Anda di halaman 1dari 8

APRESIASI PROSA

Tahapan dan Manfaat Apresiasi serta Pendekatan Apresiasi Prosa Fiksi

Oleh :
Zahratul Fitri
(20016050)
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Dr. Abdurrahman .M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

~~Pengertian Apresiasi ~~
Istilah apresiasi pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata “appreciation” yang
artinya penghargaan, penilaian, dan pengertian. Jika diartikan dari asal katanya, maka
apresiasi merupakan aktivitas penilaian yang berupa penghargaan terhadap sesuatu hal yang
berbau dengan dunia karya seni atau pun karya sastra. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, apresiasi adalah setiap penilaian baik; penghargaan; seperti misalnya – terhadap
karya – karya sastra atau pun karya seni.
Apresiasi merupakan suatu proses atau bentuk dari penghargaan dan penilaian terhadap suatu
hal yang berhubungan dengan sebuah karya seni dan karya sastra. Kegiatan Seni juga
merupakan suatu kegiatan yang secara khusus dan sangat istimewa juga merupakan sebuah
kegiatan yang memberikan suatu kesan mengenai dunia dan sekitarnya melalui sentuhan
artistik dan keindahan ciptaan yang ada. Terbentuk dari 2 kemungkinan yaitu sebagai
berikut :
• Proses Apresiasi Afektif yakni terjadi karena sebuah pengamatan seni cepat mengalami
empati dan rasa puas.
• Proses Apresiasi Kreatif yaitu terjadi karena seorang pengamat seni sadar dalam
menghayati dan menilai untuk menggunakan aspek logika untuk bisa menentukan nilai suatu
karya seni.

1.Tahap-tahap Apresiasi
Apresiasi mempunyai tahap-tahap yang harus ditempuh guna mencapai taraf yang lebih baik.
Tahap-tahap tersebut merupakan pedoman yang dapat dilakukan dalam rangka mencapai
kemampuan apresiasi yang diharapkan, dan pencapaian apresiasi ini diharapkan agar
tercapainya tujuan pengajaran sastra yang diharapkan. Untuk sampai pada tahap menetapkan
penghargaan (kesimpulan) terhadap suatu karya seni (sastra), ada beberapa tahap-tahap
tertentu yang harus dilewati lebih dahulu. Tahap- tahap yang dimaksudkan tersebut menurut
Dra. Maidar G. Arsyad dalam Suroto (1990:157), sebagai berikut:
Tahap 1, tahap ini adalah tahap penikmatan. Pada tahap ini penikmat melakukan tindakan
untuk melihat, membaca, menonton atau mendengarkan suatu karya seni (sastra) tersebut.
Misalnya membaca novel, roman atau puisi. Atau mungkin mendengarkan pembacaan sajak
(puisi), atau menonton pertunjukan drama.
Tahap 2, tahap ini adalah tahap penghargaan. Pada tahap ini penikmat melakukan tindakan
manfaat, melihat kebaikan, atau nilai karya seni (sastra) itu. Mungkin setelah sekali membaca
atau mendengar karya sastra lalu penikmat merasakan adanya manfaat, apakah itu memberi
hiburan, menyenangkan, memberi kepuasan, atau pun memperluas pandangan dan wawasan
hidupnya. Kalau penikmat merasakan manfaatnya sangat mungkin ia akan melangkah kepada
tahap berikutnya.
Tahap 3, tahap ini adalah tahap pemahaman. Di sini penikmat melakukan tindakan
menganalisis, meneliti, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya serta berusaha menyimpulkan
kembali. Tahap ini berarti penikmat tidak lagi sekedar pasif untuk menikmati suatu karya
sastra, tetapi mereka juga melakukan pemeraian pada setiap komponen yang telah
membentuk karya sastra tersebut. Akhirnya ia akan sampai pada sebuah kesimpulan apakah
karya sastra tersebut baik atau tidak, bermanfaat bagi pembaca atau tidak, sekedar sebagai
hiburan atau lebih dari itu dan lain-lain.
Tahap 4, tahap ini adalah tahap penghayatan. Pada tahap ini penikmat/pembaca akan
menganalisis lebih lanjut karya sastra tersebut, mencari makna atau hakikat dari suatu karya
sastra beserta argumentasinya; membuat penafsiran dan menyusun argumen berdasarkan
analisis yang telah dibuat. Pada tahap ini penikmat berusaha menjelaskan mengapa alur novel
begitu atau begini, atau mengapa sebuah puisi menggunakan bentuk seperti tanda tanya, atau
mengapa sebuah puisi menggunakan kata-kata seperti itu dan lain-lain. Alasan-alasan yang
dikemukakannya tentu disertai bukti agar argumen yang dikemukakannya dapat diterima
secara akal.
Tahap 5, tahap terakhir ini adalah tahap implikasi atau penerapan. Dimana pembaca yang
telah membacakan atau menikmati suatu karya sastra sangat mungkin untuk menimbulkan
ide baru pada pembaca karya tersebut.

Tahap-tahap tersebut merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam mencapai suatu
tingkat apresiasi yang sebenarnya. Tingkat pemahaman, tingkat penghayatan, dan tingkat
implikasi merupakan tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses apresiasi terhadap karya
sastra.
Tingkat penikmatan merupakan tingkat pertama bagi seseorang yang hanya baru mengenal
suatu karya sastra. Tingkat pemahaman ini berada pada tahap menonton, atau merasa senang
saat mengenal suatu karya sastra. Pada tahap ini tidak dituntut seseorang untuk dapat terus
memberikan penilaian, karena sudah barang tentu ia tidak dapat menilainya. Hal ini yang
menyebabkan timbulnya salah penafsiran terhadap suatu karya sastra apabila diminta
penilaiannya. Apabila siswa telah memiliki dorongan untuk mempelajari dengan cara
mencari sebab akibat dan bersifat studi, pada tahap inilah siswa mulai memahami suatu karya
sastra, sehingga dalam dirinya timbul suatu dorongan lain dalam bentuk mencari sebab
akibat, serta mencari pengertiannya. Dengan tindakan ini siswa barulah menuju ke tahap
selanjutnya, yaitu tahap penghayatan. Pada tingkat penghayatan ini siswa mulai membuat
analisis lanjut mengungkapkan nilai pandangan terhadap suatu hasil karya sastra. Siswa akan
mencari sejumlah pemikiran atau berupa perbandingan sejauh dapat terjangkau oleh daya
pemikirannya sendiri.

Apresiasi mempunyai tiga tingkatan, yaitu apresiasi empatik, apresiasi estetis, dan apresiasi
kritis.
a) Apresiasi empatik adalah apresiasi yang hanya menilai baik dan kurang baik hanya
berdasarkan pengamatan belaka. Apresiasi atau penilaian ini biasanya dilakukan oleh
orang awam yang tidak punya pengetahuan dan pengalaman dalam bidang seni.
b) Apresiasi estetis adalah apresiasi untuk menilai keindahan suatu karya seni. Apresiasi
pada tingkat ini dilakukan seseorang setelah mengamati dan menghayati karya seni
secara mendalam.
c) Apresiasi kritis adalah apresiasi yang dilakukan secara ilmiah dan sepenuhnya bersifat
keilmuan dengan menampilkan data secara tepat, dengan analisis, interpretasi, dan
penilaian yang bertanggung jawab.

Apresiasi ini biasanya dilakukan oleh para kritikus yang memang secara khusus mendalami
bidang tersebut. Dalam suatu apresiasi akan terjalin komunikasi antara si pembuat karya seni
(seniman) dengan penikmat karya seni (apresiator). Dengan adanya komunikasi timbal-balik
ini, seniman diharap mampu mengembangkan kemampuannya untuk dapat membuat karya
seni yang lebih bermutu.
2.Manfaat Apresiasi
Banyak manfaat yang dapat diambil dari mengapresiasi sastra. Maka Aminudin (2002)
membagi manfaat apresiasi sastra kedalam dua kategori. Yaitu manfaat secara khusus dan
manfaat secara umum. Manfaat apresiasi sastra secara umum dapat dilihat dari manfaat
membeca sastra yang diperoleh oleh pembaca pada umumnya lewat generalisasi. Dengan
kata lain manfaatnya berhubungan dengan kegiatan membaca yang dilakukan oleh
masyarakat pasa umumnya. Contohnya, seseorang membaca suau cerita fiksi untuk mengisi
waktu luang di ruang tunggu dokter. Maka manfaat mengapresiasi sastranya akan hilang,
karena manfaat dari mengapresiasi sastra tersebut hanya untuk mengisi waktu luang.
Sedangkan manfaat mengapresiasi sastra secara khusus diartikan sebagai manfaat yang
diperoleh seorang pembaca sehubungan dengan upaya pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
Diantaranya:

1. Bermanfaat untuk mendapatkan berbagai macam nilai kehidupan. Pembaca


mendapatkan informasi yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan dan
memberikan pandangan yang dapat meningkatkan nilai kehidupannya.
2. Sebagai kreasi manusia yang diangkat dari realitas kehidupan. Karena pembuatan
karya sastra yang di latar belakang oleh realitas kehidupan, maka hasil karya sastra
setiap zaman akan berbeda. Misalnya pada zaman kerajaan hasil dari karya sastranya
akan mencerminkan kehidupan keratin atau rakyat yang patuh terhadap rajanya, ada
masa penjajahan akan menceritakan tentang kehidupan para pejuang, dan sebagainya.
Dengan kata lain mengapresiasi sastra bermanfaat sebagai pengetahuan nilai sosio-
kultural dari zaman atau masa karya sastra itu dilahirkan.
3. Mengapresiasi sastra memberikan Katarsis dan Sublimasi.
Katarsis yang dimaksud di sini, karya sastra mampu meleburkan perasaan pembaca
dengan dunia-dunia yang hendak diciptakan pengarang. Dengan kata lain makna yang
terkandung dalam karya sastra sejalan atau sesuai dengan kehidupan pembaca.
Misalnya, saat seseorang sedang merasa sedih dan kecewa, dia menonton drama yang
jalan ceritanya sedih, maka perasaan orang itu sejalan dengan karya sastra yang
ditontonnya.
4. Agar kita dapat memahami sebuah karya seni yang dapat dilihat dari berbagai sisi.
5. Untuk dapat meningkatkan rasa cinta pada karya seni dan sesama manusia.
6. Dapat menjadi sebuah sarana untuk bisa melakukan edukasi, hiburan, empati, dan lain
sebagainya.
7. Untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan karya seni menjadi sesuatu hal yang
lebih baik di masa depan.

3.Pendekatan Apresiasi
Adapun pendekatan-pendekatan apresiasi adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan Parafratis
Pendekatan parafratis adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta sastra
dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan
menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang
digunakan pengarangnya. Tujuan akhir pendekatan ini adalah untuk menyederhanakan
pemakaian kata dan kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami
kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
Seperti telah diketahui, kata-kata dalam cipta sastra umumnya padat dan suplimatif.
Misalnya, seorang penyair yang ingin menyampaikan gagasan tentang betapa cepatnya
perjalanan kehidupan serta betapa singkat kehidupan manusia itu sendiri yang sisi lain juga
akan segera membahas manusia dari libatkan keduniawian ini, dirinya cukup
mengungkapkannya dengan jam mengedip, tak terduga betapa lekas siang menepi,
melapangkan jalan dunia. Dari contoh itu dapat diketahui bahwa kalimat atau baris dalam
puisi sering mengalami elipsis atau penghilangan suatu unsur, baik berupa kata maupun
berupa kelompok kata. Begitu juga cara penulisannya umumnya tidak sama dengan aturan
atau sistem pada umumnya. Misalnya jika seorang kalimat itu seseorang harus mengawalinya
dengan huruf besar dan mengakhiri dengan titik, maka dalam baris-baris puisi dalam aturan
itu tidak selamnya dilaksanakan.
b. Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu
dapat berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang
berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik.
Prinsip dasar yang melatarbelakangi adanya pendekatan emotif adalah bahwa rutinitas
masyarakat yang padat mengakibatkan kejenuhan sehingga memerlukan media untuk
menghibur dirinya, di antaranya menikmati cipta sastra itu sendiri. Oleh karena itu,
diharapkan pembaca dapat menemukan unsur-unsur keindahan maupun kelucuan yang
terdapat dalam suatu karya sastra.
c. Pendekatan Analitik
Pendekatan analitis merupakan suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara
pengarang menampilkan gagasan atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang dalam
menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap
elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam
rangka membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
d. Pendekatan Historis
Pendekatan historis merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang
biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa
terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan
penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari Sosiopsikologi
Prinsip dasar yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan adalah anggapan bahwa cipta sastra
bagaimana pun juga merupakan bagian dari zamannya. Selain itu, pemahaman terhadap
biografi pengarang juga sangat penting dalam upaya memahami kandungan makna dalam
suatu cipta sastra. Sebab itulah, telaah makna suatu teks dalam pendekatan sosio-semantik
sangat mengutamakan konteks, baik konteks sosio-budaya, situasi atau zaman maupun
konteks kehidupan pengarangnya sendiri.
e. Pendekatan Sosiopsikologis
Pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar
belakang kehidupan sosial budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau
sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra
itu diwujudkan. Pelaksananya pendekatan ini memang sering tumpang tindih dengan
pendekatan historis. Akan tetapi, selama masalah yang akan dibahas untuk setiap pendekatan
itu dibatasi dengan jelas, maka ketumpang tindihan itu pasti dapat dihindari.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan sosio-psikologis berusaha memahami bagaimana
kehidupan sosial masyarakat pada masa itu, bagaimana sikap pengarang terhadap
lingkungannya, serta bagaimana hubungan antara cipta sastra itu dengan zamannya. Oleh
karena itu, Sapardi Djokodamono mengungkapkan bahwa karya sastra tidak dapat dipahami
selengkap- lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan.
Contoh penerapan pendekatan sosiopsikologi itu misalnya kita membaca puisi Chairil Anwar
“ Diponegoro” jika dalam pendekatan historis kita dapat membahasnya lewat pendekatan
tentang biografi pengarang peristiwa kesejahteraan yang terjadi pada masa itu, bagaimana
sikap pengarang terhadap lingkungannya serta hubungan antara cipta sastra itu dengan
zamannya.
f. Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami
gagasan, tanggapan maupun sikap pengarang terhadap kehidupan,. Gagasan, tanggapan
maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis,
maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan
rohaniah pembaca.
Pendekatan didaktis ini pada dasarnya juga merupakan suatu pendekatan yang telah beranjak
jauh dari pesan tersurat yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Sebab itulah penerapan
pendekatan didaktis dalam apresiasi sastra akan menuntut daya kemampuan intelektual,
kepekaan rasa, maupun sikap yang mempan dari pembacanya.
4.Hakikat Prosa
Istilah prosa sendiri mengandung pengertian kisah atau cerita yang diemban oleh pelaku-
pelaku tertentu dengan pemeran, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang
bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Prosa sebagai
salah satu genre sastra, mengandung unsur – unsur meliputi
• Pengarang atau narator
• Isi penciptaan
• Media penyampaian isi berupa bahasa
• Elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri
sehingga menjadi suatu wacana.
Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi tersebut, pengarang akan memaparkannya lewat,
penjelasan atau komentar dialog ataupun monologl, lakukan atau action.
Prosa fiksi lebih lanjut masih dapat dibedakan dalam berbagai macam bentuk, baik itu roman,
novel, atau novelet, maupun cerpen. Perbedaan berbagai macam bentuk dalam prosa fiksi itu
pada dasarnya hanya terletak pada kadar panjang pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita,
serta jumlah pelaku yang mendukung cerita itu sendiri. Akan tetapi, elemen-elemen yang
dikandung oleh setiap bentuk prosa fiksi maupun cara pengarang memaparkan isi ceritanya
memiliki kesamaan meskipun dalam unsur-unsur tertentu mengandung perbedaan.
Untuk dapat memberi penghargaan terhadap sesuatu, tentunya kita harus mengenal sesuatu
itu dengan baik dan dengan akrab agar kita dapat bertindak dengan seadil-adilnya terhadap
sesuatu itu, sebelum kita dapat memberi pertimbangan bagaimana penghargaan yang akan
diberikan terhadap sesuam itu. Kalau yang dimaksud dengan sesuatu itu adalah karya sastra,
lebih tepat lagi karya sastra prosa, maka apreciasi itu berati memberi penghargaan dengan
sebaik-baiknya dan seobjektif mungkin terhadap karya sastra prosa itu. Penghargaan yang
seobjektif mungkin, artinya penghargaan itu dilakukan setelah karya sastra itu kita baca, kita
telaah unsur-unsur pembentuknya, dan kita tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita
terhadap karya sastra itu.
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian “Apresiasi Prosa” adalah
proses pengindahan, penikmatan, pemahaman, dan penghargaan secara menyeluruh dan
serta-merta terhadap karya sastra prosa guna mendapatkan nilai-nilai yang baik yang
terkandung dalam karya sastra tersebut.
Jenis-Jenis Apresiasi
• Apresiasi Empatik – Jenis apresiasi yang menjadi sebuah kegiatan dalam menilai atau
menghargai di dalam karya seni, yang bisa diterima dengan beberapa indera.
• Apresiasi Estetis – Adalah suatu kegiatan dalam menilai atau menghargai suatu karya seni,
yang melibatkan sebuah pengamatan yang mendalam dan suatu penghayatan.
• Apresiasi Kritik – Merupakan suatu kegiatan dalam hal menilai dan menghargai karya seni
yang dapat melibatkan sebuah tafsiran, analisis, deskripsi, klasifikasi, evaluasi dan juga
penghargaan

Referensi :
Asnawi. 2017. “Pengertian dan Tahap-tahap Apresiasi”,
https://www.pondok-belajar.com/2017/03/pengertian-dan-tahap-tahap-apresiasi.html?m=1,
diakses pada 10 Maret 2017.
Abram, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New york: Holt, Rinehart and Winston
Aminuddin. 1987.Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung:Sinar Baru
Guru pendidikan. 2019. “Apresiasi: Pengertian, Fungsi, Tujuan, Manfaat, Jenis & Tahapan”.
(https://seputarilmu.com/2019/08/apresiasi.html) diakses 21 Agustus 2021
Adzikra Ibrahim. “Pengertian Apresiasi Menurut Pendapat Para Ahli”.
(https://pengertiandefinisi.com/pengertian-apresiasi-menurut-pendapat-para-ahli/) diakses 22
Agustus 2021
Dola, Abdullah.2007.Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama.Makassar: Badan Penerbit Universitas
Negeri Makassar.
Keraf, Gorys.1981.Diksi dan Gaya Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah
Mahayana, Maman S. 2007. Apresiasi Sastra Indonesia di Sekolah. Online
(http://johnherf.wordpress.com). Diakses 23 Februari 2008.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Pradopo, Rachmat Djoko.1999.Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Setiawan, Hendri. 2012. “Jenis-jenis Pendekatan Fiksi dan Prosa”,
http://hendrysetiawan.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-pendekatan-fiksi-dan-prosa.html?
m=1, diakses pada 13 Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai