Iqbal Ramadhan1
Abstrak
Masalah yang berhubungan dengan Alat Pelindung Diri (APD) menjadi sebuah renungan
dalam melaksanakan tugas setiap harinya, karena berhubungan langsung dengan pasien
ditempat mereka kerja berpotensi terhadap berbagai penyakit yang tanpa mereka sadari
dengan dampak resiko penyakit di kemudian hari. saat peneliti melakukan studi pendahuluan
dengan cara observasi ada beberapa perawat yang tidak menggunakan APD lengkap saat
berada di lingkungan rumah sakit dan masih berada pada jam kerja. Akibat nya kasus
konfirmasi tenaga medis di kabupaten karawang kembali bertambah. Sebanyak 26 tenaga
keshatan diantaranya ada 12 orang perawat di rumah sakit proklamasi karawang, dinyatakan
positif covid 19. tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat kepatuhan
perawat dalam penggunaan alat pelindung diri di rumah sakit proklamasi karawang pada
masa pandemi. desain penelitian yang digunakan kuantitatif desktiptif dengan rancangan
cross sectional. Uji statistik menggunakan Chi square. hasil penelitian didapatkan bahwa
gambaran tingkat kepatuhan responden yang terbanyak yaitu tidak patuh 24 sebanyak
(52.2%), gambaran alasan tidak menggunakan APD yang terbanyak yaitu Malas sebanyak 24
(100.0%), gambaran alasan menggunakan APD yang terbanyak yaitu Tidak Malas sebanyak
22 (100.0%), gambaran faktor instrinsik yang terbanyak yaitu Ada sebanyak 29 (63.0%),
gambaran faktor ekstrinsik yang terbanyak yaitu Tidak sebanyak 26 (56.5%). saran kepada
perawat di harapkan perawat harus bisa lebih patuh dalam penerepan penggunaan alat
pelindung diri agar tidak membahayakan diri sendiri dengan tidak memakai alat pelindung
diri perawat lebih berisiko tertularnya cairan, darah, atau virus yang berasal dari pasien
maupun dari rumah sakit.
Kata kunci : tingkat kepatuhan perawat, penggunaan alat pelindung diri, faktor instrinsik dan
ekstrinsik, pandemi covid-19
Abstract
1
have various diseases without them realizing the impact of disease risk in the future. when the
researcher conducted a preliminary study by observation, there were some nurses who did not
use full PPE while in the hospital environment and were still in working hours. As a result,
the number of confirmed cases of medical personnel in the Karawang district has increased
again. A total of 26 health workers including 12 nurses at the Karawang Proclamation
Hospital, tested positive for Covid 19. The general purpose of this study was to describe the
level of nurse compliance in the use of personal protective equipment at the Karawang
Proclamation Hospital during the pandemic. The research design used was descriptive
quantitative with a cross sectional design. Statistical test using Chi square. The results of the
study showed that the description of the highest level of compliance of respondents, namely
24 (52.2%), the description of the reasons for not using the most PPE, namely Lazy as much
as 24 (100.0%), the description of the reasons for using the most PPE, namely Not Lazy as
much as 22 (100.0%). ), the description of the most intrinsic factors is 29 (63.0%), the
description of the most extrinsic factors is 26 (56.5%). Suggestions to nurses are that nurses
are expected to be more obedient in applying the use of personal protective equipment so as
not to endanger themselves by not wearing personal protective equipment. Nurses are more at
risk of contracting fluids, blood, or viruses that come from patients or from hospitals.
Keywords: nurse compliance level, use of personal protective equipment, intrinsic and
extrinsic factors, the covid-19 pandemic
2
tinggi menjalani penyakit COVID-19 dan petugas di lingkungan rumah sakit.
(Hope et al, 2011).Perawat memiliki Dimasa pandemi seperti saat ini yang
kewajiban professional untuk merawat resiko terpapar virus sangatlah mudah
pasien dalam berbagai kondisi, termasuk bahkan yang kita ketahui lingkungan
dalam kondisi pandemi COVID-19. rumah sakit dapat mengandung berbagai
dampak negatif bagi perawat maupun
Laporan awal menunjukkan bahwa tingkat pasien.
infeksi COVID-19 pada perawat lebih
tinggi daripada saat pandemi SARS Alat pelindung diri (APD) adalah
(Huang et al, 2020). Meskipun memiliki seperangkat alat keselamatan yang
kewajiban profesional untuk merawat digunakan oleh pekerja untuk melindungi
pasien selama pandemi, banyak perawat seluruh atau sebagian tubuhnya dari
memiliki kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya pemaparan potensi
pekerjaannya dan dampaknya terhadap bahaya lingkungan kerja terhadap
dirinya sendiri. Khususnya kekhawatiran kecelakaan dan penyakit akibat kerja
terhadap risiko terinfeksi, penularan ke (Intan Puspita Sari, 2012). Perawat
anggota keluarga, stigma tentang diwajibkan untuk menggunakan Alat
pekerjaan dan pembatasan kebebasan Pelindung Diri untuk menghindari resiko
pribadi sebagai masalah utama (Hope et al, keselamatan dan kasehatan kerja di rumah
2011; Koh, Hegney, & Drury, 2012). Oleh sakit dalam memberikan asuhan
karena itu untuk mencegah terjadinya keperawatan. Pemakaian alat pelindung
resiko terinfeksi dan menekan diri merupakan upaya untuk menciptakan
kekhawatiran perawat harus lebih patuh keselamatan dan kesehatan kerja bagi
dalam menggunakan APD sesui dengan perawat di beberapa ruangan perawatan
SOP. Rumah Sakit.
Mulyana dan septianto (2020) berpendapat Alat Pelindung Diri seperti diantaranya
bahwa kepatuhan saat menggunakan APD sarung tangan, masker, kacamata menjadi
adalah hal yang penting untuk alternatif tindakan pencegahan bagi tenaga
menciptakan keselamatan dan kesehatan di kesehatan dalam melindungi diri dari
tempat kerja serta mengurangi angka resiko penularan penyakit selama
kejadian kecelakaan kerja. Perawat yang berinteraksi dengan pasien. Alat Pelindung
patuh selalu berprilaku aman dalam Diri harus digunakan pada saat melakukan
melaksanakan tindakannya, sehingga dapat tindakan yang beresiko terjadinya kontak
mengurangi akibat kecelakaan kerja. Akan dengan darah, cairan tubuh, sekret, lendir,
tetapi sebaliknya, perawat yang tidak patuh kulit yang tidak utuh dan benda yang
atau tidak selalu menggunakan APD terkontaminasi. Pemakaian alat pelindung
cenderung melakukan kesalahan dalam diri merupakan upaya untuk menciptakan
setiap proses kerja karena tidak mematuhi keselamatan dan kesehatan kerja bagi
standar dan prosedur yang ada. tenaga kesehatan di Rumah Sakit. Alat
Ketidakpatuhan dalam penelitian ini pelindung diri menjadi alternatif tindakan
seperti perawat hanya memakai masker pencegahan bagi tenaga kesehatan dalam
saat berada di lingkungan rumah sakit, saat melindungi diri dari resiko penularan
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
3
penyakit selama berinteraksi dengan kasus. Kemudian Jatim 848 kasus, Bali
pasien. 156 kasus, dan Sulsel 350 kasus. PPNI
juga mencatat ada 85 orang perawat
Covid-19 merupakan penyakit jenis baru meninggal dengan Covid-19.Lebih lanjut,
yang belum pernah diidentifikasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga
sebelumnya pada manusia dan dapat mencatat sebanyak 117 dokter meninggal
ditularkan dari manusia ke manusia dunia akibat Covid-19.
melalui droplet yang keluar saat batuk atau
bersin (Otálora, 2020). Dari beberapa Di kabupaten karawang kasus konfirmasi
laporan kasus yang ada menunjukkan COVID-19 Pada tanggal 13 januari 2021
bahwa penularan dari karier asimtomatis, jumlah akumulasi COVID 19 bertambah
namun mekanisme pastinya belum menjadi 7.225 orang, dari 7.225 kasus
diketahui. Kasus-kasus terkait transmisi positif COVID 19 sebanyak 255 orang
dari karierasimtomatis umumnya memiliki diantaranya telah meninggal dunia.
riwayat kontak erat dengan pasien Covid- Kemudian warga yang masih menjalani
19(Hui et al., 2020). perawatan dirumah sakit sebanyak 1.036
orang, dan sebanyak 5.934 orang yang
World Health Organization (WHO) dinyatakan telah sembuh. (Satgas Covid
melaporkan pada tanggal 13 Maret Karawang). Di kecamatan rengasdengklok
2020,terdapat kasus Covid-19 di 122 terkonfirmasi dinyatakan postif COVID 19
negara, dengan jumlah total 132.758 kasus 296 kasus, suspek 1 orang, kontak erat 153
confirmed dan 4.955 kematian. Karena orang, totalnya menjadi 450 kasus pada
banyaknya negara yang terjangkit Covid- tanggal 03 maret 2021.
19 dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh
WHO (Direktur Jenderal Pencegahan dan Sebagai data pendahuluan peneliti
Pengendalian Penyakit, 2020). mengadakan observasi di rumah sakit
proklamasi karawang, penulis melihat ada
Per tanggal 21 Maret 2020, jumlah kasus beberapa perawat yang tidak menggunakan
Covid 19 mencapai angka 275.469 jiwa APD lengkap saat berada di lingkungan
yang tersebar di 166 negara, termasuk rumah sakit dan masih berada pada jam
Indonesia (DirekturJenderal Pencegahan kerja. Akibat nya kasus konfirmasi tenaga
dan Pengendalian Penyakit, 2020). Di medis di kabupaten karawang kembali
Indonesia pada tanggal 26 februari 2021 bertambah. Sebanyak 26 tenaga keshatan
8,232 kasus baru yang terkena COVID 19. diantaranya ada 12 orang perawat di rumah
Di provinsi jawa barat per tanggal 15 sakit proklamasi karawang, dinyatakan
maret 2020 sampai dengan 1 maret 2021 positif covid 19.
kasus COVID 19 terdapat 210.000 kasus,
sembuh 171.000, meninggal dunia 2.304 Masalah yang berhubungan dengan Alat
(https://pikobar.jabarprov.go.id/distributio Pelindung Diri (APD) 1.967 tenaga
n-case).PPNI merinci, ada empat provinsi kesehatan telah meninggal karna terpapar
dengan catatan perawat positif Covid-19, covid 19 dalam melaksanakan tugas setiap
yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, dan harinya, karena berhubungan langsung
Sulawesi Selatan. Dari empat provinsi dengan pasien ditempat mereka kerja
tersebut, DKI Jakarta menyumbang angka berpotensi terhadap berbagai penyakit
perawat positif terbanyak, yakni 1.629 yang tanpa mereka sadari dengan dampak
4
resiko penyakit di kemudian hari. dengan melakukan pengukuran
sedangkan bahaya yang kita tahu sendiri pengukuran atau pengamatan pada saat
tentang covid 19 itu seperti apa dan cara bersamaan untuk mengetahui tentang
penularan nya cukup terbilang sangat “Gambaran Tingkat Kepatuhan Perawat
mudah apalagi perawat yang merupakan Dalam Penggunaan APD Dirumah Sakit
Usia Frekuensi Presentase (%) Proklamasi Pada Masa Pandemi”
25-35 23 50.0
Hasil
36-45 17 37.0 Analisa Univariat
Tabel 5.1
46-55 6 13.0
Distribusi Frekuensi Usia Pada Perawat Di
Total 46 100,0 Rumah Sakit Proklamasi Pada Agustus
2021
garda terdepan. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa
Dari hal tersebut peneliti tertarik ingin usia responden yang terbanyak yaitu usia
melakukan penelitian karena masih banyak 25-35 sebanyak 23 (50.0%)
dari perawat di rumah sakit tersebut
kurang baik pada penggunaan APD, Tabel 5.2
padahal banyak tenaga kesehatan yang
telah gugur pada masa pandemi saat ini Distribusi Jenis KelaminPada Perawat Di
karena terpapar covid 19. Oleh karena itu Rumah Sakit Proklamasi Pada Agustus
penulis tertarik melakukan penelitian 2021
tentang “ Gambaran Tingkat Kepatuhan JenisKelamin Frekuensi Presentase (%)
Perawat Dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Di Rumah Sakit Perempuan 22 47.8
Proklamasi Karawang Pada Masa
Pandemi” Laki – laki 24 52.2
Total 46 100,0
Metode
5
Distribusi Pendidikan Terakhir Pada Distribusi Kepatuhan Pada Perawat Di
Perawat Di Rumah Sakit Proklamasi Pada Rumah Sakit Proklamasi Pada Agustus
Agustus 2021 2021
PendidikanTerakhir Frekuensi Presentase (%) Kepatuhan Frekuensi Presentase (%)
Tabel 5.6
Tabel 5.4 Distribusi Alasan Tidak Patuh
Menggunakan APD Pada Perawat Di
Distribusi Perawat Berdasarkan Ruangan Rumah Sakit Proklamasi Pada Agustus
Tempat Kerja Di Rumah Sakit Proklamasi 2021 (n = 24)
Pada Agustus 2021 Alasan Tidak Patuh Frekuensi Presentase (%)
Tabel 5.7
Tabel 5.5 Distribusi Alasan Cukup/Patuh
Menggunakan APD Pada Perawat Di
Rumah Sakit Proklamasi Pada Agustus
2021 (n = 22)
6
Alasan Frekuensi Presentase (%)
Cukup/Patuh
Menggunakan APD
7
Jumlah perawat laki – laki di rumah sakit Berdasarkan hasil dilapangan ruang rawat
proklamasi lebih banyak dibandingkan inap memiliki perawat yang lebih banyak
perawat perempuan. Penelitian ini tidak dibandingkan ruang rawat poli. Karena
sejalan dengan penelitian yang dilakukan ruang rawat poli hanya beroperasi hanya
Lany Hakim dkk, (2020) yang berjudul jam dan hari tertentu saja. Sedangkan
faktor – faktor yang berhubungan dengan ruang rawat inap memiliki waktu lebih
kepatuhan tenaga kesehatan menggunakan banyak sehingga lebih banyak perawat
APD, menyatakan bahwa dunia yang dibutuhkan di ruang rawat inap.
keperawatan sangat didominasi oleh kaum
perempuan, selain itu profesi keperawatan
sangat identik dengan rasa ke ibuan B. Kepatuhan Penggunaan APD Pada
seorang wanita. Perawat
3. Pendidikan Terakhir Pada Perawat 1. Tingkat Kepatuhan
Pendidikan adalah panduan yang diterima Kepatuhan adalah derajat dimana
seorang tentang suatu perkembangan seseorang mengikuti anjuran peraturan
menuju suatu pencapaian tertentu dalam yang ada. Hasil penelitian yang dilakukan
bertindak serta mengisi kehidupan dalam pada 46 responden didapatkanhasil analisa
capaian keselamatan dan kebahagiaan, menunjukan tingkat kepatuhan responden
pendidikan yang bisa mempengaruhi yang terbanyak yaitu tidak patuh 24
individu termasuk prilaku terutama dalam sebanyak (52.2%).
bertindak serta berperan pada proses
pembangunan (Widiyaningsih & Berdasarkan hasil dilapangan adanya
Suharyanta, 2020). ketidakpatuhan dikarenakan responden
mengatakan penggunaan alat pelindung
Berdasarkan hasil yang dilakukan kepada diri terasa tidak nyaman dan cenderung
46 responden didapatkan hasil analisa lama. Sebagaimana sifat manusia yang
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ingin melakukan sesuatu secara cepat dan
terakhir yang terbanyak yaitu PROFESI sederhana sesuai dengan tipe kepribadian
NERS sebanyak 26 (56.5%). Pada tingkat menurut spranger dalam Fudyartanta
pendidikan, seseorang akan dipengaruhi (2012) yang salah satunya adalah tipe
oleh pendidikan yang diperolehnya, ekonomis yang menggambarkan sebagai
semakin tinggi tingkat pendidikan yang seseorang yang minatnya terpusat pada
didapat maka akan semakin banyak nilai guna sesuatu apa yang berguna
informasi yang diterima, sehingga pasien baginya. Penelitian ini sejalan dengan
akan lebih baik dalam memilih perawatan penelitian Romanus Fau (2019) Yang
apa yang akan dijalani. berjudul Hubungan kepatuhan SOP dan
4. Ruangan Pada Perawat penggunaan APD pada perawat
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada menunjukan hasil lebih banyak perawat
46 responden didapatkan hasilanalisa yang tidak patuh dalam penggunaan Alat
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Pelindung Diri.
terakhir yang terbanyak yaitu Rawat Inap 2. Alasan Tidak Patuh Menggunakan
sebanyak 37 (80.4%). APD Pada Perawat
8
Dari hasil peneliti diketahui yang tidak
patuh menggunakan APD adalah sebanyak
24 (52.4%) hasil analisa menunjukan C. Faktor Instrinsik/Ekstrinsik Pada
bahwa alasan tidak menggunakan APD Perawat
yang terbanyak yaitu malas sebanyak 24 1. Faktor Instrinsik
(100.0%). Penelitian ini sejalan dengan Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
penelitian yang dilakukan oleh Rahayu 46 orang responden didapatkan hasil
Khairiah dkk, (2018) yang berjudul analisa menunjukkan bahwa faktor
Gambaran kepatuhan perawat dalam instrinsik yang terbanyak yaitu Ada
penggunaan APD, Alasan karna malas sebanyak 29 (63.0%).
yaitu terbiasa tidak menggunakan APD
memiliki persentase terbanyak diantara Faktor instrinsik yaitu faktor atau
alasan yang lain. Masih ada banyak alasan pengaruh yang datang dari dalam.
yang melatarbelakangi perawat untuk Penilitian ini sejalan dengan hasil
menggunakan APD, bahkan ketersediaan penelitian Liswanti (2017). Menunjukan
APD yang cukup lengkap diruangan ada hubungan antara faktor instrinsik dan
sekalipun tidak menjamin perawat pasti ekstrinsik dengan penggunaan alat
memakai APD lengkap. pelindung diri. Karena faktor instrinsik
mencakup pengetahuan, masa kerja,
3. Alasan Cukup/Patuh Menggunakan pendidikan, sikap dan bertanggung jawab.
APD Pada Perawat Adapun masa kerja menurut kreiner dan
Dari hasil penelitian diketahui responden kinichi (2005) menyatakan bahwa masa
yang patuh menggunakan APD sebanyak kerja yang lama akan cenderung membuat
22 (47.8%) dari hasil analisa menunjukan seseorang betah dalam sebuah organisasi,
bahwa alasan menggunakan APD yang hal ini disebabkan karena ia telah
terbanyak yaitu tidak malas sebanyak 22 beradaptasi dengan lingkungan yang cukup
(100.0%). Alasan terbesar dalam lama sehingga akan merasa nyaman dalam
menggunakan APD oleh perawat yaitu pekerjaan nya.
karena adanya pengawasan. Menurut Dyah 2. Faktor Ekstrinsik
(2002) pengawasan merupakan sesuatu
kegiatan yang dilakukan seseorang yang Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor
diberi kuasa untuk mengamati, memeriksa ekstrinsik yang terbanyak yaitu Tidak
dan memantau kegiatan-kegiatan yang sebanyak 26 (56.5%). Faktor ekstrinsik
dilakukan pekerja selama bekerja. yaitu faktor atau pengaruh yang dating dari
Pengawasan sangat penting untuk luar. Penilitian ini sejalan dengan hasil
mempengaruhi tindakan perawat. penelitian Liswanti (2017). Menunjukan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian ada hubungan antara faktor instrinsik dan
Marchela Debora Maramis (2019) dengan ekstrinsik dengan penggunaan alat
judul Hubungan antara pengawasan atasan pelindung diri. Berdasarkan teori Domino,
dan pengetahuan dengan tindakan penyebab pekerja tidak menggunakan alat
penggunaan APD pada perawat. pelindung diri yaitu melalui hubungan
mata rantai sebab akibat dari beberapa
faktor penyebab tersebut adalah lemahnya
manajemen dan pengawasan nya, sanksi,
9
kurangnya sarana dan prasarana, penurunan kompetensi mahasiswa
kecerobohan atau kelalaian dari manusia, keperawatan. Hal ini juga dapat
serta tindakan manusia yang tidak aman berdampak pada meningkatnya bahaya
(Buntarto,2015). yang mengancam mahasiswa yang menjadi
tanggung jawab institusi tersebut selama
proses pendidikan
D. Implikasi keperawatan
10
kepatuhan perawat dalam penggunaan alat Agung, D. (2014). Penggunaan Alat
pelindung diri antara lain : Pelindung Diri di Rumah Sakit Sari
Asih Serang. Journal of
1. Bagi Pihak Rumah Sakit Enviromental and Public Health,
Diharapkan adanya pengawasan lebih 4(3), 81–89.
ketat pada perawat dalam penggunaan
alat pelindung diri agar mengurangi Agustine, S. (2015). Perilaku Penggunaan
terjadinya risiko yang berbahaya dan Alat Pelindung Diri (Universitas
tidak adanya pelanggaran penggunaan Indonesia).
alat pelindung diri pada perawat
Banda, I. (2015). Hubungan Perilaku
2. Bagi Perawat Perawat dengan Kepatuhan
Di harapkan perawat harus bisa lebih Menggunakan Alat Pelindung Diri
patuh dalam penerepan penggunaan alat (APD) Sesuai Standard Operating
pelindung diri agar tidak Procedure (SOP) di ruangRawat
membahayakan diri sendiri dengan Inap Badan Layanan Umum
tidak memakai alat pelindung diri Daerah (BLUD) Rumah Sakit
perawat lebih berisiko tertularnya Konawe Tahun 2015 (skripsi).
cairan, darah, atau virus yang berasal Kendari: Universitas Haluoleo.
dari pasien maupun dari rumah sakit.
Barizqi, I. N. (2015). Hubungan Antara
3. Bagi peneliti selanjutnya Kepatuhan Penggunaan APD
Perlunya dilakukan penelitian di lokasi dengan Kejadian Kecelakaan
berbeda untuk memperbanyak referensi Kerja Pada Pekerja Bangunan PT.
tentang gambaran tingkat kepatuhan Adhi Karya Tbk Proyek Rumah
perawat dalam penggunaan alat Sakit Telogorejo Semarang.
pelindung diri di tempat lain dan
memperdalam ilmu tengkat kepatuhan Chrysmadani. 2011. Analisis faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan
dalam penggunaan APD pada perawat.
perawat dalam penggunaan alat
pelindung diri dasar (handscoon
dan masker) di Rumah Sakit Graha
Daftar Pustaka Husada Gresik. Skripsi Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas
Aditya Sekti Wibowo, Maria Suryani S. Gresik. Gresik
Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Penggunaan Sarung Darmawati, dkk. 2015. Analisis Faktor
Tangan Pada Tindakan Ivasif Di yang Mempengaruhi Kepatuhan
Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Perawat Menggunakan Alat
H.Soewondo Kendal. 2013; Pelindung Diri (Handscoon) di
RSUD Bendan Kota Pekalongan.
Afifah, E., Yustina M. 2014. Hubungan Universitas pekalongan
Tingkat Pengetahuan dengan
Kepatuhan Menggunakan Alat Dayanti. Hubungan Pengetahnan Dan
Pelindung Diri pada Cleaning Sikap Perawat Terhadap
Service. Universitas Indonesia Penerapan Standard Operational
11
Procedure (SOP) Teknik kepatuhan No.2penggunaan APD
Menyuntik Dalam Upaya pada perawat di Puskesmas Kuokt:
Pencegahan Infeksi Di Rsud Arifin Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Achmad Pekanbaru Vol.3, No.1
Ditha, V., Pertiwiwati, E., & Rizany, I. Machfoedz, I., 2013. Teknik Menyusun
(2020). Motivasi Perawat Dengan Kuesioner dan Panduan
Kepatuhan Menggunakan Alat Wawancara (Alat Ukur Penelitian)
Pelindung Diri. NERSPEDIA Bidang Kesehatan, Kedokteran,
JOURNAL, 2(1), 33–38. Keperawatan, dan Kebinanan,
Yogyakarta: Fitramaya.
Eka, P.C. (2011). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Ningsih, S. S. R. (2014). Gambaran
Perawat Dalam Penggunaan Alat perilaku perawat dalam
Pelindung Diri Dasar (handscoon penggunaan alat pelindung diri di
dan masker) di Rumah Sakit Grha ruang rawat inap Rumah Sakit
Husada Gresik. Jurnal Skripsi. Umum Daerah Kota Bandung.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan. Pamuji T, Asrin A, Kamaluddin R.
Hubungan Pengetahuan Perawat
Evaldiana. (2013). Kepatuhan Perawat Tentang Prosedur Operasional
Terhadap Penggunaan Alat (SPO) Dengan Kepatuhan Perawat
Pelindung Diri (APD) dalam Terhadap Pelaksanaan SPO
Menangani Pasien TB Paru di RS Profesi Pelayanan Keperawatan Di
Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Instalasi Rawat Inap RSUD
Probolingga. Jurnal Keperawatan
Glady, R. Setyaningrum, dan K. Khairiyati Soedirman. 2008; 3 (1): 1-9.
(2016). Hubungan antara Usia,
Jenis Kelamin, Lama Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Pengetahuan, Sikap, dan Transmigrasi RI. 2010. Nomor:
Ketersediaan Alat Pelindung Diri Per.08/MEN/VII/2010 Tentang
(APD) dengan Perilaku Alat Pelindung Diri.
Penggunaan APD pada Tenaga
Kesehatan. Jurnal Publikasi Riyanto, Dwi Agung (2016) faktor-faktor
Kesehatan Masyarakat Indonesia, yang mempengaruhi kepatuhan
Vol. 3, No.3, hlm. 84-85. perawat dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD) di rumah
Irfan (2015). Hubungan perilaku perawat sakit
dengan kepatuhan menggunakan
alat pelindung diri (APD) sesuai Rohani dan setyo 2012,penggunaan alat
standart oprating product diruang pelindung diri universitas
rawat inap. diponogoro : semarang
12
Sahara A. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan
Perawat Dan Bidan Dalam
Menerapkan Kewaspadaan
Standaar Di Rumah Sakit Palang
Merah Indonesia Bogor Tahun
2011. Skripsi. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia; 2012
13