PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memberikan
derajat kesehatan secara menyeluruh, merata, terjangkau dan dapat diterima oleh
pemenuhan kesehatan pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, pelayanan
medik dan non medik, sehingga sumber daya manusia merupakan bagian terpenting
dalam manajemen rumah sakit yang akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan
Salah satu upaya Rumah Sakit untuk menjaga kualitas pelayanan dengan mengetahui
kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh pelanggannya.
kenyataan akan tingkat pelayanan yang diterima dengan tingkat layanan yang
diharapkan. Mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien menunjuk pada
setiap pasien (Azwar, 1996 dalam Winda, Arifin & Darmawansyah, 2013).
sebagai perbedaan antara layanan yang nyata diterima atau dirasakan dengan layanan yang
1
sesungguhnya diharapkan atau diinginkan. Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan maka
layanan dapat dikatakan bermutu. Dan apabila kenyataan sama dengan yang diharapkan
maka layanan tersebut disebut memuaskan. Tetapi jika kenyataan tidak sesuai dengan yang
diharapkan atau lebih rendah dari harapan maka layanan tersebut tidak bermutu.
dinilai berdasarkan lima dimensi yaitu : (1) Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas
fisik, peralatan, pegawai, dan sarana komunikasi (2) Kehandalan (reliability) yaitu
kemampuan rumah sakit memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan. (3) Daya
tanggap (responsiveness) yaitu suatu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan
dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat. (4) Jaminan (assurance) yaitu
kemampuan, pengetahuan, kesopan santunan serta sifat dapat dipercaya pegawai Rumah
Sakit untuk menumbuhkan rasa percaya diri pasien. (5) Empati (empathy) yaitu memberikan
perhatian yang tulus kepada pasien, komunikasi yang baik dan berupaya memahami
kebutuhan pasien.
langkah awal dalam proses pemberian pelayanan yang prima kepada pengguna jasa. Kualitas
layanan pada banyak perusahaan jasa termasuk Rumah Sakit biasanya untuk memenuhi
standar kerja, standar produktivitas atau standar efisiensi kerja dan penggunaan teknologi
yang canggih dalam memberikan jasa. Selain komitmen terhadap kualitas layanan, komitmen
perusahaan terhadap kepuasan kerja karyawan juga perlu mendapat perhatian karena
kepuasan kepada karyawan akan berpengaruh positif terhadap kualitas layanan yang diterima
2
Dalam upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tidak terlepas
dari peran penting pelayanan keperawatan. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling
dominan di Rumah Sakit dari segi jumlah maupun keberadaannya dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang terdepan dan berkualitas kepada Pasien. Di unit rawat inap tenaga
keperawatan kontak pertama dan terlama dengan pasien, yaitu selama 24 jam perhari. Karena
itu perawat memegang posisi kunci dalam membangun citra Rumah Sakit (Nursalam, 2015).
menyebabkan perawat mengalami Role Stress. Robbins (2002) dalam Nugroho (2012)
menyatakan bahwa stress peran terjadi karena adanya tekanan pada tuntutan peran yang
diberikan kepada seseorang dalam organisasi. Sedangkan Tang & Chang (2010)
mendefinisikan role stress dapat terjadi jika peran yang diharapkan dan dirasakan berbeda.
Ketika menghadapai role stress, individu dapat berperilaku tidak menguntungkan terhadap
organisasi, seperti pengurangan kinerja, kelelahan kerja, dan pemgunduran diri (Ho, Chang,
Zorlu (2012) menjelaskan bahwa role stress muncul dalam dua bentuk, yaitu role
conflict dan role ambiguity. Role ambiguity terjadi ketika adanya ketidakjelasan tujuan dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat role ambiguity yang dirasakan
Perawat di Rumah Sakit dimana perawat selain bertugas melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien juga mengerjakan tugas lain seperti mengurus administrasi, Ambulasi terkait
laboratorium dan untuk transfusi darah, membagikan makanan pada pasien, dan melakukan
tugas lain yang tidak sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai perawat seperti
3
membersihkan ruangan saat cleaning service tidak ada. Selain itu role conflict terjadi ketika
perawat dihadapkan oleh harapan peran yang berbeda, Ketidaksesuaian atau ketidakcocokan
dalam persyaratan peran sehingga seorang karyawan yang harus memainkan dua atau lebih
peran secara bersamaan yang bertentangan dengan harapan dan tuntutan dalam organisasi.
Role conflict yang dirasakan Perawat di Rumah Sakit Daerah dimana sistem kekeluargaan
masih cukup kuat sehingga lebih mengutamakan kepentingan keluarga dibanding pasien lain
Role conflict dan role ambiguity yang tinggi akhirnya mengurangi kepercayaan diri
seseorang dalam kemampuan mereka untuk bekerja efektif dan berdampak pada rendahnya
kepuasan kerja yang dirasakan perawat (Tang & Chang, 2010). Bukti dari beberapa studi
empiris mendukung argumen ini. Contohnya, Hartline dan Ferrell (1996) menemukan bahwa
kepuasan kerja dan self efficacy yang tinggi dari karyawan mempunyai hubungan yang kuat
dan positif dengan kinerja karyawan dalam menciptakan service encounter yang baik.
Selain memiliki self efficacy yang tinggi perawat dalam suatu organisasi Rumah Sakit
harus mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Taylor, (1997) dalam Utomo
(2009) mengemukakan bahwa adaptasi merupakan usaha manusia untuk menyesuaikan diri
dengan tingkat, tempat, dan kondisi yang berbeda. Adaptability perawat merupakan
kemampuan yang dimiliki seorang perawat dalam menyesuaikan diri dengan perilaku yang
Titik awal dari pembahasan penelitian ini adalah bermula dari model pemasaran jasa
yang dikemukan oleh Hartline & Ferrell (1996) yang membahas secara simultan tiga
hubungan proses penyampaian jasa, yakni manager employee, employee role, dan employee
customer. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji sikap dan respon perilaku
4
customer contact employee yang dapat mempengaruhi persepsi customer terhadap Service
karyawan, evaluasi perilaku dasar pekerja, dan komitmen manajemen terhadap kualitas
layanan). Selain itu, McDonald & Siegall (1992) dalam Hartline & Ferrell (1996)
menemukan adanya korelasi positif yang signifikan antara self efficacy dan kepuasan kerja.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja meningkat karena perasaan kompetensi
dan kepercayan yang menyertai self efficacy membuat pekerjaan lebih menyenangkan.
Selain itu, konsep ini juga mengacu pada model persepsi pelanggan terhadap kualitas
layanan yang dikemukanan oleh Parasuraman, Zeihaml, & Berry (1988) menurut konsep ini
kualitas layanan yang disampaikan kepada pelanggan berdasarkan lima dimensi kualitas
Dalam penelitian ini, penulis melakukan modifikasi dari beberapa model yang telah
dikembangkan oleh peneliti sebelumnya. Pertama, memodifikasi model dari Hartline &
Ferrell (1996), dimana pada konsep ini penulis mengkaji hubungan antara role conflict dan
role ambiguity perawat terhadap kepuasan kerja karyawan, adaptability perawat di Rumah
Sakit. Kedua mengkaji mengkaji hubungan kepuasan kerja, self efficacy, dan adaptability
perawat terhadap Service Quality. Dan Ketiga, mengkajii persepsi pasien terhadap kualitas
pelayanan melalui 5 dimensi kualitas layanan dan mengidentifikasi kebutuhan pasien melalui
Quality Function Deployment. Secara spesifik dalam penelitian ini peneliti mengevaluasi
5
meningkatkan self efficacy, kepuasan kerja, meningkatkan adaptability dan mengurangi role
Penelitian terdahulu dilakukan untuk perbaikan Service Quality pada pasien di unit
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Unhas Makassar dengan menggunakan Quality Function
untuk melihat apa yang sesuai dan dibutuhkan pasien di Rumah Sakit tersebut dan melihat
kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang telah diterima oleh pasien. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui mutu pelayanan dan prioritas upaya peningkatan kinerja
unit Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Unhas Makassar sesuai dengan keinginan pasien
dalam penelitian ini diadopsi dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi RSUD Lamaddukkleng
Wajo pada jasa pelayanan kesehatan di unit rawat inap, kritis dan emergency terkait dengan
pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan.
Selain itu untuk meningkatkan servis quality yang dirasakan pasien. Manajemen
pelanggannya. Penelitian ini dilakukan untuk mencari strategi terbaik melalui bentuk
menjadi rencana spesifik untuk menghasilkan produk maupun jasa yang mempertemukan
kebutuhan-kebutuhan pasien terhadap kualitas pelayanan di bagian ruang rawat inap, kritis
dan emergency. Selain itu untuk meningkatkan servis quality yang dirasakan pasien. Peneliti
menganalsisis servis quality dalam bentuk penerapan Quality Function Deployment melalui
6
Berdasarkah latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh role
Stress, Kepuasan kerja, Self efficacy dan adaptability perawat terhadap servis quality pada
B. Rumusan Masalah
Role conflict dan role ambiguity merupakan dua unsur stres peran yang mempunyai
hubungan pada tingkat self efficacy dan kepuasan kerja. Perawat dengan self efficacy tinggi
juga akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Selain itu karyawan dapat
mengevaluasi kualitas pelayanan yang lebih baik dengan mampu beradaptasi untuk
menemukan kebutuhan dan permintaan pelanggan sehingga akan berdampak pada kualitas
pelayanan yang dirasakan pasien yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di Rumah
1. Bagaimana pengaruh antara role conflict dengan kepuasan kerja, self efficacy, dan
2. Bagaimana pengaruh antara role ambiguity dengan kepuasan kerja, self efficacy, dan
3. Apakah ada perbedaan role conflict, role ambiguity, kepuasan kerja, self efficacy, dan
adaptability Perawat di ruang rawat inap, ruang kritis , dan ruang emergency?
4. Bagaimana hubungan antara kepuasan kerja perawat, self efficacy dan adaptability
digunakan pada Analisis Quality Function Deployment yang diterapkan pada jasa
pelayanan kesehatan di unit rawat inap, ruang kritis dan emergency pada Rumah Sakit
7
6. Atribut apa saja yang masih memerlukan perhatian berdasarkan analsisis Quality
Function Deployment yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan guna mencapai tingkat
pelayanan yang optimal pada jasa pelayanan kesehatan di unit rawat inap, ruang kritis dan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan role conflict dan role ambiguity, kepuasan kerja, self
efficacy, dan adaptability perawat terhadap Service Quality pada Rumah Sakit Umum
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat inap, ruang kritis dan
2. Tujuan Khusus
3. Diketahuinya perbedaan role conflict, role ambiguity, kepuasan kerja, self efficacy,
dan adaptability Perawat di ruang rawat inap, ruang kritis , dan ruang emergency?
8
5. Untuk mengidentifikasi costumer requirement dan technical requirement yang akan
digunakan pada Analisis Quality Function Deployment yang diterapkan pada jasa
pelayanan kesehatan di unit rawat inap, ruang kritis dan emergency pada Rumah
6. Untuk mengetahui Atribut apa saja yang masih memerlukan perhatian berdasarkan
analsisis Quality Function Deployment yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan guna
mencapai tingkat pelayanan yang optimal pada jasa pelayanan kesehatan di unit rawat
inap, ruang kritis dan emergency pada Rumah Sakit Umum Daerah
Lamaddukkkelleng Wajo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukkkelleng Kab. Wajo dalam bidang
sumber daya manusia khususnya bagi kepuasan kerja perawat, self efficacy dan
adaptability perawat di Rumah Sakit terkait role conflict dan role ambiguity yang akan
rawat inap, ruang kritis dan emergency berdasarkan dimensi kualitas pelayanan.
2. Manfaat Keilmuwan