam bab ini akan disajikan angka kematian pada Kec. Sukamaju di

tahun 2019.

1. Angka Kematian Neonatal (AKN)

Angka kematian neonatal adalah jumlah penduduk yang meninggal satu

bulan pertama setelah kelahiran (0 – 28 hari) yang dinyatakan dalam 1.000

kelahiran hidup pada tahun yang sama. Jumlah kematian neonatal di Kec.

Sukamaju tahun 2019 sebanyak 2 Kelahiran yang terjadi di desa Salulemo 1

kasus dan Ketulungan 1 kasus.

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Secara garis besar dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam

yaitu endogen dan eksogen. Kematian endogen biasa juga disebut dengan

kematian neonatal merupakan kematian yang terjadi ada bulan petama setelah

dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak

lahir. Kematian eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi

yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari pengaruh lingkungan. Kasus

kematian bayi di Kec. Sukamaju tahun 2019 sebanyak (1 Kasus) per 433

Kelahiran hidup.

3. Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari

derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

35
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan

atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidential)

selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (41 hari setelah

melahirkan). Pada tahun 2019 terdapat 3 kematian ibu di puskesmas

sukamaju.

4.6.2 Morbiditas

Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden

maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Tingkat kesakitan

mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat yang ada di dalamnya.

Pada bab ini disajikan gambaran morbiditas penyakit-penyakit menular dan

tidak menular yang dapat menjelaskan keadaan derajat kesehatan masyarakat

di Kecamatan Sukamaju sepanjang tahun 2021.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden berjenis


kelamin perempuan yaitu sebanyak 37 responden (74%), dengan pekerjaan
sebagian besar adalah PNS/Karyawan Swasta sebanyak 16 Responden (32%).
Pendidikan terakhir terbanyak yakni D3 sebanyak 14 responden (28%)
Karakteristik F (n= 50) %
Jenis Kelamin

36
Perempuan 37 74%
Laki-Laki 13 26%
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 1 2%
SD 6 12%
SMP 4 8%
SMA 13 26%
D3 14 28%
S1 11 22%
S2 1 2%
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 12 24%
PNS/Pekerja Swasta 16 32%
Pelajar/Mahasiswa 4 8%
Pensiunan/Tidak bekerja 5 10%
Tenaga Kesehatan 13 26%

Jenis Kelamin

26%

74%

Laki-laki Perempuan

Pekerjaan

10%
8%
32%

24%

26%
37
PNS/Karyawan Swasta Tenaga Kesehatan
Ibu Rumah Tangga Pelajar/Mahasiswa
Pensiunan/Tidak Bekerja
Pendidikan Terakhir
2% 2%

12%
22%
8%

28% 26%

Tidak Sekolah SD SMP


SMA D3 S1
S2

Data Perilaku Responden


Kadang-
Selalu Tidak Pernah
kadang
No. Pernyataan
F % f %
% f
Apakah Anda memeriksakan
diri ke puskesmas / dokter
1 25 50% 22 44% 3 6%
saat mengalami gejala batuk,
demam, sesak ?
Saya memakai masker bila
berada di tempat umum
2 42 84% 8 16% - 0%
(pasar, terminal, tempat
sembahyang, dan lain-lain)
3 Saya mencuci tangan dengan 42 84% 7 14% 1 2%
sabun atau menggunakan

38
hand sanitizer setelah
memegang benda-benda di
tempat umum
Saya mandi dan mengganti
4 pakaian setelah pulang dari 39 78% 10 20% 1 2%
bepergian
Saya menjaga jarak minimal
5 1 meter dari orang lain saat 23 46% 24 48% 3 6%
berada di luar rumah
Saya menjaga jarak dengan
6 9 18% 30 60% 11 22%
orang berusia lanjut
Saya menghindari hadir di
7 acara yang mengumpulkan 18 36% 29 58% 3 6%
banyak orang
Saya menggunakan fasilitas
8 transportasi umum atau 25 50% 20 40% 5 10%
pergi ke tempat umum
Saya melakukan isolasi
mandiri saat mengalami
9 gejala batuk, demam, sesak 33 66% 12 24% 5 10%
atau setelah berpergian ke
luar kota

39
Memeriksakan Diri
Selalu Kadang Jarang

6%

44% 50%

Isolasi Mandiri
Selalu Kadang Jarang

10%

24%

66%

Berdasarkan pada tabel kuisioner tersebut, didapatkan bahwa tingkat


kesadaran masyarakat puskesmas Sukamaju terhadap kesehatan cukup tinggi. Ini
dibuktikan dengan presentasi masyarakat yang memeriksakan diri ke dokter ketika
mengalami keluhan pada sistem pernapasan adalah sekitar 50% atau setengah dari
seluruh responden. Dan presentase masyarakat yang sadar untuk melakukan
isolasi mandiri ketika mengalami keluhan yaitu 66%. Angka tersebut
menggambarkan bahwa masyarakat cakupan wilayah Puskesmas Sukamaju sudah
memahami betapa pentingnya untuk segera mencari layanan kesehatan ketika
mengalami keluhan pernapasan di masa pandemi ini, serta memahami bahwa
isolasi mandiri penting untuk dilakukan guna mencegah penyebaran virus corona.

40
Memakai Masker di
Tempat Umum
Selalu Kadang Jarang

16%

84%

Telah diketahui bahwa prinsip pencegahan penularan covid-19 di era “new


normal” adalah 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Pada pertanyaan mengenai penggunaan masker, didapatkan lebih dari setengah
dari responden yang mengatakan “selalu” memakai masker ditempat umum
(84%), dan sisanya menjawab “kadang-kadang” bahkan yang menjawab “tidak
pernah/jarang” (0%).

Menjaga Hand Hygiene


Selalu kadang Jarang
2%

14%

84%

41
Kebersihan Diri Setelah
Berpergian
Selalu Kadang Jarang
2%

20%

78%

Berdasarkan hasil wawancara langsung, kebanyakan masyarakat


menggunakan masker hanya pada tempat umum seperti pasar, sementara hal
tersebut tidak dilakukan ketika melakukan ibadah di tempat ibadah (masjid).
Sementara untuk poin pertanyaan mengenai mencuci tangan dengan
sabun/menggunakan handsanitizer, sekitar 84% responden mengaku selalu
melaksanakan protokol kesehatan tersebut, dan 2% diantaranya sama sekali
menjawab tidak pernah mencuci tangan kecuali saat mandi atau alasan lain yang
tidak berkaitan dengan covid-19.
Hal ini membuktikan sudah banyak orang yang melakukan protocol
kesehatan terutama mencuci tangan dengan sabun/handsanitizer, walaupun dari
responden mengaku hanya mencuci tangan ketika disediakan fasilitas cuci tangan
atau handsanitizer di tempat umum.

42
Menjaga Jarak 1 Meter
Selalu Kadang Jarang

6%

46%
48%

Menjaga Jarang dengan


Usia Lanjut
Selalu Kadang jarang

18%
22%

60%

Menghindari Keramaian
Selalu Kadang Jarang

6%

36%

58%

43
Pada poin pertanyaan terkait menjaga jarak dan menghindari tempat umum,
didapatkan setengah dari jumlah responden menjawab “kadang-kadang”. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak masyarakat di wilayah cakupan
Puskesmas Sukamaju yang tidak memahami pentingnya menjaga jarak sebagai
langkah pencegahan penularan via droplet dari virus covid-19. Salah satu
contohnya telah dibukanya fasilitas publik, walaupun telah menetapkan jaga jarak.
Padahal telah diketahui menjaga jarak memiliki peran penting dalam
meminimalkan interaksi dan kerumunan, serta mencegah adanya penyebaran virus
covid-19 dalam suatu kelompok.

Penggunaan
Transportasi/Fasilitas
Umum
Selalu Kadang Jarang

10%

50%
40%

Namun perlu diperhatikan bahwa sebagian besar masyarakat di puskesmas


Sukamaju memiliki pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan orang banyak
seperti pedagang pasar maupun jasa angkutan umum, sehingga sangat berisiko
tinggi untuk terkena paparan virus. Oleh karena itu, penerapan PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) mutlak untuk diterapkan secara mandiri oleh masing-
masing individu agar dapat terhindar dari paparan virus atau menularkan ke orang
disekitarnya.

44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan dalam penelitian ini :
1. Tingkat kesadaran masyarakat Puskesmas Sukamaju terhadap kesehatan
cukup tinggi. Dibuktikan dengan pasien yang memeriksakan diri ke
Puskesmas Sukamaju sebesar 50%, dan yang melakukan isolasi mandiri jika
mengalami keluhan pernafasan sebesar 66%.
2. Mayarakat cakupan Puskesmas Sukamaju juga cukup mematuhi protokol
Kesehatan, dimana responden yang selalu menggunakan masker sebanyak
84%. Namun, dalam hal menjaga kebersihan tangan ataupun kebersihan
tubuh setelah bepergian dan menjaga jarak ataupun menghindari keramaian
masih kurang, dimana Sebagian besar responden menjawab “kadang-
kadang” pada lima pertanyaan tersebut.

6.2 Saran
1. Diharapkan ini dapat menjadi masukan kepada instansi pemerintah,
terutama dalam bidang kesehatan, untuk mendukung dan memberikan
wadah agar dapat dilakukan penyuluhan mengenai COVID-19 lebih
menyeluruh.
2. Diharapkan kepada para peneliti selanjutnya agar mengembangkan
penelitian yang kami lakukan agar memberikan dampak dan efek lebih baik
kepada masyarakat.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Petunjuk teknis alat pelindung diri (APD) dalam menghadapi wabah


COVID-19. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2020; 2020.
2. Pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus disease (covid-19)
Revisi 5. Kementerian Kesehatan RI; 2020.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Kementerian
Kesehatan RI; 2020.
4. Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease (COVID-19) .
Kementerian Kesehatan RI. 2020 [cited 2020 Nov 1]. Available
from: https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-
virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-1-
september-2020/#.X047xZYza00
5. Informasi Penanggulangan Covid-19 Pemerintah Kota Makassar. Info
Penanganan Covid -19 di Makassar. 2020 [cited 2020 Nov 1]. Available
from: https://infocorona.makassar.go.id/
6. Drucker P. The New Realities. Routledge; 2012. 282 p.
7. Achterbergh J, Vriens D. Organizations: Social Systems Conducting
Experiments. Springer Science & Business Media; 2010. 394 p.
8. Psikologi. EGC; 2017. 322 p.
9. Sarwono SW. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka; 2002.
10. Notoatmodjo S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset; 2005.

46
11. Indar I, Naiem MF. Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Rekam
Medis di RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar. J AKK. 2013
May;2(2):10–8.
12. COVID-19 SP. Peta Sebaran | Satgas Penanganan COVID-19 [Internet].
covid19.go.id. 2020 [cited on 2020 Oct 18]. Available from:
https://covid19.go.id/peta-sebaran

13. Coronavirus disease (COVID-19) [Internet]. 2020 [cited on 2020 Oct 18].
Available from: https://www.who.int/news-room/q-a-detail/coronaviruse-
disease-covid-19

14. Gluck MA, Mercado E, Myers CE. Learning and Memory : From Brain to
Behavior. New York: Worth Publisher; 2008. 83–169 p.

15. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M,


Herikurniawan H, et al. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. J Penyakit Dalam Indones; 2020 Apr 1;7(1):45–67.

16. COVID-19 SP. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian CORONAVIRUS


DISEASE (COVID-19) Revisi ke-5 - Protokol | Satgas Penanganan
COVID-19 [Internet]. covid19.go.id. 2020 [cited on 2020 Nov 8]. Available
from: https://covid19.go.id/p/protokol/pedoman-pencegahan-dan-
pengendalian-coronavirus-disease-covid-19-revisi-ke-5

47
LAMPIRAN 1

Kuesioner Penelitian
“Gambaran Perilaku Masyarakat Cakupan Puskesmas Sukamaju
terhadap COVID-19”

Identitas
Isilah dan berikan tanda centang () sesuai dengan identitas Anda !
Nama (inisial saja)
Jenis Kelamin o Laki-laki
o Perempuan
Pendidikan terakhir o Tidak Sekolah
o SD
o SMP
o SMA
o D3
o S1
o S2
Pekerjaan o Ibu Rumah Tangga
o PNS/Karyawan Swasta
o Tenaga Kesehatan
o Pelajar / mahasiswa
o Tidak bekerja/Pensiunan

48
Perilaku di Masa COVID-19
Berikan tanda centang () sesuai dengan kebiasaan yang Anda lakukan sehari-
hari !
No Kadang- Tidak
Pernyataan Selalu
. kadang Pernah
Apakah Anda memeriksakan diri ke
puskesmas / dokter saat
1 25 22 3
mengalami gejala batuk, demam,
sesak ?
Saya memakai masker bila berada
2 di tempat umum (pasar, terminal, 42 8 -
tempat sembahyang, dan lain-lain)
Saya mencuci tangan dengan sabun
atau menggunakan hand sanitizer
3 42 7 1
setelah memegang benda-benda di
tempat umum
Saya mandi dan mengganti pakaian
4 39 10 1
setelah pulang dari bepergian
Saya menjaga jarak minimal 1
5 meter dari orang lain saat berada di 23 24 3
luar rumah
Saya menjaga jarak dengan orang
6 9 30 11
berusia lanjut
Saya menghindari hadir di acara
7 18 29 3
yang mengumpulkan banyak orang
8 Saya menggunakan fasilitas 25 20 5

49
transportasi umum atau pergi ke
tempat umum
Saya melakukan isolasi mandiri saat
mengalami gejala batuk, demam,
9 33 12 5
sesak atau setelah berpergian ke
luar kota

Terima kasih atas partisipasi Anda !

50

Anda mungkin juga menyukai