Anda di halaman 1dari 5

Resume Psikososial dan Kebudayaan

Nama : Y. A. Theresia

Prodi : Profesi NERS

Masyarakat Rumah Sakit dan Kebudayaan

Sebenarnya apa sih makna dari masyarakat rumah sakit? Lalu apa hubungannya dengan
budaya? Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga
kesehatan dan pusat penelitian medik. Lalu apa itu masyarakat? Pengertian Masyarakat
adalah sekumpulan individu-individu yang hidup bersama, bekerja sama untuk
memperoleh kepentingan bersama yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma,
dan adat istiadat yang ditaati dalam lingkungannya. Kemudian kita kembali lagi kepada
makna dari masyarakat rumah sakit, masyarakat rumah sakit artinya adalah sekumpulan
orang yang saling berinteraksi dalam ruang lingkup rumah sakit. Kebudayaan rumah sakit
mencangkup beberapa hal yaitu :

1. Pasien

Kebudayaan RS perspektif pasien memandang kegiatan di rumah sakit terasa tidak enak,


harus bayar, tidak gratis.

2. Tenaga profesional kesehatan

Kebudayaan RS perspektif professional

Ada kelainan sistem, organ, jaringan, sel, gangguan keseimbangan host, agent,
environment. Ketidakstabilan bio,psiko, sosio, cultural, spiritual.

3. Birokrasi
Kebudayaan RS perspektif Birokrasi memerlukan adanya pengaturan 6 M (man, money,
material, market, machine, methode), aturan yang jelas hak dan kewajiban,
pengembangan IPTEK dan SDM, pemahaman budaya kerja, nilai, norma, hukum, perlu juga
pengaturan pada sosialisasi, pendidikan, pembelajaran, pemahaman, managemen diri
dan orang lain.

Kebudayaan dalam keperawatan

Kebudayaan dalam keperawatan fokus memandang perbedaan dan persamaan antara


budaya keperawatan meliputi perspektif sehat, sakit yg didasarkan pada nilai budaya
kemanusiaan, kepercayaan dan tindakan yg digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan manusia  secara utuh (Leininger, 2002)

Tujuan kebudayaan dalam keperawatan di rumah sakit

Untuk mengidentifikasi, menguji, memahami keperawatan dari aspek budaya yg spesifik


dari pasien dan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

Asumsi yang dikembangkan : Perilaku Caring yaitu memahami manusia dengan sentuhan


kasih sayang, empati, human caring  dan tulus ikhlas.

Human caring diekpresikan dalam perasaan, ucapan, perbuatan yg memandang manusia


secara utuh dan memanusiakan manusia.

Konsep kebudayaan dalam keperawatan

Human caring  keperawatan transkultur fokusnya ada di kepentingan kesehatan,


penyembuhan, dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, serta lembaga.
Setiap budaya pasti punya kepercayaan tertentu, nilai, dan pola kepedulian juga
penyembuhan yang perlu ditemukan, dipahami, dan digunakan dalam merawat orang-
orang dari budaya yang berbeda-beda atau mirip.

Pengetahuan dan kompetensi yang imperatif untuk memberikan makna, kesejajaran,


aman, dan menguntungkan praktek perawatan kesehatan. Ini adalah hak asasi manusia
yang kebudayaan memiliki nilai-nilai peduli budaya mereka, kepercayaan, dan praktek-
praktek dihormati, jika dalam perjalanan waktu hal itu terbukti relevan maka dapat
dimasukkan ke dalam perawatan dan layanan kesehatan.

Komparatif pengalaman perawatan budaya, makna, nilai, dan pola budaya perawatan
sumber dasar pengetahuan keperawatan lintas untuk menuntun keputusan menyusui.

Generic (emik, folk) dan profesional (etik) pengetahuan dan praktik perawatan sering
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dasar yang perlu dinilai dan
dipahami sebelum menggunakan informasi dalam perawatan klien.

Konsep kebudayaan masyarakat rumah sakit

Budaya merupakan norma, seperti yang telah dijabarkan pada paragraf pertama dalam
resume ini, tidakan yang dipelajari memberi petunjuk berpikir, bertindak dalam
mengambil keputusan.

Nilai budaya adalah keinginan yang dipertahankan pada waktu tertentu, hal ini melandasi
keputusan yang diambil oleh setiap orang yang terlibat dalam proses perawatan klien.

Perbedaan budaya dalam asuhan mengacu pada sikap untuk menghargai nilai individu,
kepercayaan, tindakan, kepekaan lingkungan.

Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki individu menganggap budayanya yang terbaik

Etnis adalah berkaitan ras, kelompok budaya, digolongkan menurut ciri, kebiasaan,
kelaziman.
Ras adalah perbedaan macam manusia didasarkan karakteristik fisik, pigmen, bentuk
tubuh, wajah, bulu, ukuran tertentu.

Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bantuan, bimbingan perilaku pada
individu, kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas kehidupan

Caring adalah tindakan langsung dalam asuhan perawatan yang membimbing, membantu,
mengantisipasi kebutuhan.

Cultural care : kemampuan kognitif, afektif, dalam menilai  kepercayaan, ekpresi yang


digunakan dalam membantu pasien

Cultural imposition adalah tendensi tenaga kesehatan memaksakan praktik, nilai diatas
budaya dan kepercayaan  pada orang lain.

Pengaruh sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan

Dalam memahami sistem kesehatan dan sistem pemeliharaan kesehatan itu dapat melalui
konteks sosial budaya dari masyarakat itu sendiri. Hal yang menjadi tolak ukur dalam
sistem kesehatan, yaitu struktur sosial dan juga nilai-nilai budaya dari masyarakat sekitar.
Bentuk maupun fungsi sistem kesehatan menjadi cerminan dari bentuk dan fungsi
masyarakat yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh, ketika seseorang akan membuat
kampanye mengenai bahaya mengkonsumsi kopi terlalu banyak bagi kesehatan, maka
pembuat kampanye harus melihat dan mempelajari terlebih dahulu mengenai apa yang
membuat masyarakat harus meminum kopi. Bisa jadi kebiasaan masyarakat berkerja
hingga larut malam menjadikan mereka untuk meminum kopi untuk mengurangi rasa
kantuk. 

Seiring berkembangnya jaman, masalah kesehatan di Indonesia menjadi fokus utama dari
berbagai pihak. Hal ini dikarenakan persepsi masyarakat mengenai kesehatan sudah
berubah. Awalnya, masyarakat menganggap bahwa mendatangi rumah sakit itu hanya
untuk keadaan darurat dan jika terkena penyakit yang parah. Artinya, mereka yang datang
kerumah sakit itu hanya mereka yang merasa penyakit yang dideritanya itu pantas
mendapatkan penanganan di rumah sakit. Berbeda dengan sekarang, masyarakat saat ini
menganggap bahwa rumah sakit merupakan tempat pertama yang harus didatangi agar
penyakit yang diderita dapat ditangani dengan baik sebelum penyakit tersebut semakin
parah.

Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-penyakit yang
berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penyakit itu
dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap penyakit
tersebut. Ada kebiasaan di mana setiap orang sakit diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan
ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan
TBC.

Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan persepsi masyarakat


sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu
disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan secara
tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah alasan
ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata
pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan prinsip secara medis. Berangkat dari hal
ini, perawat harus pandai menerapkan beberapa prinsip berikut. Penerapan prinsip sosial
budaya itu apa saja ya kira-kira? Dalam praktik keperawatan di rumah sakit kita akan
menemukan 6 hal yang menjadi prinsip dasar keperawatan dalam masyarakat rumah sakit
dan kebudayaan, yaitu:

1. Penerimaan
2. Komunikasi
3. Individualisasi
4. Partisipasi
5. Kerahasiaan
6. Kesadaran diri dari perawat

Anda mungkin juga menyukai