Anda di halaman 1dari 13

UPEJ 7 (2) (2018)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Penerapan Peta Konsep IPA Terpadu untuk Mengukur Minds-On and Hands-On
Activity Siswa Sekolah Menengah Pertama
Anisa Furtakhul Janah, Wiyanto, Hartono
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Untuk mengetahui kemampuan siswa, yaitu seberapa besar siswa dalam memahami konsep
Diterima Mei 2018 fisika yang telah diajarkan oleh gurunya diperlukan suatu kegiatan evaluasi. Tujuan penelitian
Disetujui Mei 2018 ini untuk mengukur Minds-On Activity dan Hands-On Activity siswa. Jenis penelitian ini yaitu
Dipublikasikan Juli 2018 penelitian eksploratif dengan menggunakan metode penelitian berupa eksploratif-deskriptif.
Keywords: Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa kelas VIII D dan VIIIE pada materi usaha dan energi
Concept map, Evaluation lebih mudah memahami konsep dengan menggunakan peta konsep tipe melengkapi, sedangkan
instruments, Hands-On and untuk materi tekanan lebih mudah menggunakan peta konsep tipe menyusun. Uji hipotesis
Minds-On Activity untuk mengukur Minds-On Activity siswamenunjukkan bahwa instrumen evaluasi peta konsep
pada materi usaha dan energi,di kelas VIII D dan VIII E peta konsep dapat menggantikan tes
tertulis.Pada materi tekanan,uji hipotesis juga menunjukkan bahwa di kelas VIII D dan VIII E
peta konsep dapat menggantikan tes tertulis. Hands-On Activity siswa diukurdari hasil siswa
dalam mengerjakan peta konsep praktikum. Pada materi usaha dan energi siswa kelas VIII E
lebih unggul daripada siswa kelas VIII D, sedangkan pada materi tekanan siswa kelas VIII D
lebih unggul daripada siswa kelas VIII E. Uji hipotesis untuk mengukur Hands-On Activity siswa
menunjukkan bahwa instrumen evaluasi peta konsep praktikum pada materi energi potensial
dan tekanan hidrostatis, untuk kelas VIII D dan VIII E instrumen evaluasi peta konsep
praktikum dapat menggantikan LKS praktikumnya. Kesimpulannya instrumen evaluasi peta
konsep mampu menggantikan tes tertulis dan LKS praktikum

Abstract
In order to know students’ ability in understanding the concept of Physics that has been taught by
teacher, an evaluation activity is needed. This research was aimed to measure students’ Minds-On Activity
and Hands-On Activity. This research was an explorative research which used explorative-descriptive
method. Based on the data analysis, the students of VIIID and VIIIE on work and energy material were
easier in understanding the concept using the fit the concept map out type. While, for the pressure material,
the concept was easily understood using composing concept type. Hypothesis test to measure students’ Minds-
On Activity showed that the evaluation instrument in the form of concept map on work and energy in class
VIIID was able to substitute the written test. While, the concept map was able to substitute the written test
in class VIIIE. On pressure material, the hypothesis test showed that the concept map was able to subtitute
the written test in both class VIIID and VIIIE. Students’ Hands-On Activity was observed based on students’
result in doing the concept map test related to practicum. On work and energy material, students of VIIIE
had better performance than students of VIIID. While, students of VIIID had better performance than the
students of VIIIE on pressure material. The hypothesis test to measure students’ Hands-On Activity showed
that the concept map test related to practicum on potential energy and hidrostatic pressure was able to
substitute the students’ worksheet practicum test for students of VIIID and VIIIE. It is concluded that the
evaluation instrument in the form of concept map is able to substitute the written test and the students’
worksheet practicum test.

© 2018 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail : uyanisafurtakhuljanah@gmail.com
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

PENDAHULUAN berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta


mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
Suatu proses belajar dapat dinyatakan kecakapan hidup. Untuk mewujudkan tujuan
berhasil apabila siswa sudah menguasai pembelajaran IPA tersebut, maka sekolah dan
kompetensi dasar dari bahan pelajaran yang guru sebagai komponen utama pendidikan perlu
sudah ditetapkan. Substansi kompetensi yang mengelola pembelajaran sesuai dengan prinsip-
dimuat, yaitu: pengetahuan (knowledge), prinsip kegiatan belajar mengajar antara lain: (1)
ketrampilan (skill), dan pemahaman (attitude). kegiatan berpusat pada siswa, (2) belajar melalui
Keberhasilan peserta didik ditentukan berbuat, (3) belajar mandiri dan belajar bekerja
berdasarkan ketuntasannya (mastery) dalam sama sehingga pembelajaran diharapkan tidak
menguasai kompetensi yang dipelajari sesuai terfokuskan pada guru, tetapi bagaimana cara
standar/kriteria kompetensi yang sudah mengaktifkan siswa dalam pembelajaran
ditetapkan dan hasilnya dapat dikatakan (students active learning) (Muslich, 2007).
berkompeten atau belum kompeten (Depdiknas, Namun pada kenyatannya, pengetahuan
2004). yang diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran dapat IPA Terpadu pada dasarnya berupa konsep–
dilihat dari seberapa jauh perkembangan konsep. Konsep inilah yang merupakan dasar
pemahaman konsep peserta didik dari sebelum untuk berpikir dan memecahkan masalah.
dilaksanakannya proses pembelajaran sampai Pemahaman konseptual merupakan salah satu
setelah proses pembelajaran. Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran, terutama
diantaranya teori belajar yang dikemukakan oleh dalam pembelajaran fisika. Siswa sering
Ausubel. Menurut Ausubel (1968), belajar mengalami kesulitan dalam memahami berbagai
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu konsep fisika karena istilah-istilah bahasa yang
penerimaan/penemuan dan belajar spesifik, konsepnya bersifat matematis dan
bermakna/hafalan. abstrak (Boujaoude et al., 2008).
Peserta didik dikatakan belajar apabila Menurut Saenz (2009:126) pemahaman
menerima informasi atau materi pelajaran serta konseptual dapat dianggap sebagai penghubung
dapat menemukan sendiri informasi atau konsep antar pengetahuan. Kegiatan pembelajaran fisika
dari materi pelajaran yang disampaikan. Peserta dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai
didik juga dikatakan belajar bermakna apabila kompetensi yang diharapkan, untuk mengetahui
mereka dapat mengaitkan pengetahuan atau hasil belajar siswa mengenai seberapa besar
konsep-konsep baru dengan konsep-konsep siswa dalam memahami konsep fisika yang telah
yang sudah ada yang dimaksudkan dengan peta diajarkan diperlukan suatu kegiatan evaluasi.
konsep (Hajar, 2000). Siswa yang Hasil dari kegiatan evaluasi memberi
menghubungkan informasi dari satu sumber gambaran tentang apa yang diperoleh siswa dan
dengan sumber yang lainnya untuk mengaitkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Evaluasi
antara informasi dengan pengetahuan yang telah adalah proses pengumpulan informasi yang
dipelajari, maka siswa telah mendapatkan digunakan untuk mengambil keputusan terkait
pembelajaran bermakna (Novak et al., 2006). kebijakan pendidikan, mutu program
Oleh karena itu, pemahaman dapat dinyatakan pendidikan, mutu kurikulum, mutu pengajaran,
baik apabila proses belajar menjadi menarik. atau sejauh mana pengetahuan yang telah
Proses pembelajaran IPA menekankan pada diperoleh seorang siswa tentang bahan ajar yang
pemberian pengalaman langsung untuk telah diajarkan kepadanya (Basuki & Hariyanto,
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi 2014:153).
dan memahami alam sekitar secara ilmiah dan Evaluasi dapat memberikan informasi
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific untuk membantu perbaikan dalam kegiatan
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan pembelajaran. Evaluasi juga menjadi sangat
10
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

penting baik bagi guru, siswa, orang tua Pembelajaran yang disertai penyusunan peta
(masyarakat), dan pemerintah. Alat evaluasi konsep memungkinkan peserta didik terlibat
yang selama ini sering dilakukan guru untuk aktif dalam proses berpikir mengaitkan konsep-
mengukur pemahaman konsep siswa adalah tes konsep relevan yang mereka miliki dengan
uraian dan tes objektif tipe pilihan yang terdiri informasi baru yang dipelajari.
dari tes menjodohkan, tes pilihan ganda, dan tes Menurut Pandley et al. (2000), peta konsep
benar salah. Setiap jenis tes memiliki kelebihan adalah media pendidikan yang dapat
dan kekurangan masing-masing. (Basuki & menunjukkan konsep ilmu yang dapat
Hariyanto, 2014:169). menunjukkan konsep ilmu yang sistematis, yaitu
Ozdemir (2005) memaparkan bahwa tes dimulai dari inti permasalahan sampai pada
dan evaluasi memiliki peran penting dalam dunia bagian pendukung yang mempunyai hubungan
pendidikan. Secara umum, evaluasi sebagai suatu satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk
tindakan atau proses setidak–tidaknya memiliki pengetahuan dan mempermudah pemahaman
tiga macam fungsi pokok, yaitu: (1) mengukur suatu topik pelajaran. Pendapat lain yang
kemajuan, (2) menunjang penyusunan rencana, dijelaskan Kadir (2004), peta konsep adalah
dan (3) memperbaiki atau melakukan suatu gambar (visual), tersusun atas konsep-
penyempurnaan kembali (Sudijono, 2006). konsep yang saling berkaitan sebagai hasil
Pendapat lain juga disampaikan oleh Yarden et al. pemetaan konsep. Pendapat lain juga
(2008) menyatakan perlunya melakukan diungkapkan oleh BouJaoude et al. (2008:242)
asesmen, sehingga siswa mendapat penilaian yang menjelaskan bahwa peta konsep dapat
sebenarnya sesuai pengalaman yang dialami mengubah pemikiran pembuatnya menjadi lebih
selama belajar. terstruktur.
Pembelajaran fisika pada dasarnya Pemetaan konsep merupakan suatu proses
menanamkan konsep pada siswa, sehingga perlu yang melibatkan identifikasi konsep-konsep dari
suatu alat evaluasi yang mampu menggambarkan suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-
konsep yang sudah diperoleh siswa berdasarkan konsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari
materi yang diajarkan. Berkenaan dengan itu yang paling umum, kurang umum dan konsep-
Novak & Gowin (1984) mengemukakan bahwa konsep yang lebih spesifik. Pendapat lainnya
cara untuk mengetahui konsep–konsep yang disampaikan oleh Sasa & Barbara (2005), bahwa
telah dimiliki siswa, dapat dilakukan dengan peta konsep adalah gambaran structural
bantuan peta konsep. Salah satu alat evaluasi dinyatakan dalam bentuk istilah dan label
yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan konsep yang dijalin dengan kata-kata
konsep-konsep siswa adalah peta konsep. Peta penghubung sebagai proposisi.
konsep dijadikan salah satu upaya yang dapat Alberta (2005) menjelaskan bahwa peta
dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa konsep dapat digunakan sebagai alat untuk
dalam pemahaman konseptual. memecahkan masalah di dalam pendidikan
Menurut Novak (Canas, 2011:23) peta sebagai pilihan solusi atau sebagai alternatif.
konsep dianggap sebagai teknik belajar untuk Penggunaan peta konsep dalam pendidikan juga
representasi grafis dari pengetahuan. Pendapat dapat menambah keuntungan pada proses
lain juga diungkapkan oleh Ahlberg (2013:32) pembelajaran. Menurut Sholahudin (2002),
mengungkapkan bahwa peta konsep adalah memanfaatkan peta konsep sebagai alat untuk
metode pemberdayaan untuk mempromosikan mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa
belajar, berpikir, mengajar, dan penelitian. sekaligus menghasilkan proses belajar
Pendapat tersebut didukung oleh Rohana bermakna. Sehingga keuntungan peta konsep
(2009:93) yang menyatakan bahwa peta konsep dijadikan alat studi untuk mengevaluasi
merupakan alat yang digunakan untuk pelajaran atau rencana di dalam suatu pelajaran,
mengetahui apa yang telah diketahui siswa. atau keseluruhan kurikulum. Dengan demikian
11
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

peta konsep dalam proses belajar mengajar Minds-On and Hands-On Activity Siswa Sekolah
memperjelas pemahaman guru dan siswa dalam Menengah Pertama”.
memfokuskan konsep-konsep dalam beberapa
ide utama (Novak & Gowin, 2006). METODE PENELITIAN
Peta konsep telah dikembangkan pada
tahun 1972 ketika Novak melaksanakan program Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian di Cornell untuk mencari dan penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif
memahami perubahan pemahaman dalam ilmu adalah salah satu jenis penelitian sosial yang
pengetahuan anak-anak (Novak & Canas, 2006). tujuannya untuk memberikan sedikit definisi
Dalam dunia pendidikan, peta konsep dapat atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang
digunakan, sebagai berikut: (1) strategi belajar, digunakan dalam penelitian (Hermawan,
(2) strategi instruksional dalam pembelajaran, 2008:17). Pendapat lain juga diungkapkan oleh
(3) strategi untuk perencanaan kurikulum, dan Arikunto (2008) menjelaskan bahwa penelitian
(4) alat untuk mengevaluasi pemahaman siswa eksploratif merupakan penelitian yang bertujuan
mengenai konsep-konsep (McClure et al., 1999). untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab
Penggunaan media peta konsep dalam atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya
pembelajaran fisika, telah dijelaskan oleh Liu et sesuatu.
al. (2001), untuk pokok bahasan energi. Dari Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Minds-On and Hands-On Activity siswa dilihat dari
peta konsep dapat menggambarkan karakteristik hasil belajarnya, sehingga dapat mengetahui
terstruktur (structural characteristics) mengenai pemahaman konsep yang dimiliki siswa setelah
konsepsi mahasiswa tentang energi. Selanjutnya menerima pembelajaran IPA Terpadu khususnya
Akkaya et al. (2005) memaparkan bahwa mata pelajaran Fisika. Metode yang digunakan
evaluasi merupakan bagian penting dari proses dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif.
belajar-mengajar. Hasil evaluasi memberi Menurut Usman (2009:129) bahwa setiap
gambaran tentang apa yang diperoleh siswa dan penelitian pasti deskriptif (menjelaskan), maka
masalah yang mereka hadapi. Pembelajaran IPA penelitian ini termasuk deskriptif-eksploratif.
Terpadu khususnya mata pelajaran fisika pada Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3
dasarnya menanamkan konsep pada siswa, Adiwerna yang beralamat di Jalan Raya Barat
sehingga perlu suatu alat evaluasi yang mampu Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten
menggambarkan konsep yang sudah diperoleh Tegal, Jawa Tengah. Subyek penelitiannya yaitu
siswa berdasarkan materi yang diajarkan. siswa Kelas VIII khususnya Kelas VIII D dan VIII
Observasi awal dilakukan di SMP Negeri 3 E semester genap.
Adiwerna, Tegal menunjukkan bahwa instrumen Prosedur penelitian dilakukan melalui tiga
evaluasi yang digunakan oleh guru untuk tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
mengukur tingkat pemahaman konsep siswa dan tahap pelaporan data. Dengan demikian
hanya melalui tes uraian dan tes pilihan ganda peneliti menyusun langkah penelitian, yaitu:
saja, sehingga siswa belum mampu diukur menentukan populasi, menentukan sampel,
seberapa jelas pemahaman mereka mengenai menyusun instrumen peta konsep materi usaha
konsep-konsep yang ada pada mata pelajaran dan energi serta tekanan, menyusun instrumen
IPA Terpadu terutama pada pokok bahasan soal pilihan ganda dan uraian, mengujikan soal
usaha dan energi serta tekanan. peta konsep kepada siswa, memberikan soal
Berdasarkan latar belakang yang telah pilihan ganda dan uraian kepada siswa, menguji
diuraikan menjadi hal mendasar peneliti untuk keterampilan praktikum siswa melalui
melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan praktikum dan LKS, mengujikan peta konsep
Peta Konsep IPA Terpadu untuk Mengukur praktikum, menyusun data hasil tes peta konsep
dan tes pilihan ganda dan uraian, mengolah data,
12
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

menganalisis data, dan menarik kesimpulan. tepat. Selain itu, juga menggunakan soal peta
Pengambilan data melalui soal peta konsep tipe konsep tipe menyusun, yang meminta siswa
melengkapi dan menyusun materi usaha dan untuk menyusun daftar konsep yang tersedia di
energi serta tekanan, soal pilihan ganda dan dalam soal agar menjadi peta konsep yang baik
uraian, LKS praktikum, dan soal peta konsep dan benar (Plummer, 2008). Di dalam soal peta
praktikum tipe menyusun. konsep tipe menyusun telah disediakan berbagai
macam konsep, kata penghubung, proposisi, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN contoh. Dengan demikian, siswa diminta untuk
membuat peta konsep sendiri tentang pokok
Bentuk Instrumen Evaluasi Peta Konsep bahasan tertentu (Liu et al., 2002).
untuk Mengukur Minds-On and Hands-On Untuk mengukur Hands-On Activity siswa
Activity soal peta konsep praktikum tipe menyusun
Hasil penelitian dari penerapan peta konsep diberikan pada siswa, di dalam soal peta konsep
IPA Terpadu sebagai instrumen evaluasi yang tersebut telah disediakan beberapa daftar
digunakan untuk mengukur Minds-On and Hands- konsep yang berkaitan dengan praktikum yang
On Activity siswa meliputi hasil siswa dalam telah dilakukan oleh siswa, sehingga siswa
mengerjakan soal peta konsep tipe melengkapi diminta untuk menyusun daftar konsep tersebut
dan menyusun, hasil siswa dalam mengerjakan agar menjadi peta konsep praktikum yang baik
soal pilihan ganda dan uraian, hasil siswa dan benar. Dengan demikian, siswa diminta
mengerjakan LKS praktikum, dan hasil siswa untuk membuat peta konsep sendiri tentang
dalam mengerjakan soal peta konsep praktikum pokok bahasan tertentu (Liu et al., 2002).
tipe menyusun. Semua soal yang diujikan pada Uji Hipotesis untuk Mengukur Minds-On and
siswa berkaitan dengan materi usaha dan energi Hands-On Activity Siswa
serta tekanan. Ketika mengukur Minds-On Activity siswa,
Untuk mengukur Minds-On Activity siswa, peneliti melakukan uji hipotesis hasil siswa
menggunakan soal peta konsep tipe melengkapi dalam mengerjakan soal peta konsep dengan
dan menyusun, dengan demikian hasil siswa hasil siswa dalam mengerjakan tes tertulis. Uji
mengerjakan soal peta konsep tipe melengkapi hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah
dan menyusun dibandingkan dengan hasil siswa instrumen evaluasi peta konsep mampu
dalam mengerjakan soal tes tertulis bentuk menggantikan instrumen evaluasi bentuk tes
pilihan ganda dan uraian, sedangkan untuk tertulis. Menurut Sugiyono (2009), uji hipotesis
mengukur Hands-On Activity siswa, digunakan untuk membandingkan kedua hasil
menggunakan soal peta konsep praktikum tipe analisis data yang diperoleh berdasarkan
menyusun, kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.
siswa mengerjakan LKS praktikum. Instrumen evaluasi peta konsep dikatakan
Saat mengukur Minds-On Activity siswa mampu menggantikan tes tertulis apabila 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
menggunakan soal peta konsep tipe melengkapi, > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Ketika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan demikian
pada soal tersebut siswa diminta untuk hipotesis nol (Ho) ditolak, begitu juga sebaliknya
melengkapi peta konsep yang masih rumpang. (Sugiyono, 2009). Hasil uji hipotesis soal peta
Dengan demikian siswa harus mengisi peta konsep dengan soal tes tertulis untuk mengukur
konsep tersebut dengan menuliskan konsep, Minds-On Activity siswa disajikan pada Tabel 1.
proposisi, kata penghubung, dan contoh dengan

13
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

Tabel 1. Uji Hipotesis untuk Mengukur Minds-On Activity Siswa


Pokok
Kelas 𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan
Bahasan
Usaha dan VIII D 1,043 1,999 Ho diterima
Energi VIII E 3,331 1,999 Ho ditolak
VIII D 3,806 1,999 Ho ditolak
Tekanan
VIII E 5,116 1,999 Ho ditolak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ketika Minds-On Activity siswa dapat diukur
instrumen evaluasi berupa soal peta konsep dan memperoleh hasil yang baik, dengan
mampu menggantikan instrumen evaluasi demikian dapat dikatakan bahwa siswa tersebut
berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan mempunyai pemahaman konsep yang baik
ganda dan uraian terutama pada pokok bahasan terhadap materi yang telah diperoleh selama
usaha dan energi serta tekanan. Apabila hasil uji proses pembelajaran, hal tersebut dapat dilihat
hipotesis telah menunjukkan bahwa instrumen dari kemampuan siswa dalam melengkapi peta
peta konsep mampu menggantikan tes tertulis, konsep yang masih rumpang dan mampu
dengan demikian Minds-On Activity siswa dapat menyusun daftar konsep yang tersedia di dalam
terukur dengan baik. Namun, apabila hasil uji soal peta konsep dengan benar. Hal tersebut
hipotesis menunjukkan bahwa instrumen peta sesuai dengan pendapat McClure et al. (1999),
konsep belum mampu menggantikan instrumen peta konsep dapat digunakan sebagai instrumen
tes tertulis, hal tersebut dikarenakan terdapat evaluasi untuk mengetahui pemahaman konsep
beberapa kendala yang terjadi ketika siswa dalam mengintegrasikan konsep-konsep
menerapkan peta konsep seperti: (1) yang telah dipelajari.
mengenalkan peta konsep pada siswa Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
memerlukan persiapan dan pelatihan (Novak & peta konsep efektif untuk mengetahui
Gowin, 1984), (2) kaitan dalam peta konsep pemahaman konsep yang dimiliki siswa,
mengandung satu atau dua kata, akibatnya tidak sehingga Minds-On Activity siswa dapat terukur
dapat menunjukkan seberapa baik siswa dengan jelas. Hal tersebut sesuai dengan
memahami kaitan antara dua konsep tersebut. pendapat Hartono et al. (2012), yang melakukan
Mengukur Minds-On Activity adalah penelitian dengan judul “Pengembangan Alat
mengukur hasil belajar lewat aktivitas yang Evaluasi Proposition Generating Task untuk
mengandalkan kinerja otak seorang siswa. Mengukur Struktur Kognitif Siswa di SMA”,
Apabila hasil Minds-On Activity tinggi dapat penelitian tersebut menyebutkan bahwa
dikatakan bahwa siswa tersebut mempunyai perbandingan hasil belajar antara tes PGT, peta
pemahaman konseptual yang tinggi pula. konsep, dan uraian ternyata hasil tes peta konsep
Pemahaman konseptual merupakan salah satu yang paling tinggi.
hal yang penting dalam pembelajaran, menurut Menurut Hartono et al. (2012), peta konsep
Saenz (2009:126), pemahaman konseptual dapat lebih mudah digunakan apabila dibandingkan
dianggap sebagai penghubung antar dengan alat evaluasi bentuk lainnya, hal tersebut
pengetahuan. dikarenakan: (1) beberapa siswa kesulitan untuk
Dimana hubungan diantara pengetahuan- menuliskan proposisi secara lengkap dan jelas,
pengetahuan tersebut sangat penting sebagai (2) peta konsep sudah banyak tertulis dalam
potongan informasi dari pengetahuan yang ada. buku pelajaran, sehingga siswa lebih mudah
Menurut Dahar (1989), mengemukakan bahwa dalam mengerjakan soalnya. Grafik hasil siswa
peta konsep digunakan untuk menyatakan dalam mengerjakan soal peta konsep dapat
hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dilihat pada Gambar 1.
dalam bentuk proposisi-proposisi.
14
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

Gambar 1. Persentase Minds-On Activity Siswa


Tujuan umum dari pembelajaran sains, to live together adalah kemampuan berinteraksi
menurut Joyce adalah membantu siswa dalan kelompok kerja (Wiyanto, 2006).
mengembangkan kemampuan yang diperlukan Studi dan praktek tentang sains melibatkan
untuk membangkitkan pertanyaan yang muncul tiga elemen utama, yakni: aspek sikap, aspek
dari rasa keingintahuannya dan upaya mencari proses, dan aspek produk. Aspek sikap adalah
jawabannya.berkaitan dengan empat pilar berbagai keyakinan, opini, dan nilai-nilai yang
pendidikan, proses mencari jawaban tersebut harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan
sesuai dengan pilar learning to do itu adalah: (1) khususnya ketika mencari atau mengembangkan
mengeksplorasi dan merumuskan masalah, (2) pengetahuan baru, diantaranya tanggung jawab,
mengusulkan penjelasan sementara (atau rasa ingin tahu, disiplin, jujur, dan terbuka
hipotesis), (3) mendesain dan menguji hipotesis, terhadap pendapat orang lain. Aspek proses
(4) mengorganisasikan dan menganalisis data yaitu metode memperoleh pengetahuan atau
yang diperoleh, (5) merumuskan kesimpulan dan yang lebih dikenal dengan metode ilmiah.
mengkomunikasikannya (Wiyanto, 2006). Sedangkan aspek produk dapat berupa
Dengan demikian untuk mengukur Hands- informasi, ide, fakta, teori, konsep atau hukum
On Activity siswa, dilakukan dengan cara menguji (Wiyanto et al., 2009).
hipotesis hasil siswa dalam mengerjakan soal Untuk mengukur Hands-On Activity siswa,
peta konsep praktikum dengan hasil siswa dalam dilihat berdasarkan aspek produknya. Aspek
mengerjakan LKS praktikum. Sebelum menguji produk yang dinilai yaitu hasil siswa dalam
hipotesis, langkah yang dilakukan yaitu mengerjakan soal peta konsep praktikum tipe
merancang percobaan dan melaksanakannya di menyusun, karena siswa diminta untuk
laboratorium. Pelaksanaan kegiatan menyusun daftar konsep yang tersedia agar
laboratorium, ada beberapa kegiatan yang harus menjadi peta konsep yang benar. Dengan
dilakukan secara serentak, seperti mengontrol demikian, siswa diminta untuk membuat peta
dan memvariasikan variabel, melakukan konsep sendiri sesuai pemahaman konsepnya.
pengamatan pengukuran dan mencatat data. Menurut Masturi et al. (2015), saat siswa
Oleh karena itu, kegiatan laboratorium biasanya diberikan kesempatan untuk merancang sendiri
dilakukan secara berkelompok, sehingga siswa sebuah percobaan maka siswa merasa dapat
dapat mengembangkan pilar bekerja sama dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya
kelompok (learning to live together). Jadi dan dapat meningkatkan keterampilan proses
kemampuan yang dapat dikembangkan dalam sains.
pembelajaran sains sesuai dengan pilar learning Saat mengukur Hands-On Activity, siswa
diberikan kebebasan dalam membuat peta

15
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

konsep sesuai pemahaman konsep yang untuk melaksanakan suatu tindakan dalam
dimilikinya. Dengan demikian siswa diminta belajar sains sehingga menghasilkan konsep,
untuk mengerjakan soal peta konsep praktikum teori, prinsip, hukum, maupun fakta atau bukti.
tipe menyusun sebagai aspek produk yang dapat Menurut Sugiyono (2009), uji hipotesis
dinilai. Ketika aspek produk sudah dinilai, digunakan untuk membandingkan kedua hasil
dengan demikian uji hipotesis dapat dilakukan. analisis data yang diperoleh berdasarkan
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui penelitian yang telah dilakukan. Instrumen
apakah instrumen evaluasi peta konsep evaluasi peta konsep praktikum dikatakan
praktikum mampu mengukur keterampilan mampu menggantikan LKS praktikum apabila
siswa, dengan demikian mampu menggantikan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Ketika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan
instrumen evaluasi berupa LKS praktikum. demikian hipotesis nol (Ho) ditolak, begitu juga
Keterampilan siswa yang dimaksud adalah sebaliknya (Sugiyono, 2009). Hasil uji hipotesis
keterampilan proses sains. Menurut Yulianti & soal peta konsep praktikum dengan LKS
Wiyanto (2009:45), keterampilan proses sains praktikum disajikan pada Tabel 2.
diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan
Tabel 2. Uji Hipotesis untuk Mengukur Hands-On Activity Siswa
Pokok
Kelas 𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan
Bahasan
Usaha dan VIII D 12,372 1,999 Ho ditolak
Energi VIII E 7,133 1,999 Ho ditolak
VIII D 7,350 1,999 Ho ditolak
Tekanan
VIII E 7,339 1,999 Ho ditolak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Apabila hasil Hands-On Activity tinggi dapat
instrumen evaluasi berupa soal peta konsep dikatakan bahwa siswa tersebut mempunyai
praktikum mampu menggantikan instrumen pemahaman konseptual yang tinggi pula.
evaluasi berupa LKS praktikum yang berkaitan Pemahaman konseptual merupakan salah satu
dengan praktikum energi potensial dan tekanan hal yang penting dalam pembelajaran. Menurut
hidrostatis. Apabila hasil uji hipotesis telah Gorth et al. (2009:126), pemahaman konseptual
menunjukkan bahwa instrumen peta konsep dapat dianggap sebagai penghubung antar
praktikum mampu menggantikan LKS pengetahuan. Pendapat lainnya diungkapkan
praktikum, dengan demikian Hands-On Activity oleh Richland (2012:190) menjelaskan bahwa
siswa dapat terukur dengan baik. pencapaian kefasihan dalam struktur konseptual
Mengukur Hands-On Activity adalah adalah ciri pemahaman konseptual. Menurut
mengukur hasil belajar lewat aktivitas Rustaman et al. (2003) menjelaskan bahwa
psikomotorik yang mengandalkan pergerakan untuk memecahkan masalah dalam belajar,
otot tubuh. Menurut Haury & Rillero (1994), siswa harus mengetahui konsep dasar dari
menyatakan bahwa Hands-On Activity adalah permasalahan yang dihadapinya. Konsep
seluruh aktivitas dan pengalaman langsung merupakan dasar bagi proses mental yang lebih
peserta didik dengan fenomena alam. Pendapat tinggi untuk memutuskan prinsip dan
yang lainnya juga diungkapkan oleh Amin generalisasi.
(2007), Hands-On Activity adalah suatu model Dimana hubungan diantara pengetahuan-
yang dirancang untuk melibatkan siswa dalam pengetahuan tersebut sangat penting sebagai
menggali informasi dan bertanya, beraktivitas, potongan informasi dari pengetahuan yang ada.
menentukan, mengumpulkan data, dan Menurut Hamzah (2000), mengungkapkan
menganalisis serta membuat kesimpulan sendiri. hubungan antara berbagai pengetahuan yang
dimiliki dan menyesuaikannya merupakan
16
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

bagian penting dalam memperoleh pemahaman dari kemampuan siswa dalam melakukan
konsep. praktikum dan mampu menyusun daftar konsep
Ketika Hands-On Activity siswa dapat diukur yang tersedia di dalam soal agar menjadi peta
dan memperoleh hasil yang baik, dengan konsep yang baik dan benar.
demikian dapat dikatakan bahwa siswa tersebut Hal tersebut sesuai dengan pendapat
mempunyai pemahaman konsep yang baik McClure et al. (1999), peta konsep dapat
terhadap materi yang telah diperolehnya selama digunakan sebagai instrumen evaluasi untuk
proses pembelajaran. Apabila pemahaman mengetahui pemahaman konsep siswa dalam
konsep siswa baik dapat dikatakan bahwa mengintegrasikan konsep-konsep yang telah
kegiatan belajar yang telah dilakukannya dipelajari. Menurut Dimyati & Mudjiono (2013),
berhasil. Menurut Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar memerlukan
menyatakan bahwa belajar merupakan keterlibatan pembelajaran secara aktif.
perubahan individu yang disebabkan oleh Pembelajaran model multidimensional, juga
pengalaman. Pendapat yang lain juga menyebabkan siswa tidak pasif menerima dan
diungkapkan oleh Gagne (1977:3) menyatakan menghafal informasi yang diberikan guru, tetapi
bahwa belajar merupakan perubahan disposisi berusaha menemukan konsep melalui
atau kecakapan manusia yang berlangsung penemuannya langsung bukan hanya sekedar
selama periode waktu tertentu, dan perubahan mendengar dan menerima konsep dari apa yang
perilaku itu tidak berasal dari dari proses disampaikan guru. Dengan demikian, peta
pertumbuhan. konsep sangat cocok untuk membuat siswa agar
Pemahaman konsep siswa dikatakan baik aktif dalam proses pembelajaran. Grafik hasil
apabila siswa mampu menerapkan konsep yang siswa dalam mengerjakan soal peta konsep
telah diterimanya secara langsung melalui praktikum tipe menyusun dapat dilihat pada
aktivitas praktikum, hal tersebut dapat dilihat Gambar 2.

Gambar 2. Persentase Hands-On Activity Siswa


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Sebuah pembelajaran perlu dilakukan
dapat diketahui bahwa soal peta konsep mampu evaluasi agar diketahui sejauh mana pemahaman
digunakan untuk mengukur Minds-On and Hands- konsep siswa terhadap sebuah materi yang telah
On Acticity siswa, dengan demikian soal peta disampaikan oleh gurunya, dengan demikian
konsep mampu menggantikan soal tes tertulis harus dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil
dengan bentuk soal pilihan ganda dan uraian, belajar siswa tersebut. Menurut Anni (2006)
selain itu soal peta konsep juga mampu mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah
menggantikan LKS praktikum yang digunakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
untuk mengevaluasi siswa dalam proses mengalami kegiatan belajar atau aktivitas
pembelajaran. belajar.
Validitas dan Reliabilitas Soal Peta Konsep

17
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

Ketika soal peta konsep mampu reliabilitas adalah ketetapan alat tersebut dalam
menggantikan tes tertulis bentuk pilihan ganda mengukur apa yang diukurnya. Artinya
dan uraian, dengan demikian perlu diketahui kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan
juga nilai validitas dan reliabilitas soal peta memberikan hasil ukur yang sama.
konsepnya. Validitas merupakan suatu ukuran Nilai validitas soal peta konsep tipe
yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan melengkapi dan menyusun dapat dilihat pada
suatu instrumen. Jadi pengujian validitas itu Tabel 3, sedangkan untuk nilai reliabilitas soal
mengacu pada sejauh mana suatu instrumen peta konsep tipe melengkapi dan menyusun
dalam menjalankan fungsi. Sedangkan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Validitas Rata–Rata Soal Peta Konsep Tipe Melengkapi dan Menyusun
Validitas Rata-Rata
Tipe Soal Pokok Bahasan Keterangan
VIII D VIII E
Usaha & Energi 0,84 0,86 Sangat Tinggi
Melengkapi
Tekanan 0,68 0,72 Tinggi
Usaha & Energi 0,82 0,78 Sangat Tinggi, Tinggi
Menyusun
Tekanan 0,84 0,77 Sangat Tinggi, Tinggi

Tabel 4. Reliabilitas Soal Peta Konsep Tipe Melengkapi dan Menyusun


Validitas Rata-Rata
Tipe Soal Pokok Bahasan Keterangan
VIII D VIII E
Usaha & Energi 0,87 0,74 Sangat Tinggi, Tinggi
Melengkapi
Tekanan 0,90 0,85 Sangat Tinggi
Usaha & Energi 0,79 0,97 Tinggi, Sangat Tinggi
Menyusun
Tekanan 0,87 0,91 Sangat Tinggi

Berdasarkan analisis mengenai nilai demikian, soal peta konsep tersebut mampu
validitas dan reliabilitas soal peta konsep dengan digunakan untuk mengukur Minds-On Activity
tipe soal melengkapi dan menyusun, dengan siswa SMP Negeri 3 Adiwerna.
demikian dapat dikatakan bahwa soal tersebut Ketika mengukur Hands-On Activity siswa,
valid serta reliabel dengan kategori soal yaitu: perlu mengetahui validitas dan reliabilitas soal
tinggi dan sangat tinggi. Instrumen dikatakan peta konsep praktikumnya. Dengan demikian
valid jika instrumen tersebut dapat digunakan dapat dilihat bahwa soal peta konsep praktikum
untuk mengukur apa yang hendak diukur, begitu mampu menggantikan LKS praktikum atau tidak.
juga dengan reliabilitas, apabila instrumen sudah Nilai validitas dan reliabilitas soal peta konsep
dikatakan reliabel maka instrumen tersebut praktikum dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel
dapat digunakan untuk mengukur apa yang 6.
hendak diukur (Sugiyono, 2008). Dengan

Tabel 5. Validitas Rata–Rata Soal Peta Konsep Praktikum Tipe Menyusun


Validitas Rata-Rata
Pokok Bahasan Keterangan
VIII D VIII E
Usaha & Energi 0,73 0,79 Tinggi
Tekanan 0,73 0,78 Tinggi

18
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

Tabel 6. Reliabilitas Soal Peta Konsep Praktikum Tipe Menyusun


Reliabilitas
Pokok Bahasan Keterangan
VIII D VIII E
Usaha & Energi 0,63 0,94 Tinggi, Sangat Tinggi
Tekanan 0,93 0,69 Sangat Tinggi, Tinggi

Berdasarkan analisis mengenai nilai alternatif guru dalam melakukan kegiatan


validitas dan reliabilitas soal peta konsep evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa
praktikum dengan tipe soal menyusun yang khususnya pemahaman konsep siswa terhadap
berkaitan dengan praktikum energi potensial materi yang telah diterima selama proses
dan tekanan hidrostatis, dengan demikian dapat pembelajaran.
dikatakan bahwa soal tersebut valid serta
reliabel dengan kategori soal yaitu: tinggi dan DAFTAR PUSTAKA
sangat tinggi. Dengan demikian, soal peta konsep
praktikum mampu digunakan untuk mengukur Akkaya, R., E. Karakirik, & S. Durmus. 2005. A
Hands-On Activity siswa SMP Negeri 3 Adiwerna. Computer Assesment Tool for Concept
Mapping. Journal of Educational
Technology, 4:(3):1303-6521.
SIMPULAN

Alberta, C. 2005. A Concept mapping Toll to Handle


Bentuk instrumen evaluasi peta konsep Multiple Formalisms, Knowledge Science.
yang dapat digunakan untuk mengukur Minds-On Canada: Institute University of Calgary.
Activity siswa pada pokok bahasan usaha dan
energi serta tekanan adalah soal peta konsep tipe Anni, C. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES
melengkapi yang meminta siswa untuk mengisi Press.
peta konsep yang masih rumpang dengan
konsep, kata penghubung, proposisi, dan contoh Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
dengan benar, sedangkan tes peta konsep tipe
menyusun, dimana siswa diminta untuk
Ausubel, D. 1968. Educational Psychology, A Cognitive
menyusun daftar konsep yang tersedia di dalam View. New York: Holt, Rinehart and
soal agar menjadi peta konsep yang baik dan Winston.
benar. Untuk mengukur Hands-On Activity siswa
yang berkaitan dengan praktikum yang telah Basuki, I. & Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran.
dilakukan oleh siswa menggunakan soal peta Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
konsep tipe menyusun, dimana siswa diminta
untuk menyusun daftar konsep praktikum yang Boujaoude, Saouma, & A. May. 2008. The Effect of
Using Concept Maps as Study Tools on
tersedia di dalam soal agar menjadi peta konsep
Achievement in Chemistry. Eurasia Journal
yang baik dan benar sesuai dengan praktikum.
of Mathematics, Science and Technology
Berdasarkan uji hipotesis yang telah Education, 4:(3):233-246.
dilakukan, soal peta konsep dapat digunakan
untuk mengukur Minds-On Activity siswa dan Croasdell, D., L. Freeman, & A. Urbaczewski. 2003.
mampu digunakan untuk mengukur Hands-On Concept Maps for Teaching And Assesment.
Activity siswa khususnya siswa SMP Negeri 3 Communications of the Association for
Adiwerna, Tegal. Selain itu, nilai validitas dan Infromation Systems, 12:(6):396-405.
reliabilitas instrumen peta konsep dikategorikan
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: IKIP
tinggi dan sangat tinggi, dengan demikian
Semarang.
instrumen peta konsep mampu dijadikan
19
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

Depdiknas. 2004. Pedoman Model Penilaian Kelas Ruiz-Primo, M.A., E.S. Schultz, & R.J Shavelson. 1997.
KTSP. Jakarta: Erlangga. On the validity of concept maps-bas
assessment interpretation: An experiment
Hamzah, B. U. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi testing the assumption of hierarchical
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. concept maps in science. Paper presented at
the annual meeting of the American
Hermawan, A. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Educational Research Association, Chicago,
Pembelajaran. Jakarta: Universitas IL.
Terbuka.
Sasa, A. & S. Barbara. 2005. Using Concept Maps in
Kadir. 2004. Efektivitas Strategi Peta Konsep dalam Teaching Organic Chemical Reaction.
Pembelajaran Sains dan Matematika. Jurnal Pedagogical Paper, Slovenia.
Pendidikan dan Kebudayaan, 51:(10).
Setyawardani, D., A. Rusilowati, & Hartono. 2012.
Liu, X., J. Ebenezer, & D.M. Frazer. 2002. Structural Pengembangan Alat Evaluasi Proposition
Characteristics of University Student’s Generating Task Untuk Mengukur Struktur
Conceptions of Energy. Journal of Research Kognitif Siswa di SMA. Journal of Innovative
in Science Teaching, 39:(5):423-441. Science Education, 1:(2):90.

Munthe, B. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Sholahudin, A. 2002. Implementasi Teori Ausubel pada
Pustaka Intan Madani. Pembelajaran Senyawa Karbon di SMU.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta,
Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis 39:(8):810.
Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara. Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology Teory: Theory
and Practice Fouth Edition. Massachusetts:
Pandley, B.D., R.L. Bretz, & J.D. Novak. 1994. Concept Allyn and Bacon Publishers.
Maps As A Tool To Asses Learning in
Chemistry. Journal of Chemical Education, Sopiah, S., Wiyanto, & Sugianto. 2009. Pembiasaan
71:(1):9-15. Bekerja Ilmiah pada Pembelajaran Sains
Fisika untuk Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Plummer, K.J. 2008. Analysis of The Psychometric Fisika Indonesia, (5):15-16.
Properties of Two Different Concept-Map
Assesment Task. Disertation. Bringham Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Young University. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Richland, L.E. 2012. Teaching the Conceptual Structure Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
of Mathematics. Educational Psychologist,
47:(3):189-203. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rizkianawati, A., Wiyanto, & Masturi. 2015.
Implementasi Model Pembelajaran Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,
Multidimensional pada Pembelajaran Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Siswa. Unnes Physics Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Education Journal, 3:(1):67. (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Rohana, Y. Hartono, & Purwoko. 2009. Penggunaan
Peta Konsep dalam Pembelajaran Statistika Usman, H. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Dasar di Program Studi Matematika FKIP Bumi Aksara.
Universitas PGRI Palembang. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3:(2):92-102.

20
Anisa Furtakhul Janah / Unnes Physics Education Journal 7 (2) (2018)

Wiyanto. 2006. Pembelajaran Sains Berbasis Empat Yulianti, D. & Wiyanto. 2009. Perancangan
Pilar Pendidikan Universal. Prosiding Pembelajaran Inovatif Prodi Pendidikan
Seminar Pendidikan Regional Jawa Tengah, Fisika. Semarang: Lembaga Pengembangan
Jurusan Fisika Unnes, 12 September Pendidikan dan Profesi U.

21

Anda mungkin juga menyukai