Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN 1: Fr.

Michel Rodrigue: Seorang Rasul


Akhir Zaman (The End Times Apostles)
BAGIAN 1 dari “RETREAT VIRTUAL” DENGAN FR. MICHEL RODRIGUE

Fr. Michel Rodrigue Kisah hidup:

Michel adalah anak ke-23 dari 23 orang adik beradik. Ketika dia berusia 3 tahun, Tuhan mulai
berbicara kepadanya, dan mereka akan melakukan percakapan teratur dengan kata-kata
sederhana dari pemahaman anak berusia 3 tahun. Michel ingat duduk di bawah pohon besar di
ladang keluarganya di belakang rumahnya dan bertanya kepada Tuhan, "Siapa yang membuat
pohon ini?"

"Saya," Tuhan menjawab. Ketika Tuhan mengucapkan kata, "SAYA," Tiba-tiba Michel diberi
pandangan luas tentang bumi, alam semesta, dan dirinya sendiri, dan dia mengerti bahwa segala
sesuatu dibuat dan dipegang oleh Tuhan. Seperti anak kecil, Francesco Forgione, yang tumbuh
menjadi St Padre Pio, Michel berfikir bahwa setiap orang memiliki perbualan yang begitu jelas
dengan Allah Bapa. Sejak usia 3 hingga 6 tahun, Tuhan mengajarinya iman Katolik dan
memberinya pendidikan teologis yang menyeluruh. Tuhan juga memberi tahu dia, ketika dia
berusia 3 tahun, bahawa dia akan menjadi seorang imam.

Sekitar usia 6 tahun, Michel pertama kali menemukan dosa dan iblis. Matanya tiba-tiba boleh
melihat iblis bertindak dalam diri seseorang, mempengaruhi pemikiran, sikap, dan gerakannya.
Michel kecil dapat dengan jelas melihat bahwa orang ini memiliki hati yang dingin terhalang dari
cinta, dan dia menyaksikan iblis menggerakkan lengan, kaki, dan wajah orang itu. Terkejut,
Michel bertanya pada Tuhan, "Apa ini?"

Allah Bapa menjawab, "Iblislah yang bertindak dalam diri seseorang ketika mereka dalam
dosa."

"Apa itu dosa?"


"Orang-orang berdosa setiap kali mereka melakukan sesuatu terhadap Aku, melawan
saudara-saudaramu, melawan kehendak-Ku, dan terhadap ajaran yang kuberikan padamu."

Fr. Michel ingat menghadapi dosanya sendiri secara sadar untuk pertama kalinya. Dengan lima
puluh lima anak buah laki-laki, dia adalah seorang pakcik sebelum dia dilahirkan. Pada tahun
2004, ia menghitung berapa banyak cucu lelaki yang ia miliki, dan jumlahnya mencapai 250, jadi
ia berhenti menghitung. Suatu hari ketika Michel sedang bermain dengan anak buah kecilnya
Claude, ayah Michel, bernama Émile, menjemput Claude, berdiri di pangkuannya, dan
membuatnya menari dan ketawa berdekit-dekitan. Michel geram karena iri hati.

Ketika ayahnya akhirnya menurunkan Claude, Michel berkata kepada Claude dengan menggoda,
"Keluar dan bermain denganku." Kabel elektrik berjajar di pagar untuk menjaga babi peliharaan
keluarganya agar tidak melarikan diri. Michel mulai mendorong Claude secara acak ke dalam
kawat.

Mendengar teriakan Claude yang sekejap-sekejap, ibu Michel melihat keluar dan berteriak,
"Michel! Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Bermain!" dia balas berteriak. “Itu adalah dosa saya yang kedua,” kenang Fr Michel. "Aku
berbohong." Ibunya membawanya ke dalam dan untuk hukumannya, dia disuruh berlutut
menghadap dinding.

"Mengapa kamu melakukan perkara itu, Michel?" dia bertanya.

"Karena Claude ada di kaki ayahku, dan dia membuatnya menari, dan aku ingin berada di
tempatnya."

"Michel, kamu tidak mengerti. Ayahmu mengasihimu. Anda adalah putranya. Dan dia juga
mengasihi anak buahmu.” Michel mulai menangis. Setelah mendengar bahwa ayahnya juga
mengasihi anak lain di sampingnya, dia merasa seperti ditampar. Itu adalah pertama kalinya dia
mengerti bahwa cinta bukan hanya untuknya. Cinta itu untuk semua orang. "Aku terlalu muda
untuk pergi ke Pengakuan dosa," Fr. Michel berkata, “jadi saya harus menunggu. Saya merasa
bersalah di hadapan Bapa, tetapi Dia begitu hebat. Dia terus berbicara kepada saya."

Ketika Michel berusia empat atau lima tahun, dia memiliki trak besar — satu blok kayu dengan
empat roda yang terbuat dari tutup kendi — dan dia cukup bangga karenanya. Suatu hari, ketika
dia bermain dengan traknya di depan rumah keluarganya, sambil membuat suara-suara mesin
trak yang menyertainya, dia mendengar Allah Bapa berkata, "Michel."

"Ya," jawabnya, masih asyik dengan permainannya.

"Suatu hari kamu akan mengembara."

"Mengembara? Apa ertinya mengembara? "

"Kamu akan pergi ke tempat lain."

"Tanpa ibuku?"

"Ya."
"Oh," dan dia kembali membuat suara trak. Pesan itu membuatnya hairan, tetapi itu tidak terlalu
mengganggunya. Kata-kata Bapa baru-baru ini menjadi realiti, untuk 2017-2019, Fr. Michel
telah melakukan perjalanan di Kanada dan Amerika Serikat untuk memberikan ceramah dan
retret — tanpa ibunya.

Ketika Michel berusia enam tahun, dia mendengar namanya dipanggil lagi ketika dia bermain di
luar: "Michel! Michel!" Tapi dia tidak mengenali suara itu berasal dari Tuhan kali ini. Dia
melihat sekeliling, tetapi tidak ada seorang pun di sana. Kakak-kakaknya tidak ada di rumah, dan
abang-abangnya yang lain bekerja di ladang, jadi dia masuk ke dalam rumah. "Ibu, kamu
memanggilku?"

"Tidak"

"Seseorang memanggilku."

"Tidak tidak. Pergilah bermain di luar. ”

Jadi dia melakukannya. Kemudian dia mendengar namanya lagi, "Michel! Michel! "

Suara itu terdengar sangat dekat, tetapi pada saat yang sama, sangat jauh darinya. Dia masuk
lagi.

“Ibu, apakah ibu memanggil saya? Saya mendengar suara, ibu. "

"Tidak tidak Tidak. Pergi dan bermain. "

Ketika dia bermain di luar, suara itu memanggil nama Michel untuk ketiga kalinya. Ketika dia
memasuki rumah lagi, ibunya berkata, "Kalau kamu mendengar suara itu, katakan, 'Berbicaralah,
Tuhan, karena hambamu sedang mendengarkan.'"

Hari Minggu itu, seluruh keluarga Michel pergi ke Misa, tidak semuanya pada masa yang
bersamaan dan bukan menaiki kereta. Mereka menempuh jalan sejauh lapan batu dengan
menunggang kuda, dan dia mengendarai belakang kuda yang bergelombang. Pembacaan pertama
adalah dari 1 Samuel, Bab 3:

Sekali lagi Tuhan memanggil Samuel, yang bangkit dan pergi kepada Eli. "Aku di sini,"
katanya. "Kamu memanggilku." Tetapi dia menjawab, “Aku tidak memanggilmu,
anakku. Kembalilah tidur. "

Ketika Tuhan memanggil untuk ketiga kalinya, Michel mendengar kalimat terkenal dari nabi:
"Tidurlah, dan jika kamu dipanggil, balas, 'Bicaralah, Tuhan, karena hambamu sedang
mendengarkan." Kata-kata Eli adalah kata-kata ibunya. Alkitab melanjutkan: "Samuel
tumbuh besar, dan Tuhan menyertainya, tidak membiarkan sepatah kata pun darinya
tidak terpenuhi." (1 Samuel 3:19) Michel duduk di bangku tertegun.

Untuk tempoh masa yang singkat di tahun keenam Michel, Tuhan berhenti berbicara dengannya
melalui lokusi (locution = mendengar suara), tetapi mengundangnya untuk mendengar suara-Nya
melalui Firman. Ketika Allah Bapa melanjutkan lokusi, suara-Nya terdengar berbeda bagi
Michel dari yang ia dengar sejak usia tiga tahun. Tahun itu, ia juga diperkenalkan dengan
dimensi baru realiti.
Suatu hari, Michel berlari kepada ibunya, ketakutan. "Ibu, aku melihat mahkluk hodoh!" Seekor
binatang buas setinggi lima belas kaki muncul di dalam kawasan harta milik keluarganya. Itu
adalah Setan, dirinya sendiri.

"Jangan khuatir," kata ibunya. “Kita akan berdoa rosario bersama. Dengan berdoa Rosario,
Michel menyaksikan doa-doa melemparkan Setan kembali ke neraka.

"Orang tua saya kudus," Fr. Michel menceritakan. “Ibu saya sangat kuat, bersifat keibuan,
mengasuh, dan penuh kasih. Ayah saya selalu melawak.” Dalam tahun-tahun terakhirnya, Émile
sangat menderita sehingga dia kesulitan bernafas; namun Michel tidak pernah melihat ayahnya
memberontak atau mengeluh terhadap Tuhan karena penyakitnya.

Setiap tahun, paru-paru Émile tercungap-cungap bernafas untuk lebih banyak oksigen, dan pada
saat itu, tidak ada mesin oksigen yang tersedia. Di musim dingin, keluarga memilih untuk
membiarkan jendela dan pintu terbuka karena udara dingin lebih beroksigen. Setiap anggota
keluarga Michel yang berjumlah dua puluh tiga orang bersedia untuk kesejukan sehingga Émile
boleh merasa lebih baik. Pada malam hari, Michel akan menatap ais yang bergantung dari siling
rumah.

Michel muda bertanya kepada Allah Bapa suatu hari, "Mengapa ayahku menderita penyakit ini?"

Tuhan menjawab, “Apakah Anda ingat ketika saya berbicara kepada Anda tentang dosa asal
dan bagaimana hal itu menyebabkan penyakit di dalam tubuh? Ini adalah akibat dari dosa
asal. "

"Tapi mengapa kanser?"

“Kelemahan dalam tubuhnya membuatnya mudah terkena kanser. Tapi itu bukan salahnya."

Semasa taufan besar dengan salji setinggi lima kaki, Emile seperti menghampiri ajal, dan
jalanraya terhalang. Ibu Michel menyuruh abangnya, Gaitán, untuk pergi dan memanggil seorang
paderi. Gaitán bergegas dengan kereta salji dan kembali dengan seorang paderi yang berpaut
pada pinggangnya, mengenakan topi keledar besar. Imam itu memasuki bilik Emile, memberinya
upacara terakhir, berdoa bersamanya, lalu kembali untuk melihat ibu Michel, dan mulai tertawa.

"Mengapa kamu tertawa? dia bertanya.

"Oh, dia tidak akan mati."

"Tidak?"

"Karena dia menceritakan cerita lawak." Ayah Michel hidup dua tahun lagi.

Melalui kejadian ini, Allah Bapa memperdalam pemahaman Michel tentang kuasa sakramen.

Semakin Michel bertumbuh, semakin dia harus menghadapi si jahat karena, ternyata, rumah
keluarganya berhantu. Michel kecil tahu bahawa iblis mengejarnya setiap kali iblis menggoncang
dan menggegarkan rumah mereka, atau membuat suara-suara menakutkan yang membuat
kulitnya menggigil. Ayahnya juga melihat Setan di rumah mereka, begitu juga kakak-kakak dan
abang-abangnya, jadi mereka berkata kepada paderi paroki mereka, "Kamu harus memberkati
rumah kami karena iblis ada di situ." Ketika paderi itu datang dan membuka pintu depan mereka,
sebelum dia mengucapkan doa, Setan melepaskan raungan yang menakutkan, dan paderi itu lari!
Maka mereka memanggil uskup, dan segera setelah dia membuka pintu depan mereka, iblis itu
berteriak lagi. Uskup berteriak, “Saya tidak bisa melakukannya! Saya tidak bisa melakukannya!"
dan berhenti sebelum mencoba.

Keluarga Rodrigue memiliki tasik di tanah milik mereka, dan suatu hari saat matahari terbenam,
ketika Michel berusia sekitar tujuh tahun, ibunya berkata kepadanya, "Pergi dan beri makan
kepada itik-itik."

"Ibu!" dia gementar. "Kamu yakin aku dapat melakukannya?"

"Ya kamu dapat melakukannya."

"Ibu, sudah hampir malam, dan benda itu akan membuatku pergi!"

"Jangan khawatir," katanya. Abang Michel, Gervais, melihat bahwa dia ketakutan, menawarkan
diri untuk menemaninya. Ketika mereka mendekati tasik, tiba-tiba, tanah terbuka di bawah
Michel, dan dua tangan, seperti binatang empat kaki dengan paku panjang melonjak dari bawah,
meraih kakinya, dan mulai menariknya dengan paksa di dalam tanah. Gervais meraih tangan
Michel dan mencoba menariknya keluar, tetapi binatang itu lebih kuat. "Habislah aku!" fikir
Michel. Mengingat Perawan Maria, dia berteriak, "Maria, Bunda Allah, tolong, tolonglah aku!"
Tiba-tiba sebuah kekuatan yang kuat menariknya keluar dari lubang, dan dia berlari kembali ke
rumah.

"Jangan pernah suruh kami lagi, ibu!" teriak mereka.

"Kita akan berdoa Rosario."

Ibu Michel adalah seorang wanita yang sangat saleh yang percaya pada doa dan telah mengalami
banyak mukjizat dalam hidupnya. Tidak lama selepas Michel lahir, Emile mengalami
kemalangan yang mengerikan. Dia berdoa kepada St Anna, nenek Tuhan Yesus, dan dua saudara
lelaki Michel yang telah meninggal pada usia tiga dan enam bulan, menampakkan diri kepadanya
dalam lingkaran cahaya. "Jangan khawatir, ibu," kata mereka padanya. "Ayah akan tiba di
rumahmu besok, dan dia akan bersamamu sampailah bayi ini (Michel) berusia sepuluh tahun."
Kata-kata mereka menjadi kenyataan. Ayah Michel kembali keesokan harinya, hidup sepuluh
tahun lagi, dan meninggal karena kanser di lengan Michel ketika Michel berusia sepuluh tahun.

Tepat setelah Emile meninggal, seluruh keluarga mengadakan pertemuan. Mereka harus
menghadapi kenyataan bahwa mereka perlu mengambil tindakan mengenai iblis yang hadir di
tengah-tengah mereka. Dia sudah cukup lama menjadi tetamu mereka yang tidak disukai. Tak
berdaya mengusirnya, mereka memutuskan untuk membakar rumah mereka. Karena aktiviti
Setan tampaknya diarahkan pada Michel kecil, dia mengumumkan kepada keluarga itu, "Akulah
yang akan menyalakan api."

Keluarga Michel membuat enam lubang di lantai rumah besar mereka, rumah yang telah
menampung semua dua puluh tiga anak dan ibu Michel. Dia menuangkan petrol ke semua
lubang, menyalakan mancis kayu, dan melemparkannya. Api meletus diikuti oleh angin besar,
yang memadamkan api. Dia menyalakan mancis kayu kedua, melemparkannya, dan hal yang
sama terjadi. Sebelum percobaan ketiga, ia berdoa kepada Bunda Allah agar rumah itu akan
terbakar. Kali ini, api berkobar, dan Michel harus berlari melalui api untuk mencapai pintu
utama, yang diapit di setiap sisi oleh dua jendela besar. Dua jendela telah meledak, dan ketika
dia berlari keluar dari pintu depan, dua tangan api menjangkau ke luar melalui tempat di mana
jendela-jendela itu berada untuk menangkapnya. Ibu Michel, tepat di luar pintu depan, berdoa
kepada Hati Kudus Yesus, dan tangan-tangan itu kembali ke rumah mereka yang terbakar.

Fr. Michel mengatakan tentang peristiwa ini, “Ini adalah salah satu keputusan terbaik yang kami
buat bersama sebagai keluarga karena kami harus memulai hidup baru di desa lain, di rumah
baru. Tetapi iblis menemukan cara lain untuk tinggal bersamaku. Saya mulai menderita rasa sakit
luar biasa di bawah kulit saya, dan ketika Ibu membawa saya berjumpa dengan doktor, dia
berkata, 'Saya belum pernah melihat penyakit seperti ini pada seorang anak muda. Ini hanya
terjadi pada orang tua yang hampir meninggal.' Dia memberi saya ubat, tetapi ianya tidak dapat
menghilangkan rasa sakit. Saya merasakan ada sesuatu dalam diri saya, seperti seekor labah-
labah besar, dan satu-satunya waktu saya merasa lega adalah ketika saya meletakkan tubuh saya
di atas tungku pembakaran kayu kami. Ketika saya melakukan ini, saya bisa merasakan di dekat
hati saya bahwa 'sesuatu' ini sudah mati, dan pada saat yang sama, tubuh saya tidak merasakan
panasnya tungku. Itu semua sangat aneh, dan ibuku juga bingung. ”

Suatu hari, ibu Michel mendekatinya ketika dia menangis karena rasa sakit:

"Dengarkan aku. Sesuatu yang salah. Ini bukan dari Tuhan. "

"Aku tahu, ibu. Tapi benda itu ada dalam diriku. Saya tidak tahu apa bendanya. "

"Mari kita berdoa dan melihat Hati Kudus Yesus." Jadi mereka berdoa di hadapan gambar
Tuhan. “Sekarang, lihat Hati Maria yang Tak Bernoda. Kita akan memintanya untuk membuat
kamu tidur agar Tuhan dapat menyembuhkan Anda." Michel mengucapkan doa ini bersama
ibunya dan kemudian tertidur. Ketika dia bangun keesokan paginya, tubuhnya sepenuhnya bebas
dari rasa sakit. "Sesuatu" ini telah jatuh dari dirinya dan ke tempat tidur. Mereka kemudian
membuka selimut dan membakarnya.

Segera setelah itu, Michel akan menerima Komuni Pertama. Karena keluarganya miskin, dia
tidak punya pakaian mewah, seperti anak laki-laki lainnya. Ibunya menjahit segalanya untuk
Michel dan adik-beradiknya dengan tangan. Meskipun dia berpakaian rapi seperti yang dapat
dilakukan oleh hati dan kemampuan ibunya, dia merasa malu dan tidak percaya diri tentang
kasut lamanya, kerana dia menjadi satu-satunya anak yang hadir tanpa kasut baru yang
berkilauan.

Ketika tiba saatnya bagi Michel untuk menerima Komuni Suci Pertama, fikirannya tidak hadir.
Dia berfikir hanya kepada kasutnya. Saat dia melangkah maju untuk Komuni, dia melihat ke
bawah ke kakinya. Dia mengangkat matanya untuk melihat pastor parokinya yang suci, Pastor
Jean-Marc, yang mengenal keluarganya dengan baik dan melayani di desa mereka di Quebec
yang berbahasa Prancis selama tiga puluh tahun. Fr. Jean-Marc mengangkat komuni kudus, dan
ketika dia mengucapkan kata-kata, "Tubuh Kristus," sinar matahari yang cerah menerobos
jendela-jendela samping gereja, memandikan sinar hanya kepada paderi dan Michel. Imam itu
membeku, seolah ditangguhkan, yang memberi Michel cukup waktu untuk berkata kepada
Tuhan, "Maaf untuk kasut saya." Kemudian dia menerima Komuni Pertama.

Mulai usia sepuluh tahun, Michel memiliki penasihat rohani. Paderi tahu bahwa Michel takut
akan gelap. Dia juga tahu Michel menjadi takut setiap kali dia melihat wajah hodoh si jahat, yang
sering memperlihatkan dirinya kepadanya.

Pada usia dua belas tahun, Michel bekerja di gereja setelah misa, ketika imam berkata, "Michel,
malam ini kita akan berdoa bersama."
"Oh?"

"Kamu akan datang ke tempat kudus, dan kamu akan berdoa bersamaku." Malam itu, Michel
bertemu dengannya di gereja. "Aku akan duduk dan berdoa di satu sisi gereja," kata paderi itu,
"dan kamu melakukan hal yang sama di sisi lain." Lalu dia mematikan semua lampu. Sunyi.
Gelap. Hanya nyala berkedip dari lilin Tabernakel yang terlihat.

"Mengapa kita tidak membiarkan lampu menyala?" Michel terkesiap, ketakutan.

"Jangan khawatir."

Tiba-tiba, pintu ruang depan mulai bergetar hebat.

Imam itu berkata kepada Michel, "Pergi dan lihat apa itu."

"Ya Tuhan!" gemetar Michel, merasa seolah-olah dia sekarat karena ketakutan. "Kita harus
pergi!"

“Tidak, kamu akan bergerak menuju ke arah bunyi itu. Kamu akan berjalan. Ketika Anda
mencapai pintu, bukalah. " Michel mematuhi dan berjalan menuju kearah bunyi itu dalam gelap.
Gedoran dan gedoran mengguncang pintu secara fisik. Iblis ingin masuk.

Michel meraba-raba mencari pintu gereja dalam gelap. Dengan tangan gemetar dan takut akan
mati, dia membuka pintu. Tidak ada dan tidak ada seorang pun di sana. Dia duduk kembali
bersama paderi itu selama beberapa minit. Lalu tiba-tiba gedoran dan dentang dilanjutkan.

"Pergilah."

"Ya Tuhan."

"Lihat lagi."

"Saya ketakutan."

"Pergilah. Kamu harus pergi."

Sambil gemetaran di kasutnya, Michel berjalan dalam gelap ke pintu ruang depan. Dia membuka
dan gemetar, mengintip ke dalam tempat kudus gereja, tetapi tidak ada di sana, jadi dia berjalan
kembali dan duduk. Ini terjadi ketiga kalinya dengan hasil yang sama.

Duduk kembali, pikirnya dalam hati. "Aku akan mati di sini, sekarang." Kemudian lampu-lampu
di ruang depan mulai hidup dan mati sendiri.

"Kamu harus kembali dan mematikan lampu."

"Tapi suis lampu sudah dimatikan. Sudah gelap sebelumnya. "

"Anda harus pergi."

Bergerak maju dalam ketakutan, Michel berjalan ke bagian belakang gereja, melewati pintu ke
ruang depan, dan menyalakan lampu lalu mematikan. Lampu mati.
Dia duduk kembali. Lalu, tiba-tiba, semua jendela yang terkunci di gereja terbuka bersamaan.
Michel tersentak, merasakan jantungnya hampir lepas dari dadanya.

"Ini iblis," kata penasihat rohaninya. “Tetapi Yesus ada di sini. Ketika Anda bersama Yesus,
tidak ada yang bisa menakuti Anda. " Kata-katanya memberi Michel kekuatan sedemikian rupa
sehingga setelah itu, dia tidak merasa takut. Semua menjadi sunyi, dan sejak saat itu, Michel
merasa dia bisa menghadapi situasi gelap apa pun yang mungkin terjadi pada masa depan.

"Sekarang," kata penasihat spiritualnya, "Anda boleh menjadi paderi."

***

Michel memutuskan untuk memasuki seminari di Quebec, dan Tuhan terus menegaskan
panggilannya. Suatu hari, Fr. Jean-Marc, datang berkunjung. "Michel," katanya, "apakah kamu
ingat ketika kamu menerima Komuni Suci Pertama kamu daripada saya beberapa tahun yang
lalu?"

"Ya, tapi yang paling saya ingat adalah kasut saya." Mereka tertawa sampai kepala mereka
berguling. Mengumpulkan akalnya, sang paderi berkata, "Ada sesuatu yang belum pernah saya
katakan kepada Anda."

"Apa?"

"Apakah kamu ingat sinar matahari yang hanya menutupi kita berdua?"

"Ya, itu mengesankan."

"Ya, pada saat itu, saya menerima sepatah kata dari Yesus."

"Oh, apa itu?"

"Ketika aku mengangkat Hosti Kudus, Yesus berkata kepadaku, 'Orang yang akan menerima
Tubuhku hari ini, orang yang di depanmu, akan menjadi seorang imam.' Jadi ketika saya
mendengar bahwa Anda memasuki seminari, saya ingin memberi tahu Anda ini untuk memberi
Anda keberanian untuk terus bergerak maju.” Dia akan memerlukan keberanian ini di tahun-
tahun mendatang.

Michel mulai bekerja sebagai penjual ikan dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan uang
untuk studinya. Dia adalah penjual terlaris karena dia membuat banyak orang tertawa sehingga
mereka membeli ikannya, dan dia bahkan tidak tahu mengapa mereka tertawa. (Tawa dan
senyuman siap Fr Michel langsung menular.)

Dalam bulan-bulan pertama Michel di seminari, ia sejauh ini, pada usia enam belas tahun,
mahasiswa filsafat terburuk di kelasnya yang mempunyai pelajar seramai 13 orang. Dia tidak
mengerti apa-apa tentang apa yang dikatakan gurunya dan menjadi putus asa. Rektor bertemu
dengannya dan berkata, “Anda tidak akan berhasil melewati studi Anda. Anda harus pulang.
Anda tidak memiliki kapasitas untuk seminari dan tentu saja tidak untuk studi di universitas. Jika
Anda dapat melakukan sesuatu dengan tangan Anda, itu akan baik untuk Anda. "

Hancur, Michel berpikir dalam hati, "Tidak, tidak, aku bukan kapal kosong!" Dia pergi menemui
profesor filsafat, yang tampak agak tersesat, mengingat rambutnya yang acak-acakan dan
bergumam, tetapi adalah seorang genius sejati. Dia adalah seorang imam Hati Kudus Yesus yang
mengajar fisika dan memiliki gelar doktor dalam matematika dan filsafat.

"Aku ingin berbicara denganmu," kata Michel.

"Marilah!" Setelah mengikutinya ke pejabatnya, Michel meluahkan masalahnya kepada rektor.


Paderi itu tertawa besar. "Mereka tidak tahu apa-apa. Mereka tidak tahu apa-apa! ”

"Oh, tidak?"

"Tidak, aku akan memberimu doa ini," dan dia menyerahkan kepada Michel doa St Thomas
Aquinas:

Datanglah, Roh Kudus, Pencipta Ilahi, sumber cahaya sejati dan sumber kebijaksanaan.
Tuangkan kecemerlanganmu pada kecerdasanku, hilangkan kegelapan yang menutupi diriku,
dosa dan ketidaktahuan. Berilah aku pikiran yang tajam untuk memahami, ingatan yang kuat,
cara-cara dan kemudahan dalam belajar, kejernihan untuk memahami, dan rahmat berlimpah
dalam mengekspresikan diri. Pandu awal pekerjaan saya, arahkan kemajuannya, dan bawa
sampai selesai dengan sukses. Ini saya mohon melalui Yesus Kristus, Allah yang sejati dan
manusia sejati, hidup dan memerintah bersama-Mu dan Allah Bapa, untuk selama-lamanya.
Amin.

"Kamu akan mengucapkan doa ini, apakah kamu mengerti aku? —Sebelum pergi tidur dan
ketika bangun di pagi hari, dan kamu akan melihat! Kamu akan lihat! Pergilah!"

Michel meninggalkan kantor profesor eksentrik, berpikir, "Aku bisa pulang atau melakukan apa
yang dia katakan dan melihat apa yang terjadi." Dia memutuskan untuk membaca doa setiap
hari, tetapi tetap saja, dia tidak mengerti filosofi apa pun. Pada hari ketiga puluh mengucapkan
doa dengan setia, Michel duduk di kelasnya, mendengar, "Blah, blah, blah," ketika tiba-tiba
sebuah cahaya menyambar benaknya. Dia merasakannya masuk dengan "Bang!" Segera, dia
mengerti tidak hanya semua materi masa lalu dan sekarang yang telah diliput profesor, tetapi apa
yang akan dia ajarkan. Michel mengangkat tangannya.

"Ya, Michel."

"Profesor, apa yang Anda katakan adalah. . . "

Ketika dia selesai berbicara, profesor itu berseru, “Oh, ho, kau tahu! Anda tidak hanya telah
memahami pelajaran masa lalu dan apa yang saya katakan sekarang, tetapi Anda juga telah
menjelaskan isi kursus yang akan saya ajarkan! "

Setelah itu, para siswa mulai datang ke Michel sehingga ia dapat menjelaskan filosofi kepada
mereka. Dia menjadi “guru” lain di seminari. Setelah beberapa tahun, ia pergi ke universitas
untuk belajar teologi dan menjadi seorang guru kecil dalam bidang itu juga. Mereka mulai
memanggilnya "Ketua fakulti." Dia bisa berdiri di depan seorang profesor yang memberikan
pengajaran yang keliru dan tidak hanya membongkar argumennya tetapi membuktikan
pengajaran Gereja. Ini karena dia sudah diajarkan teologi oleh Bapa yang Kekal, dimulai pada
usia tiga tahun. Michel bilang dia tidak pantas dalam hal ini. Informasi itu hanya ada di
kepalanya. Selain itu, ia memiliki memori fotografi, pada waktu itu. Dia bisa melihat halaman
buku, "memotretnya" di benaknya, lalu menutup matanya, menyerap informasinya, dan
membuka halaman berikutnya. Tetapi kemampuan luar biasa ini berubah di kemudian hari
setelah dia mengalami serangan jantung pertamanya (satu dari lapan serangan jantung)!
Setelah satu tahun belajar teologi, Michel merasa seperti membuang-buang waktu, jadi dia pergi
menemui dekan universitas. "Saya punya masalah. Saya tidak belajar apa-apa di sini,” katanya.
Fr. Michel sekarang berkomentar, "Bayangkan betapa sombongnya aku terdengar — seorang
pria kecil sepertiku."

"Itu tidak mungkin."

"Aku sudah tahu semua yang mereka ajarkan."

“Oke, kita lihat saja nanti. Kami akan menguji Anda. "

Tiga lelaki dengan gelar doktor dalam teologi menyiapkan ujian komprehensif untuk Michel, dan
ia menerima nilai A+. "Anda terlalu muda untuk ditahbiskan," kata dekan, "jadi Anda akan
tinggal di sini dan mempelajari berbagai bidang teologi pilihan Anda, dan saya akan memberi
Anda gelar doktor dalam bidang teologi." Ini memberi Michel banyak hal untuk dipelajari, dan
di bawah pengawasan fakultas, ia terjun ke mariologi (teologi Bunda Allah), pneumatologi
(teologi Roh Kudus), teologi rahmat, tulisan-tulisan para Bapa Gereja, dan bidang teologi
lainnya.

Sebenarnya, berada di seminari itu sulit. Ketika Michel pertama kali masuk, tepat di luar pintu
kamar di sebelahnya, duduk setan, mengawasi dan menunggu. Aktivitas homoseksual merajalela
di sana pada saat itu, dan tetangganya menerima banyak pengunjung setelah gelap. Michel
mendengar semuanya melalui dinding dan bisa mencium aroma alkohol. Dia pergi kepada rektor
dan menceritakan situasinya, menamai pemuda yang tinggal di sebelahnya. Sebagai tanggapan,
rektor mengusirnya dari seminari. Mereka mengatakan bahwa dia terlalu spiritual dan
menuduhnya terlalu banyak berdoa Rosario di luar bangunan seminari. Berita itu sangat
menyakitkan baginya sehingga dia hampir pengsan setelah mendengarnya. Kemudian, dia
mengetahui bahwa rektornya adalah salah satu pengunjung malam tetangganya di seminari.

Michel pulang ke rumah, diserang oleh pedang kesedihan dan kekalahan, terdiri daripada
keinginan orang untuk membunuh panggilannya. Rasa sakitnya begitu tak tertahankan sehingga
dia merasakannya secara fisik menusuk hatinya. Ibunya dengan cepat melihat semangatnya yang
kian luntur dan berkata, "Michel, lihat aku." Dia mengangkat dagunya. "Apakah kamu ingat
ketika kita berdoa bersama untuk Hati Yang Tak Bernoda dan Hati Kudus Yesus?"

"Ya, Bu."

“Jika Yesus ingin Anda menjadi seorang imam, maka tidak ada seorang pun, tidak seorang pun,
akan menghentikan Anda. Apakah kamu mengerti? Jadi, yakinlah pada-Nya dan percaya pada-
Nya.” Agak terharu oleh kata-katanya, Michel memutuskan untuk memanggil Louis-Albert
Vachon, Uskup Agung Québec, pada waktu itu, yang mengenal Michel karena dia telah
melayani Misa untuknya sebagai seorang akolit.

Uskup Agung memanggilnya kembali. "Aku dengar kau diusir dari seminari. Apa yang terjadi?"
Michel menceritakan kisah itu, menyebut semua orang dan semua yang terlibat. Segera setelah
itu, uskup agung memasuki seminari itu scara diam-diam pada larut malam. Pergi ke kamar
tetangga Michel, dia mengetuk pintu. Dibuka. "Kemaskan begmu dan keluar dari sini!" dia
memerintahkan. Kemudian uskup agung pergi ke pintu rektor: "Ketuk, ketuk, ketuk."

"Apa yang terjadi?" kata paderi bermata kabur itu. "Kenapa kamu ada di sini?"

"Aku di sini karena ini adalah rumahku!"


"Apa yang telah terjadi?"

"Aku baru saja mengusir seminarianmu, dan sekarang giliranmu pula." Malam itu, Uskup Agung
Vachon membersihkan seminari, dan saya dapat kembali ke ruang belajar. Dia menyelesaikan
studi teologisnya dan melanjutkan belajar psikologi. Tapi tidak semua orang senang dengan
kehadirannya. Suatu hari, Uskup Agung Remouski pergi menemui ibu Michel untuk mengatakan
kepadanya bahwa tidak ada yang akan menahbiskannya, dan Michel tidak akan lagi menjadi
seorang seminarian.

Ibu Michel memandangnya dan berkata, "Yang Mulia. Anak saya adalah seorang pria yang
memiliki kehendak bebas, dan Tuhan akan melakukan apa yang Dia inginkan. Anda mungkin
memiliki mitra di kepala Anda, tetapi Anda bukan Yesus. Anda hanyalah seorang murid Yesus.
Ketika saya membuat sup untuk banyak orang di sini, Anda tidak diundang. Makan sup di rumah
Anda sendiri, dan jangan ganggu kami. Anda bisa pergi sekarang. "

Ibu Michel, katanya, adalah seorang suci. Dia tidak hanya merawat dua puluh tiga anak, tetapi
selalu memiliki kamar di rumah keluarga mereka untuk menempatkan pengemis yang
membutuhkan tempat untuk tinggal, tetapi tidak ada lagi ruang untuk Uskup Agung. Ibu Michel
sangat menderita bagi Michel. Dia menawarkan segala yang dia bisa untuk membantunya
menjadi seorang imam.

Michel terus melibatkan diri dalam pelayanan dan ditugasi menjadi kepala liturgis untuk
Keuskupan Agung Ramonski dan mengawasi kehidupan liturgis tiga keuskupan lainnya.
Kemudian dia pergi ke keuskupan Amos untuk bergabung dengan sebuah persaudaraan yang
didirikan oleh seorang imam, tetapi ketika orang-orangnya ditahbiskan, uskup mengirim mereka
untuk menjadi imam diosesan, jadi dia harus menutup persaudaraan itu.

Michel kembali ke Montreal dan membuka sebuah pusat untuk pemuda bermasalah, berusia
delapan belas hingga dua puluh satu tahun yang tinggal di jalanan, terlibat dalam dadah dan
pelacuran. Pada saat itu, ia juga memiliki gelar psikoanalisis. Michel menasihati para pemuda,
memberi mereka harapan dan masa depan, dan mengumpulkan banyak orang untuk bekerja di
bawahnya untuk tujuan itu.

Sekitar waktu itu, ibu Michel terkena kanser, dan dia tahu dalam hatinya bahwa dia tidak akan
hidup lama. Malam sebelum dia meninggal, Michel memberi tahu Perawan Maria, “Aku tidak
bisa melihat ibuku seperti ini. Ini terlalu berat. Tolong lakukan sesuatu. Entah
menyembuhkannya di malam hari atau datang dan bawa dia." Ketika dia pergi tidur, dia
bermimpi di mana dia melihat ayahnya, Émile, berdiri di ladang besar gandum emas, jauh di
sebelah kanannya. Ibu Michel kemudian muncul di ujung kiri lapangan. Emile mulai
menggerakkan tangannya, memberi isyarat agar istrinya datang ke arahnya ketika dia
memandang Michel dan tersenyum. Emile kemudian menatap Michel dan menundukkan
kepalanya. Michel tahu ini berarti dia akan mati. Ibunya berjalan ke tengah lapangan, berhenti,
memandang sekali lagi pada Michel dan kemudian pada Emile, yang memberi isyarat padanya
lagi. Dia tersenyum pada Michel untuk terakhir kalinya, dan kemudian berjalan menuju
suaminya.

Ibu Michel meninggal pada hari berikutnya, lima menit sebelum tengah malam. Fr. Michel
menceritakan, “Untuk memberi tahu Anda betapa hebatnya dia, selama empat jam terakhir
hidupnya, ia menerangi kamar rumah sakitnya. Cahaya berseri-seri dari tubuhnya, dan setiap
perawat dan dokter dari Hospital Hati Kudus di Montreal datang untuk melihat apa yang mereka
sebut 'fenomena.' Mereka tidak tahu bahwa cahaya yang memancar darinya adalah tanda
kesuciannya. "
Beberapa minggu setelah kematian ibunya, Michel menerima telepon dari seorang teman
pastornya, mengundangnya untuk bernyanyi pada Misa pentahbisan di Keuskupan Hearst di
Ontario, Kanada. Dia membutuhkannya untuk menyanyikan Litani para Orang Suci dan sebuah
lagu untuk Roh Kudus dengan nada tinggi yang tidak dapat dicapai oleh orang lain. Michel
setuju. Uskup Hearst, Roger-Alfred Despatie, hadir, dan ketika dia berlutut, menghadap altar,
untuk litani orang-orang kudus, dia mendengar satu suara berkata kepadanya, "Putra-Ku, orang
yang menyanyikan litani orang-orang kudus-Ku, aku ingin kamu menahbiskannya." Uskup
menggelengkan kepalanya, melihat sekeliling, dan berpikir dalam hati, “Saya sudah gila. Saya
mendengar suara." Mencoba mengabaikannya, dia berkonsentrasi untuk berdoa lebih dalam pada
litani para kudus, tetapi suaranya kembali: “Putraku, dengarkan. Orang yang menyanyikan
litani orang-orang kudus-Ku, saya ingin Anda menahbiskannya." Uskup Despatie menyadari
bahwa itu adalah suara Yesus.

Ketika misa berakhir, uskup mendekati Michel dan bertanya, "Apakah Anda ingin ditahbiskan
menjadi paderi?"

Dia menjawab, "Ya, saya ingin."

"Aku memanggilmu sekarang," katanya.

Michel mulai tertawa. Dia mengalami kesulitan besar dengan hierarki sehingga dia menganggap
uskup itu bercanda. "Apakah kamu serius?"

"Aku memanggilmu sekarang."

“Oke,” balasnya, “tetapi saya tidak ingin datang untuk melayani sebagai rekan pastoral awam.
Jika Anda menginginkan saya, saya akan mendatangi Anda sebagai paderi masa depan. "

"Ya, ini yang aku inginkan."

"Baik!"

Michel berhenti dari jabatannya sebagai presiden direktur pelayanan psikologis di organisasi
yang ia dirikan di Montreal, dan hanya beberapa hari kemudian, Uskup Despatie menelepon
untuk memberi tahu dia, "Anda akan ditahbiskan dan ditugaskan di Gereja Pengangkatan
Perawan Maria (Church of the Assumption of the Virgin Mary)."

"Eh, apa kamu yakin?" jawab Michel.

"Mengapa?"

"Uh, oke," gumam Michel, tanpa antusias. Hatinya hancur karena pada usia sebelas atau dua
belas tahun, ketika dia berdoa di depan statue Our Lady of All Graces di gereja kota
kelahirannya, Bonda Maria mengatakan kepadanya, "Suatu hari, kamu akan ditahbiskan
sebagai paderi di bawah Hatiku Yang Tak Bernoda," dan menambahkan bahwa dia akan
ditahbiskan di sebuah gereja bernama Immaculate Conception of the Virgin Mary.

"Tidak, ada sesuatu yang salah," pikir Michel. "Mungkin aku salah paham denganmu, Mama?"

Dua atau tiga hari kemudian, dia menerima telepon lagi dari uskup. "Michel, aku punya masalah.
Saya tidak bisa memindahkan paderi dari Assumption of the Virgin Mary Church, jadi saya
harus memindahkan Anda. Saya akan menempatkan Anda di Immaculate Conception of the
Virgin Mary Church, di mana Anda akan ditahbiskan. "

"Ya ya!" Seru Michel sebelum uskup bisa menyelesaikan kata-katanya. Dengan demikian,
akhirnya Michel menjadi Fr. Michel Rodrigue pada usia tiga puluh tahun. Selama bertahun-
tahun, Michel sudah terbiasa berkata kepada malaikat pelindungnya, "Kamu duluan," sebelum
dia memasuki kamarnya. Tetapi pada hari penahbisannya, ketika dia kembali ke kamarnya dan
berkata, "Kamu dulu," dia mendengar malaikatnya berkata, "Tidak, kamu dulu masuk. Kamu
adalah seorang paderi sekarang. "

Bertahun-tahun kemudian, Uskup Despatie berkata kepada Fr. Michel, "Saya hanya mendengar
suara Yesus satu kali dalam hidup saya, dan itu untuk penahbisan Anda."

***

Begitu. Michel Rodrigue ditahbiskan menjadi imam oleh uskup Hearst di Ontario, Kanada.
Roger-Alfred Despatie mengetahui karunia luar biasa Michel, lalu dia melantik Fr. Michel
sebagai seorang direktur formasi para imam tak lama sebelum wafatnya uskup. "Anda akan pergi
ke Montreal untuk bertemu dengan para Paderi Sulpician," katanya, dan mengatur untuk Fr
Michel untuk bertemu dengan Pemimpin Ordo di Gereja yang belum pernah dia dengar. Segera
setelah itu, Fr. Michel menjadi seorang imam Sulpician dan profesor seminari di Montreal.
Untuk tugas ini akhirnya ditambahkan tugas sebagai pengusir setan (exorsist), paderi di hospital,
dan paderi dari tiga paroki.

Keimamatan Fr. Michel tidak pernah biasa. Pada malam Natal tahun 2009, sebuah paroki di
Montreal tidak dapat menemukan seorang pastor untuk merayakan Misa jam 8 dan 10 a.m.
mereka. "Saya akan pergi!" pikir Pastor Michel. St. Michael adalah santo pelindung saya”. Misa
Malam Natal dimulai sebagai upacara normal, dengan umat memenuhi gereja yang mempunyai
tiga balkoni, dan kemudian, tiba-tiba, Roh Kudus mencurahkan diri-Nya ke atas semua yang
hadir, seperti Pentakosta. Pengalaman itu sungguh hebat dan sukar dijelaskan dengan kata-kata.
Ketika semangat orang-orang terangkat, mereka beralih dari menyanyikan lagu Natal ke
mengangkat tangan mereka sebagai pujian, beberapa dari mereka tiba-tiba bernyanyi dalam
bahasa roh. Suara itu sangat keras sehingga orang-orang menghentikan kereta mereka di
jalanraya dan memasuki gereja, tertanya-tanya apa yang telah terjadi di dalam. Fr Michel
terangkat dalam Roh dan merasakan elektrik mengalir melalui dia ketika dia berkhotbah. "Aku
berada dalam elemenku!" dia pikir.

Kemudian tibalah misa jam 10 a.m. Masih merasakan elektrik, Pastor Michel berharap dapat
melihat orang-orang mengalami api Roh Kudus lagi. Tidak. Menatapnya dari bangku gereja
adalah lautan wajah cemberut. Fr. Michel berkomentar, "Ketika Roh Kudus, Yesus, dan Bapa
memberimu sepotong gula-gula, mereka tidak memberi Anda gula-gula yang sama untuk kedua
kalinya." Meminta "Pentakosta" lainnya, dia berkata kepada Tuhan, "Tolong, lakukan sesuatu!"
Segera setelah itu, semua orang mendengar teriakan yang datang dari balkoni ketiga: "Tolong!"
Fr. Michel tahu sesuatu yang buruk telah terjadi, jadi dia berhenti berkhotbah dan berlari.
"Apakah ada dokter di sini?" dia memanggil, dan empat dari mereka berlari menaiki tangga
melewatinya. Ketika ia tiba di balkoni ketiga, tercungap-cungap, para dokter melakukan
kompresi dada manual pada seorang wanita yang pingsan. Setelah mencoba untuk
menghidupkannya kembali, mereka berkata kepadanya, “Sudah selesai, Father. Dia sudah
meninggal."

"Apa!? Mati!? Malam ini!?" Pada lain waktu, Fr. Michel akan menerima kenyataan ini karena
dia tahu bahwa Natal adalah salah satu waktu terbaik untuk mati — hari di mana Tuhan
menyambut jiwa-jiwa ke surga dalam jumlah yang besar. Tetapi pada saat itu (dan dia tidak tahu
mengapa) dia melawannya. Dia berlutut di sisi tubuh wanita itu, dan semuanya menghilang di
sekitarnya. Dia berteriak, “Sudah mati? Bagaimana bisa, Bapa? Bagaimana wanita ini bisa mati
malam ini? Saya tidak bisa menerimanya! Apa yang sedang kamu lakukan? Ini Natal! Kelahiran
Anakmu! Seharusnya tidak ada orang di sini yang mati malam ini. Kamu seharusnya memberi
kehidupan! ”

Dan dia lupa mikrofon lavaliernya masih terpasang. Seluruh gereja mendengar semuanya dengan
kuat dan jelas. Dalam kecemasannya, dia meletakkan tangannya di dada wanita itu dan
menyatakan, "Dalam nama Tuhan Yesus, kembalilah!" Dengan bunyi menghela nafas yang kuat
terdengar di seluruh gereja, wanita itu menarik nafas sedalam-dalamnya dan masuk kembali ke
dalam tubuhnya. Kemudian dia melompat dan mulai menari di depan Fr Michel, dan para dokter
tampak bingung. "Father, aku sangat sehat! Saya tidak pernah merasa lebih sihat seperti ini
dalam hidup saya! "

"Berhenti berhenti. Anda harus pergi ke rumah sakit,” dia bersikeras.

"Tidak, tidak, aku tidak mau pergi ke rumah sakit."

Seseorang telah memanggil ambulans, dan ianya sedang menunggu di luar. “Dengarkan aku,”
dia memberitahunya dengan kata-kata yang diberikan Roh kepadanya. "Kamu akan pergi ke
rumah sakit. Mereka tidak akan menemukan apa pun. Anda akan kembali, dan ketika Anda
melakukannya, pintu belakang gereja akan terbuka. Anda akan melihat satu koridor wap dari
Sungai St. Lawrence memasuki gereja (musim dingin di Montreal dapat turun hingga negatif 20
derajat). Anda akan melewati awan ini, dan saat Anda muncul, Anda akan menerima Komuni
Suci, seolah-olah Anda adalah sebuah penampakan. "

Dia hanya menatapnya dan berkata, "Ya."

Fr. Michel berjalan kembali ke kawasan altar gereja dan melihat bahwa semua orang berlutut
dalam keheningan. "Apa yang telah saya lakukan?" dia bertanya-tanya. Dia meneruskan Misa
Kudus, dan ketika dia menyerahkan Komuni kepada orang-orang terakhir di barisan, semua
orang mendengar suara retak yang keras. Pintu-pintu di bagian belakang gereja, yang belum
pernah dibuka sejak 100 tahun yang lalu, perlahan-lahan dibuka atas kemauan mereka sendiri,
dan kabus dari Sungai St. Lawrence mengalir masuk seperti koridor ke tengah-tengah gereja.
Wanita itu tersembunyi dari pandangan ketika dia berjalan melalui awan wap, dan ketika kabut
menghilang, dia muncul "secara ajaib" di depan Fr Michel. Ketika dia menerima Perjamuan
Kudus, semua orang di gereja, dengan penuh kekaguman, bangkit secara spontan dan bertepuk
tangan dengan tepuk tangan meriah.

Tuhan telah mengatur mungkin salah satu puncak iman terbesar yang dapat dimiliki seseorang:
melihat seorang wanita, bangkit dari kematian, menerima Tubuh Yesus Kristus, dikelilingi oleh
awan, pada malam kelahiran Juruselamat.

Sewaktu Fr. Michel pulang ke seminari, Allah Bapa mendiktekan kepadanya sebuah chaplet
untuk Bapa Yang Kekal, yang Fr Michel belum pernah ketahuinya sebelum Allah Bapa
menginstruksikannya — sepanjang perjalanan pulang. Fr. Michel menjadi begitu dijiwai oleh
rahmat Bapa sehingga doa "Bapa Kami" menghembuskan dan hidup di dalam dirinya. Pada saat
dia tiba di rumah pada akhir hari, dia begitu dipenuhi dengan nafas Allah yang hidup sehingga
dia “melayang” ke kamarnya. "Tuhan," Fr. Michel terkekeh, "kita harus tidur sekarang karena
besok kita punya hari yang panjang!"
Namun, Allah Bapa memiliki rencana lain. Pada jam 2:30 pagi, tempat tidur Fr Michel mulai
bergerak dari sisi ke sisi, dan dia melihat St. Benediktus Joseph Labre berdiri di samping tempat
tidurnya, menggoyangkan bahunya untuk membangunkannya. St Benediktus Joseph Labre
adalah seorang awam Prancis dari tahun 1700-an yang dipanggil oleh Allah untuk menjadi
seorang pengemis yang sendirian. Diberkahi dengan karunia rohani yang luar biasa, ia kadang-
kadang terlihat di banyak gereja pada saat yang sama, memuja Yesus dalam Ekaristi. Hanya dua
atau tiga orang kudus lainnya dalam sejarah Gereja yang memiliki karunia multi-lokasi ini. Hari
ini, tubuh St. Benediktus Joseph Labre tidak rusak — dan fleksibel.

Berbicara tentang apa yang terjadi selanjutnya, Pastor Michel berkata, “Saya tahu suara Bapa,
saya tahu suara Yesus, saya tahu suara Perawan Maria, dan saya juga tahu suara malaikat
pelindung saya. Tetapi suara yang saya dengar selanjutnya saya tidak dapat mengidentifikasi
karena begitu dalam. Itu adalah sumber dari segalanya. Saya tidak yakin siapa yang berbicara.
Saya pikir mungkin Tritunggal yang berbicara sebagai satu. ”

Fr. Michel kemudian mendengar suara itu berkata kepadanya, "Berdiri," jadi dia melakukannya.
"Pergi ke komputer," Jadi dia berjalan dan duduk di mejanya. "Dengar dan tulis." Kemudian
Allah Bapa melanjutkan untuk mendikte seluruh konstitusi untuk ordo religius yang baru.
Menaip dengan enam puluh tiga kata per menit, dia tidak bisa mengikuti. "Aku tidak bisa
mengikutimu!" Dia komplain. "Kamu terlalu cepat!" Fr. Michel mendengar Bapa tertawa, dan
Dia melambat untuknya. Tuhan memberi tahu Pastor Michel bahwa ordo itu akan disebut
Fraternité Apostolique Saint Benoît-Joseph Labre (Persaudaraan Apostolik St. Joseph Benedict
Labre). Satu cabang adalah untuk keluarga yang berkomitmen pada kehidupan Kristen, yang lain
untuk para sister yang dikuduskan, dan yang lainnya untuk para imam dan diaken di masa depan.

Kemudian Bapa tiba-tiba mengambil Pastor Michel pergi bersamanya. Dia mendapati dirinya
terbang di atas sebidang tanah di keuskupan Amos di Quebec utara, di tempat di mana Tuhan
mahu agar persaudaraan baru kehidupan semi-monastik ini bertapak. Tuhan menunjukkan
kepadanya biara yang akan dibangun dan sungai di belakangnya. Kemudian Dia memimpin Fr
Michel di dalam dindingnya, dan mereka melewati kamar-kamarnya bersama. Fr Michel bisa
melihat semuanya dengan sangat terperinci, seperti apa persaudaraan/fraterniti itu, seperti apa
kelihatannya. Kemudian Tuhan menunjukkan kepadanya sebuah bangunan biara kedua dan
bagian dalamnya, meninggalkan jejak segala sesuatu dalam pikirannya.

Fr. Michel mulai panik. Apa yang Bapa minta darinya tampak terlalu besar, terlalu banyak! Dia
sudah mengajar di seminari untuk membentuk para imam masa depan Gereja. Dia adalah
seorang paderi, seorang paderi di katedral, dan seorang pengusir setan. Bagaimana mungkin
Tuhan memintanya untuk menemukan komunitas lain? Dia berkata kepada Tuhan, “Aku tidak
bisa melakukan ini, Bapa! Kamu tahu saya. Saya sudah delapan kali terkena serangan jantung
dan kanser tiga kali. Saya akan mati. Mengapa Anda tidak memilih seseorang yang cerdas —
seorang teolog yang baik. Mengapa Anda tidak memilih seseorang yang sehat? ”

Fr. Michel belajar bahwa seseorang tidak boleh terlalu banyak berdebat dengan Bapa. Tiba-tiba,
semuanya menghilang, dan dia menggantung seperti debu di alam semesta. Dia bisa melihat
semua planet, matahari, bintang-bintang, galaksi — segalanya. Dia telah membuka buku-buku
astronomi dan melihat gambar-gambar indah dari alam semesta, tetapi mereka tidak bisa
dibandingkan dengan keagungan di sekitarnya. Kemudian Allah, Bapa, berbicara. Kata-katanya
yang menggelegar, yang berasal dari Sumber segala kehidupan, menyebabkan setiap sel
tubuhnya bergetar dengan kuat. "KAMU, BANGSA MANUSIA. KAMU YANG SAYA
CIPTAKAN DENGAN CINTA SAYA, KAMU YANG MELAKUKAN DOSA. ” Saat Tuhan
mengucapkan kata itu "DOSA," Fr. Michel mengira dia akan mati — kali ini, nyata.
Kemudian dia mendengar Yesus berkata, "Michel," dengan suara lembut, penuh kasih, sama
sekali berbeda dari suara Bapa. Dengan suara namanya, dia masuk ke kamar Hati Kudus Yesus.
Dalam kata-katanya sendiri, Fr. Michel ingat:

Di ruang pertama adalah semua imam dan uskup yang dipanggil untuk mewakili-Nya di Bumi.
Di kamar kedua adalah semua yang dibaptis. Yang ketiga adalah mereka yang tidak mengenal
Yesus, yang harus diinjili, dan yang keempat adalah semua ciptaan Tuhan di Bumi dan di alam
semesta. Saya mengerti bahwa di dalam Dia dan melalui Dia, dengan kehendak Bapa, kita
memiliki keberadaan kita. Saya bisa melihat dan mendengar detak jantung Yesus, yang
menggemakan cinta Yang Abadi. Saya bisa melihat darah-Nya yang mengalir, memberi nutrisi
dan memberi harmoni pada segalanya. Dalam setiap saat dalam hidup kita, Darah-Nya
melewati kita, menyentuh setiap tingkat alam semesta sepenuhnya. Saya tidak akan pernah
melupakan detak jantung Yesus.

Kemudian Yesus mengatakan namanya lagi, "Michel," dan dia melihat biara-biara, tanah, dan
semua yang ditunjukkan Bapa kepadanya. “Tidak tahukah kamu, bahwa segala yang diminta
Bapa-Ku untuk dilaksanakan sudah ada? Anda hanya hamba-Nya, dan Anda akan
menemukan orang untuk membantu Anda. "

Fr. Michel berkata, "Saya dapat meyakinkan Anda bahwa pada saat itu, saya menyesuaikan
semua pembelajaran teologis saya dalam beberapa detik."

"Ya, Bapa," katanya. "Aku akan melakukannya," dan tiba-tiba dia kembali ke rumah, duduk di
depan komputernya.

Fr. Michel mengatakan:

Ketika saya kembali, Bapa mulai menunjukkan kepada saya banyak hal yang akan terjadi di
dunia. Segala sesuatu saya bagikan, saya juga memberi tahu uskup saya. Saya tidak punya
rahasia. Dia dan tiga uskup lainnya semuanya telah menyetujui ordo baru ini, jadi saya tidak
punya pilihan selain maju karena saya seorang imam Gereja. Sejak itu, Bapa telah mengatur
segalanya. Kami punya tanah. Kami telah memulai pembangunan biara pertama dan meminta
dana untuk yang kedua. Dia sedang mempersiapkan Gereja masa depan dan tempat
perlindungan bagi para imam. Inilah sebabnya Dia meminta kami untuk membangun biara baru,
dan inilah mengapa saya meminta orang untuk membantu saya. Ini bukan untuk saya, tetapi ini
untuk membantu Bapa. Dan Dia menunjukkan kepada saya bahwa saya sedang mempersiapkan
para imam untuk masa depan Gereja. Masa depan Gereja ada di tangan-Nya.

Uskup kami menyetujui ordo baru melalui Gereja, dan selama upacara ketika dia memberkati
jubah kami dan mengenakan jubah baru itu kepada saya sebagai kepala biara pertama biara
baru, saya mendengar suara Perawan Maria berkata, “Saya memanggil rasul zaman akhir.”
[Catatan: Fr. Michel juga mendengar St Michael Malaikat Agung memanggil Gereja untuk
"Berdoalah bersama Bunda Allah agar para rasul dari hari-hari terakhir bangkit!" Oleh karena
itu, Fr. Michel bukan satu-satunya yang dipanggil untuk menyaksikan “zaman akhir” ini.] Dan
kemudian saya mendengar, "Saya memanggil satu ordo baru Gereja."

Untuk melanjutkan ke pos berikutnya untuk "retret virtual" dengan Fr. Michel, klik BAGIAN 2:
Fr. Michel Rodrigue - Pengembaraan di Medjugorje.

Klik disini untuk memulai di awal.


Ingin membaca English Version atau mendengar rakaman audio perkongsian Fr Michel:
https://www.countdowntothekingdom.com/fr-michel-rodrigue-apostle-of-the-end-times/

St Joseph Benedict Labre

Anda mungkin juga menyukai