Anda di halaman 1dari 5

KANDUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM

KARYA SASTRA INDONESIA


Oleh Khairil Ansari
Guru Besar dan Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan

ABSTRAK :
Kajian tentang kecerdasan emosional masih menarik dalam semua bidang
kajian keilmuan sosial. Kemenarikan itu disebabkan runtuhnya paradigma
selama ini yang menganggap kecerdasan intelektual yang sangat
mendominasi keberhasilan seseorang dalam pembelajaran dan
kepemimpinan. Para pakar seperti Goleman dan kawan-kawan ternyata
dari risetnya menemukan kecerdasan emosional yang lebih banyak
menyumbang keberhasilan seseorang. Lalu dikaji lebih jauh selain aspek
itu ternyata kecerdasan spiritual juga sangat mendukung terhadap
keberhasilan seseorang.

Terlepas dari perdebatan itu, tulisan ini mencoba mengangkat studi awal
terhadap bidang ilmu Sastra khususnya hasil karya seperti pantun
ternyata telah lama mengandung nuansa aspek kecerdasan emosional
dalam butir-butir kalimat yang sangat bernilai estetik tersebut. Oleh sebab
itu, kajian ini perlu diteruskan secara lebih mendalam terhadap karya
sastra masa kontemporer yang menurut penulis pasti juga memiliki
kandungan kecerdasan emosional juga.

KATA KUNCI: kandungan, kecerdasan emosional, sastra Indonesia

PENDAHULUAN keberhasilan dalam dunia pendidikan dan


Kecerdasaan yang dimiliki seseorang pekerjaan.
ternyata tidak sebatas kecerdasan intelektual (IQ) Enam kecerdasan tersebut bisa
seperti yang dikenal selama ini. Ada beberapa dikelompokkan sebagai kategori keterampilan
kecerdasan yang ikut memengaruhi jalan yang setidaknya harus dimiliki oleh seseorang
keberhasilan seseorang. untuk dapat bertahan hidup. Tiga kecerdasan
Menurut Gardner dalam buku "Multiple berikutnya, yakni naturalis, intrapersonal, dan
Intelligences", setidaknya ada sembilan macam interpersonal dapat membantu seseorang untuk
kecerdasan yang ada pada manusia, yaitu: (1) meraih kesuksesan dalam berkarier, berkeluarga
Kecerdasan logis-matematis, (2) Kecerdasan dan hubungan antarsesama dan juga terhadap
linguistik-verbal (kebahasaan), (3) Kecerdasan alam. Kecerdasan ini mencakup kemampuan
spasial-visual, (4) Kecerdasan musikal, (5) membedakan dan menanggapi dengan tepat
Kecerdasan kinestetik-ragawi, (6) Kecerdasan suasana hati, temperamen, motivasi, serta hasrat
naturalis, (7) Kecerdasan intrapersonal, (8) keinginan diri sendiri dan orang lain. Salah
Kecerdasan interpersonal, (9) Kecerdasan seorang peneliti yang mendukung kecerdasan
eksistensial. emosi ini adalah Goleman (1995), yang terkenal
Kecerdasan matematika-logika dan dengan bukunya “Emotional Intelligence”.
kecerdasan bahasa sering dikategorikan sebagai Adapun kecerdasan spiritual dapat
kecerdasan intelektual yang dahulu sering membantu seseorang untuk menemukan
dianggap sebagai faktor kepintaran seseorang. kebahagiaan dalam hidupnya karena sudah
Padahal, ada kecerdasan visual, musikal dan menyadari makna hidup itu sendiri. Seseorang
kinestetik-ragawi yang juga bisa memengaruhi yang mengasah kecerdasan spiritualitasnya akan
56 MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 56 - 60 Desember 2007 ISSN 1829-9237
memiliki kelebihan yang terlihat dari integritas, sebagai sumber energi dan pengaruh yang
karakter, dan nilai hidup yang dimilikinya. manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut
Beragam aspek kecerdasan dalam diri seseorang pemilikan perasaan, untuk belajar mengakui,
secara bersama-sama membangun tingkat menghargai perasaan pada diri dan orang lain
kecerdasan orang tersebut. serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan
Kecerdasan beragam inilah yang membuat secara efektif energi emosi dalam kehidupan
masing-masing orang memiliki kepribadian yang sehari-hari.
unik dan tidak sama satu dengan yang lainnya. Selanjutnya Howes dan Herald (1999)
Seseorang bisa memiliki beberapa bahkan semua mengatakan, pada intinya, kecerdasaan
kecerdasan tersebut dengan selalu mengasah dan emosional merupakan komponen yang membuat
melatih semua potensi yang ada pada dirinya. seseorang menjadi pintar menggunakan emosi.
Konsep kecerdasan majemuk yang digagas Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia
oleh Gardner ini telah mengoreksi keterbatasan berada pada wilayah perasaan lubuk hati, naluri
cara berpikir konvensional yang seolah-olah yang tersembunyi, dan sensasi emosi – yang yang
hanya melihat kecerdasan dari nilai ujian atau tes apabila diakui dan dihormati – kecerdasan
intelegensi semata. Padahal, untuk memperoleh emosional dapat menyediakan pemahaman yang
kesuksesan dan terlebih kebahagiaan dalam hidup lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri
lebih banyak disumbangkan oleh kecerdasan sendiri dan orang lain.
yang bermuara dari hati. Dari beberapa pendapat di atas, dapatlah
Dalam kenyataannya, kecerdasan bahasa dikatakan bahwa kecerdasan emosional
pemakai bahasa Indonesia dalam menggunakan menuntut diri untuk belajar mengakui dan
bahasa Indonesia masih memprihatinkan. menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain
Padahal, bahasa Indonesia merupakan bahasa serta untuk menanggapinya dengan tepat,
nasional bagi bangsa Indonesia. Setakat ini, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam
sebagian pakar berpendapat bahwa kelemahan kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
berbahasa Indonesia itu merupakan cermin
kelemahan berpikir atau intelektual (IQ) KOMPONEN-KOMPONEN KECERDASAN
pengguna bahasa Indonesia itu. Hal ini EMOSIONAL
disebabkan wujud keteraturan berpikir tersebut Kecerdasan emosional bukan merupakan
akan terlihat pada keteraturan berbahasanya. lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal
Akan tetapi, dalam bahasan ini penulis dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara
menyoroti kecerdasan emosional (EQ) yang dinamis. Pada kenyataannya, perlu diakui bahwa
dalam kajian terakhir justru ternyata lebih banyak kecerdasan emosional memiliki peran yang
berkontribusi terhadap keberhasilan seseorang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di
daripada sekadar kecerdasan intelektual (IQ). sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi
Selanjutnya, penulis akan membahas persoalan di lingkungan masyarakat.
kecerdasan emosional ini dalam bahasa Indonesia Mayer dan Salovey (1993)
khususnya dalam pantun sebagai bagian dari mengungkapkan, ada lima ranah kecerdasan
karya sastra lama. emosional di dalam bahasa, yaitu ( 1) mengenali
emosi sendiri, (2) mengatur emosi, (3)
HAKIKAT KECERDASAN EMOSIONAL memotivasi diri, (4) mengenali emosi orang lain,
Goleman (1995) mengatakan bahwa dan (5) membina hubungan dengan orang lain.
kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih
yang dimiliki seseorang untuk memotivasi diri, (1) Mengenali Emosi Sendiri
ketahanan menghadapi kegagalan, Kesadaran diri dalam mengenali perasaan
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar
serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan
tersebut, seseorang dapat menempatkan emosinya adanya pemantauan perasaan dari waktu ke
pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan waktu agar timbul wawasan psikologi dan
mengatur suasana hati. pemahaman tentang diri.
Sementara Cooper dan Sawaf (1998) Ketidakmampuan untuk mencermati
mengatakan, kecerdasan emosional adalah perasaan yang sesungguhnya membuat diri
kemampuan merasakan, memahami, dan secara berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak
selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi peka pada perasaan yang sesungguhnya dan
MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 56 - 60 Desember 2007 ISSN 1829-9237 57
berakibat buruk bagi pengambilan keputusan dianggap angkuh, mengganggu atau tidak
masalah. berperasaan.

(2) Mengatur Emosi KANDUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL


Mengatur emosi berarti menangani DALAM SASTRA (PANTUN)
perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan Pantun merupakan hasil puisi lama
tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat masyarakat Indonesia yang asli. Pantun tidak
bergantung pada kesadaran diri. diserap atau dipengaruhi oleh sastra asing seperti
Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : syair yang berasal dari negara Arab, dan
mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, gurindam diserap dari negara India.
dapat melepas kecemasan, kemurungan atau Selain dinyanyikan sebagai alat penghibur,
ketersinggungan dan bangkit kembali dengan pantun juga mengandung unsur pengajaran yang
cepat dari semua itu. Sebaliknya, orang yang dapat disaring oleh pendengar maupun pembaca.
buruk kemampuannya dalam mengelola emosi Pantun juga digunakan sebagai teguran dan
akan terus menerus bertarung melawan perasaan nasihat kepada pemakainya agar seseorang yang
murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif ditegur atau dinasihati tidak tersinggung atau
yang merugikan dirinya sendiri. berkecil hati. Hal inilah yang dilihat sebagai
kecerdasan emosi dalam konteks ini.
(3) Memotivasi Diri Kepintaran masyarakat dahulu
Kemampuan seseorang memotivasi diri menggunakan pantun di antara mereka dapat
dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : menjalin dan menjaga hubungan yang harmoni
a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat dan kesadaran sendiri. Penggunaan perkataan
kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk yang dianggap menghina tidak akan digunakan
kerja seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) dalam norma pertuturan biasa untuk
optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti mengelakkan rasa ketersinggungan kepada orang
aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang lain dan dapat dianggap tidak sopan atau kurang
sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang ajar. Akan tetapi, perkataan yang menghina dapat
terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu saja muncul ketika seseorang dalam keadaan
objek. marah atau kesal terhadap sesuatu.
Dengan kemampuan memotivasi diri yang Kecerdasan emosi dalam pantun dapat
dimilikinya, seseorang akan cenderung memiliki dilihat dalam isi pantun yang biasanya terdapat
pandangan yang positif dalam menilai segala pada bait ketiga dan keempat. Beberapa
sesuatu yang terjadi pada dirinya. kandungan kecerdasan emosi yang terdapat
dalam kandungan pantun antara lain diperikan
(4) Mengenali Emosi Orang Lain berikut ini.
Empati atau mengenal emosi orang lain
dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika a. Aspek Budi Pekerti
seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka Persoalan budi pekerti dalam kajian luas
dapat dipastikan bahwa ia akan terampil akhlak dan moral setakat ini menjadi tantangan
membaca perasaan orang lain. Sebaliknya, orang masyarakat kita. Pengaruh globalisasi dari sisi
yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan negatif akan dapat meruntuhkan sendi-sendi
emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan moral bangsa kita jika tidak secepatnya
mampu menghormati perasaan orang lain. menyadari keadaan ini. Masalah ini sebenarnya
telah diterakan dalam pantun berabad-abad lalu
(5) Membina Hubungan dengan Orang Lain
Seni dalam membina hubungan dengan (1) Di sana padi di sini padi
orang lain merupakan keterampilan sosial yang Itulah nama sawah dan bendang
mendukung keberhasilan dalam pergaulan Di sana budi di sini budi
dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan, Barulah sempurna bernama orang
seseorang akan mengalami kesulitan dalam
pergaulan sosial. Sesungguhnya, karena tidak (2) Anak merpati disambar elang
dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam Terbang ke titi di dalam huma
inilah yang menyebabkan seseorang seringkali Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan nama
58 MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 56 - 60 Desember 2007 ISSN 1829-9237
(3) Burung terbang tinggi Pengendalian emosi merupakan ranah
Burung merpati mencari sarang kecerdasan emosi. Pengendalian emosi ini
Kalau sombong meninggi diri merupakan hal yang sulit bagi seseorang ketika
Kemana pergi dibenci orang menghadapi masalah dalam kehidupan.
Sejak kanak-kanak, tangis merupakan
(4) Perigi dikatakan telaga curahan ketika sang anak mengalami gangguan
Tempat anak berulang mandi karena takut, rasa risih karena popok belum
Emas merah ada harga diganti, dan situasi lain yang mengganggunya.
Budi bahasa bernilai abadi Pembelajaran mengendalikan emosi ini sejak dini
telah dibentuk dalam pantun.
(5) Pohon pandan pohon berduri
Dipandang amat sedap (1) Padi muda jangan dilurut
Hidup di dunia bahasa dan budi Kalau dilurut patah batangnya
Serta juga tertib beradat Hati muda jangan diturut
Kalau diturut susah datangnya
b. Aspek Introspeksi Diri
Mengenal diri sendiri merupakan perbuatan (2) Besok hari Kamis
yang terbaik bagi seseorang. Bila seseorang Lusa hari Jumat
belum mengenal dirinya sendiri bagaimana pula Kalau hati kita bengis-membengis
ia akan mengenali diri orang lain. Demikian pula Hidup kita tak selamat
seseorang itu harus pula memperbaiki dirinya
bila ada kesalahan yang pernah dilakukannya. (3) Keladi muda,
Selepas itu, barulah boleh ia mengenali kesalahan Muda buahnya
orang lain. Kesadaran ini dapat dilihat dalam Menurut hati muda
pantun berikut. Berkelahi sesudahnya

Jangan dibuka pintu lukah (4) Sayang Pak Koming turun ke bendang
Jika dibuka ikan meluru Sampai ke bendang menuai padi
Jangan suka mencari salah Hati runcing jangan dikenang
Salah kita baiki dulu Kalau dikenang rusaklah hati

c. Aspek Kesadaran Beragama e. Aspek Perundingan dan Permufakatan


Berbicara masalah agama dapat menjadi Dalam masyarakat Indonesia bermufakat
isu sensitif, lebih lagi apabila berkaitan dengan merupakan amalan hidup sejak dahulu. Setiap
perintah Allah seperti melaksanakan salat atau masalah akan dimusyawarahkan dengan
sembahyang. melibatkan pihak-pihak yang berseteru untuk
Demikian pula pembelajaran kehidupan mencari putusan atau jalan terbaik sebagai
bahwa dunia ini merupakan tempat persinggahan penyelesaian akhir.
sementara karena dunia akhirat adalah tempat Pembelajaran hal ini dapat disimak dalam
yang kekal kelak di kemudian hari. Pembelajaran pantun berikut.
hal ini dapat disimak dalam pantun berikut.
(1) Tudung saji hanyut terapung
(1) Asam kandis asam gelugur Disulam gambar dengan benang
Ketiga asam si riang-riang Hajat hati nak pulang ke kampong
Menangis mayat di pintu kubur Lautan lebar tidak terenang
Teringat badan tidak sembahyang (2) Putus gading karena dikerat
Belum dikerat sudahlah retak
(2) Halia ini tanam-tanaman Putus runding karena mufakat
Ke Barat juga condong uratnya Hukum jatuh benar terletak
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat juga akan sungguhnya (3) Ribut-ribut bawa pukat
Melihat gelun di Selat Jawa
d. Aspek Pengendalian Emosi Kita hidup tanda mufakat
Tolong menolong tanda sejiwa

MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 56 - 60 Desember 2007 ISSN 1829-9237 59


f. Aspek Pengelolaan Konflik Selama ini konsep kecerdasan emosi
Dalam berhubungan antara manusia dianggap mengganggu kecerdasan berpikir dan
dengan manusia kadangkala memunculkan berperilaku. Baru era delapan puluhan
konflik. Perasaan konflik hadir karena kecerdasan emosi justru menyumbangkan sesuatu
munculnya id sebagai bagian kajian kepada kecerdasan manusia. Bahkan kecerdasan
psikoanalisis. Konflik bukanlah sesuatu yang emosi dianggap sejenis informasi tentang nilai
dilihat secara negatif saja, melainkan sebagai terhadap dunia ini.
realitas kehidupan yang dapat dikontrol dan Bahasa Indonesia dalam wujud hasil karya
diatasi dengan kebijaksanaan. sastra lama seperti pantun dan peribahasa
Dalam pantun terdapat ajaran untuk ternyata sangat banyak kandungan analisis
mengelola konflik atau kajian ilmu sekarang kecerdasan emosional di dalamnya. Sejak dahulu,
dinamakan manajemen konflik nenek moyang kita telah mewariskan
pembelajaran emosi kepada keturunannya.
(1) Sayang pindah naik rakit Tinggal lagi kita sebagai pewaris dan
Rakit berikat tali bemban pemilik bahasa Indonesia mampukah
Sedangkan lidah lagikan tergigit menerapkan ajaran dan petuah itu kepada
Inikan pula sahabat sekawan generasi muda selanjutnya? Semoga.

(2) Jika hati tidak suka


Madu diminum terasa cuka DAFTAR PUSTAKA
Apabila sudah benci Ansari, Khairil. 2002. “Mengaktualkan Tradisi
Semua menjadi rata Melayu dalam Konteks Kekinian” dalam
Tradisi dan Kesinambungan . Malaysia:
(3) Sesat ke ujung jalan Dewan Bahasa dan Pustaka.
Balik ke pangkal jalan Davis, Mark. 2006. Tes Emotional Quotient
Sesat ke ujung kata Anda.(terj). Jakarta: PT Mitra Media.
Balik ke pangkal kata. Gardner, Howard. 1983. Frances of Mind: The
Theory of Multiple Intelligence. New York :
PENUTUP Basic Book.
Konsep kecerdasan memiliki sejarah yang Goleman, D. 1995. Kecerdasan Emosional
panjang mungkin setua umur manusia itu sendiri. (terje). Jakarta: Mitra Media
Akan tetapi, baru pada akhir abad kesembilan Hamid, M. Azhar. 2004. Panduan Meningkatkan
belas para pakar psikologi mengakui kecerdasan Kecerdasan Emosi. Pahang: PTS Publication
sebagai karakteristik pribadi manusia. & Distributor Sdn. Bhd.
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa Mayer, J.D. & Salovey, P. 1997. What is
kecerdasan intelektual memengaruhi kecerdasan Emotional Intelligence. New York: Basic
seseorang hanya sekitar 10-25%. Ini berarti Book.
bahwa tiga perempat penilaian seseorang Patton, Patricia. 2002. EQ - Keterampilan
bukanlah hasil IQ tetapi dari kecerdasan lainnya Kepemimpinan (terj). Jakarta: Mitra Media.
yaitu kecerdasan jamak atau ganda seperti
dikemukakan dalam tulisan ini.

60 MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 56 - 60 Desember 2007 ISSN 1829-9237

Anda mungkin juga menyukai