1 (2016)
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SD.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah pendekatan eksploratif, yang
juga memiliki kecenderungan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi
belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen, dengan desain kelompok kontrol
pretes-postes. Populasi dari penelitian ini yakni seluruh siswa kelas V SD di Kecamatan Cimalaka,
dengan sampel siswa kelas V SDN Cimalaka II dan SDN Cilimbangan. Instrumen yang digunakan adalah
tes kemampuan pemecahan masalah matematis, skala sikap motivasi belajar, lembar observasi kinerja
guru dan aktivitas siswa, serta angket terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa termasuk ke dalam kategori
rendah. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan eksploratif lebih baik daripada siswa
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.
Kata kunci: Pendekatan eksploratif, pemecahan masalah matematis, motivasi belajar siswa.
.
PENDAHULUAN Alasan pentingnya matematika dijadikan
Sekolah Dasar (SD) merupakan lembaga mata pelajaran pokok, dapat disebabkan
pendidikan formal yang pertama kali harus karena setiap konsep yang dipelajari dalam
ditempuh oleh seorang individu. Didalamnya matematika memiliki peran penting dalam
memuat sembilan mata pelajaran yang harus disiplin ilmu lainnya, termasuk dalam
diselesaikan oleh siswa. Adapun dalam setiap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
jenjang pendidikan formal, mata pelajaran Teknologi (IPTEK). Sejalan dengan yang
matematika umumnya selalu menjadi salah dikemukakan oleh Ruseffendi (1990) bahwa,
satu mata pelajaran wajib yang harus setiap konsep dalam matematika memiliki
dipelajari oleh siswa. Sejalan dengan kontribusi dalam bidang studi lain di luar
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang matematika itu sendiri.
sistem pendidikan nasional Pasal 37
menyatakan bahwa, “Matematika Maulana (2011) mengemukakan bahwa
merupakan salah satu mata pelajaran wajib salah satu kemampuan matematis yang
bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar ditargetkan dalam kurikulum matematika
dan menengah”. dan harus dicapai oleh siswa
adalahkemampuan pemecahan masalah
401
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi
402
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
403
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi
404
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
rumusan masalah yang telah dibuat dan Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
dilakukan dengan menggunakan statistik diketahui bahwa interpretasi n-gain
inferensial dan statistik deskriptif. kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa di kelas eksperimen secara
HASIL DAN PEMBAHASAN keseluruhan tergolong kepada kategori
rendah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
Gambaran Kemampuan Pemecahan Masalah
rata-rata nilai n-gain yaitu 0,29 dengan
Matematis Siswa
simpangan baku 0,11. Dengan demikian,
Sebagaimana bunyi dari rumusan masalah
pembelajaran eksploratif dapat
pertama dari dilaksanakannya penelitian ini
meningkatkan kemampuan pemecahan
yaitu “Bagaimana peningkatan kemampuan
masalah matematis siswa. Adapun sebaran
pemecahan masalah matematis siswa yang
data mengenai peningkatan kemampuan
mendapatkan pembelajaran menggunakan
pemecahan masalah matematis siswa di
pendekatan eksploratif?” maka untuk
kelas eksperimen tergolong kepada kategori
menjawab rumusan tersebut dilakukan
rendah dan sedang yang dapat dilihat secara
perhitungan n-gain terhadap data pretes dan
lebih jelas dari diagram berikut.
postes kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa di kelas eksperimen.
Hasil postes menunjukkan bahwa pada bila dibandingkan dengan saat awal
umumnya kemampuan siswa dari indikator pemberian pretes, meskipun hal ini tidak
memahami permasalahan telah berkembang berlaku untuk keseluruhan siswa. Dalam
dengan baik daripada saat pretes. mengidentifikasi apa yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan ini, maka perlu
Adanya kegiatan presentasi juga menjadi diingat bahwa hal yang paling mendasar dari
salah satu faktor dapat berkembangnya kemampuan pemecahan masalah adalah
kemampuan pemecahan masalah matematis diperlukannya kemampuan dalam
siswa, karena siswa menjadi terdorong untuk menganalisis yang baik. Meningkatnya
mengemukakan gagasan penyelesaian kemampuan siswa dalam menerapkan
permasalahan yang lebih baik dan strategi penyelesaian ini dikarenakan pada
mendorong siswa untuk mampu saat eksplorasi individu siswa dibimbing
menjelaskan atau memberikan interpretasi untuk menggunakan pengetahuan
terhadap hasil penyelesaian masalah yang sebelumnya mengenai pola perkalian
diajukannya. bilangan asli untuk dibuat pemodelannya
dalam perkalian bilangan pecahan.
Apabila ditinjau dari indikator menerapkan
strategi penyelesaian, hampir sebagian siswa Mengingat pada umumnya siswa belum
kemampuannya telah berkembang lebih baik terbiasa dengan pola permasalahan yang
405
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
Tabel 1. Ringkasan Uji StatistikNilai Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
di Kelas Eksperimen dan Kontrol
Nilai Pretes Uji Statistik Uji Beda Rata-rata
Kelas 𝐧
Rata-rata Simpangan Baku Normalitas (Uji Mann-Whitney)
Eksperimen 35 16,24 5,31 Tidak normal Kemampuan awal siswa
Kontrol 37 14,55 4,23 Tidak normal sama
Keterangan: α = 0,05
Berdasarkan hasil uji beda rata-rata diketahui rata terhadap data postes kemampuan
bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol pemecahan masalah matematis siswa di
berangkat dari kemampuan awal yang sama, kelas eksperimen dan kelas kontrol.
sehingga berikutnya dilakukan uji beda rata-
Tabel 2. Ringkasan Uji Statistik Nilai Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
di Kelas Eksperimen dan Kontrol
Nilai Postes Uji Statistik Uji Beda Rata-rata
Kelas 𝐧
Rata-rata Simpangan Baku Normalitas (Uji Mann-Whitney)
Eksperimen 35 40,49 9,98 Tidak normal
Kemampuan akhir siswa tidak sama
Kontrol 37 31,58 12,07 Tidak normal
Keterangan: α = 0,05
Hasil uji beda rata-rata (Uji Mann-Whitney) yang lebih baik daripada siswa yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mengikuti kegiatan pembelajaran secara
antara kemampuan pemecahan masalah konvensional. Dengan demikian,
matematis akhir siswa di kelas eksperimen pembelajaran matematika dengan
dan kelas kontrol, meskipun pada awalnya menggunakan pendekatan eksploratif lebih
kedua siswa di kelas tersebut memiliki baik daripada pembelajaran konvensional
kemampuan awal yang sama. Siswa di kelas dalam meningkatkan kemampuan
eksperimen yang memperoleh pendekatan pemecahan masalah matematis siswa.
eksploratif saat mengikuti kegiatan
pembelajaran menunjukkan hasil akhir Salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan pemecahan masalah matematis perbedaan peningkatan tersebut karena
407
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi
392
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi
Dari analisis tersebut diketahui bahwa terhadap skor akhir motivasi belajar siswa di
motivasi belajar awal siswa di kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil
eksperimen dan kelas kontrol berada pada dari uji beda rata-rata skor akhir motivasi
level yang sama, sehingga analisis dilakukan belajar tersebut dapat dilihat dari tabel
dengan melakukan uji beda rata-rata berikut.
Berdasarkan hasil uji beda rata-rata dengan berbeda pula dalam menumbuhkan motivasi
pilihan Independent Sample T-Test (uji-t belajar siswa. Siswa yang mengikuti kegiatan
sampel bebas)diketahui bahwa terdapat pembelajaran dengan pendekatan
perbedaan antara motivasi belajar akhir eksploratif lebih terlihat memiliki motivasi
siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, saat melakukan kegiatan eksplorasi individu
meskipun pada awalnya kedua siswa di kelas maupun kelompok.
tersebut memiliki motivasi belajar awal yang
sama. Siswa di kelas eksperimen yang Adapun di kelas kontrol kegiatan belajar
memperoleh pendekatan eksploratif saat hanya terfokus pada pembelajaran yang
mengikuti kegiatan pembelajaran mengerjakan soal-soal rutin, sehingga siswa
menunjukkan hasil akhir motivasi belajar kurang aktif dalam mengkonstruksi
yang lebih baik daripada siswa yang pemahamannya mengenai materi
mengikuti kegiatan pembelajaran secara pembelajaran.
konvensional.
392
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
eksploratif, terdapat beberapa faktor yang lebih rendah maka siswa juga akan kesulitan
mendukung maupun menghambat untuk memahami materi pada tingkatan
keoptimalan kegiatan pembelajaran. Faktor selanjutnya; Kurang bisa konsentrasi.
yang dapat mendukung siswa dalam
memahami materi diantaranya adanya SIMPULAN
kesempatan yang diberikan untuk berdiskusi
Peningkatan kemampuan pemecahan
dengan teman yang lebih memahami materi,
masalah matematis siswa setelah
karena pendekatan eksploratif dilaksanakan
mendapatkan pembelajaran yang
dengan mengacu pada teori Vygotsky yang
menggunakan pendekatan eksploratif
mengemukakan bahwa belajar merupakan
berdasarkan perhitungan n-gain termasuk
suatu proses yang dibangun dari interaksi
kedalam kategori rendah. Peningkatan
yang dialami siswa dalam lingkungan
kemampuan pemecahan masalah matematis
sosialnya; Kinerja guru yang optimal dalam
siswa yang mendapatkan pembelajaran
melaksanakan pendekatan eksploratif;
dengan menggunakan pendekatan
Adanya LKS yang dapat digunakan sebagai
eksploratif lebih baik daripada siswa yang
salah satu alat untuk mempermudah siswa
mendapatkan pembelajaran secara
dalam memahami konsep pembelajaran;
konvensional.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
karena pembelajaran dirancang sesuai taraf Peningkatan motivasi belajar siswa setelah
perkembangan berpikir siswa (teori Piaget), mendapatkan pembelajaran yang
yaitu adanya media yang dapat digunakan menggunakan pendekatan eksploratif
langsung oleh siswa dalam menemukan berdasarkan perhitungan n-gain termasuk
konsep sekaligus pemberian reward bagi kedalam kategori rendah. Peningkatan
siswa yang berhasil menemukan konsep motivasi belajar siswa yang mendapatkan
penyelesaian; Tahapan dalam pendekatan pembelajaran dengan menggunakan
eksploratif lebih meningkatkan antusiasme pendekatan eksploratif lebih baik daripada
dan motivasi siswa untuk memahami siswa yang mendapatkan pembelajaran
pelajaran. Karena siswa lebih diarahkan secara konvensional.
untuk menemukan konsep (kegiatan
pembelajaran bermakna, dan menumbuhkan Faktor pendukung terlaksananya
rasa ingin tahu siswa). pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan eksploratif yaitu kinerja guru
Faktor yang menghambat siswa dalam yang optimal, adanya LKS serta media yang
memahami materi di antaranya waktu mendukung siswa untuk lebih mudah dalam
eksplorasi kurang banyak; Siswa belum memahami materi, dan minat siswa untuk
terbiasa dengan pelaksanaan kegiatan belajar dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menggunakan eksploratif yang positif. Adapun faktor
pendekatan eksploratif; Kurangnyadaya ingat penghambat terlaksananya pembelajaran
dan pemahamanterhadap perkalian dan dengan menggunakan pendekatan
pembagian, faktor ini menjadi salah satu eksploratif, yaitu sebagian kecil siswa
faktor yang dapat menghambat siswa untuk terkadang masih sulit berkonsentrasi,
memahami konsep yang diajarkan, karena rendahnya pemahaman siswa terhadap
karakteristik dari bentuk pembelajaran materi dasar mengenai perkalian, dan waktu
matematika sendiri menyerupai spiral. penyelesaian LKS yang kurang lama karena
Artinya setiap konsep dalam matematika siswa belum terbiasa dengan pelaksanaan
saling memiliki keterhubungan, ketika siswa pembelajaran yang menggunakan
kesulitan dalam memahami materi yang pendekatan eksploratif.
409
Ersa Novianti, Isrok’atun, Yedi Kurniadi
410