Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Materi asam basa merupakan salah satu topik pembelajaran penting
dalam ilmu kimia. Di dalam laboratorium, pengukuran keasaman dan kebasaan
suatu larutan digunakan indikator. Indikator merupakan suatu zat yang
memberikan perubahan warna saat ditambahkan pada suatu larutan asam dan atau
larutan basa. Selain menggunakan lakmus, digunakan pula indikator buatan yang
bersifat stabil. Indikator buatan yang banyak digunakan contohnya adalah
fenolftalein yang bekerja pada pH basa dan metil merah yang bekerja pada pH
asam. Sekalipun indikator buatan ini bersifat stabil, sumber indikator ini
mememiliki beberapa kekurangan yaitu keterbatasan penyediaanya (availability),
mahal (high cost), serta menimbulkan polusi bagi lingkungan. Dalam kegiatan
praktikum mahasiswa di laboratorium, penggunaan indikator asam basa buatan
dalam topik praktikum asam basa atau praktikum lain yang berkaitan dengannya,
menjadikan ruang gerak keterampilan yang sempit bagi mahasiswa yang
membatasi mereka hanya pada bahan jadi. Selain itu, limbah akibat penggunaan
indikator asam basa buatan ini perlu melalui perlakuan khusus karena umumnya
bersifat berbahaya bagi lingkungan. Ketaktersediaan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) pada laboratorium kampus menjadi salah satu penyebab
terkontaminasinya lingkungan dengan polusi yang ditimbulkan oleh pembuangan
sembarangan limbah kimia berbahaya. Berdasarkan uraian di atas, pencarian
terhadap sumber indikator alami, yang banyak terdapat di lingkungan sekitar,
murah, dengan teknik pembuatan yang sederhana dan ramah lingkungan menjadi
solusi tepat mengatasi keterbatasan indikator buatan dijelaskan bahwa indikator
alam berasal dari tanam-tanaman. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk
menguji beberapa tanaman yang diduga berpotensi sebagai indikator asam-basa.
Tanaman yang dipilih umumnya memiliki pigmen warna atau antosianin Bagian
tanaman yang digunakan umumnya berupa daun, rimpang, buah dan bunga. (Nur
R adawiah, 2018)
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan titrasi asam dan basa ?
2. Bagaimana proses pengujian pada titrasi asam dan basa ?
3. Berapa kadar suatu sampel dengan menggunakan metode titrasi asam basa ?

C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan pada percobaan ini adalah :
1. Mahasiswa terampil dalam melakukan titrasi asam basa
2. Mahasiswa mampu menjelaskan proses pada titrasi asam basa
3. Mahasiswa mapu menghilangkan kadar suatu sampel dengan cara titrasi asam
basa.

D. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat lebih
memahami dan mengerti cara titrasi asam basa yang benar serta dapat menghitung
kadar suatu sampel dengan metode titrasi asam basa.

E. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip pada percobaan ini adalah dilakukan percobaan dengan
menggunakan metode titrasi netralisasi asam dan basa, dimana larutan baku yang
digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat
tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai
asam atau basa yang lebih lemah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Ringkas
Titrasi asam basa adalah kegiatan laboratorium yang umum dilakukan
di kursus kimia. Titrasi asam-basa adalah eksperimen umum yang dilakukan oleh
siswa di kelas pengantar kimia. Topik tersebut telah menjadi komponen reguler
dari kurikulum pengantar kimia selama beberapa dekade, dan mendapat cakupan
luas dalam teks pengantar dan manual laboratorium terkait. Titrasi yang paling
sering dilakukan melibatkan netralisasi asam kuat dengan basa kuat. (Keith, 2016)

Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif


untuk menentukan konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan.
Keberhasilan dalam titrasi asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator
yang mampu menunjukkan titik akhir dari titrasi. Indikator merupakan suatu zat
yang ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan
telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat dapat
dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan perubahan
warna sampel seiring dengan terjadinya perubahan konsentrasi ion hidrogen atau
perubahan pH. Indikator asam basa yang sering digunakan di laboratorium untuk
titrasi asam basa merupakan indikator sintetis contohnya fenolftalein (PP) dan
metil jingga (MJ). Setiap indikator sintetis memiliki harga yang cukup mahal,
serta dapat menyebabkan polusi lingkungan. Harga indikator titrasi asam basa
yang mahal membuat terbatasnya percobaan titrasi tersebut terutama di sekolah-
sekolah yang berada jauh dari perkotaan. (Sinta, Ratnasari, 2016)

Titrasi asam basa pada prinsipnya merupakan reaksi netralisasi.


Sehingga biasa disebut titrasi netralisasi. Larutan analit pada titrasi netralisasi bisa
berupa asam lemah, asam kuat, basa lemah, basa kuat, ataupun garam. yang
bersifat asam maupun basa. Menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi harus
mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke
asam dalam labu erlenmeyer. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut ialah
dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke larutan asam saat
awal titrasi. Indikator biasanya adalah suatu asam atau basa organik lemah dengan
warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan terionisasinya.
(Moh. Azhar, dkk, 2017)

Titrasi adalah proses untuk memastikan volume yang tepat dari satu
larutan yang secara kimiawi ekivalen dengan jumlah tertentu dari zat lain, baik
larutan lain atau sejumlah bahan padat yang dilarutkan dalam pelarut. Peralatan
yang biasanya digunakan dalam titrasi adalah buret jika larutan asam dititrasi
dengan larutan basa, titik ekivalen, titik di mana jumlah asam & basa yang
ekuivalen secara kimiawi telah dicampur, dapat ditemukan dengan menggunakan
indikator. Hal ini memungkinkan dilakukannya analisis kuantitatif dari
konsentrasi larutan asam atau basa yang tidak diketahui. Indikator sintetis
memiliki kelemahan tertentu seperti biaya tinggi, ketersediaan & pencemaran
bahan kimia sehingga indikator alam yang diperoleh dari berbagai bagian tanaman
seperti bunga, buah, daun dll akan lebih menguntungkan. Semua indikator pH,
seperti kertas lakmus, berubah warna tergantung pada apakah mereka
menyumbangkan atau menerima proton, (asam adalah donor proton & basa adalah
akseptor proton). Oleh karena itu, indikator pH itu sendiri adalah asam atau basa.
Indikator bekerja karena merupakan asam lemah yang, jika berada dalam larutan,
berada dalam kesetimbangan dengan basa. Ada berbagai senyawa organik &
anorganik yang bertanggung jawab atas warna alami. (Abhyangshree, dkk, 2016)

Titrasi asam-basa memerlukan indikator untuk menunjukkan perubahan


warna pada setiap interval derajad keasaman (pH). Indikator sintetis yang
digunakan selama ini mempunyai beberapa kelemahan seperti polusi kimia,
ketersediaan dan biaya produksi mahal. (Siti Nuryanti, dkk, 2015)

Asam juga disebut sebagai donor proton karena dapat melepaskan


setidaknya satu ion hidrogen dalam kondisi tertentu. Asam yang hanya dapat
mendonasikan satu ion disebut monoprotik, yang disebut HA. Jika lebih dari satu
ion hidrogen dapat dilepaskan, asam tersebut bersifat poliprotik (diprotik (H2A),
triprotik (H3A), dll.). Basa dapat menerima proton sebagai gantinya dan oleh
karena itu disebut sebagai akseptor proton dan dapat menjadi monoprotik dan
poliprotik juga. Mereka biasanya ditulis dalam bentuk standar sebagai BOH atau
B (OH) i untuk basa poliprotik. (Hermansson, 2015)

Dalam titrasi asam basa, asam dititrasi dengan basa, dan sebaliknya.
Mereka juga disebut sebagai reaksi netralisasi, dengan titik ekivalen terdeteksi
baik dengan menggunakan indikator warna atau secara potensiometri dengan
elektroda kaca. Mereka menggunakan indikator warna untuk mendeteksi titik
akhir asam-reaksi netralisasi dasar. Indikator warna menunjukkan perubahan
warna yang tajam, sebagai respons terhadap perubahan pH dalam reaksi titrasi
asam-basa. Sebagian besar indikator adalah asam organik lemah atau pewarna
basa yang menerima atau menyumbangkan elektron. (Emmanuel, dkk, 2019)

Untuk menentukan konsentrasi titrasi asam-basa salah satu reaktan yang


tidak diketahui. Untuk memahami sepenuhnya titrasi asam-basa, kita harus
mempelajari sifat multi-representasi dari fenomena (makroskopis, simbolis dan
sub-mikroskopis). Perubahan warna selama titrasi asam-basa menunjukkan bahwa
titik ekivalen telah tercapai. Titik ekivalen dapat dipahami dari interaksi partikel
pada tingkat sub-mikroskopis. Reaksi asam basa juga dapat dijelaskan dalam
rumus reaktan dan produk. (James, 2016)

Indikator pH sangat penting keberadaannya terutama dalam bidang


kimia yang digunakan untuk analisis volumetri. Salah satu metode dalam analisis
tesebut adalah titrasi asam basa atau titrasi netralisasi. Pada titrasi ini melibatkan
penambahan indikator yang berfungsi membantu menentukan titik ekivalen yang
ditandai dengan mengamati terjadinya perubahan warna pada akhir titrasi.
Indikator yang dgunakan dalam titrasi penetralan dinamakan indikator asam basa.
Indikator yaitu bahan kimia yang sangat khusus yang dapat mengubah warna
larutan dengan perubahan pH setelah penambahkan asam atau basa. Indikator
asam basa cenderung untuk bereaksi dengan kelebihan asam atau basa pada saat
titrasi untuk menghasilkan perubahan warna. (Edy Agustian, dkk, 2018)
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (FI edisi V, 2014 hal 63)
Nama resmi : AIR MURNI
Nama lain : Purified water
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Asam Klorida (FI edisi V, 2014 hal 149)
Nama resmi : ASAM KLORIDA
Nama lain : Hydrochloride Acid
Rumus molekul : HCl
Berat molekul : 36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap; bau
merangsang. Jika diencerkan dengan 2
bagian volume air, asap hilang, bobot jenis
lebih kurang 1,18
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
3. Asam Oksalat (FI edisi V, 2014 hal 1690)
Nama resmi : ASAM OKSALAT
Nama lain : Acidum Oksalat
Rumus molekul : C2H2O4
Berat molekul : 126,07
Pemerian : Hablur, tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air dan larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat pereaksi
4. Natrium Hidroksida (FI edisi V, 2014 hal 911)
Nama resmi : NATRIUM HIDROKSIDA
Nama lain : Sodium Hydroxida
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40,00
Pemerian : Putih atau praktis putih, keras rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur jika terpapar
di udara akan menyerap karbohidrat dan
lembab massa melebur berbentuk padat
kecil serpihan atang atau bentuk lain
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol dan dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
5. Kalium Permanganat (FI edisi V, 2014 hal 594)
Nama resmi : KALIUM PERMANGANAT
Nama lain : Pottassium Permanganate
Rumus molekul : KMNO4
Berat molekul : 158,03
Pemerian : Hablur ungu tua, hamper tidak tembus cahaya
yang larut, dan berwarna biru metolik menguap
oleh cahaya yang dipantulkan
Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Antiseptikum ekstern
6. Indikator PP (FI edisi V, 2014 hal 445)
Nama resmi : FENOLFTALEN
Nama lain : Indikator PP
Rumus molekul : C20H14O4
Berat molekul : 318,33
Pemerian : Hablur putih, warna kekuningan lemah,
tidak berbau, stabil di udara
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam ether
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, adalah
timbangan, labu ukur 100 ml, kaca arloji, gelas ukur 50 ml, pipet volume,
erlenmeyer 250 ml, buret, kaki tiga, bunsen, beaker glass 500 ml, kaca abses,
statif.
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang akan digunakan, adalah Asam Oksalat
(C2H2O4), Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Permanganat (KMNO 4),
fenolftalein (PP), Asam Klorida (HCl), Aquadest (H2O).

B. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan baku Asam Oksalat (C2H2O4) 0,05 N
Zat baku primer Asam Oksalat (C2H2O4) digunakan untuk
membekukan larutan Natrium Hidroksida (NaOH), pada alkalimetri dengan
melarutkan Kalium Permanganat (KMNO4) pada oksidimetri dalam
alkalimetri 1 mol Asam Oksalat (C2H2O4) setara dengan 2 mol Natrium
Hidroksida (NaOH) untuk membuat 100 ml Asam Oksalat (C2H2O4) 0,05 N.
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, ditimbang Asam
Oksalat (C2H2O4) dengan timbangan analitik sebanyak 0,45 gr dan dilarutkan
di dalam labu ukur 100 ml, larutan ini siap digunakan untuk membekukan
larutan baku Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N.
2. Pembuatan larutan baku larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan ditimbang (NaOH)
5 gr pada gelas arloji, larutkan kedala 1 liter Aquades (H 2O) yang di didihkan
sambil di aduk kemudian masukkan kedalam botol pereaksi.
3. Menentukan Molaritas NaOH 0,1 N dengan larutan baku Asam Oksalat
(C2H2O4) 0,05 N
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan masukkan 25 ml
larutan Asam Oksalat (C2H2O4) 0,05 N menggunakan pipet volume kedalam
erlenmeyer 250 ml kemudian tambahkan 2 tetes Indikator PP, titrasi dengan
larutan Natrium Hidroksida (NaOH) sampai berubah warna, ulangi titrasi
sebanyak 3 kali.
4. Menentukan Molaritas larutan Asam Klorida (HCl) dengan larutan baku
Natrium Hidroksida (NaOH)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, pipet larutan HCl
10 ml menggunakan pipet volume kedalam erlenmeyer, tambahkan 2 tetes
Indikator PP kemudian titrasi dengan larutan Natrium Hidroksid (NaOH)
sampai larutan berubah warna, ulangi percobaan 3 kali.
DAFTAR PUSTAKA

Adusei, Emmanuel B. A, dkk. 2019. “Investigation of Acid-Base Indicator


Property of Plumbagin from Plumbago zeylanica Linn”. International
Journal of Analytical Chemistry Volume 2019, Article ID 4061927, 13
pages.
Afandy, Moh. Azhar, dkk. 2017. “Ekstraksi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L.)
Menggunakan Variasi Pelarut Serta Pemanfaatannya Sebagai
Indikator Asam-Basa”. Jurnal Akademika Kimia Volume 6, No. 2,
2017: 79-85.
Farmakope Indonesia. Edisi lima. Halaman 149. Asam Klorida.
Farmakope Indonesia. Edisi lima. Halaman 1690. Asam Oksalat.
Farmakope Indonesia. Edisi lima. Halaman 445. Fenolftalen.
Farmakope Indonesia. Edisi lima. Halaman 594. Kalium Permanganat.
Farmakope Indonesia. Edisi lima. Halaman 63. Aquades.
Farmakope Indonesia. Edisi lima. Halaman 911. Natrium Hidroksida.
Hermansson, A.W, S. Syafiie. 2015. “Model Predictive Control Of Ph
Neutralization Processes: A Review". Control Engineering Practice.
Mahmud, Nur R. Adawiyah, Ihwan, Nur Jannah. 2018. “Inventarisasi Tanaman
Berpotensi sebagai Indikator Asam-Basa Alami di Kota Kupang”.
Jurnal Bionature, Volume 19, Nomor 1.
Mane, Abhyangshree Nandkumar, dkk. 2016. “Use Of Combretum Indicum
Flower Extract As A Natural Indicator In Acid-Base Titration”.
International Standard Serial Number (ISSN): 2249-6807.
Nuryanti, Siti, dkk. 2015. “Indikator Titrasi Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga
Sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis L)”. Agritech, Vol. 30, No. 3.
Nyachwaya, James M. 2016. “General Chemistry Students’ Conceptual
Understanding And Language Fluency: Acid–Base Neutralization And
Conductometry”. Chemistry Education Research and Practice.
Ratnasari, Sinta, dkk. 2016. “Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo
Discolor Sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa”. Chimica et Natura
Acta Vol.4 No.1.
Sheppard, Keith. 2016. “High School Students’ Understanding Of Titrations And
Related Acidbase Phenomena”. Chemistry Education Research and
Practice, 7 (1), 32-45.
Yazid, Edy Agustian, Muchammad Mishbachul Munir. 2018. “Potensi Antosianin
Dari Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Sebagai Alternatif
Indikator Titrasi Asam Basa”. Jurnal Sains Vol.8 No.15.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan
A. Menentukan Molaritas Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N dengan larutan
baku Asam Oksalat (C2H2O4) 0,05 N
VOLUME
NO ERLEMEYER SAMPEL TITRAT
TITRASI

1 I C2H2O4 25 ml + MO 2 Tetes NaOH 1,2 ml

2 II C2H2O4 25 ml + MO 2 Tetes NaOH 1,3 ml

3 III C2H2O4 25 ml + MO 2 Tetes NaOH 1,5 ml

Rata rata 1,3 ml

B. Menentukan Molaritas larutan Asam Klorida (HCl) dengan larutan baku


Natrium Hidroksida (NaOH)
VOLUME
NO ERLEMEYER SAMPEL TITRAT
TITRASI

1 I HCl 25 ml + MO 2 Tetes NaOH 1,2 ml

2 II HCl 25 ml + MO 2 Tetes NaOH 1,3 ml

3 III HCl 25 ml + MO 2 Tetes NaOH 1,1 ml

Rata rata 1,2 ml


B. Pembahasan
Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
untuk menentukan konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan.
Keberhasilan dalam titrasi asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator
yang mampu menunjukkan titik akhir dari titrasi. Indikator merupakan suatu zat
yang ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan
telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat dapat
dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan perubahan
warna sampel seiring dengan terjadinya perubahan konsentrasi ion hidrogen atau
perubahan pH.
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu pada pembuatan larutan
baku asam oksalat (C2H2O4) 0,05 N disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, ditimbang asam oksalat (C2H2O4) dengan timbangan analitik sebanyak
0,45 gram dan dilarutkan dalam labu ukur 100 ml.
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu pada pembuatan larutan
Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, ditimbang Natrium Hidroksida (NaOH) 5 gram pada gelas arloji,
larutan Natrium Hidroksida (NaOH) keladam 1 liter aquadest yang dididihkan
sambil diaduk kemudian dimasukkan kedalam botol pereaksi.
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu pada penentuan molaritas
Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N dengan larutan baku Asam Oksalat (C 2H2O4)
0,05 M, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan , dimasukkan 25 ml
larutan Asam Oksalat (C2H2O4) 0,05 M menggunakan pipet Volume kedalam
erlemeyer 250 ml kemudian ditambahkan 2 tetes indicator MO lalu dititrasi
dengan larutan Natrium Hidroksida (NaOH) sampai berubah warna. Ulangi titrasi
sebanyak 2 kali.
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu pada penentua molaritas
larutan Asam Klorida (HCl) dengan larutan baku Natrium Hidroksida (NaOH),
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, diipipet larutan Asam Klorida
(HCl) 25 ml menggunakan pipet volume kedalam erlemeyer ditambahkan 2 tetes
indikator MO kemudian titrasi dengan larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
sampai berubah warna. Ulangi titrasi sebanyak 2 kali.
Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini yaitu pada penentuan
molaritas Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N dengan larutan bau Asam Oksalat
(C2H2O4) 0,05 M, terjadi perubahan warna dimana titrasi I diperoleh volume 1,2
ml, titrasi II diperoleh volume 1,3 ml dan titrasi III diperoleh volume 1,5 ml.
Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini yaitu pada penentuan
molaritas larutan Asam Klorida (HCl) dengan larutan Natrium Hidroksida
(NaOH) terjadi perubahan warna dimana titrasi I diperoleh volume 1,2 ml, titrasi
II diperoleh volume 1,3 ml dan titrasi III diperoleh volume 1,1 ml.
Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini adalah yaitu bahan-bahan
yang digunakan sudah terkontaminasi serta kurang ketelitian pada praktikan saat
praktikum.
Adapun alasan penggunaan bahan pada percobaan ini adalah
penggunaan Natrium Hidroksida (NaOH) dan Asam Oksalat (C 2H2O4) terjadi
reaksi sempurna diamana Natrium Hidroksida (NaOH) adalah basa kuat dan akan
bereaksi dengan Asam Oksalat (C2H2O4) adalah asam lemah dan akan bereaksi
membentuk garam yang bersifat basa. Alasan penggunaan Asam Klorida (HCl)
yang bersifat asam kuat dan Natrium Hidroksida (NaOH) yang bersifat basa kuat
dimana akan terjadi reaksi dan menghasilkan garam Natrium Klorida (NaCl) dan
Air (H2O).
C. Perhitungan
1. Menentukan Molaritas NaOH 0,1 N dengan larutan baku Asam Oksalat
(C2H2O4) 0,05 N
a. Erlenmeyer I
M H2C204 X Vol. H2C204 = M NaOH X Vol. NaOH
0,05 M X 25 ml = M NaOH X 1,2 ml
M NaOH = 0,05 M X 25 ml
1,2 ml
M NaOH = 1,0416 M

b. Erlenmeyer II
M H2C204 X Vol. H2C204 = M NaOH X Vol. NaOH
0,05 M X 25 ml = M NaOH X 1,3 ml
M NaOH = 0,05 M X 25 ml
1,3 ml
M NaOH = 0,9615 M

c. Erlenmeyer III
M H2C204 X Vol. H2C204 = M NaOH X Vol. NaOH
0,05 M X 25 ml = M NaOH X 1,5 ml
M NaOH = 0,05 M X 25 ml
1,5 ml
M NaOH = 0,8333 M

Rata-rata Molaritas = 1,0416 M + 0,9615 M + 0,8333 M


3
= 0,9454 M

2. Menentukan Molaritas larutan HCl dengan larutan baku NaOH


a. Erlenmeyer III
M HCl X Vol. HCl = M NaOH X Vol. NaOH
M HCl X 25 ml = 0,1 M X 1,2 ml
M HCl = 0,1 M X 1,2 ml
25 ml
M NaOH = 0,0048 M

b. Erlenmeyer II
M HCl X Vol. HCl = M NaOH X Vol. NaOH
M HCl X 25 ml = 0,1 M X 1,3 ml
M HCl = 0,1 M X 1,3 ml
25 ml
M NaOH = 0,0052 M

c. Erlenmeyer III
M HCl X Vol. HCl = M NaOH X Vol. NaOH
M HCl X 25 ml = 0,1 M X 1,1 ml
M HCl = 0,1 M X 1,1 ml
25 ml
M NaOH = 0,0044 M

Rata-rata Molaritas = 0,0048 M + 0,0052 M + 0,0044 M


3
= 0,0048 M
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan pada penentuan molaritas NaOH
0,1 N dengan larutan baku primer Asam Oksalat (C2H2O4) diperoleh hasil
0,9454 M, sedangkan pada penentuan molaritas larutan Asam Klorida (HCl)
dengan larutan Natrium Hidroksida (NaOH) diperoleh konsentrasi 0,0048 M
.
B. Saran
Kami selaku praktikan mengharapkan bimbingan serta arahan dari para
asisten dalam penyusunan laporan maupun pada saat berjalannya praktikum.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja
1. Pembuatan larutan baku Asam Oksalat (C2H2O4) 0,05 N

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Ditimbang asam oksalat (C2H2O4) dengan timbangan


analitik sebanyak 0,45 gr

Dilarutkan di dalam labu ukur 100 ml, larutan ini siap

digunakan untuk membekukan larutan baku Natrium

Hidroksida (NaOH) 0,1 N.

2. Pembuatan larutan baku larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Ditimbang (NaOH) 5 gr pada gelas arloji, larutkan


kedalam 1 liter H2O yang di didihkan sambil di aduk

Kemudian masukkan kedalam botol pereaksi


3. Menentukan Molaritas NaOH 0,1 N dengan larutan baku Asam Oksalat
(C2H2O4) 0,05 N

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Masukkan 25 ml larutan Asam Oksalat (C2H2O4) 0,05 N


menggunakan pipet volume kedalam erlenmeyer 250 ml

Kemudian tambahkan 2 tetes Indikator PP

Titrasi dengan larutan NaOH sampai berubah warna,


ulangi titrasi sebanyak 3 kali.
4. Menentukan Molaritas larutan HCl dengan larutan baku NaOH

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Di pipet larutan HCl 25 ml menggunakan pipet volume


kedalam erlenmeyer

Kemudian tambahkan 2 tetes Indikator PP

Titrasi dengan larutan NaOH sampai berubah warna,


ulangi titrasi sebanyak 3 kali.
B. Foto Sampel

1. Menentukan Molaritas NaOH 0,1 N dengan larutan baku Asam Oksalat


(C2H2O4) 0,05 N

2. Menentukan Molaritas larutan HCl dengan larutan baku NaOH

Anda mungkin juga menyukai