OLEH :
Siti hifdzilla
190210014
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini, sehat merupakan hal yang penting bagi semua makhluk hidup
termasuk manusia. Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Untuk mendapatkan kehidupan yang produktif, secara sosial
diperlukan upaya kesehatan yang menyeluruh untuk seluruh masyarakat terutama
penduduk usia lanjut.
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin
bertambah jumlahnya berjalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Berdasarkan data
kementrian kesehatan RI tahun (2017), terdapat 23,66 juta penduduk lansia di Indonesia
(9,03% dari keseluruhan penduduk). Menurut prediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020
(27,08 juta) dan angka terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal tersebut menandakan
bahwa Indonesia memasuki struktur penduduk tua (ageing population) karna suatu wilayah
dapat dikatakan berstruktur penduduk tua jika populasi lansia diatas 7%.
Menurut data WHO 2015 menunjukan 1,13Miliar didunia menderita hipertensi artinya,
1dari 3 orang didunia terdiagnosis menderita hipertensi, tetapi hanya 36,8% diantaranya
yang meminum obat. Jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat setiap tahunnnya,
dan diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5miliar orang yang akan terkena hipertensi
dengan perkiraan 9,4juta orang setiap tahunnya yang akan meninggal akibat hipertensi dan
komplikasi.
Tingginya angka kejadian hipertensi pada lansia menuntut peran tenaga kesehatan untuk
melakukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Cara pencegahan penyakit hipertensi
dapat menggunakan terapi tanpa obat (non farmakologi) ataupun dengan obat
(Farmakologi) tidak hanya menurunkan tekanan darah, namun juga menurunkan resiko
stroke dan penyakit jantung iskemik. Terapi menggunakan obat bisa dilakukan dengan
pemberian obat anti hipertensi, sedangkan untuk terapi tanpa menggunakan obat bisa
dilakukan dengan berdiet, menghindari stress dan berolahraga dengan teratur. Salah satu
olahraga yang dapat dilakukan adalah senam lansia (Izhar,2017).
Senam lansia merupakan serangkaian gerakan senam ringan dan mudah yang terarah dan
teratur yang pelaksanaannya diikuti para lansia. Senam lansia dilakukan dengan tidak
banyak bergerak arau hanya merupakan peregangan pada bagian tubuh, pingang, kaki dan
tangan. Aktivitas olahraga senam lansia membantu tubuh agar tetap bugar dan sehat karena
dapat melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Grace Tedy Palopo Tulak dan
Munawira Umar (2020) tentang pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia
dengan hipertensi di puskesmas ciseeng , menyatakan bahwa terdapat pengaruh senam
lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi. Karena usia lanjut
merupakan usia yang rentan terhadap penyakit. Salah satu faktor penyebabnya adalah
kurangnnya pergerakan atau aktivitas yang dilakukan oleh lansia. Senam yang dilakukan
dalam penurunan tekanan darah pada lansia adalah senam bugar lansia.
menurut data Riskesdas tahun 2018 didapatkan angka prevalensi hipertensi di Indonesia
naik dari 25,8% menjadi 34,1% berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah. Sedangkan,
berdasarkan jenis kelamin di dapatkan bahwa prevalensi perempuan yang di diagnosis
hipertensi oleh dokter sebesar 36,9% sedangkan prevalensi laki-laki yang terkena
hipertensi 31,1%.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Solehatul Mahmudah (2020) tetang
hubungan gaya hidup dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia yang
menyaktakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik lansia dengtan kejadian hipertensi.
Karena, otot jantung harus bekerja lebih keras saat kontraksi sehingga menyebabkan
kenaikan tekanan darah aktivitas fisik yang kurang dan lebih merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan hipertensi. Aktivitas fisik sedang yang dapat dilakukan bagi lansia
adalah berkebun, jalan kaki jarak dekat , bersepeda santai, dan membersihkan rumah.
Aktivitas fisik yang berat dapat dilakukan oleh lansia yaitu jogging dan senam.
Sedakan menurut penelitian yang dilakukan oleh Rina Puspita Sari dan Eti Nuryati
(2017) , tentang pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi. Bahwa terdapat pengaruh antara senam lansia dengan penurunan tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi. Menunnjukan bahwa terjadi penurunan tekanan darah yang
lebih besar pada kelompok yang diberikan intervensi senam lansia dibandingkan dengan
kelompok yang tidak diberikan intervensi seam lansia, sehingga senam lansia terbukti
nemurunkan tekanan darah lebih cepat dibandingkan dengan pengobatan menggunakan
obata atau yang lainnnya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Dinas Kesehatan Kota
Bogor, di dapatkan bahwa angka kejadian hipertensi pada lansia di Kota Bogor tahun 2021
sebanyak 12.103 orang. Dengan jumlah penderita hipertensi pada lansia tertinggi ada pada
puskesmas ciseeng sebanyak 2.374 orang, sedangkan jumlah penderita hipertensi pada
lansia terendah ada pada puskesmas Bambu Apus sebanyak 34 orang. Berdasarkan hal
tersebut penelitian tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ judul pengaruh senam
hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia perempuan di kecamatan ciseeng
tahun 2021 ”
1. Bagaimana nilai tekanan darah sebelum dilakukannnya senam lansia pada lansia
perempuam dengan hipertensi di wilayah kecamatan ciseeng tahun 2021 ?
2. Bagaimana niai tekanan darah sesudah dilakukannya senam lansia pada lansia dengan
hipertensi di wilayah kecamatan ciseeng tahun 2021 ?
3. Apakah ada perbedaan nilai tekaanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia
pada lansiaperempuan dengan hipertensi di wilayah kecamatan Ciseeng tahun 2021?
a. Mengetahui nilai tekanan darah sebelum dilakukannnya senam lansia pada lansia
perempuan dengan hipertensi di wilayah kecamatan ciseeng tahun 2021 ?
b. Mengetahui niai tekanan darah sesudah dilakukannya senam lansia pada lansia dengan
hipertensi di wilayah kecamatan ciseeng tahun 2021 ?
c. Mengetahui perbedaan nilai tekaanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia
pada lansia dengan hipertensi di wilayah kecamatan Ciseeng tahun 2021?
Dengan penelitian ini penderita dapat menambah pengetahuannya tentang aktivitas fisik
yang dapat membantu dalam penurunan tekanan darah penderita.
hasil penelitian ini diaharapkan dapat memberi pengetahuan kepada keluarga yang
memiliki penderita hipertensi agar dapat memberi dukungan kepada penderita hipertensi
untuk menghindari kemungkinan komplikasi penyakit-penyakit akibat hipertensi dengan
aktivitas fisik seperti senam.
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakan yang belum
terkena hipertensi agar lebih mejaga diri untuk menghindari hipertensi dan dilakukan
aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tubuh.
Dengan penelitan ini diharapkan agar petugas dinas setempat dapat membantu dalam
perbuatan kebijakan dan program untuk mengurangi jumlah penderita penyakit hipertensi
pada lansia.
Penelitan ini diharapkan dapat menambah informasi serta bahan acuan dalam
pengembangan profesi kesehatan masyarakat khususnya peminatan manajemen rumah
sakit di STIKes Banten.
Dari hasil penelitian ini peneliti mendapatkan pengalaman dan kemampuan riset kuantitatif
dalam penelitian mengenai pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian Lansia
Perubahan- perubahan dalam proses “aging” atau penuaaan merupakan masa ketika
seorang individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan bahagia melalui berbagai
perubahan dalam hidup. Secara definisi, seorang individu yang telah melewati usia 45
tahun atau 60 tahun disebut lansia. Sebagian besar teori menjelaskan penuaan adalah
perubahan fisiologis dan psikologis pada lansia. Dalam menghadapi perubahan ini,
diperlukan adaptasi atau penyesuaian seorang individu. Penekanan dan fokus intervensi
Prasetyo, 2019).
2. Klasifikasi Lansia
antara 60 dan 74 tahun , lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua
3) Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
4) Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
Menurut Senja dan Prasetyo (2019), proses penuaan berawal dari selesainya
pertumbuhan pada usia 25 tahun. Beberapa orang menyadari bahwa proses penuaan (di
luar, rambut yang menjadi putih) dan proses ini pada awalnya tidak menimbulkan
proses penuaan terjadi semakin cepat dan perubahan fisiologis semakin jelas. Proses
penuaan ini ditandai dengan perubahan fisiologis yang terlihat dan tidak terlihat.
Perubahan fisik yang terlihat ini, seperti kulit yang mulai keriput dan mengendur, rambut
yang beruban, gigi yang ompong, serta adanya penumpukan lemak di pinggang dan
perut. Perubahan fisik yang tidak terlihat ini misalnya perubahan fungsi organ, seperti
Di samping itu, terdapat beberapa teori terkait dengan penuaan yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa penuaan terjadi serta dampak pada aspek fisiologis dan
psikososial.
a. Teori Imunitas
Seiring dengan berjalannya proses penuaan, teori sistem imun menjelaskan adanya
penurunan imunitas terkait dengan pertahanan terhadap agen patogen atau organisme asing.
Penyakit yang dapat muncul diantaranya adalah penyakit infeksi dan kanker. Terkait dengan
peran kelenjar timus, dan kemampuan diferensiasi sel T maka kemungkinan terjadi respons
autoimun dan akan muncul penyakit seperti atritis rheumatoid alergi (Senja dan Prasetyo, 2019).
b. Teori Neuroendokrin
Terkait dengan sistem saraf dan pengaturan hipofisis, dalam proses penuaan
terjadi gangguan pada area neurologi, yaitu waktu reaksi yang diperlukan untuk
menerima, memproses, dan merespons terhadap perintah (Senja dan Prasetyo, 2019).
c. Teori Kepribadian
Dalam teori ini, dijelaskan bahwa penuaan yang sehat tidak tergantung pada
jumlah aktivitas sosial seseorang. Akan tetapi, pada bagaimana kepuasan orang
tersebut dengan aktivitas sosial yang dilakukannya (Senja dan Prasetyo, 2019).
d. Teori Aktivitas
Dalam teori ini dijelaskan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif
e. Teori Kontinuitas
penuaan cenderung tidak berubah dan lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah
tua. Seseorang yang senang dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus
menikmati gaya hidupnya sampai usia lanjut. Sementara itu, orang yang menyukai
kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan
kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya. Proses komunikasi yang menjadi poin
orientasi nilai lansia, fungsi afektif, serta fungsi sosialisasi mereka (Senja dan
Prasetyo,2019).
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Menurut American Heart Association (2017) tekanan darah tinggi (HBP atau
hipertensi) adalah kekuatan darah yang mengalir melalui pembuluh darah secara
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketika tekanan darah pada
dinding arteri meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena
jarang memiliki gejala yang jelas. Satusatunya cara mengetahui apakah seseorang
memiliki hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah. Kekuatan darah dalam
menekan dinding arteri ketika dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh menentukan
ukuran tekanan darah. Tekanan yang terlalu tinggi akan membebani arteri dan jantung
sehingga pengidap hipertensi berpotensi mengalami serangan jantung, stroke,atau
penyakit ginjal. Pengukuran tekanan darah dalam tekanan merkuri per millimeter
(mmHg) dan dicatat dalam dua bilangan, yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan
sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak memompa darah keluar. Sementara
itu tekanan diastolik merupakan tekanan darah saat jantung tidak berkontraksi atau
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Palmer (2005) dalam
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%.
b. Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah
tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya
penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).
Optimal 120 80
Normal 120 – 130 80 – 85
Pra Hipertensi 130 – 140 85 – 90
Hipertensi ringan 140 – 160 90 – 100
Hipertensi sedang 160 – 180 >180 100 – 110
Hipertensi berat >110
Sumber : WHO (2016)
3. Faktor Risiko
Menurut Anies (2018), Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan
a. Usia
Tidak dapat dimungkiri faktor usia merupakan salah satu penyebab seseorang
terkena tekanan darah tinggi. Semakin bertambah usia seseorang semakin berkurang
elastisitas pembuluh darahnya sehingga tekanan darah di dalam tubuh orang yang
sudah lanjut usia akan mengalami kenaikan dan dapat melebihi batas normalnya
(Anies,
2018).
b. Keturunan
Orangtua yang mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi ada kemungkinan
c. Jenis Kelamin
Pria yang berusia 45 tahun lebih berisiko terkena tekanan darah tinggi
d. Faktor Olahraga
Orang yang tidak pernah melakukan berbagai olahraga akan lebih berisiko terkena
tekanan darah tinggi. Jika tidak pernah melakukan olahraga akan menyebabkan
jantung menjadi tidak sehat. Hal ini berakibat jantung tidak bisa memompa darah dan
akan mengakibatkan aliran darah di dalam tubuh menjadi tidak lancar (Anies, 2018).
e. Pola Makan
Pola makan yang buruk atau tidak sehat merupakan salah satu penyebab orang
terkena tekanan darah tinggi. Seseorang yang sering mengonsumsi makanan- makanan
yang menpunyai kadar lemak tinggi akan berisiko terkena hipertensi. Makanan yang
berlemak tinggi akan membuat penyumbatan di pembuluh darah sehingga tekanan
f. Minum Alkohol
Minum beralkohol sangat tidak baik untuk kesehatan tubuh. Jika Anda sering
meningkatkan kadar
trigliserida dalam darah. Padahal trigliserida adalah kolesterol yang jahat dan dapat
menyababkan tekanan darah menjadi naik secara drastis
(Anies, 2018).
g. Stres
Faktor lain yang penting adalah stres emosional. Orang sering mengalami stres
biasanya tekanan darahnya akan menjadi naik. Jika orang sedang stres, hormon
adrenalin dalam tubuhnya akan meningkat sehingga akan menyebabkan tekanan darah
di dalam tubuh menjadi naik. Oleh karena itu, Anda harus sering melakukan
refreshing untuk menyegarkan otak Anda agar tidak mengalami stres yang berlarut-
larut
(Anies, 2018).
4. Patofisiologis Hipertensi
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara faktor genetik dan
hipertensi disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan atau peningkatan volume
darah. Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer (faktor herediter diperkirakan
meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer). Meliputi reseptor angiotensin II, gen
angiotensin dan rennin, gen sintetase oksida nitrat endothelial, gen protein reseptor
kinase, gen reseptor adrenergic, gen calcium transport dan natrium hydrogen antiporter
Teori terkini mengenai hipertensi primer meliputi peningkatan aktivitas sistem saraf
simpatis (SNS) yaitu terjadi respons maladaptif terhadap stimulasi saraf simpatis dan
perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap,
(perubahan struktural pada dinding pembuluh darah), memediasi kerusakan organ akhir
pada jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal. Defek pada transport garam dan air
urodilatin, dan endotelin dan berhubungan dengan asupan diet kalsium,magnesium, dan
kalium yang rendah. Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin ditemukan
pada banyak pasien hipertensi yang tidak memiliki diabetes klinis. Resistensi insulin
berhubungan dengan penurunan pelepasan endhothelial oksida nitrat dan vasodilator lain
serta mempengaruhi fungsi ginjal. Resistensi insulindan kadar insulin yang tinggi
meningkatkan aktivitas SNS dan RAA. Beberapa teori tersebut dapat menerangkan
diuretik, dan obat- obatan ekperimental baru yang mengatur ANF dan endotelin
( Manuntung, 2018).
Menurut AHA American Heart Association (2017) bahwa Pada pemeriksaan fisik,
tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus). Menurut
Price (2006), gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit
tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan
pusing.
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah,
jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga
berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat
jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan
kesadaran hingga koma. sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga. Kadang - kadang disertai mual dan
muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah intrakranial (Khusnul Khotimah,
2018).
6. Komplikasi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah - daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri - arteri otak yang mengalami arterrosklerosis dapat melemah sehingga
2018).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba- tiba, seperti orang bingung,
limbung dan bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah
atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan
dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia. Hipoksia jantung, dan peningkatan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-
paru menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema ( Manuntung, 2018).
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).
Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron -
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000 ).
7. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Divine (2012) beberapa obat farmakologi yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi yaitu:
a. Diuretik
Jenis obat ini adalah obat yang mempengaruhi ginjal. Kadar garam di dalam tubuh
dikeluarkan bersamaan dengan zat cair yang ditahan oleh garam. Biasanya tidak ada
efek samping yang mengganggu, tetapi efek tambahan dari diuretik adalah tidak saja
garam yang dikeluarkan dari tubuh, tetapi zat penting seperti kalium juga ikut keluar.
tubuh, juga dapat membuat jantung berdetak lebih lambat dan tidak begitu keras dalam
memompa.
mengurangi aliran darah. Pengaruh penurunan tekanan darah dari obat ini bisa singkat,
bisa juga lama. Penurunan singkat tidak direkomendasikan pada tekanan darah tinggi,
sebab kontrolnya tidak menentu, dan beberapa laporan mengaitkan dengan pengaruh
pengobatan ini juga memiliki efek samping. Efek samping yang sering timbul adalah
hipertensi non farmakologi adalah dengan modikasi gaya hidup antara lain:
a. Penurunan berat badan
Menurunkan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik (5- 20mm) /
penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pingangg < 94 cm untuk pria dan < 80 cm
untuk wanita, indeks massa tubuh < 25 kg/m 2 rekomendasi penurunan berat badan
makan DASH dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Lebih banyak makan buah,
sayuran dan produk susu rendah lemak dengan kadungan lemak jenuh lebih sedikit, kaya
Retensi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg.
d. Latihan fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi- termasuk aktivitas yang dilakukan saat
bekerja, bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam
kegiatan rekreasi. Istilah "aktivitas fisik" tidak boleh disamakan dengan "olahraga/latihan
berulang, dan bertujuan untuk memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih
komponen kebugaran fisik. Selain olahraga, aktivitas fisik lain apa pun yang dilakukan
selama waktu senggang, untuk transportasi menuju ke dan dari tempat, atau sebagai
bagian dari pekerjaan seseorang, memiliki manfaat kesehatan. Selanjutnya, aktivitas fisik
baik intensitas sedang maupun kuat dapat meningkatkan kesehatan (WHO, 2018).
C. Senam Hipertensi
1. Pengertian
Olahraga atau latihan fisik pada penderita hipertensi dapat menurunkan berat badan,
(LDL< 200 mg/dl) dan meningkatkan High-density lipoprotein (HDL> 40 mg/dl) sehingga
mencegah penyakit jantung koroner apabila latihan fisik ini dilakukan secara benar dan
teratur. Metabolisme tubuh, keseimbangan cairan dan eletrolit serta asam basa akan
membantu menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Semua jenis olahraga dan
aktivitas ringan sangat bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif seperti senam
hipertensi yang merupakan olahraga ringan mudah dilakukan dan tidak memberatkan pada
lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh lanjut usia agar tetap bugar dan segar,
karena senam ini mampu melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara
optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Anwari (2018) juga menyatakan bahwa Senam
hipertensi merupakan olahraga yang salah satunya bertujuan untuk meningkatkan aliran
darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap
otot jantung. Senam hipertensi dengan frekuensi latihan 1 kali seminggu dalam 3 minggu
dengan lama latihan 4 – 12 menit efektif menurunkan tekanan darah pada lansia.
Hernawan dan Fahrun (2017), dalam jurnalnya mengatakan dengan senam atau
berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses pembentukan
energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi
berisitirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang, dan aliran darah akan turun.
Jika melakukan olahraga secara rutin dan terus menerus, maka penurunan tekanan darah
akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisnme
penurunan tekanan darah setelah berolah raga adalah karena olahraga dapat merilekskan
pembuluh- pembuluh darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah
akan turun.
Efek senam hipertensi terhadap pembuluh darah adalah pembuluh darah akan melebar
(Vasodilatasi), saraf simpatis dan parasimpatis pembuluh darah akan disekatnya, panas
tubuh akan melebarkan pembuluh darah, dan elastisitas dinding pembuluh darah yang baik
Kecepatan denyut jantung adalah salah satu faktor yang paling mudah dipantau yang
memperlihatkan baik respons segera terhadap senam maupun adaptasi jangka panjang
terhadap program senam tertentu. Sewaktu seseorang melakukan gerak badan (senam) sel
- sel otot yang aktif menggunakan lebih banyak oksigen yang menunjang peningkatan
kebutuhan energi yang digunakan pada waktu senam. Kecepatan denyut jantung meningkat
untuk menyalurkan lebih banyak darah beroksigen keotot. Jantung beradaptasi terhadap
olahraga teratur dengan intensitas dan durasi yang cukup, dengan meningkatkan kekuatan
dan efisiensinya, sehingga jantung dapat memompa lebih banyak darah per denyutnya.
Setelah mengikuti senam denyut nadi menjadi lebih rendah dan tekanan darah menjadi
berkurang, minimal ada penurunan darah, meskipun belum maksimal. Diharapkan setelah
mengikuti latihan senam ini, para penderita hipertensi dapat lebih mengurangi kenaikan
tekanan darah, darah lebih dapat meminimalisasi terjadinya serangan jantung dan
Senam atau latihan olahraga bisa menurunkan tekanan darah karena latihan itu
pembuluh- pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan
melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Senam atau latihan olahraga juga dapat
menyebabkan aktivitas saraf, reseptor hormon, dan hormon- hormon tertentu menurun.
Bagi penderita hipertensi latihan olahraga tetap cukup aman. Catatan khusus untuk
Penatalaksanaan Farmakologis:
penderita tekanan darah tinggi berat, misalnya
1) A CE dengan
inhibitorstekanan tekanan darah sistolik lebih
2) Angiostensi receptor
tinggi dari 180 mmHg dan blockers (ARB)
tekanan darah diastolik lebih tinggi dari 110 mmHg, sebaiknya
3) Β -Blockers
4) Calcium Channel Blockers
tetap menggunakan obat- obatan penurun tekanan darah
5) Thiazide-type dari dokter
diuretics sebelum memulai
Hipertensi Sekunder
F. Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau teori -
teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu, kerangka konsep ini terdiri dari
variabel- variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain. Dengan adanya
penelitian ini, variabel independen adalah senam hipertensi dan variabel dependen adalah
penurunan tekanan darah. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah usia,
keturunan, jenis kelamin, faktor olahraga, pola makan, minum alkohol dan stress. Namun,
pada variabel perancu, peneliti membatasi faktor yang mempengaruhi hipertensi yaitu usia
dan pendidikan.
Variabel Perancu
Pendidikan
BAB III
METODE PENELITIAN
(experiment), yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul sebagai
Jenis desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Pra experiment dengan one
group pretest and posttest design. Menurut Notoatmodjo (2018), one group pretest and
posttest design adalah rancangan yang tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi
paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji
Secara bagan, desain kelompok tunggal desain pretest dan posttest dapat dilihat pada
25
X : Senam Hipertensi
2. Tempat
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmojo,
2018). Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh lansia perempuan yang menderita
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoadmojo, 2018). Jenis sampel pada penelitian ini adalah non probability dengan
teknik purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2018), ukuran sampel yang layak dalam
Peneliti menetapkan jumlah sampel penelitian ini sebesar 30 responden sesuai dengan
sampel yang drop out, maka dilakukan koreksi sebesar 10% (Sastroasmoro dan Ismail,
2011). Besar sampel ditambah dengan antisipasi drop out sebesar 10% sehingga sampel
minimal yang diperlukan adalah 33 responden sesuai dengan kriteria tertentu. Adapun
kriteria yang dimaksud adalah krieria inklusia dan ekslusi sebagai berikut
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria ekslusi
3) Hipertensi berat: tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg dan atau tekanan
Menurut Sugiyono (2018), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
1. Variabel independen
2. Variabel dependen
dependen dalam penelitian ini adalah penurunan nilai tekanan darah pada lansia
perempuan
E. Definisi Operasional
Definisi Opferasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang
(Notoatmodjo, 2018).
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2018). Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah SOP
senam hipertensi, video senam hipertensi, laptop dan speaker untuk melakukan senam
hipertensi sedangkan pengukuran perubahan nilai tubuh tekanan darah dengan menggunakan
Data yang telah terkumpul melalui perubahan nilai tekanan darah lansia, diedit, dan
diberi pengkodean baru kemudian diolah. Selanjutnya data dianalisis untuk menghubungkan
variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data dilakukan melalui komputerisasi, yang
berikut :
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau
kuesioner tersebut:
lainnya.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit dan disunting, selanjutnya dilakukan peng ”kodean”
atau “Coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan.
3. Processing
Data, yakni jawaban- jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk
“kode” (angka atau huruf ) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer. Salah satu
paket program yang paling sering digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket program
SPSS for Window.
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu
I. Analisa data
yaitu :
1.Analisis univariat
setiap variabel penelitian. Bentuk analisis unvariate tergantung dari jenis datanya. Untuk
data numeric digunakan nilai mean atau rata- rata, median dan standar deviasi. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari
tiap variabel.
(Notoatmodjo, 2018).
2.Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi. Melihat dari hasil uji statistik akan dapat
(Notoatmodjo, 2018).
Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis pengaruh senam
hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan menggunakan uji
Etika penelitian masih dalam bentuk usulan. Menurut Vasra (2015), etika penelitian
1. Informed Consent
Setiap responden memiliki hak secara otonomi untuk membuat suatu keputusan secara
sadar untuk berpartisipasi atau tidak dalam suatu penelitian. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang
suami/keluarga.
2. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga oleh peneliti dan
3. Justice
Semua responden yang terlibat dalam penelitian ini diperlakukan secara adil dan
mendapatkan hak yang sama, tidak ada perbedaan prioritas pada setiap sampel.
4. Anonimity
Asas anonimitas dalam penelitian yaitu peneliti menjaga nama responden. Hal ini dapat
dilihat pada lampiran bagian master tabel, peneliti hanya menggunakan nomor responden
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasi
l Penelitian
Kelurahan Cibogo mempunyai luas 6,4 km2, sebagian besar terdiri dari dataran rendah,
sebagian kecil rawa-rawa, relatif mudah dijangkau, hanya Dusun Sungai Hitam (Rt.5
Rw.9)
Puskesmas Pakjo didirikan tahun 1971 merupakan puskesmas non inpres, tanah wakaf
Pada mulanya beroperasi sebagai Balai Pengobatan / KIA dipimpin oleh berturut turut
d. dr. Pasiha
e. dr.Nurlela Atika
f. dr.Taskiroh
Pembantu :
Didirikan tahun 1987 dari dana inpres tanah wakaf dari Bapak M. Said, terletak di
Didirikan tahun 1980 dari dana inpres. Tanah merupakan hibah dari
Stanvac, terletak di Jalan Sei Talo dan Rehab pada tahun 2019
a. Pendaftaran
b. Poli Umum
c. Poli Lansia
d. Poli KB
e. Poli KIA
f. Poli PTM
g. Laboratorium
h. Apotik
Lantai 2 :
a. Poli MTBS
c. Poli Gigi
d. Poli PKPR
e. Ruang Pimpinan
Puskesmas Ciseeng berstatus Akreditasi Madya yang penilaian akreditasi dilakukan pada
tanggal 04 september – 6 september tahun 2019 oleh tim surveyor dan Kementerian
Adapun sarana dan prasarana yang ditambah di Puskesmas Ciseeng tahun 2017 –
2019 adalah :
a. Ruang ASI
b. Ruang UGD
c. Custemer Service
d. Ruang Pertemuan
e. Ruang Pemeriksaan TB
f. Penggunaan Simpus
i. Tersedianya 2 APAR
j. Poli PTM
k. Poli PKPR
a. Visi
b. Misi
B. Hasil Penelitian
Gambaran umum responden dalam penelitian ini yaitu jumlah responden penelitian
sebanyak 33 orang lansia yang mengalami hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada
kelompok lansia yang mengalami hipertensi yang diajarkan untuk melakukan senam
hipertensi. Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan teknik purposive sampling
yaitu sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi pada saat penelitian. Gambaran
Tabel 4.1
Gambaran Karakteristik Responden
No Variabel N %
1 Usia Ibu
Pra Lansia 17 51,5
Lansia 16 48,5
Total 33 100
2 Pendidikan
SD 3 9,1
SMP 14 42,4
SMA 12 36.4
PT 4 12.1
Total 33 100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 33 responden mayoritas
PraLansia (45 – 59) tahun sebanyak 17 responden (51,5%) dan berpendidikan SMP
2. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentase dari
variabel independen ( senam hipertensi ) dan variabel dependen ( penurunan nilai tekanan
Menurut American Heart Association dan Joint National Comitte VIII (AHA & JNC
Berikut ini analisis data univariat ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Hipertensi
Pada Lansia Perempuan Sebelum Dilakukan Senam Hipertensi di
Puskesmas Ciseeng Kota Bogor Tahun 2020
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Hipertensi
Pada Lansia Perempuan Setelah Dilakukan Senam Hipertensi di
Puskesmas Ciseeng Kota BogorTahun 2020
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa setelah dilakukan senam hipertensi
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen
( senam hipertensi ) dengan variabel dependen ( penurunan nilai tekanan darah pada lansia
Wilcoxon Signed Rank Test, p value 0,000 dengan tingkat α ≤ 0,05 maka terdapat pengaruh
yang bermakna antara variabel independen ( senam hipertensi ) dengan variabel dependen (
penurunan nilai tekanan darah pada lansia perempuan ), jika p value > α maka tidak
Tabel 4.4
Perbedaan Nilai Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberikan
Senam Hipertensi pada Lansia Perempuan di Puskesmas Ciseeng Kota
Bogor Tahun 2020
Posttest
Pre Hipertensi 1 Hipertensi 2 Jumlah p
Hipertensi Value*
N % N % N %
Hipertensi 1 14 42,4 3 9,1 0 0 17 51,5
Pretest Hipertensi 2 2 6,1 12 36,4 2 6,1 16 48,5 0,000
Total 16 48,5 15 45,5 2 6,1 33 100
*Wilcoxon sign rank test
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa perbedaan nilai tekanan darah
sebelum dan setelah dilakukan senam hipertensi pada lansia perempuan didapatkan bahwa
setelah diberikan senam hipertensi terjadi penurunan nilai tekanan darah menjadi
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciseeng kota Bogor pada bulan Januari - Maret
20201 dengan frekuensi latihan 1 kali seminggu selama 3 minggu dengan lama latihan 4- 12
menit. Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia perempuan yang mengalami
hipertensi. Pengambilan sampel mengunakan teknik purposive sampling dengan cara peneliti
menentukan sampel sesuai dengan kriteria inklusi. Data responden diperoleh dengan
Selanjutnya data yang telah dikumpulkan diolah analisis data yang terdiri dari analisis
Wilcoxon Signed Rank Test dengan batas kemaknaan α = 0,05 dimana analisis data dilakukan
untuk melihat tingkat kemaknaan masing-masing variabel. Yaitu variabel independen (Senam
1. Karakteristik Responden
Diketahui dari hasil analisis karakteristik usia dari 33 responden semuanya berjenis
tinggi untuk mengalami hipertensi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal yang
lebih besar yang terdapat di dalam tubuh perempuan dibandingkan laki- laki, yang dapat
menyebabkan peningkatan lemak dalam tubuh dan obesitas, yang dapat menyebabkan
berkurangnya aktivitas pada kaum perempuan. Perempuan lebih banyak terpejan stressor
dibanding laki – laki. Hal ini diduga karena adanya perbedaan hormon, pengaruh
melahirkan, ditinggalkan orang terdekat dan perbedaan stressor psikososial antara laki- laki
dan perempuan.
Diketahui dari usia lansia yang mengalami hipertensi sebagian besar berada pada
bertambahnya usia tubuh akan mengalami penurunan elastisitas pada pembuluh darah
sehingga tekanan darah secara otomatis akan naik dan cenderung tidak stabil. Proses
kekuatan otot, hingga kekuatan jantung memompa darah sehingga harus diimbangi dengan
Diketahui lansia yang menderita hipertensi sebagian besar berpendidikan SMP terdapat
tekanan darah pada penelitian ini ada hubungan yang bermakna. Tingginya risiko terkena
pengetahuan pada pasien yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau
lambat menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas sehingga berdampak
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji wicoxon menunjukkan p value 0,000 (ρ<0,05)
artinya ada perbedaan yang bermakna nilai tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan
senam hipertensi, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh senam hipertensi terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia perempuan di Puskesmas Pakjo Kota Palembang
Tahun 2020.
Menurut Frilyan (2011), Hipertensi pada lansia erat hubungannya dengan proses menua
pada seseorang. Disini terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah,
sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah, keadaan ini diperberat dengan kurangnya
aktifitas fisik. Tekanan darah pada lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau
yang terekam paling atas atau paling pertama dari alat pengukuran tekanan darah.
Hipertensi pada lansia sebagian besar merupakan hipertensi sistol terisolasi (HST), dan
pada umumya merupakan hipertensi primer. Baik HST atau kombinasi sistolik dan
Menurut penelitian Anwari (2018), Salah satu pendekatan non farmakologis yang
digunakan dalam menurunkan tekanan darah adalah senam hipertensi. Olahraga seperti
senam hipertensi mampu mendorong jantung bekerja secara optimal, dimana olahraga
mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana
akibatnya dapat meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan volume sekuncup
yang akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan tekanan darah
arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri meningkat akan terlebih dahulu, dampak dari
fase ini mampu menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan
aktivitas saraf simpatis menurun, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung
menurun, volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena ini mengakibatkan
penurunan curah jantung dan penuruan resistensi perifer total, sehingga terjadinya
Menurut Whyte dan Laughlin (2011), Latihan olahraga dan aktivitas fisik teratur
memiliki hubungan positif yang kuat dengan fungsi vaskular dan latihan olahraga dapat
memodifikasi struktur vaskular dan fungsi sel vaskular. Salah satu komponen penting dari
diyakini sebagai hasil dari peningkatan stress gesekan pada endothelium selama latihan.
vasokonstriktor kuat, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa latihan fisik juga
Dengan demikian, latihan fisik dapat menurunkan resistensi vaskular yang berdampak pada
Terdapat bukti bahwa latihan fisik dapat menyebabkan perubahan pada struktur
pembuluh darah, hasil penelitian longitudinal yang dilakukan Cameron dan Dart (1994)
menyatakan bahwa terdapat penurunan dari ketebalan intima-media pada pembuluh darah
setelah latihan fisik. Hal ini juga dapat berkontribusi terhadap menurunnya tekanan darah.
responden. Kemudian menganjurkan responden melakukan metode ini selama 4-12 menit.
Metode ini dilakukan untuk membantu meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke
dalam otot – otot jantung dan dapat merilekskan pembuluh darah. Dengan demikian
didapatkan hasil apakah hipertensi yang dialami dapat berkurang atau tidak setelah
hipertensi 1 sebanyak 17( 51,5% ) dan responden dengan kategori 2 sebanyak 16 ( 48,5% ).
Kemudian setelah melakukan senam hipertensi sebagian besar responden dengan kategori
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Anwari (2018) di
desa putat nutug mengenai pengaruh senam anti hipertensi lansia terhadap penurunan
tekanan darah lansia dengan hasil uji statistik ρ value 0,001 (ρ<0,05) yang artinya terdapat
perbedaan nilai tekanan darah lansia sebelum dan sesudah melakukan senam hipertensi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hernawan dan Fahrun (2017).
Hasil dari penelitian ini adalah tekanan darah sebelum pemberian intervensi sebagian besar
adalah prehipertensi (39%) dan tekanan darah setelah pemberian intervensi sebagian besar
normal (56%), Sehingga terdapat pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah lansia
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sianipar dan Desi (2018).
Dari hasil penelitian didapatkan nilai p value adalah 0,000 ( ρ <0,05) yang berarti terdapat
pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di puskesmas
ciseeng.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, setelah melakukan senam hipertensi
terdapatnya perbedaan yang bermakna nilai tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan
senam hipertensi pada lansia perempuan di Puskesmas ciseeng Tahun 2020. Senam
hipertensi dapat bermanfaat dalam menurunkan nilai tekanan darah pada lansia yaitu
dengan melakukan senam hipertensi maka kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat
dan pada fase istirahat pembuluh darah akan dilatasi, aliran darah
akan menurun sehingga pembuluh darah akan elastis dan dengan melebarnya pembuluh
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan yang dimiliki peneliti diantaranya waktu
penelitian yang terlalu singkat dan terbatas. Selain itu, terdapat faktor-faktor yang tidak
dikendalikan yaitu usia ,pendidikan, konsumsi garam, konsumsi makanan tinggi lemak, dan
stress sehingga apabila tidak terkontrol maka dapat meyebabkan tekanan darah responden
meningkat atau tetap.