Anda di halaman 1dari 6

Kepemilikan institusional merupakan kondisi dimana institusi atau lembaga

eksternal yang turut memiliki saham di perusahaan, seperti perusahaan asuransi,


investasi, ataupun perusahaan-perusahaan lainnya. Semakin besar kepemilikan institusi
maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi tersebut untuk
mengawasi manajemen. Akibatnya, akan memberi dorongan yang lebih besar untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Kinerja
yang meningkat tersebut akan menguntungkan bagi pemegang saham akan dapat banyak
keuntungan berupa deviden. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional akan
menjamin kemakmuran pemegang saham. Pengaruh kepemilikan institusional sebagai
agen pengawasan ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang
lebih besar oleh pihak institusi sehingga dapat menghalangi prilaku oportunistik menejer.

Kepemilikan Institusional merupakan lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap


investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan
tanggung jawab kepada devisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan. Keberadaan
institusi yang memantau secara profesional perkembangan investasinya menyebabkan tingkat
pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat tinggi sehingga potensi dapat ditekan
(Cahyono, et al 2016).

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan perusahaan oleh perusahaan baik yang berada
di luar negeri maupun di dalam negeri, biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab kepada
devisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan (Cahyono, Andini, & Raharjo, 2016).
[12:17, 19/01/2022] Monica Ratu Leo: Kepemilikan Institusional dapat mengurangi konflik
keagenan karena mampu mengontrol dan mengarahkan manajer untuk membuat kebijakan utang
dan deviden yang berpihak pada kepentingan pemegang saham institusional. Hal ini berarti
semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional akan menyebabkan
usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik
yang dilakukan oleh para manajer.

Kepemilikan Institusional merupakan kondisi dimana institusi saham pada satu perusahaan.
Institusional tersebut dapat berupa institusi pemerintah, institusi swasta, domestic maupun asing.
Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham lembaga dari external. Investor
institusional tidak jarang menjadi mayoritas dalam kepemilikan saham. Hal tersebut dikarenaka
para investor institusional memiliki sumberdaya yang lebih besar dari pada pmegang saham
lainnya sehingga dianggap mampu melaksanakan mekanisme pengawasan yang baik. Dari
berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional merupakan bahwa
kondisi dimana institusi atau lembaga eksternal yang turut memiliki saham di perusahaan, seperti
perusahaan asuransi, investasi, ataupun perusahaan-perusahaan lainnya. Semakin besar
kepemilikan institusi maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi
tersebut untuk mengawasi manajemen. Akibatnya, akan memberi dorongan yang lebih besar
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Kinerja
yang meningkat tersebut akan menguntungkan bagi pemegang saham akan dapat banyak
keuntungan berupa deviden. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional akan
menjamin kemakmuran pemegang saham. Pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen
pengawasan ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat
kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar
oleh pihak institusi sehingga dapat menghalangi prilaku oportunistik menejer. Kepemilikan
institusional dapat mengurangi agency cost dengan cara mengaktifkan pengawasan melalui
investor institusional. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan dengan keterlibatan institusi dalam
kepemilikan saham, manajemen perusahaan akan diawasi oleh investorinvestor institusional
sehingga kinerja manajemen juga akan meningkat. Kepemilikan institusional dianggap sebagai
efek substitusi dari upaya untuk meminimalkan biaya ke agenan melalui kebijakan deviden dan
utang. Oleh karena itu, untuk menghindari invesensi penggunaan sumbe rdaya, diterapkan
kebijakan dividen lebih rendah. Kepemilikan institusional diukur dari jumlah persentase saham
yang dimiliki institusional pada akhir tahun. (Surmayanti, 2018)

Kepemilikan Institusional dapat mengurangi konflik keagenan karena mampu mengontrol dan
mengarahkan manajer untuk membuat kebijakan utang dan deviden yang berpihak pada
kepentingan pemegang saham institusional. Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang
dimiliki oleh investor institusional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif
karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh para manajer. Penelitian
yang dilakukan oleh Cahyono.dkk. (2016), Feranika (2016), Lasmana (2016), Wijayanti (2017),
Setiawan (2017), Purwanto (2017), menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap tax 34 avoidance. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu maka hipotesis yang
diajukan adalah: H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance pad
Pengaruh profitabilitas, kepemilikan keluarga, corporate governance dan kepemilikan institusional
terhadap penghindaraan pajak di indonesiax

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pada tabel 1 menunjukkan kepemilikan institusional
berhubungan positif dan berpengaruh signifikan secara statistik berdasarkan nilai probabilitas
0,000 kecil dari 0,05. Hasil ini memberikan arti bahwa struktur kepemilikan institusional
didalam perusahaan memiliki hubungan yang erat terhadap tingkat pengawasan perusahaan
tersebut. Semakin banyak kepemilikan institusional maka tingkat pengawasannya juga semakin
ketat begitu juga sebaliknya, semakin sedikit kepemilikan institusional maka tingkat
pengawasannya semakin longgar sehingga rentan terjadi kecurangan didalam perusahaan.
Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka semakin tinggi pula jumlah beban pajak yang
harus dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin kecil kemungkinan praktik
penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Pemilik institusional berdasarkan besar dan
hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi dan
menghindari peluang untuk perilaku mementingkan diri sendiri. Hasil ini sependapat dengan
penelitian Merslythalia dan Lasmana (2016) dimana kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap tax avoidance,

[09:27, 19/01/2022] Monica Ratu Leo: Lawita diatas

Teori agensi adalah teori yang muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara pihak yang
memberi wewenang (principle) yang menginginkan kinerja perusahaan baik dengan pihak yang
menerima wewenang (agen) yang cenderung mempunyai kepentingan diri sendiri. Sebagaimana
manajer sebagai agen mempunyai kepentingan untuk mendapatkan imbalan yang sebesar-
besarnya melalui laba yang tinggi atas kinerjanya, sedangkan pemegang saham berharap untuk
menekankan pajak yang dibayarkan melalui laba yang rendah. (Putri, 2018)

Salah satu yang mempengaruhi kebijakan pajak perusahaan adalah adanya perbedaan antara
principle dan agen. Dan salah satu kelemahan sistem pajak yang digunakan di Indonesia adalah
dengan memberikan kebebasan bagi perusahaan untuk menghitung dan melaporkan pajaknya
sendiri yang memberikan kesempatan bagi agen untuk melakukan tindak kecurangan terhadap
nilai pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. (Ardyansah dan Zulaikha, 2014).

Menurut Putri dan Lautania (2016) Kepemilikan institusional memiliki peran penting dalam
monitoring kinerja manajemen untuk menghindari adanya pihak-pihak yang mendahulukan
kepentingan pribadi. Melihat kepemilikan institusional juga memiliki insentif untuk memastikan
bahwa perusahaan mengambil keputusan-keputusan yang akan memaksimalkan kekayaan
pemegang saham.

Besarnya proporsi saham yang dimiliki oleh institusional membuat pengawasan terhadap
manajemen juga akan meningkat. Hal tersebut membuat pemegang saham akan berusaha sebisa
mungkin mengarahkan perusahaan untuk meminimalkan beban pajaknya. Penelitian Cahyono et
al (2016) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

terhadap agresivitas pajak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini terbentuklah hipotesis sebagai
berikut:

[09:36, 19/01/2022] Monica Ratu Leo: Dari hasil pengujian untuk variabel kepemilikan
institusional, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pranata, Puspa, dan Herawati (2013) yang menyatakan bahwa variabel
kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance. Semakin
tinggi kepemilikan institusional, maka semakin tinggi pula jumlah beban pajak yang harus
dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin kecil kemungkinan praktik
penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Pemilik institusional berdasarkan besar dan
hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi dan
menghindari peluang untuk perilaku mementingkan diri sendiri. – ngadiman

[10:04, 19/01/2022] Monica Ratu Leo: Variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif
terhadap CETR. Semakin tinggi kepemilikan institusional, semakin tinggi pula jumlah beban
pajak yang harus dibayarkan perusahaan
. Perusahaan dalam rangka mengurangi agency problem dan mencapai keuntungan bottom line
performance yang lebih tinggi serta menjamin investasi berkelanjutan, maka beban pajak
perusahaan harus diminimalisir melalui perencanaan pajak agresif yang didorong oleh para
pemilik institusional

Anda mungkin juga menyukai