Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Inspirasi Pendidikan

Universitas Kanjuruhan Malang

PERUBAHAN KONSEPTUAL FISIKA DENGAN AUTHENTIC PROBLEM


MELALUI INTEGRATIVE LEARNING PADA TOPIK GERAK LURUS PADA SMA
SURYABUANA MALANG

Muhammad Nur Hudha1, Lia Yuliati2, Sutopo2


1
Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Kanjuruhan Malang
2
Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang
muhammadnurhudha@yahoo.com

Tujuan pembelajaran Fisika pada tingkat SMA diarahkan untuk menguasai konsep dan melatihkan kerja ilmiah
atau scientific approach siswa yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perubahan konseptual siswa setelah melalui pembelajaran authentic problem melalui integrative
learning. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian mixed method. Desain penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah embedded experimental design. Data kualitatif yang berupa pelaksanaan pembelajaran
diambil melalui observasi langsung dan disajikan secara deskriptif. Data kuantitatif yang berupa nilai perubahan
konseptual siswa diambil melalui tes penguasaan konsep dan dianalisis melalui uji paired t-test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa : 1) Terdapat perubahan konseptual pada siswa setelah dilakukan pembelajaran Authentic
problem melalui Integrative Learning. 2) Pembelajaran authentic problem melalui integrative learning yang
diterapkan pada penelitian ini memiliki ciri : “ siswa memecahkan masalah otentik melalui diskusi dan
praktikum; evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi diri sendiri, evaluasi teman dan evaluasi guru“.

Kata Kunci: Perubahan Konseptual, Integrative Learning, Authentic Problem

PENDAHULUAN atau prakonsepsi yang berasal dari penga-


Tujuan pembelajaran Fisika pada lamannya sendiri (Blizak & Chafiqi, 2007;
tingkat SMA diarahkan untuk membentuk Suparno, 1999). Pada umumnya, penge-
sikap positif dan kerja ilmiah atau tahuan awal atau prakonsepsi yang
scientific approach terhadap fisika dimiliki siswa cenderung berbeda dengan
(Ullmer, 2011; Wieman, 2007; Wenning, konsep ilmiah yang disepakati oleh para
2011), mengembangkan kemampuan ahli, meskipun ada juga yang sudah sesuai
berpikir, dan mengembangkan penguasaan dengan konsep ilmiah (Wenning, 2005;
konsep untuk digunakan sebagai bekal Suparno, 2013). Dalam konteks ini,
pendidikan yang lebih tinggi (Depdiknas, prakonsepsi siswa yang berbeda dengan
2006). Hal ini sesuai dengan hakikat konsep ilmiah disebut konsepsi salah.
IPA/Fisika yang merupakan ilmu Pembelajaran yang efektif harus
pengetahuan tentang gejala alam yang dapat mengembangkan perubahan
dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip konsepsi ke arah yang lebih bermakna
dan hukum yang teruji kebenarannya (Suparno, 1999). Perubahan bisa dalam
melalui kegiatan ilmiah (Yuliati, 2008). arti siswa memperluas konsep atau
Menurut teori belajar konstruk- merubah dari konsepsi yang salah menjadi
tivistik, siswa datang ke dalam kelas tidak konsepsi benar. Konsepsi yang sudah
dengan “kepala kosong”, akan tetapi benar akan membantu siswa dalam
mereka sudah memiliki pengetahuan awal menguasai konsep baru (Winahyu, 2006),
Volume 6 No. 1 Januari 2016 733
Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

sedangkan konsepsi salah yang dibawa secara spontan mengatakan bahwa sebuah
siswa harus diremidiasi melalui benda yang massanya lebih besar akan
pembelajaran karena menghambat siswa jatuh lebih cepat daripada benda yang
dalam memahami materi pembelajaran dan lebih ringan (Suparno, 2013).
mengembangkan konsep dipikiran siswa Siswa sebaiknya dapat menga-
(Aydin & Kelees, 2002; Wenning, 2005). plikasikan hasil belajarnya untuk
Perubahan konseptual merupakan memecahkan masalah dalam kehidupan
perubahan konsepsi tentang suatu konsep nyata. Permasalahan dalam konteks nyata
dari sebelum ke sesudah mengikuti sangat diperlukan agar siswa mampu
pembelajaran (Davis, 2001). Perubahan menerapkan ilmunya di kehidupan sehari-
konseptual bisa dilakukan melalui proses hari. Barrows & Lynda (2007: 92-93)
berpikir dan mengubah pemikiran membagi beberapa permasalahan menjadi
(Thagard, 1997; Treagust & Duit, 2009). fictional, authentic, dan real. Authentic
Perubahan itu memerlukan berbagai proses problem adalah masalah yang didasarkan
pembelajaran yang memungkinkan siswa pada masalah yang benar-benar ditemui di
untuk mengembangkan konsep-konsep tempat kerja atau kehidupan nyata, yang
baru dan memformulasikan cara berpikir pada umumnya bersifat kompleks
yang sudah ada (Arends, 2012). Authentic problem cocok diterap-
Konsep-konsep dalam mekanika kan pada pembelajaran yang menekankan
merupakan dasar dari ilmu Fisika yang pentingnya siswa untuk menghubungkan
lain dan sebagian besar konsep mekanika konsep dengan aplikasi dalam kehidupan
berkaitan dengan berbagai fenomena fisik nyata. Salah satu contoh pembelajaran
dalam kehidupan sehari-hari (Sutopo, tersebut adalah Integrative learning (Peet
2012). Sebagian besar siswa menunjukkan dkk , 2011; Shi, 2006). Integrative
pemahaman konseptual yang kurang pada Learning dapat menguatkan pengetahuan
bidang mekanika meskipun mereka telah secara mendalam berdasarkan pengalaman
belajar konsep-konsep tersebut sebelum- langsung yang ditempuh selama proses
nya (Sutopo dkk, 2011). Salah satu konsep pendidikan. Pengalaman langsung siswa
mekanika yang paling mendasar adalah dapat ditanamkan melalui materi konteks-
gerak lurus (Serway dan Jewett, 2004:1). tual dan berkaitan dengan kehidupan
Konsep gerak lurus memiliki sehari-hari siswa (Shi, 2006). Menurut
banyak aplikasi dalam dunia nyata, namun Peet dkk (2011) integrative learning
banyak siswa yang mengalami konsepsi merupakan pembelajaran yang membantu
salah tentang kecepatan, kelajuan, dan siswa untuk mengintegrasikan penge-
percepatan (Hake , 1998; Reif & Allen, tahuan dari berbagai rangkaian
1992; Ivowi, 1984; Arons, 1981; Shaffer pembelajaran, mengaplikasikan pengeta-
& McDermott 2005; Singh & Schunn, huan yang diperoleh dari satu tempat
2009; dan Suparno, 2013). Siswa juga kepada situasi yang baru, serta meng-
mengalami konsepsi salah tentang identifikasi atau menghubungakan pe-
percepatan gravitasi pada fenomena gerak ngetahuan siswa.
jatuh bebas. Kebanyakan siswa di kelas
Volume 6 No. 1 Januari 2016 734
Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

Para ahli pendidikan telah banyak Penelitian ini diharapkan dapat


melakukan penelitian integrative learning. mendeskripsikan perubahan konseptual
Intergrative learning dapat memberikan yang terjadi pada siswa. Disamping itu
pengalaman yang bermakna bagi siswa juga untuk mengetahui bagaimanakah
(Ruokonena & Ruismäki, 2012). implementasi pembelajaran authentic
Penelitian yang dilakukan oleh Becker & problem melalui integrative learning pada
Park (2011) menunjukkan adanya topik gerak lurus.
peningkatan hasil belajar siswa. Vasile
(2011) menyatakan pendekatan yang METODE PENELITIAN
bersifat integrative learning yang Penelitian ini menggunakan jenis
direalisasikan pada proses pembelajaran penelitian mixed method. Desain penelitian
dapat meningkatkan minat, sikap, emosi yang digunakan pada penelitian ini adalah
dan kepribadian siswa. Intergrative embedded experimental design yang
learning juga dapat meningkatkan diadaptasi dari Creswell & Clark (2007),
perkembangan spiritual, sehingga seperti ditunjukan pada Gambar 1.1.
perkembangan afektif siswa dan kesadaran Subjek penelitian adalah siswa kelas X
spiritual siswa dapat terkontrol (Ogden & SMA Suryabuana Malang 2013/2014
Sias. 2010). dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa.

Eksperimen

Data Data kuantitatif


kuantitatif Pembelajaran Integrative Learning pos-tes
Kual pre-tes Kual
konseptual
konseptual

Proses pengumpulan dan analisis


data kualitatif

Gambar. 1.1 Embedded Research Design (Diadaptasi dari Cresswell & Clark, 2007)

Instrumen Penelitian yang diguna- Teknik analisis yang digunakan


kan di dalam penelitian ini terdiri dari dua pada penelitian ini terdiri atas analisis
jenis yaitu instrumen perlakuan dan secara kualitatif dan analisis secara
instrumen pengukuran. Instrumen perlaku- kuantitatif. Jenis data pada penelitian ini
an dalam penelitian ini berupa silabus, terdiri dari data kualitatif dan data
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kuantitatif yaitu data pelaksanaan
dan lembar kerja siswa. Instrumen pembelajaran dan data perubahan konsep-
pengukuran meliputi instrumen untuk tual siswa. Data dan sumber data lebih
melihat perubahan konseptual dan ins- lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
trumen panduan wawancara.

Volume 6 No. 1 Januari 2016 735


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

Tabel 1.1. Data dan Sumber Data

Data Jenis data Sumber data Instrumen Teknik


pengambilan data pengambilan data
Pelaksanaan Kualitatif Interaksi guru- Dokumentasi, catatan Observasi
pembelajaran siswadalam lapangan
pembelajaran
Perubahan Kuantitatif Siswa Tes penguasaan konsep Pre-tes dan pos-tes
konseptual siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN penguasaan konsep. Data kuantitatif pretes


Data kuantitatif berasal dari nilai dan postes penguasaan konsep disajikan
pretes dan postes siswa pada tes pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Pretes dan Postes Penguasaan Konsep

Data Jumlah Data (N) Rata-Rata Skor Tertinggi Skor Terendah


Pretest 15 41,7 63 30
Postest 15 76,27 90 60

Berdasarkan data pada Tabel 1.2 dapat Berikut deskripsi kualitatif


diketahui bahwa rata-rata postes siswa perubahan konseptual siswa pada masing-
lebih tinggi daripada rata-rata pretes siswa. masing sub topik berdasarkan hasil analisis
Selain itu, hasil uji-t pada 2 kelompok nilai tes, wawancara dan pengamatan selama
dari 1 kelompok subjek menunjukkan skor pembelajaran berlangsung.
pretest dan postest berbeda secara 1. Jarak dan perpindahan
signifikan. Jadi, pembelajaran memberikan Perubahan konseptual pada sub
dampak positif pada perubahan konseptual topik jarak dan perpindahan dapat dilihat
pada siswa. pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Perubahan konseptual pada sub topik jarak dan perpindahan

Konsep sebelum Persentase Konsep sesudah Persentase


(%) (%)
Benar  Jarak dan perpindahan 67  Jarak berbeda dengan 80
itu tidak sama. perpindahan.
 Jarak tidak mempunyai 27  Jarak tidak mempunyai 73
arah. arah.

 Jarak merupakan besaran 73


skalar.
 Perpindahan mempunyai 73
arah.

Volume 6 No. 1 Januari 2016 1


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

 Perpindahan merupakan 73
besaran vektor.
Salah  Jarak dan perpindahan 33
itu sama.  Menghitung perpindahan
 Jarak mempunyai arah. 73 sama dengan menghitung 33
jarak.

Pada sub topik jarak dan perpindahan, kecepatan dan kelajuan. Siswa yang
konsepsi yang benar yaitu jarak memiliki konsepsi tersebut mengalami
merupakan besaran skalar sedangkan perubahan ke konsepsi yang benar pada
perpindahan adalah besaran vektor. akhir pembelajaran, yakni jarak adalah
Namun hampir 73% siswa masih panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu
beranggapan jarak mempunyai arah dan benda dalam selang waktu tertentu,
27% berpendapat jarak tidak mempunyai sedangkan perpindahan merupakan
arah. Siswa belum bisa membedakan perubahan posisi enda dalam selang waktu
antara jarak dan perpindahan baik itu dari tertentu (Serway & Jewett, 2004).
segi pengertian maupun besarannya dan 2. Kelajuan dan kecepatan
masih ada siswa yang menganggap bahwa Perubahan konseptual pada sub
konsep jarak dan perpindahan itu sama. topik kelajuan dan kecepatan dapat dilihat
Hal ini berdampak saat siswa membedakan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Perubahan konseptual pada sub topik kelajuan dan kecepatan

Konsep sebelum Persentase Konsep sesudah Persentase (%)


(%)
Benar  Kecepatan berbeda 27  Kecepatan berbeda dengan 80
dengan kelajuan. kelajuan.
 Kelajuan merupakan besaran 73
skalar.
 Speedometer merupakan alat
ukur kelajuan. 73
 Speed merupakan kecepatan.
 Percepatan bertanda positif 73
jika searah sumbu positif dan 67
bertanda negatif jika searah
sumbu negatif.
 Dua benda bergerak dalam
waktu dan percepatan yang 67
samabelum tentu akan
mempunyai jarak tempuh
yang sama, karena kecepatan
awal perlu diperhitungkan.
Salah  Kecepatan disamakan 53  Percepatan selalu bernilai
dengan kelajuan. positif.

Volume 6 No. 1 Januari 2016 737


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

 Kelajuan merupakan 60  Kelajuan merupakan besaran 33


besaran vektor. vektor.
 Speedometer 20
merupakan alat ukur 60
kecepatan.
 Percepatan dirancukan 13
dengan speed.
 Percepatan selalu 53
bernilai positif.
 Dua benda bergerak 87
dalam waktu dan
percepatan yang sama
akan mempunyai jarak
tempuh yang sama.

Pada sub topik kelajuan dan kecepatan, speedometer merupakan alat untuk
siswa mengalami perubahan konsepsi mengukur kecepatan. Sedangkan konsep
tentang perbedaan kelajuan dengan sebenarnya adalah speedometer
kecepatan. Menurut wawancara, siswa merupakan alat untuk mengukur kelajuan.
menyamakan konsep antara kecepatan dan Siswa banyak yang berpikir jika
kelajuan. Pada umumnya siswa dua benda bergerak dalam waktu dan
beranggapan bahwa konsep kelajuan sama percepatan yang sama akan mempunyai
dengan kecepatan. Tetapi konsep yang jarak tempuh yang sama. Siswa lupa
sebenarnya tidaklah demikian, dimana memperhitungkan kecepatan awal benda.
kelajuan adalah jarak yang ditempuh tiap Dalam rumus jarak St=V0.t+1/2 a.t2
satuan waktu dan merupakan besaran tampak bahwa kecepatan awal (V0) ikut
skalar yang nilainya selalu positif, menetukan jarak yang ditempuh suatu
sehingga tidak memedulikan arah, benda. Dua benda yang bergerak dengan
sedangkan kecepatan adalah perubahan kecepatan awal berlainan, meskipun waktu
kedudukan/perpindahan suatu benda (t) dan percepatannya (a) sama, akan
terhadap waktu dan merupakan besaran menempuh jarak yang berbeda (Serway &
vektor, sehingga memiliki arah. Dalam Jewett, 2004; Suparno, 2013:13; Young &
gerak satu dimensi (gerak lurus) arah Freedman, 2002).
kecepatan diwakili/dinyatakan dengan Hasil penelitian lain juga
tanda +-. Tanda + jika searah sumbu + dan menyatakan siswa masih banyak
tanda – jika berlawanan arah dengan mengalami konsepsi salah tentang
sumbu + (Serway & Jewett, 2004; Young kecepatan, kelajuan, dan percepatan
& Freedman, 2002: 34-35). Dari hasil (Hake, 1998; Reif & Allen, 1992; Ivowi,
pengamatan dan wawancara mengenai 1984; Arons, 1981; Shaffer & McDermott,
fungsi dari speedometer, bahwa sebagian 2005; Singh & Schunn, 2009; dan
besar siswa beranggapan bahwa Suparno, 2013). Konsepsi salah tersebut

Volume 6 No. 1 Januari 2016 738


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

dialami siswa karena siswa tidak bisa dalam menguasai konsep baru (Winahyu,
membedakan kecepatan sebagai besaran 2006),
vektor dan kelajuan sebagai besaran 3. Percepatan GLB dan GLBB
skalar. Pembelajaran sebaiknya harus Perubahan konseptual pada sub
menekankan konsep di awal sehingga topik percepatan GLB dan GLBB dapat
siswa dapat mengembangkan konsepsi dilihat pada Tabel 1.5.
yang benar dan dapat membantu siswa

Tabel 1.5. Perubahan konseptual pada sub topik percepatan GLB dan GLBB

Konsep sebelum Persentase Konsep sesudah Persentase (%)


(%)
Benar  GLB dan GLBB 80  Percepatan tidak selalu terjadi 60
berbeda. dalam arah yang sama dengan
 GLB itu merupakan 67 benda yang sedang bergerak.
gerak suatu benda Siswa sudah mengetahui apa
yang kecepatannya yang disebut dengan
tetap. 73 perlambatan atau percepatan
 Gerak lurus berubah negatif, yang arahnya
beraturan (GLBB) berlawanan dengan benda
adalah gerak suatu yang sedang bergerak.
benda yang menempuh  Sudah bisa membedakan 73
lintasan lurus dan gravik hubungan v-t antara
mengalami perubahan GLB dan GLBB.
kecepatan yang sama
setiap sekonnya atau
mengalami percepatan
yang konstan.

Salah  Percepatan selalu 47  GLB itu merupakan gerak 40


terjadi dalam arah suatu benda yang
yang sama dengan percepatannya tetap.
benda yang sedang  Belum bisa membedakan 27
bergerak. grafik hubungan v-t antara
 Sulit membedakan 53 GLB dan GLBB.
grafik hubungan v-t
antara GLB dan
GLBB.

Beberapa siswa ada yang masih perlambatan atau percepatan negatif, yang
beranggapan bahwa percepatan selalu arahnya berlawanan dengan benda yang
terjadi dalam arah yang sama dengan sedang bergerak (Suparno, 2013). Siswa
benda yang sedang bergerak. Siswa tidak juga masih kesulitan membedakan bentuk
mengerti bahwa ada yang disebut grafik hubungan antara variabel yang
Volume 6 No. 1 Januari 2016 739
Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

terdapat pada GLB dan GLBB. Berdasar- 4. Gerak jatuh bebas.


kan wawancara terhadap siswa, hal ini Perubahan konseptual pada sub
dikarenakan siswa belum terbiasa meng- topik gerak jatuh bebas dapat dilihat pada
gambar grafik sehingga siswa mengalami Tabel 1.6.
kesulitan.

Tabel 1.6. Perubahan konseptual pada sub topik gerak jatuh bebas

Konsep sebelum Persentase Konsep sesudah Persentase (%)


(%)
Benar  Gerak jatuh bebas 27  Gerak jatuh bebas merupakan 80
merupakan contoh gerak yang hanya dipengaruhi
GLBB. oleh gaya gravitasi bumi.
 Kedua benda itu akan jatuh 60
dengan percepatan yang sama
dan waktu yang ditempuh
sama (bila tidak ada unsur
lain yang mempengaruhi).

Salah  Gerak jatuh bebas 73  Gerak jatuh bebas itu 40


merupakan gerakan merupakan gerak suatu benda
benda yang jatuh yang kecepatannya tetap.
secara bebas. 40
 Benda yang memiliki
massa lebih besar pasti
akan jatuh lebih cepat
daripada benda yang
memilki massa lebih
ringan.

Siswa mengalami perubahan mengenai pendapat Aristoteles (Serway dan Jewett,


definisi gerak jatuh bebas pada sub topik 2004:57), yaitu semakin berat sebuah
gerak jatuh bebas. Siswa dahulu benda, semakin cepat pula benda tersebut
menganggap gerak jatuh bebas merupakan jatuh di bandingkan dengan benda yang
gerak yang jatuh secara bebas. Setelah lebih ringan. Padahal kedua benda itu akan
mendapatkan pembelajaran ini siswa jatuh dengan percepatan yang sama dan
menambah informasi bahwa gerak jatuh waktu yang ditempuh sama (bila tidak ada
bebas merupakan gerak yang hanya unsur lain yang mempengaruhi) (Suparno,
dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi 2013).
(Serway & Jewett, 2004:57; Young &
Freedman, 2002: 46). KESIMPULAN
Temuan lainnya pada sub topik Berdasarkan hasil penelitian dan
gerak jatuh bebas adalah sesuai dengan pembahasan yang diuraikan, maka dapat

Volume 6 No. 1 Januari 2016 2


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

disimpulkan : 1) Terdapat perubahan Blizak & Chafiqi, 2007. “Student


konseptual pada siswa setelah dilakukan Misconceptions About Light in
pembelajaran Authentic problem melalui Algeria”. Optical Society of
America. (online),
Integrative Learning. Rata-rata skor
(http//www.opticsinfobase.org/abst
penguasaan konsep berubah dari 41,7 rac.cfm? URI=ETOP-2009-
menjadi 76,27. 2) Pembelajaran authentic EMA5), diakses 22 Maret 2014
problem melalui integrative learning yang
diterapkan pada penelitian ini memiliki ciri Cresswell, J.W., & Clark, V.L.P., 2007.
: “ siswa memecahkan masalah otentik Designing and Conducting Mixed
Methods Research. California:
melalui diskusi dan praktikum; evaluasi
Sage Publications.
yang dilakukan meliputi evaluasi diri
sendiri, evaluasi teman dan evaluasi guru“. Davis, J. 2001. Conceptual Change.
Department of Educational
DAFTAR RUJUKAN Psychology and Instructional
Arends, R. I. 2012. Learning to Teach: 9th Technology, University of Georgia.
edition. New York: McGraw-Hill. (online),
(http://epltt.coe.uga.edu/index.php?
Arons, A. 1981. “Thinking, Reasoning and title=Conceptual_Change) diakses
Understanding in Introductory 6 Mei 2013
Physics Courses”. The Physics
Teacher, 19. 166-172 Depdiknas.2006. Permen Diknas No. 22.
Kurikulum Fisika (Standar Isi).
Aydin , S., Kelees, P.U., & Hasiloglu, M. Jakarta:Depdiknas.
2002. “Establishment for
Misconceptions that Science Hake, R.R. 1998. “Interactive-engagement
Teacher Candidates Have About versus traditional methods: A six-
Geometric Optic”. The Journal of thousand-student survey of
New Horizon in Education, 2 (3): mechanics test data for
7-15. introductory physics courses”.
American Journal of Physics. 66,
Barrows, H.S. & Lynda, W.K.N. 2007. (1), 6474
Principles and Practice of aPBL.
Jurong: Pearson Prentice Hall Ivowi, U.M.O. 1984. “Misconceptions in
Physics Amongst Nigerian
Becker, K & Park, K. 2011. “Effects of Secondary School Students”.
integrative approaches among Physics Education, 19, 279-285
science technology, engineering,
and mathematics (STEM) subjects Ogden,K.R.W., & Sias, S.M., 2010. “An
on students’ learning: A integrative spiritual development
preliminary meta-analysis”. model of supervision for
Journal of STEM Education, counselors-in-training”. Ideas and
(online), 12(5&6), 23-37., diakses Research You Can Use: VISTAS
25 Maret 2013 2010 ,(online), Article 44,
(http://counselingoutfitters.com/vis

Volume 6 No. 1 Januari 2016 741


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

tas/vistas10/Article_44.pdf), Singh, C., & Schunn, C.D. 2009.


diakses 27 Maret 2013 “Connecting Three Pivotal
Concepts in K-12 Science State
Peet, M., Lonn, S., Gurin, P., Boyer, K.P., Standards and Maps of Conceptual
Matney, M., Marra, T., Taylor, Growth to Research in Physics
S.H., & Daley, A. 2011. “Fostering Education”. Journal of Physics
Integrative Knowledge through e Teacher Education, (Online), 5(2):
Portfolios”. International Journal 16-42, (www.phy.ilstu.edu/jpteo),
of ePortfolio, (Online), 1 ( 1 ) 11- diakses 19 Januari 2013
31, (www.theijep.com), diakses 17
April 2013. Suparno, P. 1999. “Teori Perubahan
Konsep dan Aplikasinya dalam
Reif, F. and Allen, S.1992. “Cognition for Pembelajaran Fisika”. Jurnal Ilmu
interpreting scientific concepts: A Pendidikan, X(1): 15-26.
study of acceleration”. Cognition
and Instruction. 9, (1), 144. Suparno, P. 2013. Miskonsepsi &
Perubahan Konsep Dalam
Ruokonena, I & Ruismäki, H., 2012. Pendidikan Fisika. Jakarta : PT.
“Learning Circus skills in a day Grasindo
care centre: Student teachers in a
cooperative, integrative arts Sutopo, Liliasari, Waldrip, B. and
education project”. Procedia Social Rusdiana, D. 2011. The need of
and Behavioral Sciences, (Online), representation approach to provide
69 ( 2012 ) 1443 – 1451. prospective physics teacher with
(http://www.sciencedirect.com), better reasoning ability and
diakses 25 Maret 2013. conceptual understanding. Paper
presented at the fifth international
Serway, R. A. & Jewett, J. W. 2004. seminar of science education,
Physics for Scientists and Indonesia University of Education,
Engineers, Sixth Edition. Pomona: Bandung, Indonesia, November 12.
Thomson Brooks/Cole
Sutopo. 2012 .The Use Of
Shaffer, P.S. and McDermott, L.C. 2005. Representational Approach To
“A research –based approach to Improve Students’ Learning In
improving students understanding Mechanics In Selected Topics Of
of vector nature of kinematical The School Physics Course.
concepts”. American Journal of Disertasi tidak diterbitkan.
Physics. 73, (10), 921931. Bandung: PPS UPI

Shi, D.E. 2006. Technology and Thagard, P. 1997. “Conceptual Change.


Integrative Learning: Enabling Canada: University of waterloo”.
Serendipitous Connectivity across Intermediate Article, (Online) 666-
Courses. Washington : AAC&U, 670, (http://www
(online), (http://www.aacu.org), cogsci.uwaterloo.ca/Articles/conc.c
diakses 26 april 2013 hange ), diakses 10 Mei 2013

Volume 6 No. 1 Januari 2016 742


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

Treagust, D.F, & Duit, R. 2009. “Multiple Wenning, C.J., 2005. “Minimizing
Perspective of Conceptual Change resistance to inquiry-oriented
in Science and the Challenges science instruction: The
Ahead”. Journal of Science and importancw of climate setting”.
Mathematics Education in Journal Physics Teacher Education
Southeast Asia. Vol. 32 No. 2, 89- Online. 3(2), 10-15,
104. (http://www.jpteo.com), diakses 27
Maret 2013
Ullmer, J.H.2011. The scientific method of
Sir William Petty. Erasmus Wenning, C. J. 2011. “Experimental
Journal for Philosophy and Inquiry in Introductory Physics
Economics. (online), 4(2) 1-19. Courses”. Journal Physics Teacher
(http://ejpe.org/pdf/4-2-art-1.pdf), Education Online, (Online), 6(2):
diakses 28 April 2014 2-8, (http://www.jpteo.com),
diakses tanggal 27 Maret 2013
Vasile, C. 2011. “Entry points, interests
and attitudes. An integrative Winahyu. 2006. “Konsepsi Siswa dan
approach of Learning”. Guru Tentang Konsep-Konsep IPA
Sciencedirect Procedia Social and di SD se Kota Malang”. Jurnal
Behavioral Sciences , (Online), 11 Ilmu Pendidikan. 18 (20) : 12-27
(2011) 77–81,
(www.sciencedirect.com), diakses Young, H.D, & Freedman, R.A. 2002.
25 Maret 2013 Fisika Universitas Jilid 1. Edisi
Kesepuluh. Buku Satu. Terjemahan
Wieman,C. 2007.”Why Not Try? a : Endang Juliastuti. Jakarta :
Scientific Approach to Science Erlangga.
Education?”. Change Magazine.
(online), 39(5) 9-15, Yuliati, L. 2008. Model-model
(www.cwsei.ubc.ca/SEI_research/.. Pembelajaran Fisika: Teori dan
./Wieman-Change_Sept- Praktek. Malang: Lembaga
Oct_2007 ), diakses 23 April Pengembangan dan Pembelajaran
2014 UM.

Volume 6 No. 1 Januari 2016 743

Anda mungkin juga menyukai