Anda di halaman 1dari 24

Budaya Patriarki yang Masih Harum di Indonesia

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seni lukis Eksperimental
Dosen Pengampu: Yulia Puspita, S.Pd, M.Pd.

Disusun oleh

Christine Magdalena Mandalahi


1805770

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Budaya Partirarki
yang Masih Harum di Indonesia” Saya juga mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu Yulia Puspita, S.Pd, M.Pd. selaku dosen Seni Lukis
Eksperimental yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk
menyelesaikan tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan menyangkut berbagai aspek isu perempuan
yang masih marak dipertahankan di Indonesia. Ingin menyadarkan perempuan
Indonesia untuk bisa melangkah maju mewujudkan apa yang mereka impikan.
Saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca.

Bandung, 12 Januari 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ........................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3

BAB I. PENDAHULUAN. .................................................................................. 4


1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 4

BAB II. TEORI FORMALIS ............................................................................... 5


2.1. Unsur dan Prinsip Seni Rupa .................................................................. 5

BAB III. PEMBAHASAN .................................................................................. 8


3.1. Visualisasi Karya ................................................................................... 8
3.1.1 Visualisasi Karya 1 ..................................................................... 8
3.2. Konsep dan Deskripsi Visual ............................................................... 10
3.2.1 Konsep Karya ............................................................................ 10
3.2.2 Deskripsi Visual Karya 1 .......................................................... 12

BAB IV. PENUTUP ......................................................................................... 28


4.1. Kesimpulan ........................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................... 29


LAMPIRAN ...................................................................................................... 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Patriarki adalah konsep yang digunakan dalam ilmu-ilmu social, terutama


dalam Antropologi dan studi referensi feministas ke distribusi kekuasaan antara
laki-laki dan perempuan di mana laki-laki memiliki keunggulan dalam satu atau
lebih aspek, seperti penentuan garis keturunan (keturunan patrilineal eksklusif
dan membawa nama belakang), hak-hak anak sulung, otonomi pribadi dalam
hubungan social, partisipasi dalam hubungan social, partisipasi dalam status
public dan politik atau agama atau atribusi dari bebrbagai pekerjaan laki-laki dan
perempuan ditentukan oleh pembagian kerja secara seksual (Israpil, 2017).

Kultur patriarki mempengaruhi pola piker masyarakat. Perbedaan gender


telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama
terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam
pelbagai bentuk ketidakadilan yaitu marginalisasi atau proses pemiskinan
ekonomi, subordinasi anggapan tidak penting dalam keputusan politik,
pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negative, kekerasan, beban kerja
yang Panjang dan lebih banyak serta sosialisasi ideologi peran gender (Fakih,
1999).

Budaya Patriarki yang masih saja berkembang dan menjadi hal yang
menjadi bahan kritikan bagi penulis untuk mengambarkan tugas perempuan yang
identic dengan tiga kata yang selalu kita dengar yaitu “dapur, sumur, kasur”, yang
merupakan pekerjaan domestic yang harus dikuasai oleh perempuan.

4
BAB II

TEORI FORMALIS

2.1 Unsur dan Prinsip Seni Rupa

A. Titik

Titik adalah unsur paling dasar dari seni rupa. Menjadi dasar seni rupa disini
karena titik bisa melahirkan wujud ide/gagasan lalu menciptakan sebuah garis,
bentuk dan bidang

B. Garis

Garis adalah kumpulan titik yang terbentuk melalui goresan atau tarika dari
titik satu ke titik lainnya. Secara definisi, garis adalah goresan atau batas limit dari
suatu benda, ruang, bidang, warna , tekstur, dan lainnya

C. Shape (Bentuk)

Bentuk merupakan gabungan dari beberapa bidang sehingga gambar


tersebut dapat memiliki arti ataupun makna dan dapat dikenali. Bentuk sudah
terlihat utuh sebagai gambar yang menjelaskan tentang sesuatu, baik benda ataupun
keadaan. Untuik memperjelas, maka dibutuhkan warna dan pencahayaan.

D. Tekstur

Tekstur adalah kondisi suatu permukaan benda yang biasanya dites


menggunakan indra peraba. Menurut Fajar Sidik dan Aming Prayitno, tekstur
adalah sifat permukaan seperti lunak, lembut, kasar dan halus

E. Warna

Warna pada dasarnya yang terbentuk dari sebuah sketsa adalah hitam dan
putih. Kombinasi dari warna hitam dan putih dapat menghasilkan warna abu-abu
sebagai efek gelap dan terang dari sebuah gambar atau adanya efek dari
pencahayaan.

5
F. Harmoni

Harmoni atau keserasian adalah timbul dengan adanya kesamaan,


kesesuaian dan tidak adanya pertentangan. Dalam seni rupa prinsip keselarasan
dapat dibuat dengan cara menata unsur-unsur yang mungkin sama, sesuai dan tidak
ada yang berbeda secara mencolok

G. Kontras

Kontras ialah perbedaan yang mencolok pada suatu pola atau unsur terhadap
pola di sekitarnya yang memunculkan sebuah tanda. Kontras dapat Dimunculkan
dengan menggunakan berbagai pola dari media warna, bentuk, tekstur, ukuran, dan
ketajaman

H. Irama

Irama merupakan kesan gerak yang timbul dari penyusunan atau perpaduan
unsurunsur seni dalam sebuah komposisi. Kesan gerak dalam irama tersebut dapat
bersifat harmoni dan kontras, pengulangan (repetisi) atau variasi.

I. Gradasi

Gradiasi adalah sebuah susunan warna yang berdasar pada beberapa


tingkatan khusus dalam sebuah karya seni.

J. Unity (Kesatuan)

Kesatuan dalam karya seni rupa menunjukkan keterpaduan berbagai unsur


(fisik dan non fisik) dengan karakter yang berbeda dalam sebuah karya. Unsur yang
berpadu dan saling mangisi akan mendukung terwujudnya karya seni yang indah.
Prinsip komposisi ini sering pula ditunjukkan dengan penataan berbagai objek yang
terdapat dalam sebuah karya seni.

K. Belance (Keseimbangan)

Keseimbangan (balance), adalah penyusunan unsur-unsur yang berbeda


atau berlawanan tetapi memiliki keterpaduan dan saling mengisi atau

6
menyeimbangkan. Keseimbangan ini ada yang simetris, yaitu menunjukkan atau
menggambarkan beberapa unsur yang sama diletakkan dalam susunan yang sama
(kiri-kanan, atas-bawah, dll.) dan ada pula yang asimetris yaitu penyusunan
unsurnya tidak ditempatkan secara sama namun tetap menunjukkan kesan
keseimbangan.

L. Emphasis (Penekanan)

Penekanan adalah area atau obyek yang menarik perhatian lebih dominan
dari unsur lain. Karya yang memiliki fokus utama cenderung akan menarik
perhatian.

M. Proporsi

Proporsi dalam seni rupa merupakan perbandingan porsi antar unsur dalam
suatu objek. Agar suatu karya seni terlihat menarik, tentu harus memiliki
perbandingan atau porsi yang pas.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Visualisasi Karya


3.1.1 Visual Karya 1

Gambar 3.1. Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Judul : Tugas Perempuan

Media : Mix media di atas Kanvas

Teknik : Sapuan Kuas

Ukuran : 120 cm x 120 cm

Tahun 2022

8
3.2 Konsep dan Deskripsi Visual
3.2.1 Konsep Karya

Manusia sejatinya memiliki hak dan kewajiban untuk bisa menjaga dan merawat bumi.
Siapa saja manuasia tersebut, tanpa memandang gender tersebut. Budaya Patriarki dan
stigma (labeling negative) masyarakat yang mengganggap bahwa perempuan merupakan
sosok manusia yang dianggap rendah dan tidak memiliki hak yang setara dengan laki-laki.
Laki-laki ditempatkan sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran
kepemimpinan, pembuat keputusan, hak berpolitik, sebagai otoritas moral, hak social,
ekonomi, property, keturunan dan bahkan psikologi. Diskriminasi terhadap perempuan
pun menjadi hal atau isu yang hangat untuk didiskusikan. Banyaknya kasus kekerasan
perempuan ditemukan dan catat oleh Komnas Perempuan, terdapat 295.150 kekerasan
terhadap perempuan sepanjang 2016. Hingga saat masa pandemic melonjaknya kasus
kekerasan seksual, kekerasan siber, perkawinan anak, dan keterbatasan penanganan di
tengah covid-19. Komnas Perempuan pada tanggal 5 maret 2021 dalam temuan catatan
tahun 2021 pada bagian pertama menuliskan bahwa jumlah kasus kekerasan terhadap
perempuan sepanjang tahun 2020 sebesar 299.911 kasus.

Budaya patriaki inilah yang menjadi sumber inspirasi dalam pengkaryaan yang diberi
judul “Tugas Perempuan” yang dimaksudkan dalam gambar tersebut merepresentasikan
tugas perempuan yang identic dengan tiga kata filsafat jawa yaitu “Dapur, Sumur, Kasur”
yang ternyata masih saja merupakan tugas utama perempuan. Pada karya tersebut
mengambarkan objek-objek yang sering ditemui di rumah yaitu Dapur pada peralatan
masak yang paling sering dipakai yaitu pisau dan panic, Sumur dengan menampilkan kain-
kain yang berserakan, dan terakhir Kasur digambarkan dengan objek laki-laki yang sedang
terlentang diatas Kasur. Pada latar belakang digambarkan motif batik kawung yang sering
ditemukan dan merupakan motif batik yang dominan untuk digambarkan. Motif batik
tersebut dibuat untuk menjadi ciri lukisan tersebut merupakan lukisan Indonesia, dan mau
memberikan pesan bahwa budaya patriarki di Indonesia masih saja terus Berjaya,
walaupun perempuan-perempuan sudah boleh mendapatkan haknya.

9
3.2.2 Deskripsi Visual Karya 1

A. Titik

Gambar 3.2 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Penggunaan titik pada bagian motif batik sebagai penanda dan pembentuk
garis hingga menjadi motif kawung.

B. Garis

Gambar 3.3 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

10
Garis terbentuk dari pensil lalu ditimpa dengan cat minyak oleh kuas,
sehingga membentuk sebuah subjek, objek dan motif batik.

C. Shape (Bentuk)

Gambar 3.4 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gabungan dari berbagai garis yang memanjang membentuk suatu bangun


seperti bentuk panci, pisau, dan tubuh.

D. Tekstur

11
Gambar 3.5 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tekstur pada gambar merupakan ditampilkan dengan tekstur semu yang


dibuat dengan sapuan kuas cat, bisa dilihat pada tekstur kain, kulit,

E. Warna

Gambar 3.6 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pewarnaan pada hutan dominan berwarna kuning dengan gradasi dan


warna pecahayaan yang cerah. Dominan dengan warna panas yaitu warna kuning
dan coklat, masih terdapat pewarnaan yang menggunakan warna dingin seperti
warna biru pada kain.

12
F. Harmoni

Gambar 3.7 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Harmoni membentuk garis horizontal dan persegi yang memiliki pusat ditengahnya

13
G. Kontras

Gambar 3.8 Karya 1


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Warna kulit dibedakan dengan warna latar belakang yang berwarna kuning dan
cokelat dengan memberikan warna lebih gelap untuk memberikan efek bayangan.
Warna biru berkontras dengan warna kuning pada objek kain.

14
H. Irama

Gambar 3.9 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pengulangan bentuk motif pada latar belakang. Irama yang ditandai


dengan bentuk motif batik kawung yang berbentuk oval dengan ujungnya lancip.
Pengulangan motif yang simetris yang Nampak pada latar belakang.

15
I. Gradasi

Gambar 3.10 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gradasi yang didapatkan pada bagian kulit, kain. Terlihat dari warna yang terang ke
gelap.

16
J. Unity (Kesatuan)

Gambar 3.11 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Menggambarkan latar tempat yaitu ruangan yang berada di dalam kamar dengan dinding

yang bermotif batik kawung, yang terdapat subjek laki-laki telanjang dengan tumpukan kain

diatas Kasur sedang berbaring memegang pisau dan panci dikepala.

17
K. Belance (Keseimbangan)

Gambar 3.12 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Subjek dibuat dari arah horizontal dan posisi subjek berada pada tenggah

18
L. Emphasis (Penekanan)

Gambar 3.13 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Penekanan ditujukan pada subjek utama laki-laki yang menjadi titik focus, latar belakang

bermotif batik berwarna kuning, kain-kain, pisau, dan panci.

19
M. Proporsi

Gambar 3.14 Karya 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Perbandingan porsi tiap objek saling mengisi ruang satu sama lain. Subjek
utama laki-laki yang ditampilkan pada ukuran yang pas, motif batik yang simetri,
bentuk lipatan kain yang berbeda dan perletakannya.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Budaya partriarki di Indoensia memang susah untuk dihilangkan dengan cepat. Perlu
perjuangan dan kemauan Bersama, maupun dari pihak perempuan dan laki-laki, harus bisa
Bersama sama bergotong royong, mau berkolaborasi, berkerja sama, dan punya kemauan besar
untuk memberantas budaya partriarki yang sama sama memberikan dampak yang buruk bagi
kehidupan Bersama.
Manusia memiliki feminis dan maskulinitas yang berbeda porsi tiap individunya. Tugas
domestic seperti mencuci, memasak, merapikan rumah merupakan tugas Bersama-sama bahkan
merupan sebuah basic skill yang harus dimiliki setiap orang, bukan hanya perempuan, laki-laki
pun harus bisa melakukan tugas domestic untuk membantu meringgankan pekerjaan perempuan
saat sudah berumah tangga.
Setiap manusia memiliki keunikan dan keberagaman, memiliki perbedaan potensi, minat,
bakat, kemampuan, dan porsi kekuatan yang bahkan bisa berbeda-beda. Demikian dari karya ini
penulis banyak berharap kepada pembaca dan seluruh masyarakat agar bisa sama-sama memutus
rantai labeling terhadap perempuan dan laki-laki. Apapun jenis kelaminnya, kita semua manusia
yang sama sama diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Dashyat untuk bisa bekerja sama merawat,
melindungi, melestarikan, dan menjaga keutuhan bumi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dharsono. (2007). Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains Bandung

Israpil. (2017).Budaya Patriarki dan Kekerasan Terhadap Perempuan. Jurnal


Khazanah Keagamaan, 5. Makassar: UMN

22
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curriculum Vitae

I. Data Pribadi

1. Nama : Christine Magdalena Mandalahi

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 17 September 2000

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Katolik

5. Alamat : Jalan Bojong Koneng Rt 01 Rw 06

9. Nomor Telepon / HP : 089656047218

10. e-mail :chrislena.x5@gmail.com

II. Pendidikan Formal :

Periode Sekolah / Institusi / Jurusan


Universitas
(Tahun)

2006 - 2012 SD Indriyasana -

23
2012 - 2015 SMP Yos Sudarso -
Bandung

2015 - 2018 SMA Santa Maria 1 IPS


Bandung

2018 - Sekarang Universitas Pendidikan Pendidikan Seni Rupa


Indonesia

24

Anda mungkin juga menyukai