Penerapan Peta Konsep IPA Terpadu untuk Mengukur Minds-On and Hands-On
Activity Siswa Sekolah Menengah Pertama
Anisa Furtakhul Janah, Wiyanto, Hartono
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
Abstract
In order to know students’ ability in understanding the concept of Physics that has been taught by
teacher, an evaluation activity is needed. This research was aimed to measure students’ Minds-On Activity
and Hands-On Activity. This research was an explorative research which used explorative-descriptive
method. Based on the data analysis, the students of VIIID and VIIIE on work and energy material were
easier in understanding the concept using the fit the concept map out type. While, for the pressure material,
the concept was easily understood using composing concept type. Hypothesis test to measure students’ Minds-
On Activity showed that the evaluation instrument in the form of concept map on work and energy in class
VIIID was able to substitute the written test. While, the concept map was able to substitute the written test
in class VIIIE. On pressure material, the hypothesis test showed that the concept map was able to subtitute
the written test in both class VIIID and VIIIE. Students’ Hands-On Activity was observed based on students’
result in doing the concept map test related to practicum. On work and energy material, students of VIIIE
had better performance than students of VIIID. While, students of VIIID had better performance than the
students of VIIIE on pressure material. The hypothesis test to measure students’ Hands-On Activity showed
that the concept map test related to practicum on potential energy and hidrostatic pressure was able to
substitute the students’ worksheet practicum test for students of VIIID and VIIIE. It is concluded that the
evaluation instrument in the form of concept map is able to substitute the written test and the students’
worksheet practicum test.
penting baik bagi guru, siswa, orang tua Pembelajaran yang disertai penyusunan peta
(masyarakat), dan pemerintah. Alat evaluasi konsep memungkinkan peserta didik terlibat
yang selama ini sering dilakukan guru untuk aktif dalam proses berpikir mengaitkan konsep-
mengukur pemahaman konsep siswa adalah tes konsep relevan yang mereka miliki dengan
uraian dan tes objektif tipe pilihan yang terdiri informasi baru yang dipelajari.
dari tes menjodohkan, tes pilihan ganda, dan tes Menurut Pandley et al. (2000), peta konsep
benar salah. Setiap jenis tes memiliki kelebihan adalah media pendidikan yang dapat
dan kekurangan masing-masing. (Basuki & menunjukkan konsep ilmu yang dapat
Hariyanto, 2014:169). menunjukkan konsep ilmu yang sistematis, yaitu
Ozdemir (2005) memaparkan bahwa tes dimulai dari inti permasalahan sampai pada
dan evaluasi memiliki peran penting dalam dunia bagian pendukung yang mempunyai hubungan
pendidikan. Secara umum, evaluasi sebagai suatu satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk
tindakan atau proses setidak–tidaknya memiliki pengetahuan dan mempermudah pemahaman
tiga macam fungsi pokok, yaitu: (1) mengukur suatu topik pelajaran. Pendapat lain yang
kemajuan, (2) menunjang penyusunan rencana, dijelaskan Kadir (2004), peta konsep adalah
dan (3) memperbaiki atau melakukan suatu gambar (visual), tersusun atas konsep-
penyempurnaan kembali (Sudijono, 2006). konsep yang saling berkaitan sebagai hasil
Pendapat lain juga disampaikan oleh Yarden et al. pemetaan konsep. Pendapat lain juga
(2008) menyatakan perlunya melakukan diungkapkan oleh BouJaoude et al. (2008:242)
asesmen, sehingga siswa mendapat penilaian yang menjelaskan bahwa peta konsep dapat
sebenarnya sesuai pengalaman yang dialami mengubah pemikiran pembuatnya menjadi lebih
selama belajar. terstruktur.
Pembelajaran fisika pada dasarnya Pemetaan konsep merupakan suatu proses
menanamkan konsep pada siswa, sehingga perlu yang melibatkan identifikasi konsep-konsep dari
suatu alat evaluasi yang mampu menggambarkan suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-
konsep yang sudah diperoleh siswa berdasarkan konsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari
materi yang diajarkan. Berkenaan dengan itu yang paling umum, kurang umum dan konsep-
Novak & Gowin (1984) mengemukakan bahwa konsep yang lebih spesifik. Pendapat lainnya
cara untuk mengetahui konsep–konsep yang disampaikan oleh Sasa & Barbara (2005), bahwa
telah dimiliki siswa, dapat dilakukan dengan peta konsep adalah gambaran structural
bantuan peta konsep. Salah satu alat evaluasi dinyatakan dalam bentuk istilah dan label
yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan konsep yang dijalin dengan kata-kata
konsep-konsep siswa adalah peta konsep. Peta penghubung sebagai proposisi.
konsep dijadikan salah satu upaya yang dapat Alberta (2005) menjelaskan bahwa peta
dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa konsep dapat digunakan sebagai alat untuk
dalam pemahaman konseptual. memecahkan masalah di dalam pendidikan
Menurut Novak (Canas, 2011:23) peta sebagai pilihan solusi atau sebagai alternatif.
konsep dianggap sebagai teknik belajar untuk Penggunaan peta konsep dalam pendidikan juga
representasi grafis dari pengetahuan. Pendapat dapat menambah keuntungan pada proses
lain juga diungkapkan oleh Ahlberg (2013:32) pembelajaran. Menurut Sholahudin (2002),
mengungkapkan bahwa peta konsep adalah memanfaatkan peta konsep sebagai alat untuk
metode pemberdayaan untuk mempromosikan mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa
belajar, berpikir, mengajar, dan penelitian. sekaligus menghasilkan proses belajar
Pendapat tersebut didukung oleh Rohana bermakna. Sehingga keuntungan peta konsep
(2009:93) yang menyatakan bahwa peta konsep dijadikan alat studi untuk mengevaluasi
merupakan alat yang digunakan untuk pelajaran atau rencana di dalam suatu pelajaran,
mengetahui apa yang telah diketahui siswa. atau keseluruhan kurikulum. Dengan demikian
11
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)
peta konsep dalam proses belajar mengajar Minds-On and Hands-On Activity Siswa Sekolah
memperjelas pemahaman guru dan siswa dalam Menengah Pertama”.
memfokuskan konsep-konsep dalam beberapa
ide utama (Novak & Gowin, 2006). METODE PENELITIAN
Peta konsep telah dikembangkan pada
tahun 1972 ketika Novak melaksanakan program Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian di Cornell untuk mencari dan penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif
memahami perubahan pemahaman dalam ilmu adalah salah satu jenis penelitian sosial yang
pengetahuan anak-anak (Novak & Canas, 2006). tujuannya untuk memberikan sedikit definisi
Dalam dunia pendidikan, peta konsep dapat atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang
digunakan, sebagai berikut: (1) strategi belajar, digunakan dalam penelitian (Hermawan,
(2) strategi instruksional dalam pembelajaran, 2008:17). Pendapat lain juga diungkapkan oleh
(3) strategi untuk perencanaan kurikulum, dan Arikunto (2008) menjelaskan bahwa penelitian
(4) alat untuk mengevaluasi pemahaman siswa eksploratif merupakan penelitian yang bertujuan
mengenai konsep-konsep (McClure et al., 1999). untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab
Penggunaan media peta konsep dalam atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya
pembelajaran fisika, telah dijelaskan oleh Liu et sesuatu.
al. (2001), untuk pokok bahasan energi. Dari Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Minds-On and Hands-On Activity siswa dilihat dari
peta konsep dapat menggambarkan karakteristik hasil belajarnya, sehingga dapat mengetahui
terstruktur (structural characteristics) mengenai pemahaman konsep yang dimiliki siswa setelah
konsepsi mahasiswa tentang energi. Selanjutnya menerima pembelajaran IPA Terpadu khususnya
Akkaya et al. (2005) memaparkan bahwa mata pelajaran Fisika. Metode yang digunakan
evaluasi merupakan bagian penting dari proses dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif.
belajar-mengajar. Hasil evaluasi memberi Menurut Usman (2009:129) bahwa setiap
gambaran tentang apa yang diperoleh siswa dan penelitian pasti deskriptif (menjelaskan), maka
masalah yang mereka hadapi. Pembelajaran IPA penelitian ini termasuk deskriptif-eksploratif.
Terpadu khususnya mata pelajaran fisika pada Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3
dasarnya menanamkan konsep pada siswa, Adiwerna yang beralamat di Jalan Raya Barat
sehingga perlu suatu alat evaluasi yang mampu Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten
menggambarkan konsep yang sudah diperoleh Tegal, Jawa Tengah. Subyek penelitiannya yaitu
siswa berdasarkan materi yang diajarkan. siswa Kelas VIII khususnya Kelas VIII D dan VIII
Observasi awal dilakukan di SMP Negeri 3 E semester genap.
Adiwerna, Tegal menunjukkan bahwa instrumen Prosedur penelitian dilakukan melalui tiga
evaluasi yang digunakan oleh guru untuk tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
mengukur tingkat pemahaman konsep siswa dan tahap pelaporan data. Dengan demikian
hanya melalui tes uraian dan tes pilihan ganda peneliti menyusun langkah penelitian, yaitu:
saja, sehingga siswa belum mampu diukur menentukan populasi, menentukan sampel,
seberapa jelas pemahaman mereka mengenai menyusun instrumen peta konsep materi usaha
konsep-konsep yang ada pada mata pelajaran dan energi serta tekanan, menyusun instrumen
IPA Terpadu terutama pada pokok bahasan soal pilihan ganda dan uraian, mengujikan soal
usaha dan energi serta tekanan. peta konsep kepada siswa, memberikan soal
Berdasarkan latar belakang yang telah pilihan ganda dan uraian kepada siswa, menguji
diuraikan menjadi hal mendasar peneliti untuk keterampilan praktikum siswa melalui
melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan praktikum dan LKS, mengujikan peta konsep
Peta Konsep IPA Terpadu untuk Mengukur praktikum, menyusun data hasil tes peta konsep
dan tes pilihan ganda dan uraian, mengolah data,
12
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)
menganalisis data, dan menarik kesimpulan. tepat. Selain itu, juga menggunakan soal peta
Pengambilan data melalui soal peta konsep tipe konsep tipe menyusun, yang meminta siswa
melengkapi dan menyusun materi usaha dan untuk menyusun daftar konsep yang tersedia di
energi serta tekanan, soal pilihan ganda dan dalam soal agar menjadi peta konsep yang baik
uraian, LKS praktikum, dan soal peta konsep dan benar (Plummer, 2008). Di dalam soal peta
praktikum tipe menyusun. konsep tipe menyusun telah disediakan berbagai
macam konsep, kata penghubung, proposisi, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN contoh. Dengan demikian, siswa diminta untuk
membuat peta konsep sendiri tentang pokok
Bentuk Instrumen Evaluasi Peta Konsep bahasan tertentu (Liu et al., 2002).
untuk Mengukur Minds-On and Hands-On Untuk mengukur Hands-On Activity siswa
Activity soal peta konsep praktikum tipe menyusun
Hasil penelitian dari penerapan peta konsep diberikan pada siswa, di dalam soal peta konsep
IPA Terpadu sebagai instrumen evaluasi yang tersebut telah disediakan beberapa daftar
digunakan untuk mengukur Minds-On and Hands- konsep yang berkaitan dengan praktikum yang
On Activity siswa meliputi hasil siswa dalam telah dilakukan oleh siswa, sehingga siswa
mengerjakan soal peta konsep tipe melengkapi diminta untuk menyusun daftar konsep tersebut
dan menyusun, hasil siswa dalam mengerjakan agar menjadi peta konsep praktikum yang baik
soal pilihan ganda dan uraian, hasil siswa dan benar. Dengan demikian, siswa diminta
mengerjakan LKS praktikum, dan hasil siswa untuk membuat peta konsep sendiri tentang
dalam mengerjakan soal peta konsep praktikum pokok bahasan tertentu (Liu et al., 2002).
tipe menyusun. Semua soal yang diujikan pada Uji Hipotesis untuk Mengukur Minds-On and
siswa berkaitan dengan materi usaha dan energi Hands-On Activity Siswa
serta tekanan. Ketika mengukur Minds-On Activity siswa,
Untuk mengukur Minds-On Activity siswa, peneliti melakukan uji hipotesis hasil siswa
menggunakan soal peta konsep tipe melengkapi dalam mengerjakan soal peta konsep dengan
dan menyusun, dengan demikian hasil siswa hasil siswa dalam mengerjakan tes tertulis. Uji
mengerjakan soal peta konsep tipe melengkapi hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah
dan menyusun dibandingkan dengan hasil siswa instrumen evaluasi peta konsep mampu
dalam mengerjakan soal tes tertulis bentuk menggantikan instrumen evaluasi bentuk tes
pilihan ganda dan uraian, sedangkan untuk tertulis. Menurut Sugiyono (2009), uji hipotesis
mengukur Hands-On Activity siswa, digunakan untuk membandingkan kedua hasil
menggunakan soal peta konsep praktikum tipe analisis data yang diperoleh berdasarkan
menyusun, kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.
siswa mengerjakan LKS praktikum. Instrumen evaluasi peta konsep dikatakan
Saat mengukur Minds-On Activity siswa mampu menggantikan tes tertulis apabila 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
menggunakan soal peta konsep tipe melengkapi, > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Ketika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan demikian
pada soal tersebut siswa diminta untuk hipotesis nol (Ho) ditolak, begitu juga sebaliknya
melengkapi peta konsep yang masih rumpang. (Sugiyono, 2009). Hasil uji hipotesis soal peta
Dengan demikian siswa harus mengisi peta konsep dengan soal tes tertulis untuk mengukur
konsep tersebut dengan menuliskan konsep, Minds-On Activity siswa disajikan pada Tabel 1.
proposisi, kata penghubung, dan contoh dengan
13
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ketika Minds-On Activity siswa dapat diukur
instrumen evaluasi berupa soal peta konsep dan memperoleh hasil yang baik, dengan
mampu menggantikan instrumen evaluasi demikian dapat dikatakan bahwa siswa tersebut
berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan mempunyai pemahaman konsep yang baik
ganda dan uraian terutama pada pokok bahasan terhadap materi yang telah diperoleh selama
usaha dan energi serta tekanan. Apabila hasil uji proses pembelajaran, hal tersebut dapat dilihat
hipotesis telah menunjukkan bahwa instrumen dari kemampuan siswa dalam melengkapi peta
peta konsep mampu menggantikan tes tertulis, konsep yang masih rumpang dan mampu
dengan demikian Minds-On Activity siswa dapat menyusun daftar konsep yang tersedia di dalam
terukur dengan baik. Namun, apabila hasil uji soal peta konsep dengan benar. Hal tersebut
hipotesis menunjukkan bahwa instrumen peta sesuai dengan pendapat McClure et al. (1999),
konsep belum mampu menggantikan instrumen peta konsep dapat digunakan sebagai instrumen
tes tertulis, hal tersebut dikarenakan terdapat evaluasi untuk mengetahui pemahaman konsep
beberapa kendala yang terjadi ketika siswa dalam mengintegrasikan konsep-konsep
menerapkan peta konsep seperti: (1) yang telah dipelajari.
mengenalkan peta konsep pada siswa Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
memerlukan persiapan dan pelatihan (Novak & peta konsep efektif untuk mengetahui
Gowin, 1984), (2) kaitan dalam peta konsep pemahaman konsep yang dimiliki siswa,
mengandung satu atau dua kata, akibatnya tidak sehingga Minds-On Activity siswa dapat terukur
dapat menunjukkan seberapa baik siswa dengan jelas. Hal tersebut sesuai dengan
memahami kaitan antara dua konsep tersebut. pendapat Hartono et al. (2012), yang melakukan
Mengukur Minds-On Activity adalah penelitian dengan judul “Pengembangan Alat
mengukur hasil belajar lewat aktivitas yang Evaluasi Proposition Generating Task untuk
mengandalkan kinerja otak seorang siswa. Mengukur Struktur Kognitif Siswa di SMA”,
Apabila hasil Minds-On Activity tinggi dapat penelitian tersebut menyebutkan bahwa
dikatakan bahwa siswa tersebut mempunyai perbandingan hasil belajar antara tes PGT, peta
pemahaman konseptual yang tinggi pula. konsep, dan uraian ternyata hasil tes peta konsep
Pemahaman konseptual merupakan salah satu yang paling tinggi.
hal yang penting dalam pembelajaran, menurut Menurut Hartono et al. (2012), peta konsep
Saenz (2009:126), pemahaman konseptual dapat lebih mudah digunakan apabila dibandingkan
dianggap sebagai penghubung antar dengan alat evaluasi bentuk lainnya, hal tersebut
pengetahuan. dikarenakan: (1) beberapa siswa kesulitan untuk
Dimana hubungan diantara pengetahuan- menuliskan proposisi secara lengkap dan jelas,
pengetahuan tersebut sangat penting sebagai (2) peta konsep sudah banyak tertulis dalam
potongan informasi dari pengetahuan yang ada. buku pelajaran, sehingga siswa lebih mudah
Menurut Dahar (1989), mengemukakan bahwa dalam mengerjakan soalnya. Grafik hasil siswa
peta konsep digunakan untuk menyatakan dalam mengerjakan soal peta konsep dapat
hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dilihat pada Gambar 1.
dalam bentuk proposisi-proposisi.
14
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)
15
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)
konsep sesuai pemahaman konsep yang untuk melaksanakan suatu tindakan dalam
dimilikinya. Dengan demikian siswa diminta belajar sains sehingga menghasilkan konsep,
untuk mengerjakan soal peta konsep praktikum teori, prinsip, hukum, maupun fakta atau bukti.
tipe menyusun sebagai aspek produk yang dapat Menurut Sugiyono (2009), uji hipotesis
dinilai. Ketika aspek produk sudah dinilai, digunakan untuk membandingkan kedua hasil
dengan demikian uji hipotesis dapat dilakukan. analisis data yang diperoleh berdasarkan
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui penelitian yang telah dilakukan. Instrumen
apakah instrumen evaluasi peta konsep evaluasi peta konsep praktikum dikatakan
praktikum mampu mengukur keterampilan mampu menggantikan LKS praktikum apabila
siswa, dengan demikian mampu menggantikan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Ketika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan
instrumen evaluasi berupa LKS praktikum. demikian hipotesis nol (Ho) ditolak, begitu juga
Keterampilan siswa yang dimaksud adalah sebaliknya (Sugiyono, 2009). Hasil uji hipotesis
keterampilan proses sains. Menurut Yulianti & soal peta konsep praktikum dengan LKS
Wiyanto (2009:45), keterampilan proses sains praktikum disajikan pada Tabel 2.
diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan
Tabel 2. Uji Hipotesis untuk Mengukur Hands-On Activity Siswa
Pokok
Kelas 𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan
Bahasan
Usaha dan VIII D 12,372 1,999 Ho ditolak
Energi VIII E 7,133 1,999 Ho ditolak
VIII D 7,350 1,999 Ho ditolak
Tekanan
VIII E 7,339 1,999 Ho ditolak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Apabila hasil Hands-On Activity tinggi dapat
instrumen evaluasi berupa soal peta konsep dikatakan bahwa siswa tersebut mempunyai
praktikum mampu menggantikan instrumen pemahaman konseptual yang tinggi pula.
evaluasi berupa LKS praktikum yang berkaitan Pemahaman konseptual merupakan salah satu
dengan praktikum energi potensial dan tekanan hal yang penting dalam pembelajaran. Menurut
hidrostatis. Apabila hasil uji hipotesis telah Gorth et al. (2009:126), pemahaman konseptual
menunjukkan bahwa instrumen peta konsep dapat dianggap sebagai penghubung antar
praktikum mampu menggantikan LKS pengetahuan. Pendapat lainnya diungkapkan
praktikum, dengan demikian Hands-On Activity oleh Richland (2012:190) menjelaskan bahwa
siswa dapat terukur dengan baik. pencapaian kefasihan dalam struktur konseptual
Mengukur Hands-On Activity adalah adalah ciri pemahaman konseptual. Menurut
mengukur hasil belajar lewat aktivitas Rustaman et al. (2003) menjelaskan bahwa
psikomotorik yang mengandalkan pergerakan untuk memecahkan masalah dalam belajar,
otot tubuh. Menurut Haury & Rillero (1994), siswa harus mengetahui konsep dasar dari
menyatakan bahwa Hands-On Activity adalah permasalahan yang dihadapinya. Konsep
seluruh aktivitas dan pengalaman langsung merupakan dasar bagi proses mental yang lebih
peserta didik dengan fenomena alam. Pendapat tinggi untuk memutuskan prinsip dan
yang lainnya juga diungkapkan oleh Amin generalisasi.
(2007), Hands-On Activity adalah suatu model Dimana hubungan diantara pengetahuan-
yang dirancang untuk melibatkan siswa dalam pengetahuan tersebut sangat penting sebagai
menggali informasi dan bertanya, beraktivitas, potongan informasi dari pengetahuan yang ada.
menentukan, mengumpulkan data, dan Menurut Hamzah (2000), mengungkapkan
menganalisis serta membuat kesimpulan sendiri. hubungan antara berbagai pengetahuan yang
dimiliki dan menyesuaikannya merupakan
16
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)
bagian penting dalam memperoleh pemahaman dari kemampuan siswa dalam melakukan
konsep. praktikum dan mampu menyusun daftar konsep
Ketika Hands-On Activity siswa dapat diukur yang tersedia di dalam soal agar menjadi peta
dan memperoleh hasil yang baik, dengan konsep yang baik dan benar.
demikian dapat dikatakan bahwa siswa tersebut Hal tersebut sesuai dengan pendapat
mempunyai pemahaman konsep yang baik McClure et al. (1999), peta konsep dapat
terhadap materi yang telah diperolehnya selama digunakan sebagai instrumen evaluasi untuk
proses pembelajaran. Apabila pemahaman mengetahui pemahaman konsep siswa dalam
konsep siswa baik dapat dikatakan bahwa mengintegrasikan konsep-konsep yang telah
kegiatan belajar yang telah dilakukannya dipelajari. Menurut Dimyati & Mudjiono (2013),
berhasil. Menurut Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar memerlukan
menyatakan bahwa belajar merupakan keterlibatan pembelajaran secara aktif.
perubahan individu yang disebabkan oleh Pembelajaran model multidimensional, juga
pengalaman. Pendapat yang lain juga menyebabkan siswa tidak pasif menerima dan
diungkapkan oleh Gagne (1977:3) menyatakan menghafal informasi yang diberikan guru, tetapi
bahwa belajar merupakan perubahan disposisi berusaha menemukan konsep melalui
atau kecakapan manusia yang berlangsung penemuannya langsung bukan hanya sekedar
selama periode waktu tertentu, dan perubahan mendengar dan menerima konsep dari apa yang
perilaku itu tidak berasal dari dari proses disampaikan guru. Dengan demikian, peta
pertumbuhan. konsep sangat cocok untuk membuat siswa agar
Pemahaman konsep siswa dikatakan baik aktif dalam proses pembelajaran. Grafik hasil
apabila siswa mampu menerapkan konsep yang siswa dalam mengerjakan soal peta konsep
telah diterimanya secara langsung melalui praktikum tipe menyusun dapat dilihat pada
aktivitas praktikum, hal tersebut dapat dilihat Gambar 2.
17
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)
Ketika soal peta konsep mampu reliabilitas adalah ketetapan alat tersebut dalam
menggantikan tes tertulis bentuk pilihan ganda mengukur apa yang diukurnya. Artinya
dan uraian, dengan demikian perlu diketahui kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan
juga nilai validitas dan reliabilitas soal peta memberikan hasil ukur yang sama.
konsepnya. Validitas merupakan suatu ukuran Nilai validitas soal peta konsep tipe
yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan melengkapi dan menyusun dapat dilihat pada
suatu instrumen. Jadi pengujian validitas itu Tabel 3, sedangkan untuk nilai reliabilitas soal
mengacu pada sejauh mana suatu instrumen peta konsep tipe melengkapi dan menyusun
dalam menjalankan fungsi. Sedangkan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Validitas Rata–Rata Soal Peta Konsep Tipe Melengkapi dan Menyusun
Validitas Rata-Rata
Tipe Soal Pokok Bahasan Keterangan
VIII D VIII E
Usaha & Energi 0,84 0,86 Sangat Tinggi
Melengkapi
Tekanan 0,68 0,72 Tinggi
Usaha & Energi 0,82 0,78 Sangat Tinggi, Tinggi
Menyusun
Tekanan 0,84 0,77 Sangat Tinggi, Tinggi
Berdasarkan analisis mengenai nilai demikian, soal peta konsep tersebut mampu
validitas dan reliabilitas soal peta konsep dengan digunakan untuk mengukur Minds-On Activity
tipe soal melengkapi dan menyusun, dengan siswa SMP Negeri 3 Adiwerna.
demikian dapat dikatakan bahwa soal tersebut Ketika mengukur Hands-On Activity siswa,
valid serta reliabel dengan kategori soal yaitu: perlu mengetahui validitas dan reliabilitas soal
tinggi dan sangat tinggi. Instrumen dikatakan peta konsep praktikumnya. Dengan demikian
valid jika instrumen tersebut dapat digunakan dapat dilihat bahwa soal peta konsep praktikum
untuk mengukur apa yang hendak diukur, begitu mampu menggantikan LKS praktikum atau tidak.
juga dengan reliabilitas, apabila instrumen sudah Nilai validitas dan reliabilitas soal peta konsep
dikatakan reliabel maka instrumen tersebut praktikum dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel
dapat digunakan untuk mengukur apa yang 6.
hendak diukur (Sugiyono, 2008). Dengan
18
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)
Depdiknas. 2004. Pedoman Model Penilaian Kelas Ruiz-Primo, M.A., E.S. Schultz, & R.J Shavelson. 1997.
KTSP. Jakarta: Erlangga. On the validity of concept maps-bas
assessment interpretation: An experiment
Hamzah, B. U. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi testing the assumption of hierarchical
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. concept maps in science. Paper presented at
the annual meeting of the American
Hermawan, A. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Educational Research Association, Chicago,
Pembelajaran. Jakarta: Universitas IL.
Terbuka.
Sasa, A. & S. Barbara. 2005. Using Concept Maps in
Kadir. 2004. Efektivitas Strategi Peta Konsep dalam Teaching Organic Chemical Reaction.
Pembelajaran Sains dan Matematika. Jurnal Pedagogical Paper, Slovenia.
Pendidikan dan Kebudayaan, 51:(10).
Setyawardani, D., A. Rusilowati, & Hartono. 2012.
Liu, X., J. Ebenezer, & D.M. Frazer. 2002. Structural Pengembangan Alat Evaluasi Proposition
Characteristics of University Student’s Generating Task Untuk Mengukur Struktur
Conceptions of Energy. Journal of Research Kognitif Siswa di SMA. Journal of Innovative
in Science Teaching, 39:(5):423-441. Science Education, 1:(2):90.
Munthe, B. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Sholahudin, A. 2002. Implementasi Teori Ausubel pada
Pustaka Intan Madani. Pembelajaran Senyawa Karbon di SMU.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta,
Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis 39:(8):810.
Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara. Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology Teory: Theory
and Practice Fouth Edition. Massachusetts:
Pandley, B.D., R.L. Bretz, & J.D. Novak. 1994. Concept Allyn and Bacon Publishers.
Maps As A Tool To Asses Learning in
Chemistry. Journal of Chemical Education, Sopiah, S., Wiyanto, & Sugianto. 2009. Pembiasaan
71:(1):9-15. Bekerja Ilmiah pada Pembelajaran Sains
Fisika untuk Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Plummer, K.J. 2008. Analysis of The Psychometric Fisika Indonesia, (5):15-16.
Properties of Two Different Concept-Map
Assesment Task. Disertation. Bringham Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Young University. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Richland, L.E. 2012. Teaching the Conceptual Structure Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
of Mathematics. Educational Psychologist,
47:(3):189-203. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rizkianawati, A., Wiyanto, & Masturi. 2015.
Implementasi Model Pembelajaran Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,
Multidimensional pada Pembelajaran Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Siswa. Unnes Physics Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Education Journal, 3:(1):67. (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Rohana, Y. Hartono, & Purwoko. 2009. Penggunaan
Peta Konsep dalam Pembelajaran Statistika Usman, H. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Dasar di Program Studi Matematika FKIP Bumi Aksara.
Universitas PGRI Palembang. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3:(2):92-102.
20
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)
Wiyanto. 2006. Pembelajaran Sains Berbasis Empat Yulianti, D. & Wiyanto. 2009. Perancangan
Pilar Pendidikan Universal. Prosiding Pembelajaran Inovatif Prodi Pendidikan
Seminar Pendidikan Regional Jawa Tengah, Fisika. Semarang: Lembaga Pengembangan
Jurusan Fisika Unnes, 12 September Pendidikan dan Profesi U.
21