Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.

1 (2016)

PENDEKATAN EKSPLORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Ersa Novianti1, Isrok’atun2, Yedi Kurniadi3

123Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang


Jl. Mayor Abdurahman No. 211 Sumedang
1Email: ersa.novianti@student.upi.edu
2Email: isrokatun@gmail.com
3Email: yedikurniadi@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SD.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah pendekatan eksploratif, yang
juga memiliki kecenderungan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi
belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen, dengan desain kelompok kontrol
pretes-postes. Populasi dari penelitian ini yakni seluruh siswa kelas V SD di Kecamatan Cimalaka,
dengan sampel siswa kelas V SDN Cimalaka II dan SDN Cilimbangan. Instrumen yang digunakan adalah
tes kemampuan pemecahan masalah matematis, skala sikap motivasi belajar, lembar observasi kinerja
guru dan aktivitas siswa, serta angket terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa termasuk ke dalam kategori
rendah. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan eksploratif lebih baik daripada siswa
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.
Kata kunci: Pendekatan eksploratif, pemecahan masalah matematis, motivasi belajar siswa.
.
PENDAHULUAN Alasan pentingnya matematika dijadikan
Sekolah Dasar (SD) merupakan lembaga mata pelajaran pokok, dapat disebabkan
pendidikan formal yang pertama kali harus karena setiap konsep yang dipelajari dalam
ditempuh oleh seorang individu. Didalamnya matematika memiliki peran penting dalam
memuat sembilan mata pelajaran yang harus disiplin ilmu lainnya, termasuk dalam
diselesaikan oleh siswa. Adapun dalam setiap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
jenjang pendidikan formal, mata pelajaran Teknologi (IPTEK). Sejalan dengan yang
matematika umumnya selalu menjadi salah dikemukakan oleh Ruseffendi (1990) bahwa,
satu mata pelajaran wajib yang harus setiap konsep dalam matematika memiliki
dipelajari oleh siswa. Sejalan dengan kontribusi dalam bidang studi lain di luar
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang matematika itu sendiri.
sistem pendidikan nasional Pasal 37
menyatakan bahwa, “Matematika Maulana (2011) mengemukakan bahwa
merupakan salah satu mata pelajaran wajib salah satu kemampuan matematis yang
bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar ditargetkan dalam kurikulum matematika
dan menengah”. dan harus dicapai oleh siswa
adalahkemampuan pemecahan masalah

401
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi

matematis.Hal ini didukung dengan siswa dalam menyelesaikan persoalan


Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang matematika di Indonesia masih cukup
SKL untuk satuan pendidikan dasar yang rendah. Salah satu bukti yang menunjang
menyebutkan bahwa, kemampuan adalah hasil laporan Trends in International
matematika yang ditargetkan pada akhirnya Mathematics and Science Study (TIMSS)
selalu merujuk kepada kemampuan (dalam Hasanah, 2015) pada tahun 2011
menerapkan konsep matematika dalam yang menunjukkan bahwa skor matematika
pemecahan masalah maupun dalam siswa Indonesia hanya 386 dari standar skor
kehidupan sehari-hari. Pembahasan 500.
mengenai penguasaan kemampuan
pemecahan masalah juga didukung oleh Mullis, Martin, Ruddock, O’Sullivan dan
pendapat Ruseffendi (1990) bahwa Preuschoff (dalam Shodiq, Dafik, dan I Made,
pentingnya penguasaan kemampuan 2015) mengungkapkan bahwa TIMSS dapat
pemecahan masalah tidak rutin sebagai salah dijadikan bahan rujukan rendahnya
satu bagian dari lima kemampuan matematis kemampuan pemecahan masalah matematis
dikarenakan oleh beberapa hal berikut, karenaterdapat dua domain yang diujikan
antara lain: pengetahuan dan kemampuan dari soal TIMSS. Domain konten merupakan
seseorang mengenai matematika itu tidak penilaian yang diambil dari materi-materi
akan banyak artinya bila dirinya tidak mampu yang termuat dalam matematika. Domain
mengaplikasikannya dalam menyelesaikan kognitif merupakan penilaian yang
permasalahan baru lainnya. berdasarkan pada tiga aspek kemampuan
berpikir siswa, yaitu dari aspek knowing
Kemampuan pemecahan masalah juga (35%) meliputi mengingat, mengenali,
memiliki kontribusi positif bagi menghitung, mengukur, mengklasifikasi,
perkembangan berpikir siswa. Hal ini mengurutkan; aspek applying (40%) meliputi
didukung oleh pendapat Sumarmo (dalam merepresentasi, memodelkan, menerapkan,
Fauziah, 2010, hlm. 2) bahwa, “Proses memecahkan masalah rutin; aspek reasoning
berpikir dalam pemecahan masalah (25%) meliputi menganalisa,
memerlukankemampuan mengorganisasikan menggeneralisasi/menspesialisasi,
strategi. Hal iniakan melatih orang berpikir mengintegrasi/mensintesis, memberi alasan,
kritis, logis, kreatifyang sangat diperlukan memecahkan soal tidak rutin.
dalam menghadapiperkembangan
masyarakat”. Sumarmo (dalam Fauziah, Di samping laporan tersebut, rendahnya
2010) mengemukakan, pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis
kemampuan pemecahan masalah juga juga dapat dilihat dari hasil ujicoba terbatas
dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa terhadap beberapa siswa SD di Cimalaka
kegiatan pemecahan masalah adalah jantung pada tahun 2016. Sampel yang diambil untuk
kegiatan matematika. Masalah juga uji coba terbatas adalah sebanyak 33 siswa,
dipandang sebagai hal yang paling dekat di mana rata-rata yang diperoleh siswa yaitu
dengan kehidupan manusia. Bahkan tujuan sebesar 0,23.
dari kemampuan pemecahan masalah itu Rendahnya kemampuan pemecahan
sendiri melatarbelakangi tujuan dari masalah matematis tersebut didorong oleh
matematika, yaitu supaya siswa mampu belum terbiasanya siswa dalam
menyelesaikan masalah. menyelesaikan permasalahan tidak rutin.
Akan tetapi, secara umum hasil studi di Sebagian siswa masih ada yang belum
lapangan menunjukkan bahwa kemampuan mampu mengidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui dan diperlukan untuk

402
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

menyelesaikan permasalahan. Padahal tersebut juga memerlukan penemuan dan


secara operasional setiap indikator pengorganisasian sendiri oleh siswa.
menunjukkan bahwa penguasaan
kemampuan pemecahan masalah matematis Adapun salah satu konsep pendekatan yang
mencerminkan perlunya kemampuan dapat digunakan dalam kegiatan
menyusun strategi berpikir yang bersifat pembelajaran adalah pendekatan eksploratif.
runtut hingga pada akhirnya menjadi sebuah Pendekatan eksploratif merupakan salah
kesatuan. satu pendekatan yang berlandaskan pada
teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme
Berdasarkan fakta tersebut, maka diperlukan merupakan teori yang mendukung
sebuah inovasi dalam melaksanakan suatu pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
kegiatan pembelajaran, dengan berpusat pada siswa. Sagala (2006, hlm. 88)
harapankemampuan pemecahan masalah mengemukakan bahwa, “Dalam pandangan
matematis siswa dapat tumbuh dan konstruktivisme, pembelajaran harus
berkembang dengan lebih baik. Upaya dikemas menjadi proses mengkonstruksi
meningkatkan kemampuan pemecahan bukan menerima pengetahuan.” Hal ini
masalah siswa melalui pembelajaran dalam sesuai dengan salah satu prinsip pendekatan
matematika, diharapkan dapat mengarahkan eksploratif yang menyatakan bahwa
siswa untuk memiliki sensitivitas dalam “…learners can and should take control of
menyelesaikan permasalahan-permasalahan their own learning…”(Rieber dalam Bidarra
pengukuran, maupun perhitungan, dan Olimpio, 2010, hlm. 174). Artinya, dalam
khususnya pada matematika itu sendiri dan pendekatan eksploratif siswa diberikan
lebih luas lagi pada mata pelajaran lainnya. kesempatan untuk mengambil kontrol
sendiri dalam kegiatan pembelajaran yang
Huda (2013, hlm. 5) mengemukakan bahwa,
diikutinya dengan maksud agar siswa dapat
“Pembelajaran yang seringkali menjadi fokus
mengalami langsung proses membangun
riset dan studi selama ini di antaranya adalah
pengetahuan di dalam benaknya.
pembelajaran bersifat psikologis,
pembelajaran merupakan proses interaksi Pendekatan eksploratif sendiri terdiri dari
antara individu dan lingkungan sekitarnya, lima tahapan, antara lain: tahap pemberian
dan pembelajaran merupakan produk dari masalah, tahap eksplorasi individu, tahap
lingkungan eksperimental seseorang”. presentasi, tahap eksplorasi kelompok, serta
Berdasarkan pendapat tersebut dapat tahap diskusi (Dwirahayu, 2013). Setiap siswa
diartikan bahwa kegiatan pembelajaran itu diberikan kesempatan untuk mengalami
akan menghasilkan sebuah pencapaian yang belajar aktif melalui kegiatan penemuan
baik ketika kegiatan tersebut mampu pengetahuan baru baik itu melalui kegiatan
memfasilitasi aspek psikologis seorang penyelidikan secara individual, maupun
individu (siswa), dan mampu menumbuhkan secara berkelompok. Kegiatan belajar yang
keaktifan siswa (siswa mengalami, mencoba dilaksanakan dengan diawali pemberian
secara langsung) dalam setiap penemuan masalah dan penerapan karakteristik serta
pengetahuan barunya. prinsip dari pendekatan eksploratif itu
sendiri diharapkan mampu menumbuhkan
Pentingnya pembelajaran yang mendorong
sensitivas siswa dalam memecahkan
siswa untuk mampu menemukan sendiri
permasalahan khususnya yang bersifat
konsep pelajaran turut didukung oleh
matematis. Di samping aspek kognitif,
pendapat Fosnot (dalam Van de Walle, 2008)
pelaksanaan tahapan pendekatan eksploratif
yang mengemukakan bahwa, belajar
dalam kegiatan pembelajaran juga
merupakan proses pengembangan, proses

403
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi

diharapkan dapat menumbuhkembangkan Instrumen Penelitian


motivasi belajar siswa. Sebab kegiatan Instrumen yang digunakan untuk
eksplorasi mendukung timbulnya rasa ingin mengumpulkan databerjumlah lima buah.
tahu siswa, yang pada akhirnya diharapkan Pertama, tes kemampuan pemecahan
mampu menumbuhkan dorongan dari dalam masalah matematis yang diberikan kepada
diri siswa untuk tetap persisten dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
belajar guna memperoleh pengetahuan Bentuknya berupa tes uraian, dan ditujukan
maupun pengalaman baru saat belajar. untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis
Berdasarkan uraian tersebut, maka sebagai siswa pada materi perkalian dan pembagian
perwujudan nyata dalam menciptakan pecahan.Aspek kemampuan pemecahan
suasana kegiatan pembelajaran yang bersifat masalah matematis yang akan diukur adalah:
student-centered, dan dapat menumbuhkan memahami masalah yang diukur melalui 13
kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi butir soal, merencanakan penyelesaian
siswa dilakukan sebuah penelitian dengan masalah diukur melalui 7 butir soal, dan
judul sebagai berikut. “Pendekatan melaksanakan penyelesaian masalah diukur
Eksploratif untuk Meningkatkan Kemampuan melalui 5 butir soal.
Pemecahan Masalah Matematis dan
Motivasi Belajar Siswa (Penelitian Kedua, skala sikap motivasi belajar yang
Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN diberikan kepada kedua kelas sebagai pretes
Cimalaka II dan SDN Cilimbangan di dan postes dengan jumlah soal sebanyak 24
Kecamatan Cimalaka, Kabupaten butir.Adapun bentuk penskoran yang
Sumedang)”. digunakan adalah SS=5, S=4, TS=2, STS=1
bagi suatu pernyataan positif, dan skor
METODE PENELITIAN
sebaliknya bagi suatu pernyataan negatif.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini Instrumen ketiga dan keempat, yaitu lembar
adalah metode eksperimen. observasi yang meliputi lembar observasi
terhadap kinerja guru ketika melaksanakan
Lokasi Penelitian
kegiatan pembelajaran baik di kelas kontrol
Lokasi penelitian ini bertempat di dua SD.
maupun kelas eksperimen, dan observasi
SDN Cilimbangan di Dusun Cilimbangan,
terhadap aktivitas, serta sikap/perilaku siswa
Desa Naluk, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten
saat kegiatan belajar di kelas berlangsung.
Sumedang dan SDN Cimalaka II di Dusun
Berikutnya yaitu angket terbuka yang
Licin, Desa Licin, Kecamatan Cimalaka,
dimaksudkan untuk memperoleh data
Kabupaten Sumedang.
mengenai bagaimana pendapat siswa
mengenai kegiatan pembelajaran di kelas
Subjek Penelitian
eksperimen, dan mengenai faktor-faktor apa
Populasi dari penelitian ini adalahseluruh
saja yang dapat membantu siswa maupun
siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
menghambat siswa untuk memahami materi
Kecamatan Cimalaka yang secara kognitif
yang diberikan dengan menggunakan
berada dalam golongan kelompok papak
pendekatan eksploratif.
(sedang).Sampel dalam penelitian ini adalah
kelas V di SDN Cimalaka II sebagai kelas Teknik Pengolahan dan Analisis Data
eksperimen dan kelas V di SDN Cilimbangan Data yang telah terkumpul kemudian diolah
sebagai kelas kontrol. dan dianalisis untuk disimpulkan hasilnya.
Teknik analisis data disesuaikan dengan

404
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

rumusan masalah yang telah dibuat dan Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
dilakukan dengan menggunakan statistik diketahui bahwa interpretasi n-gain
inferensial dan statistik deskriptif. kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa di kelas eksperimen secara
HASIL DAN PEMBAHASAN keseluruhan tergolong kepada kategori
rendah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
Gambaran Kemampuan Pemecahan Masalah
rata-rata nilai n-gain yaitu 0,29 dengan
Matematis Siswa
simpangan baku 0,11. Dengan demikian,
Sebagaimana bunyi dari rumusan masalah
pembelajaran eksploratif dapat
pertama dari dilaksanakannya penelitian ini
meningkatkan kemampuan pemecahan
yaitu “Bagaimana peningkatan kemampuan
masalah matematis siswa. Adapun sebaran
pemecahan masalah matematis siswa yang
data mengenai peningkatan kemampuan
mendapatkan pembelajaran menggunakan
pemecahan masalah matematis siswa di
pendekatan eksploratif?” maka untuk
kelas eksperimen tergolong kepada kategori
menjawab rumusan tersebut dilakukan
rendah dan sedang yang dapat dilihat secara
perhitungan n-gain terhadap data pretes dan
lebih jelas dari diagram berikut.
postes kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa di kelas eksperimen.

N-GAIN KELAS EKSPERIMEN


100
57,14
42,86
50
PERSENTASE
0
SEDANG RENDAH

Gambar 1. Diagram Penyebaran n-gainKemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di


Kelas Eksperimen

Hasil postes menunjukkan bahwa pada bila dibandingkan dengan saat awal
umumnya kemampuan siswa dari indikator pemberian pretes, meskipun hal ini tidak
memahami permasalahan telah berkembang berlaku untuk keseluruhan siswa. Dalam
dengan baik daripada saat pretes. mengidentifikasi apa yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan ini, maka perlu
Adanya kegiatan presentasi juga menjadi diingat bahwa hal yang paling mendasar dari
salah satu faktor dapat berkembangnya kemampuan pemecahan masalah adalah
kemampuan pemecahan masalah matematis diperlukannya kemampuan dalam
siswa, karena siswa menjadi terdorong untuk menganalisis yang baik. Meningkatnya
mengemukakan gagasan penyelesaian kemampuan siswa dalam menerapkan
permasalahan yang lebih baik dan strategi penyelesaian ini dikarenakan pada
mendorong siswa untuk mampu saat eksplorasi individu siswa dibimbing
menjelaskan atau memberikan interpretasi untuk menggunakan pengetahuan
terhadap hasil penyelesaian masalah yang sebelumnya mengenai pola perkalian
diajukannya. bilangan asli untuk dibuat pemodelannya
dalam perkalian bilangan pecahan.
Apabila ditinjau dari indikator menerapkan
strategi penyelesaian, hampir sebagian siswa Mengingat pada umumnya siswa belum
kemampuannya telah berkembang lebih baik terbiasa dengan pola permasalahan yang

405
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

diberikan, maka kemampuan siswa dalam memerlukan visualisasi, imajinasi,


menerapkan strategi penyelesaian masalah manipulasi, analisis, abstraksi, dan
dan kemampuan dalam memberikan penyatuan ide.
penjelasan terhadap hasil yang telah
diperolehnya belum mengalami peningkatan Selanjutnya untuk menjawab rumusan
yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan siswa masalah nomor 2 yang berbunyi “Bagaimana
juga perlu terbiasa dalam mengabstraksi perbedaan peningkatan kemampuan
konsep-konsep nyata yang dapat dibuat pemecahan masalah matematis siswa yang
menjadi pemodelan guna menerapkan mendapatkan pembelajaran menggunakan
strategi penyelesaian masalah. Sejalan pendekatan eksploratif dengan siswa yang
dengan yang dikemukakan oleh Johnson dan menggunakan pembelajaran konvensional?”
Rising (dalam Haryani, 2011), bahwa maka dilakukan uji beda rata-rata terhadap
pemecahan masalah matematis merupakan data pretes kemampuan pemecahan
suatu proses mental yang kompleks yang masalah matematis siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 1. Ringkasan Uji StatistikNilai Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
di Kelas Eksperimen dan Kontrol
Nilai Pretes Uji Statistik Uji Beda Rata-rata
Kelas 𝐧
Rata-rata Simpangan Baku Normalitas (Uji Mann-Whitney)
Eksperimen 35 16,24 5,31 Tidak normal Kemampuan awal siswa
Kontrol 37 14,55 4,23 Tidak normal sama
Keterangan: α = 0,05

Berdasarkan hasil uji beda rata-rata diketahui rata terhadap data postes kemampuan
bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol pemecahan masalah matematis siswa di
berangkat dari kemampuan awal yang sama, kelas eksperimen dan kelas kontrol.
sehingga berikutnya dilakukan uji beda rata-

Tabel 2. Ringkasan Uji Statistik Nilai Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
di Kelas Eksperimen dan Kontrol
Nilai Postes Uji Statistik Uji Beda Rata-rata
Kelas 𝐧
Rata-rata Simpangan Baku Normalitas (Uji Mann-Whitney)
Eksperimen 35 40,49 9,98 Tidak normal
Kemampuan akhir siswa tidak sama
Kontrol 37 31,58 12,07 Tidak normal
Keterangan: α = 0,05

Hasil uji beda rata-rata (Uji Mann-Whitney) yang lebih baik daripada siswa yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mengikuti kegiatan pembelajaran secara
antara kemampuan pemecahan masalah konvensional. Dengan demikian,
matematis akhir siswa di kelas eksperimen pembelajaran matematika dengan
dan kelas kontrol, meskipun pada awalnya menggunakan pendekatan eksploratif lebih
kedua siswa di kelas tersebut memiliki baik daripada pembelajaran konvensional
kemampuan awal yang sama. Siswa di kelas dalam meningkatkan kemampuan
eksperimen yang memperoleh pendekatan pemecahan masalah matematis siswa.
eksploratif saat mengikuti kegiatan
pembelajaran menunjukkan hasil akhir Salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan pemecahan masalah matematis perbedaan peningkatan tersebut karena

407
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi

prinsip serta karakteristik dari pendekatan kesulitan dalam menyelesaikan


eksploratif sesuai dengan teori permasalahan mengenai materi perkalian
perkembangan siswa termasuk cara belajar dan pembagian pecahan dalam bentuk soal
siswa. Siswa di kelas eksperimen diarahkan uraian (cerita).
untuk menemukan kembali konsep dari
perkalian dan pembagian pecahan, sehingga Gambaran Motivasi Belajar Siswa
para siswa lebih memahami konsep inti dari Untuk mengetahui peningkatan motivasi
perkalian dan pembagian pecahan itu belajar siswa setelah mendapatkan
sendiri. Sejalan dengan apa yang pembelajaran dengan menggunakan
dikemukakan oleh Brownell, bahwa belajar pendekatan eksploratif dilakukan
bermakna adalah kegiatan belajar yang di perhitungan n-gain terhadap skor awal dan
dalamnya tidak hanya memberikan latihan- skor akhir motivasi belajar siswa di kelas
latihan pemberian soal atau permasalahan eksperimen. Berdasarkan perhitungan n-gain
kepada siswa. Adapun pelaksanaan diketahui bahwa rata-rata peningkatan
pembelajaran di kelas kontrol hanya motivasi belajar siswa yaitu sebesar 0,19
mengarahkan siswa untuk langsung dengan simpangan baku sebesar 0,13.
mengerjakan soal (menerapkan langkah- Dengan demikian, pembelajaran yang
langkah operasi hitung perkalian dan menggunakan pendekatan eksploratif dapat
pembagian pada soal serupa). Hal ini meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
menyebabkan siswa di kelas kontrol agak kategori rendah.

n-gain MOTIVASI BELAJAR KELAS EKSPERIMEN


100 80
17,14 2,86 PERSENTASE
0
RENDAH SEDANG TETAP

Gambar 2. Diagram Penyebaran Nilai n-gainMotivasi Belajar Siswa di Kelas Eksperimen

Peningkatan motivasi belajar siswa di kelas mempersiapkan dan mempelajari materi


eksperimen di antaranya turut dipengaruhi yang akan diberikan secara bersungguh-
oleh prinsip dari pendekatan eksploratif. sungguh sehingga hal ini mendorong lebih
Adanya tahap eksplorasi kelompok juga lamanya durasi waktu belajar siswa baik itu
memiliki kecenderungan dalam di rumah, maupun di sekolah.
menumbuhkan keuletan dan ketabahan
siswa dalam belajar, karena siswa diberikan Adapun untuk menjawab rumusan masalah
kesempatan untuk berdiskusi dengan teman nomor 4 yang berbunyi “Bagaimana
sebayanya. Kegiatan diskusi ini juga perbedaan peningkatan motivasi belajar
mendorong siswa untuk lebih memahami siswa yang mendapatkan pembelajaran
konsep yang sedang dipelajarinya, sehingga menggunakan pendekatan eksploratif dan
siswa cenderung lebih bersemangat ketika dengan siswa yang menggunakan
mengikuti kegiatan pembelajaran. Tahap pembelajaran konvensional?” maka
pemberian masalah juga menumbuhkan dilakukan uji beda rata-rata terhadap skor
kecenderungan beberapa siswa untuk awal motivasi belajar siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol.

392
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi

Tabel 3. Ringkasan Uji StatistikSkor Awal Motivasi Belajar Siswa


di Kelas Eksperimen dan Kontrol
Skor Awal Uji Statistik
Uji Beda Rata-rata
Kelas 𝐧 Rata- Simpangan
Normalitas (Uji Mann-Whitney)
rata Baku
Eksperimen 35 92,57 9,71 Normal Motivasi belajar awal
Kontrol 37 91,08 16,46 Tidak normal siswa sama
Keterangan: α = 0,05

Dari analisis tersebut diketahui bahwa terhadap skor akhir motivasi belajar siswa di
motivasi belajar awal siswa di kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil
eksperimen dan kelas kontrol berada pada dari uji beda rata-rata skor akhir motivasi
level yang sama, sehingga analisis dilakukan belajar tersebut dapat dilihat dari tabel
dengan melakukan uji beda rata-rata berikut.

Tabel 4. Ringkasan Uji StatistikSkor Akhir Motivasi Belajar Siswa


di Kelas Eksperimen dan Kontrol
Skor Akhir Uji Statistik Uji Beda Rata-
rata Independent
Kelas 𝐧 Simpangan Homogenitas (Uji Sample T-Test
Rata-rata Normalitas
Baku Levene’s) (uji-t sampel
bebas)
Motivasi belajar
Eksperimen 35 97,49 9,34 Normal Varians sama akhir siswa tidak
sama
Kontrol 37 91,73 10,15 Normal
Keterangan: α = 0,05

Berdasarkan hasil uji beda rata-rata dengan berbeda pula dalam menumbuhkan motivasi
pilihan Independent Sample T-Test (uji-t belajar siswa. Siswa yang mengikuti kegiatan
sampel bebas)diketahui bahwa terdapat pembelajaran dengan pendekatan
perbedaan antara motivasi belajar akhir eksploratif lebih terlihat memiliki motivasi
siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, saat melakukan kegiatan eksplorasi individu
meskipun pada awalnya kedua siswa di kelas maupun kelompok.
tersebut memiliki motivasi belajar awal yang
sama. Siswa di kelas eksperimen yang Adapun di kelas kontrol kegiatan belajar
memperoleh pendekatan eksploratif saat hanya terfokus pada pembelajaran yang
mengikuti kegiatan pembelajaran mengerjakan soal-soal rutin, sehingga siswa
menunjukkan hasil akhir motivasi belajar kurang aktif dalam mengkonstruksi
yang lebih baik daripada siswa yang pemahamannya mengenai materi
mengikuti kegiatan pembelajaran secara pembelajaran.
konvensional.

Perbedaan rata-rata skor akhir motivasi Faktor-faktor yang Mendukung atau


belajar siswa antara kelas eksperimen dan Menghambat PembelajaranMatematika
kelas kontrol ini turut dipengaruhi oleh dengan Menggunakan Pendekatan Eksploratif
pendekatan pembelajaran yang berbeda, di Kelas Eksperimen
sehingga masing-masing pendekatan Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran
tersebut memiliki kecenderungan yang dengan menggunakan pendekatan

392
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

eksploratif, terdapat beberapa faktor yang lebih rendah maka siswa juga akan kesulitan
mendukung maupun menghambat untuk memahami materi pada tingkatan
keoptimalan kegiatan pembelajaran. Faktor selanjutnya; Kurang bisa konsentrasi.
yang dapat mendukung siswa dalam
memahami materi diantaranya adanya SIMPULAN
kesempatan yang diberikan untuk berdiskusi
Peningkatan kemampuan pemecahan
dengan teman yang lebih memahami materi,
masalah matematis siswa setelah
karena pendekatan eksploratif dilaksanakan
mendapatkan pembelajaran yang
dengan mengacu pada teori Vygotsky yang
menggunakan pendekatan eksploratif
mengemukakan bahwa belajar merupakan
berdasarkan perhitungan n-gain termasuk
suatu proses yang dibangun dari interaksi
kedalam kategori rendah. Peningkatan
yang dialami siswa dalam lingkungan
kemampuan pemecahan masalah matematis
sosialnya; Kinerja guru yang optimal dalam
siswa yang mendapatkan pembelajaran
melaksanakan pendekatan eksploratif;
dengan menggunakan pendekatan
Adanya LKS yang dapat digunakan sebagai
eksploratif lebih baik daripada siswa yang
salah satu alat untuk mempermudah siswa
mendapatkan pembelajaran secara
dalam memahami konsep pembelajaran;
konvensional.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
karena pembelajaran dirancang sesuai taraf Peningkatan motivasi belajar siswa setelah
perkembangan berpikir siswa (teori Piaget), mendapatkan pembelajaran yang
yaitu adanya media yang dapat digunakan menggunakan pendekatan eksploratif
langsung oleh siswa dalam menemukan berdasarkan perhitungan n-gain termasuk
konsep sekaligus pemberian reward bagi kedalam kategori rendah. Peningkatan
siswa yang berhasil menemukan konsep motivasi belajar siswa yang mendapatkan
penyelesaian; Tahapan dalam pendekatan pembelajaran dengan menggunakan
eksploratif lebih meningkatkan antusiasme pendekatan eksploratif lebih baik daripada
dan motivasi siswa untuk memahami siswa yang mendapatkan pembelajaran
pelajaran. Karena siswa lebih diarahkan secara konvensional.
untuk menemukan konsep (kegiatan
pembelajaran bermakna, dan menumbuhkan Faktor pendukung terlaksananya
rasa ingin tahu siswa). pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan eksploratif yaitu kinerja guru
Faktor yang menghambat siswa dalam yang optimal, adanya LKS serta media yang
memahami materi di antaranya waktu mendukung siswa untuk lebih mudah dalam
eksplorasi kurang banyak; Siswa belum memahami materi, dan minat siswa untuk
terbiasa dengan pelaksanaan kegiatan belajar dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menggunakan eksploratif yang positif. Adapun faktor
pendekatan eksploratif; Kurangnyadaya ingat penghambat terlaksananya pembelajaran
dan pemahamanterhadap perkalian dan dengan menggunakan pendekatan
pembagian, faktor ini menjadi salah satu eksploratif, yaitu sebagian kecil siswa
faktor yang dapat menghambat siswa untuk terkadang masih sulit berkonsentrasi,
memahami konsep yang diajarkan, karena rendahnya pemahaman siswa terhadap
karakteristik dari bentuk pembelajaran materi dasar mengenai perkalian, dan waktu
matematika sendiri menyerupai spiral. penyelesaian LKS yang kurang lama karena
Artinya setiap konsep dalam matematika siswa belum terbiasa dengan pelaksanaan
saling memiliki keterhubungan, ketika siswa pembelajaran yang menggunakan
kesulitan dalam memahami materi yang pendekatan eksploratif.

409
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi

DAFTAR PUSTAKA (MEA). [Online]. Diakses dari:


http://digilib.uin-
Bidarra, J. dan Olimpio, M. (2010). suka.ac.id/17953/2/11600027_bab-i_iv-
Exploratory learning with geodromo: atau-v_daftar-pustaka.pdf. [3 No- vember
design of emotional and cognitive 2015].
factors within an educational cross-media
experience. Journal of Research on Huda, M. (2013). Model-model pengajaran
Technology in Education, 43 (2), hlm. dan pembelajaran: Isu-isu metodis dan
171-183. paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Maulana. (2011). Dasar-dasar keilmuan dan
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: pembelajaran matematika sequel 1. Tidak
Biro Hukum dan Organisasi Sekjen diterbitkan.
Depdiknas.
Ruseffendi, E. T. (1990). Pengajaran
Depdiknas. (2006). Permendiknas Nomor 23 matematik modern dan masa kini untuk
Tahun 2006. [Online]. Diakses dari: guru dan PGSD D2. Bandung:
http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/do Tarsito.
kumen/Permendiknas%20No%2023%20T
ahun%20 2006.pdf. [3 November 2015]. Sagala, S. (2006). Konsep dan makna
pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Dwirahayu, G. (2013). Pengaruh strategi
pembelajaran eksploratif terhadap Shodiq, L. J., Dafik, dan I Made. T. (2015).
peningkatan kemampuan Analisis soal matematika TIMSS 2011
visualisasi, pemahaman konsep geometri, dengan indeks kesukaran tinggi bagi
dan karakter siswa. [Online]. Diakses dari: siswa SMP. [Online]. Diakses dari:
http://a- http://repository.unej.ac.id
research.upi.edu/disertasiview.php?no_di /bitstream/handle/123456789/62569/Arti
sertasi=540. [27 Oktober 2015]. kel%20Semnas%202015%20Lukman%20
%2b%20S ertifikat.pdf?sequence=1. [20
Fauziah, A. (2010). Peningkatan kemampuan April 2016].
pemahaman dan pemecahan masalah
matematik siswa SMP melalui strategi Van de Walle, J. A. (2008). Matematika
REACT. Jurnal forum kependidikan, 30 (1), sekolah dasar dan menengah jilid 2.
hlm. 1-2. Jakarta: Erlangga.

Haryani, D. (2011). Pembelajaranmatematika


dengan pemecahan masalah untuk
menumbuhkembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa. [Online]. Diakses dari:
http://eprints.uny.ac.id/7181/1/PM-
16%20-%20Desti%20Haryani.pdf. [2
November 2015].

Hasanah, O. U. (2015). Peningkatan


kemampuan literasi dan disposisi
matematis siswa SMP melalui pendekatan
pembelajaran Model Eliciting Activities

410

Anda mungkin juga menyukai