Anda di halaman 1dari 12

ATTHULAB:

Islamic Religion Teaching & Learning Journal


Volume ... Nomor ... Tahun ...
http://journal.uinsgd.ac.id./index.php/atthulab/

Model Desain Pembelajaran PAI


Abdul Rahman (2190040031)
Ahmad Syauqy Ridho (2190040034)

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Email:
abdul.rohman@salman-alfarisi.com
syauqyridho1@gmail.com

Abstract: The Teaching and Learning Process is as old as humans on earth. The first human,
Adam a.s. get teaching from Allah SWT. as He said in the Al Qur'an surah Al Baqarah verse
31. The development of learners' knowledge (learning to know) is carried out through learning
which allows students not only to have the broadest possible knowledge, but also to their depth.
The skills (learning to do) introduction and training is carried out by providing opportunities
and experiences to students to actualize themselves. Meanwhile, learning can move students to
encourage each student to practice knowledge, skills and values so that they become a better
person (learning to be). In this era, the design of teaching and learning is not free of values,
because of the important role of the teacher as an educator or in other words the teacher instills
values (learning to live together). The PAI learning design model that can improve the best
results of meaningful PMB (The Teaching and Learning Process) for students, the author will
discuss in this simple paper.
Keywords:
Model, Design, Learning

Abstrak: Proses Mengajar Belajar telah setua umur manusia di bumi. Manusia
pertama, Adam a.s. mendapatkan pengajaran dari Allah Swt. sebagaimana firmanNya
dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 31. Pengembangan knowledge (learning to know)
peserta didik dilakukan melalui pembelajaran yang memungkinkan peserta didik tak
hanya sekadar pengetahuan seluas-luasnya, tetapi juga sedalam-dalamnya. Adapun
skills (learning to do) pengenalan dan pelatihan dilakukan dengan memberikan
kesempatan serta pengalaman kepada peserta didik untuk mengaktualisasikan
dirinya. Sedangkan pembelajaran yang bisa menggerakkan peserta didik untuk
mendorong setiap peserta didik mengamalkan pengetahuan, keterampilan serta nilai-
nilai (values) sehingga menjadi pribadi yang lebih baik (learning to be). Pada zaman ini
maka desain pengajaran dan pembelajaran tidak bebas nilai, karena peran penting
guru sebagai pendidik atau kata lain pengajar menanamkan tata nilai (learning to live
together). Model desain pembelajaran PAI yang dapat meningkatkan hasil terbaik PMB
yang bermakna bagi peserta didik, penulis akan bahas pada tulisan sederhana ini.

Kata Kunci:
Model, Desain, Pembelajaran

DOI: http://dx.doi.org/10.15575/ath.xxx.xxx
Received: mm, yyyy. Accepted: mm, yyyy. Published: mm,yyyy.

1
Model Desain Pembelajaran PAI

PENDAHULUAN
Pada hakikatnya pembelajaran merupakan proses komunikasi transaksional
yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bentuk
komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang
sehubungan dalam proses pembelajaran sehingga menunjukkan adanya perolehan,
penguasaan, hasil, proses atau fungsi belajar bagi peserta didik.
Perlu adanya model desain untuk mengembangkan suatu proses pembelajaran
demi tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Berbicara tentang model pembelajaran
berarti berbicara dunia pendidikan, di dalam dunia pendidikan guru sebagai salah
satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk membawa anak
didiknya menuju kepada kedewasaan. Seorang guru harus mampu memilih desain
yang digunakannya dalam mencapai keberhasilan pembelajaran sehingga peserta
didik akan mudah memahami tentang apa yang disampaikan oleh pendidik.
Salah satu kemampuan dan keahlian professional utama yang harus dimiliki
oleh para guru adalah kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya
terkait dengan model-model pembelajaran.
Dan oleh karena itu pula perlu adanya langkah-langkah yang harus ditempuh
seorang guru dalam memlilih model dasain yang dapat digunakan sebagai suatu alat
untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan dari proses pembelajaran,
terutama dalam pembelajaran pendidikan Islam.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya
(bukan di dalam laboratorium). Di mana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi
fenomena yang sedang diamati sehingga nantinya penelitian ini berusaha memahami
kompleksitas fenomena yang diteliti berdasarkan realitas. Peneliti juga berusaha
menginterpretasikan dan kemudian melaporkan hasil dari fenomena yang telah
diamati tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai
rancangan, pedoman, ataupun acuan. Menurut Strauss dan Corbin sebagaimana
yang dikutip oleh (Mahmud 2011), pendekatan kualitatif adalah jenis pendekatan
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik. Sedangkan menurut Bogdan
dan Biklen, pendekatan kualitatif adalah salah satu pendekatan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati (Creswell 2015).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode content analysis
(kajian isi). Lexy J. Moleong (2017:220) mengutip pernyataan Weber yang
menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan
seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau
dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji isi buku-buku dan pandangan-
pandangan tentang model desain pembelajaran PAI.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Sebagaimana pernyataan Lofland yang dikutip (Moleong, 2017), data kualitatif
berbentuk data lunak, berupa kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto, dan

2 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Abdul Rahman & Ahmad Syauqy Ridho

statistik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data tertulis, yaitu data
tentang model desain pembelajaran PAI.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sumber data
primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu tentang model desain pembelajaran
PAI. Adapun sumber data sekunder yang penulis gunakan di antaranya model-
model mengajar dan sebagainya.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulkan data yaitu studi kepustakaan.
Studi kepustakaan ini merupakan penelaahan terhadap pemikiran para ahli di
bidang pendidikan serta penelaahan terhadap literatur yang berkaitan dengan
penelitian. Data yang telah terkumpul akan dilakukan penganalisisan melalui
proses satuan (unityzing), kategorisasi, penafsiran dan penarikan simpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Definisi Model Desain Pembelajaran PAI
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam
pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda
sesungguhnya, misalnya globe merupakan bentuk dari bumi. Selanjutnya istilah
model digunakan untuk menunjukkan pengertian petama sebagai kerangka proses
pemikiran (Drs Harjanto, 1997:51).
Adapun Model mengajar menurut Joyce dan Weil (1980) adalah suatu pola yang
dapat digunakan untuk membetuk kurikulum, untuk mendesain dan mengarahkan
suatu pengajaran. Suatu model pengajaran didasarkan pada konsep pembelajaran
tertentu. Dengan kata lain masing-masing model pengajaran banyak tergantung
dengan model-model kurikulum.
Salah satu batasan tentang model mengajar sebagaimana yang dikutip Abdul
Azis Wahab dari SS Chauhan ialah;
“Model of teaching can be defined as an instructional design which describes the process
of specifying and producing particular environmental situations which cause the students to
interact in such a way that a specific change occurs in their behavior.”(Wahhab, 2012:52)
Jadi Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Di luar istilah tersebut dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika model pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan
prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih
menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu
setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Herbert Simon mengartikan desain
sebagai proses pemecahan masalah yang memiliki tujuan untuk mencapai solusi
terbaik dalam dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan seumlah informasi
yang tersedia.
Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu
proses belajar siswa, dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan
jangka panjang. Menurut Gagne dalam proses belajar seorang siswa dapat dipengaruhi
oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sedangkan desain pembelajaran
berkaitan dengan faktor eksternal yaitu pengeturan lingkungan dan kondisi yang
memungkinkan siswa dapat belajar.

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 3
Model Desain Pembelajaran PAI

Shambaugh menjelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai “ an


intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs and construct
structures possibilities to responsively address those needs.” Dengan demikian dapat
diartikan bahwa suatu desain pembelajaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan
siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab
kebutuhan tersebut.
Pendapat yang lebih spesifik dikemukakan oleh Gentry yang berpendapat bahwa
desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran,
strategi dan tekhnik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat
digunakan untuk pencapaian efektivitas pencapaian tujuan. Selanjutnya ia
menguraikan bahwa penerapan suatu desain pembelajaran memerlukan dukungan
dari lembaga yang akan menerapkan, pengelolaan kegiatan, serta pelaksanaan yang
intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
Dari beberapa pengertian diatas maka desain instruksional berkenaan dengan
proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi
pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil
belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai
tujuan termasuk metode, tekhnik dan media yang dapat dimanfaatkan seta tekhnik
evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.

Macam-Macam Model Desain Pembelajaran PAI


Berkaitan dengan aspek-aspek atau komponen-komponen pembelajaran dan
sistematika pembelajaran, terdapat sejumlah model-model sebagaimana dikemukakan
para ahli. Berikut ini beberapa model yang dapat dijadikan acuhan.
1. Desain Pembelajaran Model Kemp
Aspek-aspek pembelajaran yang dipikirkan dan dirancang menurut Kemp
meliputi:
a. Tujuan umum dan topik umum atau pokok bahasan.
b. Karakteristik peserta didik
c. Tujuan spesifik pembelajaran
d. Isi pelajaran
e. Penilaian awal
f. Bentuk kegiatan pembelajaran dan sumber belajar
g. Sarana pendukung
h. Evaluasi
i. Revisi
Jadi, menurut Jerold E Kemp dalam buku karya Zaenal Arifin Ahmad, proses
desain pembelajaran merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah
penghubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan peraangkat ini
dimulai dari titik manapun sesuai didalam siklus tersebut. Pengembangan untuk
dapat memulai dari komponen manapun.
2. Model George Betts
Modelnya didasarkan pada konsep “pembelajaran mandiri”. Pembelajaran
mandiri adalah mereka yang mampu menyelesaikan masalah atau mengembangkan
gagasan-gagasan baru dengan mengombinasikan cara berpikir divergen dan
konvergen tanpa terlalu banyak dibantu orang luar untuk memilih bidang-bidang
tindakan yang dikehendakinya (Miftahul Huda, 2013: 144-145)
Model ini dirancang untuk menggiring siswa menuju peran para pembelajar,
yang dapat mengontrol proses belajarnya sendiri, dengan guru sebagai pihak yang

4 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Abdul Rahman & Ahmad Syauqy Ridho

berperan fasilitator. Dengan pendekatan yang fleksibel, model ini dapat digunakan
di kelas-kelas reguler (untuk semua siswa dan lintas tahapan berkembang).
3. Model pembelajaran Dick dan Carey
Dick dan Carey menawarkan suatu model pengembangan yang mirip dengan
model Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksankan analisis
pembelajaran, dan terdapat beberapa komponen yang dilewati didalam proses
pengembangan dan perencanaan tersebut sebagai berikut (Zainal Arifin Ahmad, 65-
66:2012)
a. Identitas Tujuan
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diingkan untuk dapat
dilakukan pserta didik setelah proses pembelajarn dilakukan. Rumusan tujuan
pembelajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau dari daftar tujuan
sebagai hasil need assesment, atau dari pengalaman praktik dengan kesulitan
belajar siswa didalam kelas.
b. Melakukan analisis intruksional
Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa
tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang telah dianalisis berfungsi untuk
mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari.
Analisis ini akan menghasilkan cara atau diagaram tentang ketarampilan-
ketrampilan dan menunjukkan keterkaitan atara keterampilan konsep tersebut.
c. Mengidentifikasi tingkah laku awal/karakteristik siswa
Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan yang perlu dilatihkan dan
tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan ketarampilan
apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran.yang penting
juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada
hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.
d. Merumuskan tujuan kinerja
Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku
awal sisiwa, selanjutnya akan dirumuskan pernyataan khusus siswa yang
mungkin ada hubungannya dengan rencangan aktivitas-aktivitas pengajaran.
e. Pengembangan tes acuhan patokan
Pengembangan tes acuan patokan didasarkan pada tujuan yang telah
dirumuskan, pengembangan butir asesmen untuk mengukur kemampuan siswa
seperti yang diperkiaran dalam tujuan.
f. Pengembangan strategi pembelajaran
Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan
mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir, startegi
akan meliputi aktivitas preintruksional, penyampaian infomasi, praktik dan
balikan, tesing, yang dilakukan lewat aktivitas.
g. Pengembangan dan memilih pengajaran
Tahapan ini startegi pengajaran dikembangkan untuk menghasilkan
pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan
panduan guru.
h. Merancang dan melaksankan evaluasi formatif
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi dalam meningkatkan pengajaran.
i. Menulis peringkat penilaian akhir

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 5
Model Desain Pembelajaran PAI

Hasil-hasil pada tahap diatas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang
dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan di ujicobakan
diimplementasikan di kelas.
j. Revisi pengajaran
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data
dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan
dianalisis dan serta di interprestasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang
dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
4. Model pembelajaran 4-D
Model yang lain adalah apa yang dikembangkan oleh S.Thagarajan, Donrothy
S. Semmel, dan Melvyn I Semmel yang disebut dengan model 4-D (Four D). Model
pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap utama yaitu : (1) Define (pembatasan), (2)
Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan) dan, (4) Disseminate
(Penyebaran). Model ini dapat diadaptasi menjadi Model 4-P, yaitu
pengidentifikasian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.
Pengidentifikasian mencakup analisis awal akhir mengenai siswa, tugas akhir,
konsep akhir dan spesifikasi tujuan. Perancangan mancakup penyusunan tes,
pemilihan media, pemilihan format pembelajaran dan perancangan awal.
Pengembangan mencakup validasi ahli, uji pengembangan, uji validasi, dan
pengemasan. Sedangkan penyebaran mencakup penyebaran dan pengadopsian.
Secara garis besar keempat tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran yang diwali dengan analisis tujuan dari batasan meteri yang
dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi lima langkah pokok, yaitu: (1)
analisis ujung depan, (2) Analisis tugas, (3) Analisis Siswa, (4) Analisis Konsep,
dan (5) perumusan tujuan pembelajaran.
b. Tahap Perencanaan (Design)
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototype perangkat pembelajaran.
Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu , (1) Penyusunan tes acuhan patokan
sebagai langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design.
Tes disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran khusus
(kompotensi dasar dalam kurikulum KTSP). Tes ini merupakan suatu alat
pengukur terjadinya tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan pembelajaran,
(2) pemilihan media yang sesuai dengan tujuan untuk menyampaikan materi
pelajaran, (3) pemilihan format, di dalam pemilihan format ini misalnya, dapat
dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang
dikembangkan dinegara-negara yang lebih maju.
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang
sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (1) validasi
perangkat oleh para pakar dikitu dengan revisi (2) simulasi yaitu kegiatan
mengoperasionalkan renacana pengajaran, dan ,(3) uji coba terbatas denga siswa
yang sesungguhnya. Hasil tahap (2) dan (3) digunakan sebagai dasar revisi.
Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai
dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
d. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih luas, misalnya dikelas lain, disekolah lain,

6 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Abdul Rahman & Ahmad Syauqy Ridho

oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan
perangkat di dalam kegiatan pembelajaraan.
5. Model Pengembangan PPSI
Model yang lain adalah model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional). Secara garis besar, model PPSI mengikuti pola dan siklus
pengembangan yang mencakup: a) Perumusan Tujuan, b) Pengembangan alat
evaluasi, c) kegaiatn belajar, d) pengembangan program kegiatan ,e) pelaksanaan
pengembangan. Perumusan tujuan menjadi dasar bagi penentuan alat evaluasi
pembelajaran dan rumusan kegiatan belajar. Rumusan kegiatan belajar lebih lanjut
menjadi dasar pengembangan program kegiatan, yang selanjutnya adalah
pelaksanaan pengembangan. Hasil pelaksanaan tentunya dievaluasi, dan
selanjutnya hasil evaluasi digunakan untuk merevisi pengembangan program
kegiatan, rumusan kegiatan belajar, dan alat evaluasi.
6. Model ROPES
Hunts menyebut rencana prosedur pembelajaran sebagai persiapan mengajar
yang disebut ROPES (review. Overview, presentation, exercise, summary) sebagai
berikut :
a. Review
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1-5 menit, yakni mencoba mengukur
kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman
sebelumnya yang sudah dimiliki siswa (Abdul Majid, 2008:99).
b. Overview
Guru menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari
itu dengan menyampaikan isi secara singkat dan strategi yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pandangannya atas langkah-
langkah pembelajaran yang hendak ditempuh oleh guru sehingga
berlangsungnya proses pembelajaran bukan hanya milik guru semata, akan
tetapi siswa pun akan merasa dihargai keberadaannya.
c. Presentation
Tahap ini merupakan inti dari proses kegiatan belajar mengajar, karena
disini guru sudah tidak lagi memberikan penjelasan-penjelasan singkat, akan
tetapi sudah masuk pada proses telling (menceritakan), showing (menunjukkan),
dan doing (melakukan). Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan
daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan.
Semakin bervariasi strategi pembelajaran yang digunakan, maka semakin baik
pula proses dan hasil yang dicapai.
d. Exercise
Suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktikkan
apa yang telah mereka pahami. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman langsung kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna.
e. Summary (kesimpulan)
Tahap ini dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka pahami
dalam proses pembelajaran.
7. Model Satuan Pelajaran
Proses penyusnan perencanaan pengajaran memerlukan pemikiran-pemikiran
system matis utntuk memeprkirakan mengenai apa yang akan dilakukan dalam
waktu pelaksanakan pengajaran. Secara sistematis rencana pembelajaran dalam
satuan bentuk satuan pelajar adalah sebagai berikut:

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 7
Model Desain Pembelajaran PAI

a. Identitas Mata Pelajaran (nama pelajaran, kelas, semester dan waktu atau
banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Kompetensi dasar dan indicator yang hendak dicapai atau dijadikan tujuan dapat
dikutip atau diambil dari kurikulum dan hasi belajar yang ditetapkan oleh
pemerinah.
c. Materi Pokok (beseta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai kompetensi dasar).
d. Media yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
e. Staregi pembelajaran / scenario/tahapan-tahapan proses belajar mengajar yaitu
kegiatan pembelajaran secara kongrit yang harus dilakukan oleh guru dan siswa
dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk
mengusai kompetensi
f. Menentukan jenis penelitian dan tindak lanjut. Tujuannya adalah untuk
mengatahui tingkat keberhasilan dari tahapan pembelajaran yang telah
dilaksankan dan alternatif tindakan yang akan dilakukan.
g. Sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai (Abdul Majid, 2008: 103-106).

Model-Model Mengajar
Kurikulum 2013 mengamanatkan pada guru untuk tidak memberikan materi
pelajaran secara langsung. Guru juga tidak boleh memberikan solusi atas berbagai
masalah yang dihadapi oleh peserta didik dalam dunia nyata. Pesreta didik harus
menemukan sendiri hal-hal yang diperlukan. Mereka juga harus dapat memecahkan
sendiri masalah-masalah yang dihadapi. Tugas utama guru dalam pembelajaran
adalah mendorong, membimbing, membantu, dan mengarahkan agar pembelajaran
dapat berjalan lancer dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 antara lain model
pembelajarn penemuan (discovery learning), model pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning), dan model pembelajaran berbasis project (project based
learning).
1. Model Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani
(2014:64) discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi
bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
siswa mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, diungkapkan bahwa discovery learning
menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh
melalui pengamatan atau percobaan.
Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014:282) bahwa discovery
learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan
tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman
langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu
disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Bahan
ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan yang harus
diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak
melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri. Bruner (dalam

8 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Abdul Rahman & Ahmad Syauqy Ridho

Kemendikbud, 2013:4) mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpainya
dalam kehidupan. Penggunaan discovery learning, ingin mengubah kondisi belajar
yang pasif menjadi aktif dan kreatif, mengubah pembelajaran yang teacher oriented
ke student oriented.
Dalam model ini peserta didik aktif dalam proses belajar dengan: a. menjawab
berbagai pertanyaan dan persoalan, b. memecahkan persoalan, untuk menemukan
konsep dasar. Peran guru berubah dari menyediakan informasi dan konsep menjadi
mengajak peserta didik bertanya dan mencari sendiri sehingga guru hanya
mengarahkan.
Secara garis besar fugsi guru sebagai mediator dan fasilitator dari guru itu
dapat dijabarkan dalam beberapa tugas antara lain, menyediakan pengalaman
belajar yang memungkinkan peserta didik ambil tanggungjawab dalam membuat
perencanaan belajar, melakukan proses belajar, dan membuat perencanaan belajar,
melakukan proses belajar, membuat penelitian, menyediakan atau memberikan
kegiatan yang merangsang keingintahuan peserta didik dan membantu mereka
untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide
ilmiahnya, menyediakan sarana yang merangsang berfikir secara produktif,
memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran peserta didik itu
jalan yang baik (Paul Suparno, 2007:47).
Ada beberapa fungsi pembelajaran discovery learning, yaitu sebagai berikut:
a. Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang
mewujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari
dan menemukan sesuatu di dalam proses pembelajaran.
b. Membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran.
c. Membangun sikap percaya diri (self confidence) dan terbuka terhadap hasil
temuannya. (Hanafiah dkk, 2014:78)
2. Model Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model yang dapat
menjadikan siswa aktif, mandiri, menyenangkan dan mampu membentuk
kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik serta antar peserta didik dalam
menemukan dan memahami suatu konsep. Menurut I Wayan Dasna, PBL
merupakan pelaksanaan pembelajaran berangkat dari sebuah kasus tertentu dan
kemudian di analisis lebih lanjut guna untuk ditemukan masalahnya, dan
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi
belajar aktif kepada siswa. Terlihat jelas bahwasannya memang pembelajaran
berbasis masalah berguna untuk mengasah sifat krisis dari siswa dan mengajak
partisipasi aktif dalam pembelajaran (I Wayan Dasna dkk, 2007:98)
Sedangkan menurut Muhibin Syah “Belajar pemecahan masalah pada dasarnya
adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis,
logis, rasional, lugas, teliti dan teratur. (Muhibin Syah, 2010:123).
Menurut Nurhayati Abbas, “PBL merupakan suatu pendekatan pengajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran (Nurhayati
Abbas, 2004:83).

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 9
Model Desain Pembelajaran PAI

Dalam Model Problem Based Learning (PBL) focus pembelajaran ada pada
masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang
berhubungan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga metode-
metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu siswa tidak saja
harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat
perhatian tetapi juga pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan
menggunakan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola
berfikir kritis.

Kelebihan problem based learning


Dengan menggunakan model ini akan terjadi pembelajaran yang bermakna.
Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta
didik berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan. Dalam situasi ini
peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat meningkatkan
kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan insiatif, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Sistem penilaian model pembelajaran


Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),
kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap menitikberatkan pada penguasaan
soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama
dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran Bobot penilaian untuk ketiga aspek
tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
3. Model Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan
memahaminya. Melalui PBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat
melihat berbagai pronsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PBL
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topic dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang
berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para
peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara
yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen kolaboratif.

10 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Abdul Rahman & Ahmad Syauqy Ridho

Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep


“Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan
untuk bekerja di dunia usaha dan industry harus dapat membekali peserta didiknya
dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja pada bidang
masing-masing.
Pada pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini,
yaitu:
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan
atau tantangan yang diajukan;
d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
e. Proses evaluasi dijalankan secara continue
f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan.
g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif dan
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

Beberapa hambatan dalam impelementasi model Pembelajaran Berbasis Proyek


antara lain berikut ini.
a. Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan
untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek
b. Banyaknya orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena tambahan
biaya untuk memasuki system baru.
c. Banyak instruktur merasa nyamaan dengan kelas tradisional, dimana instruktur
memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit,
terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan sehingga kebutuhan listrik
bertambah.

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik, mendorong kemampuan mereka


untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks
d. Meningkatkan kolaborasi
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi
f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam mengorgansasikan proyek
dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 11
Model Desain Pembelajaran PAI

i. Melibatkan peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan


pengetahuan yang dimiliki, kemudian mengimplementasikan dengan dunia
nyata.
j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

SIMPULAN
Model desain pembelajaran PAI merupakan kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang harus
diimplementasikan dengan baik demi pencapaian tujuan belajar. Guru sebagai
penggerak pendidikan sudah seharusnya menguasai berbagai model mengajar/ model
pembelajaran. Dan dalam penerapannya tentu harus disesuaikan dengan keadaan
peserta didik, kebutuhan pengajaran, serta mata pelajaran dan tujuan pengajaran.
Sehingga pada prosesnya berjalan secara efektif dan optimal tidak terkesan asal
dilakukan.
Selain dari itu sebelum menetapkan model mengajar guru harus mampu
mengetahui karakteristik siswa sehingga model yang akan diterapkan relevan dengan
apa yang dibutuhkan. Dalam penilaian pembelajaran guru harus menyentuh tiga
aspek yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) dari
peserta didik.

REFERENSI
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standard Kompetensi. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung. 2008.
Ahmad Fatah Yasin. Pengembangan Kompetensi Paedagogik Guru Pendidikan Agama
Islam Di Madrasah. Jurnal el-QUDWAH. Volume 1 No. 5. 2011.
Arends, Richard.2008. Learning to Teach : Belajar untuk Mengajar. (Yogyakarta: Pustaka
Belajar)
Hidayat. Model Pembelajaran Agama Islam Berorientasi Pengembangan Karakter
Bangsa. Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
Lukman Hakim. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) Pada Lembaga Pendidikan Islam Madrasah. Jurnal Pendidikan Agama
Islam-Ta’lim. Volume 13. No. 1. 2015.
Maksudin. Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan Dialektik.
Pustaka Pejajar. Yogyakarta. 2015.
Miftahul Huda. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis Dan
Paradigmatis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2013.
Muhibbin Syah.2010. Psikologi Pendidikan (Dengan Pendekatan Baru). (Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya).
Paul Suparno. Metodologi Pembelajaran KOnstruktivisme & Menyenangkan.
(Yogyakarta:Universitas Sanatajaya).
Wahhab, Abdul Azis. Metode dan Model-model Mengajar. Bandung: Alfabeta, 2012.
Zaenal Arifin Ahmad. Perencanaan Pembelajaran dari Desain sampain implementasi. PT.
Pustaka Insan Madani. Yogyakarta. 2012.

12 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...

Anda mungkin juga menyukai