( 2017-2020)
Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Menengah
Dosen pengampu : Ibu Jessika Melina Simamora, S.Pd., M.Si.
DISUSUN
Oleh :
WANDA HUTAJULU
NPM :201001010
PEMATANGSIANTAR
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kehadiran dan rahmat Tuhan Yang
Maha Esa sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Tak lupa kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi dan ide atas
bantuannya. Makalah ini ditulis untuk melengkapi mata kuliah akuntansi menengah sebagai
salah satu mata kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mars (STIE MARS).
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat memperbaiki bentuk makalah di masa yang akan
datang, menambah isi makalah, dan menjadikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman saya, menurut saya makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saya sangat berharap para pembaca dapat
memberikan saran
Pematangsiantar, Desember 2021
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan adalah salah satu laporan manajer atau penanggung jawab perusahaan
atas tanggung jawab operasi perusahaan dan manajemen yang dipercayakan kepadanya. Pihak-
pihak di luar perusahaan antara lain: pemilik perusahaan (pemegang saham) dan pemerintah
(otoritas pajak). Kreditur (bank atau lembaga keuangan) dan pihak terkait lainnya. Makalah ini
akan membahas laporan keuangan lembaga keuangan khususnya Bank Indonesia, karena setiap
perusahaan atau lembaga dapat mengevaluasi semua aktivitas keuangan yang telah dilakukan
dengan melihat dan menganalisis semua aktivitas keuangan yang telah dilakukan. Tujuan
penulisan artikel ini adalah untuk memahami situasi keuangan Bank Indonesia.
B. Rumusan Masalah
- Apa itu Bank?
- Apa yang dimaksud dengan laporan keuangan?
- Bagaimana keadaan atau review laporan keuangan suatu bank?
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................
3.2 saran………………………………………………………………..
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bank
➢ Pengertian bank
Bank dapat diartikan juga sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit ataupun
bentuk-bentuk lain nya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak..
Menurut UU Negara Republik Indonesia nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang
dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Sederhananya, cara bank beroperasi dimulai dengan tabungan yang disetorkan oleh
nasabah. Dana yang terkumpul dari simpanan nasabah akan dipinjamkan kepada pihak yang
membutuhkan dana dengan tingkat bunga yang lebih tinggi. Dana yang terkumpul juga dapat
diinvestasikan kembali pada alat investasi lain seperti obligasi pemerintah (obligasi). Bunga yang
diperoleh dari selisih antara pendapatan peminjam atau investasi dan pengembalian kepada
nasabah akan menjadi keuntungan bank.
B. Laporan keuangan
➢ Pengertian laporan keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007 : 19) laporan keuangan dalam suatu perusahaan
sebenarnya merupakan output atau siklus akuntansi dalam suatu kesatuan akuntansi usaha,
dimana proses akuntansinya meliputi kegiata- kegiatan:
secara umum, laporan keuangan adalah laporan yang mencakup catatan uang dan
transaksi yang terjadi dalam bisnis, termasuk transaksi jual beli dan transaksi lain dengan nilai
ekonomi dan moneter. Penyusunan laporan keuangan adalah untuk mengetahui status keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Sehingga para pemangku kepentingan dan pengguna informasi
akuntansi dapat secara tepat dan cepat mengevaluasi dan melakukan tindakan pencegahan ketika
terjadi masalah atau perubahan situasi keuangan perusahaan. Mengingat pentingnya hal tersebut,
maka laporan ini harus disusun secara akurat dan hati-hati serta memerlukan
pertanggungjawaban, dan mutlak disampaikan kepada pengawas di bidangnya, seperti akuntan.
ASET
Moneter
205.000.138 292.739.327 354.936.043 928.373.325
2.1. Surat Berharga dan Tagihan
dalam Rupiah
TOTAL ASET
Rupiah
Valuta Asing
Internasional
175.998.830 162.911.500 315.895.605
4. Liabilitas Keuangan kepada 157.927.631
Pemerintah
175.991.854 162.911.500 - 314.184.297
4.1. Giro 157.906.703
19.636.715 1.711.308
20.928 6.976
4.2. Lainnya 9.300.433 23.751.596 106.983.656 18.862.704
Berjalan 2.285.655.456
2.196.278.482 2.351.331.998 3.044.834.809
TOTAL LIABILITAS
PENGHASILAN
Makroprudensial
201.343 189.955 147.861 114.528
4.PendapatandariPenyediaanPendanaan
227.649 638.538 1.118.500 909.216
5. Pendapatan Lainnya
52.452.723 105.869.251 91.803.593 87.005.277
JUMLAH PENGHASILAN
BEBAN
Makroprudensial
4.Remunerasikepada Pemerintah
4.607.274 5.464.668 7.060.217 10.608.830
4.1 Remunerasi Kepada Pemerintah
6.202.533
4.2. Beban Kontribusi Surat Berharga
3.208.987
Negara Pemulihan Ekonomi Nasional
Public Goods
Non-Public Goods
Harga emas batangan di pasar emas London per tanggal 31 desember 2017 dan 31
desember 2018 masing-masing sebesar TOZ2,591,422.1500 atau setara dengan
Rp45.518.283 dan TOZ2,525.126.3200 atau setara dengan RP.
✓ Selama tahun 2018 terdapat pengurangan penempatan deposito berjangka emas sebesar
TOZ66,295.83.
✓ Harga emas batangan di pasar emas London per 31 desember 2017 dan 31 deasember
2018 masing-masing sebesar USD1,296.50 per TOZ dan USD1,281.65 per troy ounce
180.160 juta yang semula disajikan pada asset lainnya menjadi emas batangan.
✓ Pada tahun 2020, terdapat penambahan emas sebesar TOz17.02 yang berasal dari
kegiatan Refinery emas cadangan devisa.
2. Aset Keuangan untuk Pelaksanaan Kebijakan Moneter
Surat berharga yang dimiliki oleh Bank Indonesia diukur pada nilai wajar melalui selisih
revaluasi, sedangkan tagihan karena transaksi repo dan tagihan lainnya diukur pada biaya
perolehan diamortisasi. Aset Keuangan untuk Pelaksanaan Kebijakan Moneter per 31 Desember
2017, 31 Desember 2018, 31 Desember 2019, dan 31 Desember 2020 masing-masing sebesar
Rp. 1.902.788.973 juta, Rp.1.981.813.594 juta, Rp.2.086.099.162 juta dan Rp. 2.797.737.239
dengan rincian sebagai berikut:
2017 2018 2019 2020
Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta
Uraian IDR Million IDR Million
IDR Million IDR Million
Pada tanggal 31 Desember 2017 s/d 31 Desember 2020 , saldo surat berharga rupiah
Indonesia dan piutang berdasarkan Syariah masing-masing adalah Rp. 10.005.456juta, Rp.
14.634.289juta, Rp 24.020.567juta, dan Rp 56.036.087juta yang diterbitkan berdasarkan SBSN
dan hukum Syariah.
1.2. Surat Berharga dan Tagihan dalam Rupiah
Pada tanggal 31 Desember 2017 s/d 31 desember 2020 Jumlah Surat Berharga
dan Tagihan dalam Rupiah setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 sebesar
Rp. 205.000.138 juta, tahun 2018 sebesar Rp. 292.739.327 juta, tahun 2019 sebesar Rp.
354.936.043 dan tahun 2020 sebesar Rp. 928.373.325juta. Pada tanggal 31 desember 2018 s/d
31 desember 2020 menerima Tagihan Lainnya berupa tagihan derivatif.
2. Surat Berharga dan Tagihan dalam Valuta Asing
1.1 Surat Berharga dan Tagihan dalam Valuta Asing
31 Desember 31 Desember 31 Desember 31 Desember
2020
2017 2018 2019
Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta
➢ Penempatan dana 293.465.686 370.358.427 369.040.069 116.712.156
di luar negeri
➢ Surat Berharga 1.390.136.607 1.304.071.220 1.338.098.636
➢ Tagihan 4.181.086 10.331 3.847
23.696
Dikurangi : 0
➢ Penyisihan 0
328
Penurunan Nilai
Aset
Jumlah Surat Berharga dan 1.687.783.379 1.674.439.978 1.707.142.552 1.813.327.827
Tagihan dalam Valuta Asing
Per 31 Desember 2017, DPS valas yang dimiliki Bank Indonesia, termasuk penempatannya
pada TPSL, adalah sebesar Rp82.799.231 juta. Per 31 Desember 2018, di DPS valas milik Bank
Indonesia, besaran alokasi yang termasuk dalam penyaluran kredit efek pihak ketiga adalah
sebesar Rp882.871,27 miliar. Dari total alokasi yang dipinjamkan tersebut, Bank Indonesia
menerima agunan non tunai sebesar Rp 51.056.381 juta yang dikelola secara tunai sebesar Rp
71.478,86 miliar. Namun, setiap Tidak ada SSB mata uang asing yang dipinjamkan pada tanggal
31 Desember 2019, jadi tidak ada Jaminan.
Selain itu, per 31 Desember 2019, ada SSB valas yang disetujui Jumlah kustodian sebesar Rp
28.635.840 juta dan didukung dengan jumlah dan kualitas agunan yang memadai. Dalam SSB
Valuta Asing yang dimiliki oleh Bank Indonesia, terdapat SSB Valuta Asing yang dialokasikan
untuk dipinjamkan dalam Program Securities Lending melalui agen sebesar Rp73.254.375 juta..
3. Hak Tarik Khusus di Lembaga Keuangan Internasional
Tetapkan hak penarikan khusus dari lembaga keuangan Internasional (alokasi hak penarikan
khusus) dan Per 31 Desember 2019, totalnya adalah SDR1.980.438.720.00 atau Masing-masing
setara dengan Rp40.232.632 juta dan Rp 38.069.419 juta
Saldo kuota NKRI di IMF sebesar SDR4,648,400,0000 atau setara dengan Rp89.470.730
juta pada tanggal 31 Desember 2017 dan setara dengan Rp83.696 534 juta pada tanggal 31
Desember 2016, sedangkan saido Reserve Tranche Positicon pada tanggal 31 Desember 2017
sebesar SDR787,860.241.00 atau setara dengan Rp15.164.450 juta dan pada tanggal 31
Desember 2016 sebesar SDR787,816.457.00 atau setara dengan Rp14,184.990 juta. Rekening
IMF dalam Rupiah disesuaikan nilainya berdasarkan kirs IMF tanggal 30 April. Rekening IMF
dalam Rupiah disesuaikan nilainya berdasarkan kurs IMF tanggal 30 April. 1 sebesar Rp995.266
juta. Posisi Hak Tarik Khusus per 31 Desember 2019 sebesar SDR1,115,069,159.00 atau setara
dengan Rp21.434.662 juta dan per 31 Desember 2018 sebesar SDR1,116,558,653.00 atau setara.
4. Tagihan
1.1.Table Tagihan
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta
Tagihan
188.273.774 179.851.439
Kepada Pemerintah 140.756.347 109.587.787
Tagihan Kepada Bank merupakan tagihan dalam rangka Penyaluran Kredit Sebeium Tahun
1999 antara lain terdiri atas Tagihan kepada Bank berupa SOL dan KLBI yang diberikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Saldo SOL dan KLBI
per 31 Desember 2018 dan per 31 Desember 2017 masing-masing sebesar Rp157.608 juta dan
Rp260.218 juta. Tagihan kepada Bank merupakan tagihan dalam rangka penyaluran kredit
sebelum Tahun 1999 antara lain terdiri atas Tagihan kepada Bank berupa SOL dan KLBI yang
diberikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Saldo SOL
dan KLBI per 31 Desember 2019 dan per 31 Desember 2018 masing masing sebesar Rp55.653
juta dan Rp157.608 jutaRUU di bank adalah faktur di Bingkai distribusi kredit sebelum 1999
disertakan terdiri dari faktur di bank dalam bentuk sol dan klbi Mengingat Undang-Undang
Nomor 13 Pada tahun 1968 tentang bank sentral.
5. Aset Non Kebijakan
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta
Penyertaan 877.180 919.374 877.898 2.436.388
AsetKeuanganNonKebijakanLainnya 1.445.271 4.614.101 4.290.591 3.981.020
Aset Tetap dan Lainnya 20.493.903 33.138.664 29.246.014 25.057.988
Jumlah Aset Non Kebijakan 22.816.354 38.672.139 34.414.503 31.475.396
Asset non kebijakan dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020. Kita dapat melihat
perincian dari data table diatas, dimana tahun 2017 sampai tahun 2018 asset non kebijakan
mengalami peningkatan sebesar 0,59%, tahun 2018 sampai tahun 2019 asset non kebijakan
mengalami penurunan sebesar 1,12%. Penurunan itu terjadi akibat jumlah dari penyertaan, asset
keuangan non kebijakan lainnya dan asset tetap dan lain nya menurun. Pada tahun 2019 sampai
dengan tahun 2020 juga mengalami penurun sebesar 1,09%.
B. Liabilities
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta
Uang Dalam Peredaran 694.844.759 749.183.201 793.742.924 898.887.004
KebijakanMoneter
162.911.500 315.895.605
Liabilitas Keuangan kepada Pemerintah 157.927.631 175.998.830
3.726.349 18.862.704
Kewajiban Non Kebijakan 9.300.433 23.751.596
106.983.656 201.809.405
Selisih Revaluasi 121 508.201 129.230.959
modal dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020 kita dapat melihat perincian dari data
table diatas, dimana tahun 2017 sampai tahun 2018 modal mengalami peningkatan sebesar
0,79%, tahun 2018 sampai tahun 2019 Selisih revaluasi mengalami peningkatan sebesar 0.99%..
Pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2020 juga mengalami peningkatan sebesar 0,99%.
D. Akumulasi Surplus/Defisit
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta
1.Cadangan Umum Cadangan 148.770.607 154.601.659 169.008.705 178.311.205
2.Tujuan Surplus (Defisit) 24.801.412 24.247.259 27.764.276 30.330.641
3.Tahun Berjalan 5.276.899 48.015.971 33.350.475 26.285.228
Jumlah Akumulasi
178.848.918 226.864.889 230.123.456 234.927.074
Surplus/Defisit
Peningkatan Cadangan Umum sebesar Rp5.831.052 juta antara lain karena adanya alokasi
surplus Bank Indonesia tahun 2017 sebesar Rp4.749.209 juta dan penggunaan Cadangan Tujuan
sebesar Rp1.081.843 juta. Penurunan Cadangan Tujuan sebesar Rp554.153 juta antara lain
karena adanya penggunaan Cadangan Tujuan periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2018 sebesar
Rp1.081.843 juta. Di sisi lain terdapat alokasi surplus Bank Indonesia tahun 2017.
sebesar Rp527.690 juta. Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia sebesar
Rp35.597 juta. Peningkatan Cadangan Umum sebesar Rp14.407.046 juta antara lain karena
adanya alokasi surplus Bank Indonesia tahun 2018 sebesar Rp13.122.466 juta dan penggunaan
Cadangan Tujuan sebesar Rp1.284.580 juta. Peningkatan Cadangan Tujuan sebesar Rp3.517.017
juta antara lain karena adanya alokasi surplus Bank Indonesia tahun 2018 sebesar Rp4.801.597
juta.
Di sisi lain terdapat penggunaan Cadangan Tujuan periode 1 Januari s.d. Pengembangan
Organisasi dan Sumber Daya Manusia sebesar Rp288.643 juta. Peningkatan Cadangan Umum
sebesar Rp9.302.500 juta antara lain karena adanya alokasi surplus Bank Indonesia tahun 2019
sebesar Rp8.533.818 juta dan penggunaan Cadangan Tujuan sebesar Rp768.682 juta.Penggunaan
Cadangan Tujuan terdiri dariPembaruan/penggantian aset tetap sebesar Rp642.101 juta.
➢ Perincian laporan Rugi/Laba
a. Beban
Berikut rincin mengenai beban selama tahun 2017 sampai dengan tahun 2020:
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta
1.Pelaksanaan Kebijakan 26.782.026 23.004.902 23.780.113 26.840.373
Moneter
2.PengelolaanSistemPembayaran 3.474.070 4.652.440 3.690.294
4.599.834
3. Pengaturan dan Pengawasan 165.297 257.010 414.691
174.810
Makroprudensial
Kita dapat melihat perincian beban dari tahun 2017 sampai dengan 2020, dimana jumlah
beban yang paling banyak yaitu di tahun 2020, ini diakibatkan karna jumlah pengaturan dan
pengawasan makroprudensial, remunerasi kepada pemerintah, remunerasi kepada pemerintah
dan beban umum dan lain nya meningkat dari tahun-tahun sebelumya.
b. Pendapatan
Berikut perincian pendapatan bank Indonesia selama tahun 2017 sampai dengan tahun
2020: kita dapat melihat perincian dari tahun pertahun sehingga kita dapat meghitung berapa
keuntungan yang diperoleh oleh bank Indonesia dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020, dan
kita dapat menghitung persentasi laba dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020.
Makroprudensial
Pengahasilan paling besar yaitu di tahun 2018 ini diakibatkan karna penghasilan dari
pelaksanaan kebijakan moneter lebih banyak dari tahun- tahun sebelumnya maupun tahun
selanjutnya. Perlu kita ketahui semakin besar pendapatan dan beban semakin kecil maka laba
dimaksud dengan bank adalah «badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
Secara umum, laporan keuangan adalah laporan yang mencakup catatan uang dan
transaksi yang terjadi dalam bisnis, termasuk transaksi jual beli dan transaksi lain dengan nilai
B. Saran
Dalam pembuatan suatu laporan keuangan bank harus memenuhi PSAK. Sementara data
– data yang diambil atau yang disediakan harus sesuai denga faktaya, supaya karyawan yang
bekerja pada bidang tersebut dapat mengerjakan laporan tersebut dengan baik dan benar,
sehingga perusahaan mengetahui laba rugi, dan kondisi perusahaan. Marilah kita membuat suatu
laporan keuangan suatu usaha kita, supaya kita bisa melihat perkembangan dari setiap segi
usaha.