Disusun Oleh :
JuniartiSteviDatula’bi 17051103037
MarsitasariTandiongan 17051103021
VeisyTamburian 17051103015
MANADO
2020
KATA PENGANTAR
Makalah ini berisi tentang penjelasan dan penjabaran tentang pengaruh fitoplankton terhadap
penyerapan karbon di laut bertujuan untuk menambah pengetahuan kita tentang pengertian dan
penjabaran tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan atau jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu di perlukan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai pengaruh
fitoplankton terhadap penyerapan karbon dapat bermanfaat bagi pembaca dan yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Laut merupakan bagian dari system hidrologi yang tidak bias dipungkiri perannya bagi system
iklim global dengan luasnya yang berkisar 361 juta Km2 atau 72% dari permukaan bumi tentu saja
sangat mempengaruhi siklus iklim di dunia. Salah satu yang peranan laut yang tidak kalah penting
adalah menjaga stabilitas konsentrasi gas di atmosfer khususnya karbondioksida (CO2).
Karbon merupakan salah satu unsur yang paling melimpah di alam semesta. Karbon dapat
dengan mudah ditemukan di sekitar kita, bahkan di dalam tubuh kita sendiri. Di dalam tubuh manusia,
karbon memiliki proporsi sebesar 18,5% dan menjadi unsur paling banyak kedua setelah oksigen
(Campbell et al., 2005).
Di alam semesta(universe), karbon menjadi unsur yang paling melimpah keempat setelah
hidrogen, helium dan oksigen (Pierson, 1993; Crosswell, 1996). Karbon di alam mengalami suatu
siklus materi yang kita kenal dengan istilah siklus karbon. Dalam siklus tersebut, karbon dapat
mengalami perpindahan atau pertukaran(exchange) antara reservoir biotik (biosfer) dan abiotik (laut,
atmosfer dan kerakbumi). Pertukaran karbonantar reservoir melibatkan beberapa proses di dalamnya,
seperti proses kimia, fisika, geologi dan biologi. Proses biologi sendiri melibatkan agen biologi yaitu
makhluk hidup. Makhluk hidup utama yang berperan penting dalam siklus karbon adalah kelompok
organism fotosintetik seperti vegetasi di darat dan fitoplankton di perairan (laut).
1.2. RumusanMasalah
BagaimanaSiklusKarbonGlobal?
BagaimanaMekanismeTransporKarbonAtmosfer-Laut?
BagaimanPeranFitoplanktondalamPenyerapankarbon
BAB II
PEMBAHASAN
Pada siklus karbon global, sumber utama karbon di bumi berasal dari gunung api ditambah
dengan pembakaran bahan bakar fosil (Gambar 1). Karbon pada atmosfer kemudian diserap oleh
tumbuhan dan sebagian masuk kelautan dengan melarut terlebih dahulu di lapisan permukaan laut
(Pranowodkk. 2010).
Lautan merupakan reservoir karbon terbesar untuk pertukaranny adengan CO2 atmosfer yang
pada beberapa wilayah berperan sebagai penyerap dan sebagian lainnya berperan sebagai Pelepas
karbon (Hardman-Mounthford 2019). Pada wilayah pesisir, pertukaran CO2 antara atmosfer dan
perairan terjadi cukup insentif dan mempengaruhi fluks CO2 pada skala regional maupun global
(Borges et al. 2005 dalam Adi dan Rustam 2010).
Wilayah pesisir laut memiliki siklus biogekimia aktif yang memiliki proses penting dalam
siklus karbon. Proses penting itu diantaranya ialah upwelling, debit air sungai yang masukke wilayah
pesisir, pertukaran gas lautatmosfer, produktivitas primer, respirasi, sedimentasi,.Besaran dan
variabilitas dari fluks karbon lebih tinggi di wilayah pesisir dibandingkan dengan lingkungan laut
lepas (PMEL 2010).
Menurut Setiawan (2001) bahwa peredaran karbond alam berbagai bentuk organic dan
anorganiknya, dan transport karbon dari permukaan kelaut dalam dibangun oleh proses-proses fisika
dan biologi yang biasa disebut sebagai pompafisis (physical pump) dan pompabiologis (biological
pump). Adapun penjelasan mengenai kedua proses tersebut ialah:
- Pompa Biologis (biological pump)
Mekanisme biological carbon pump diawali dengan aktivitas fotosintesis fitoplankton di zona
fotik. Aktivitas tersebut menghasilkan bahan organic dalam bentuk biomassa fitoplankton. Biomassa
fitoplankton tidak seluruhnya dimakan oleh organisme laut (primary consument) akan tetapi sebagian
terdekomposisi atau tenggelam kedasar laut. Fitoplankton yang tenggelam membentuk agegrat dengan
biomassa fitoplankton lainnya sehingga berukuran lebih besar. Agegrat-agegrat biomassa fitoplankton
yang berjatuhan tersebut menciptakan semacam “hujan” bahan organik di kolom air yang dikenal
dengan istilah marine snow (Sigmanet al., 2012).
Pompa fisis dibangkitkan oleh pertukaran gas di permukaan udara-air dan proses-proses fisis
yang membawa CO2 kelaut dalam. CO2 atmosfer masuk kelaut melalui pertukaran gas yang
bergantung pada kecepatan angin dan perbedaan tekanan parsial yang melalui antarmuka udara-air.
Jumlah CO2 yang diserap oleh air laut juga merupakan fungsi dari temperature melalui efek kedaya
larutannya. Daya larut bertambah jika temperature turun sehingga permukaan air yang dingin akan
mengambil CO2 lebih banyak daripada air yang hangat.
2.3.1 Fitoplankton
Fitoplankton adalah kelompok plankton yang mampu melakukan fotosintesis (Nybakken et al.,
2005). Plankton adalah kelompok makhluk hidup yang melayang-layang di dalam air dan memiliki
kemampuan berenang terbatas sehingga tidak mampu melawan gerakan air (Nybakken et al., 2005).
Plankton memiliki ukuran bervariasi mulai dari ukuran 0,02 µm (femtoplankton) hingga 20 cm lebih
(megaplankton) (Nybakken et al., 2005). Meski berukuran relative kecil, fitoplankton memiliki peran
ekologis yang besar di dalam biosfer. Fitoplankton merupakan fondasi utama piramida makanan di
dalam ekosistem perairan dan menempati lebihdari 70 persen luas permukaan bumi.
Fitoplankton memiliki keterkaitan yang erat dengan unsur karbon dan juga siklus karbon.
Karbon dibutuhkan fitoplankton untuk membentuk senyawa karbohidrat (C6H12O6) yang merupakan
sumber energi bagi fitoplankton. Senyawa karbohidrat tersebut disintesis oleh fitoplankton melalui
suatu reaksi anabolik yang dikenal dengan fotosintesis. Fotosintesis inilah yang menjadi kunci utama
peran fitoplankton dalam siklus karbon.
Selama fotosintesis, fitoplankton aktif menyerap karbondioksida dari kolom air.
Karbondioksida tersebut diubah menjadi senyawa karbohidrat (C6H12O6) melalui suatu reaksi kimia
siklik yang dikenal dengan nama Siklus Calvin (Falkowski & Raven, 2007). Untuk menghasilkan satu
molekul karbohidrat (C6H12O6) dibutuhkan enam molekul karbon dioksida (6CO2) dan enam
molekul air (6H2O). Air dibutuhkan sebagai sumber energi dalam siklus Calvin dan diperoleh melalui
oksidasi molekul air dengan bantuan energi cahaya matahari. Oksidasi molekul air tersebut
menghasilkan energi berupa ATP dan NADPH. Selain energi, oksidasi molekul air juga menghasilkan
produk samping berupa oksigen (O2). Oksigen yang dihasilkan oleh kegiatan fotosintesis fitoplankton
di laut diketahui hampir sama banyaknya dengan oksigen yang dihasilkan seluruh vegetasi di darat.
Secara sederhana fotosintesis dapat digambarkan dalam bentuk persamaan kimia berikut (Falkowski
& Raven, 2007):
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
- Fitoplankton memainkan peran penting (critical role) dalam siklus karbon global.
Fitoplankton bertanggung jawab dalam aliran karbon (carbon flux) dari reservoir atmosfer
ke reservoir hidrosfer (laut). Aliran karbon tersebut terjadi melalui proses fotosintesis di
daerah fotik. Dalam neraca siklus karbon global, setiap tahun fitoplankton menyerap
sekitar 40-60 Pg karbon bersih dari atmosfer ke laut. Dari jumlah tersebut, sekitar 4-6 Pg
karbon disekuestrasi di dasar laut. Sekuestrasi karbon oleh fitoplankton terjadi melalui
mekanisme vertical flux partikulat karbon organik (particulate organic carbon) dan
carbonate pump yang merupakan bagian dari sistem biological carbon pump di laut.
3.2.Saran
- Penelitian dengan fokus mengkaji kaitan biological carbon pump dan komunitas
fitoplankton ke depan perlu ditingkatkan, karena penelitian tersebut masih terbatas.
Kajian tersebut penting untuk membantu kita mengetahui bagaimana fitoplankton
mensekuestrasi karbon di masa depan. Khususnya dibawah isu pengaruh perubahan iklim
yang diprediksi akan mempengaruhi ketersediaan karbon dan nutrien, serta perubahan
stratifikasi parameter suhu dan cahaya di perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Nybakken, J.W and M.D. Bertness. 2005. Marine Biology, An Ecological Approach. Pearson
Education. San Francisco: 579pp.
Nielsen. E. S. 1952. The use of radioactive carbon (C14) for measuring organic production
in the sea. J. Cons. InL Explor. Mer. 18: 117-140.
Nielsen. E. S and E.A. Jensen. 1957. The autotrophic production of organic matter in the
oceans. Galathea Rep. 1: 49-124.
Sigman, D. M., and G. H. Haug. 2003. The Biological Pump in the Past. Treatise on
Geochemistry: 491–528.
Yool, A., T. Tyrrell. 2003. Role of Diatoms in Regulating the Ocean’s Silicon Cycle. Global
Biogeochemical Cycles, Vol. 17, No. 4, Pp 1-21.