Anda di halaman 1dari 15

Tugas Keperawatan Jiwa II

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

DOSEN PENGAMPU :
Ns Dewi Eka Putri, M.Kep,SpKepJ

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:
Annisa Listyanti (1911312016)
Fadila Ramani (1911312040)
Fuja Rahimna (1911311001)
Hilma Sari (1911312034)
Holy Suci Lestari (1911313036)
Miftahul Khairah (1911313015)
Pebryanti Putri Yamani (1911311010)
Puti Mahagandhi (1911313006)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat
karunianya, kelompok dapat menyelesaikan makalah tentang “Terapi Aktifitas Kelompok” ini.
Kelompok sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan
pembaca. Kelompok juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.

Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran, pendapat, dan usulan dari pembaca demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga apa yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri dalam pengembangan pengetahuan di masa
yang akan datang.

Padang, 10 Oktober 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………....…….………....1

1.2 Tujuan penulisan……………………………………………………….....………………………1

1.3 Manfaat penulisan…………….……………………………………………………......………....2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...………….3

2.1 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok……......................................................................................3

2.2 Tujuan ………………….............................…………………………………...............................3

2.3 Jenis................................................................................................................................................3

2.4 Manfaat...........................................................................................................................................4

2.5 Tahap-Tahap
Dalam .......................................................................................................................5

2.6 Komponen Kelompok.....................................................................................................................6

2.7 Macam-macam……………….........…………………..................………..……………….....…..7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………...11

3.2 Saran………………………………………………………………….........................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini
dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.
Konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan mulai
adanya faktor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan
penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping
yang dipilih oleh seorang individu. Kemudian baru menentukan apakah perilaku individu
tersebut adaptif atau maladaptive.
Berbagai model pendekatan penanganan klien gangguan jiwa terdapat model terapi
kelompok, dimana model terapi kelompok dibagi lagi menjadi salah satunya yaitu Terapi
Aktivitas Kelompok. Suatu pendekatan terapi yang dilakukan sekelompok pasien secara
bersama–sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapys atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih yang bertujuan untuk memberikan
stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal, mengubah perilaku klien menjadi
adaptif.
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Handayani (2009), bahwa Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori (Audio Visual) berpengaruh positif terhadap kemampuan
bersosialisasi pada pasien harga diri rendah di RSJ. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Dan
penelitian Yusuf (2009) menyimpulkan bahwa Terapi Aktivitas Kelompok dapat
meningkatkan hubungan sosial pada penderita psikososial di RSJ. Radjiman Wediodiningrat
Lawang. Oleh karena itu, pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok harus dilakukan
sebaikbaiknya sesuai standar nasional pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok. Namun pada
kenyataannya terkadang dalam pelaksanaannya masih saja belum sesuai dengan intruksi kerja
yang seharusnya. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi perawat yang
bersangkutan, seperti misal jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan atau pengetahuan,
tingkatketerampilan, beban kerja, motivasi, dan kondisi ekonomi perawat.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi terapi aktivitas kelompok

2. Untuk mengetahui tujuan terapi aktivitas kelompok

3. Untuk mengetahui jenis terapi aktivitas kelompok

4. Untuk mengetahui manfaat terapi aktivitas kelompok

5. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam terapi aktivitas kelompok


6. Untuk mengetahui komponen kelompok

7. Untuk mengetahui macam-macam terapi aktivitas kelompok

8. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok

1.3 Manfaat
1. Agar dapat mengetahui defenisi terapi aktivitas kelompok

2. Agar dapat mengetahui tujuan terapi aktivitas kelompok

3. Agar dapat mengetahui jenis terapi aktivitas kelompok

4. Agar dapat mengetahui manfaat terapi aktivitas kelompok

5. Agar dapat mengetahui tahap-tahap dalam terapi aktivitas kelompok

6. Agar dapat mengetahui komponen kelompok

7. Agar dapat mengetahui macam- macam terapi aktivitas kelompok


BAB II
PEMBAHASAN
1. Defenisi

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang merupakan
upaya untuk memfasilitasi perawat atau psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada
waktu yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah pasien
dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami
(Keliat Budi Anna, 2014) .
Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktik kesehatan jiwa,
bahkan saat ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari
keterampilan terapeutik dalam keperawatan (Keliat B.A, 2005).
Terapi ini menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan
pengalaman dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Handayani, D.,
Sriati, A., & Widianti, 2013). Penggunaan terapi kelompok dalam praktek
keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,
pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan
2. Tujuan

Tujuan dari terapi aktivitas adalah

 untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota


(Purwanto, 2015).

 Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif


penyelesaian masalah (Keliat Budi Anna, 2014).

 Upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal halusinasi, melatih pasien


mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku maladaptive

 kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan.

 Mengembangkan sosialisasi dengan tipe kelompok remotivasi dengan


aktivitas mengorientasikan klien yang menarik diri dan regresi. Sedangkan
tipe lain yaitu tipe kelompok mengingatkan berupa aktivitas yang berfokus
untuk mengingatkan sebagai upaya menetapkan arti positif (Purwaningsih,
2012).

3. Jenis terapi aktivitas kelompok


Menurut Kusumawati & Hartono, (2011) secara umum jenis terapi aktivitas
kelompok terdiri dari 4 jenis, yaitu:
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif/ persepsi adalah terapi yang bertujuan
untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimulasi
persepsi dalam uoaya memotivasi
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien,


kemudian di observasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan
melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan kelompok untuk menstimulasi
sensori pada Klien yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.
c. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk


mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas)
d. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial.
4. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat diantaranya yaitu :


a. Secara umum meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialiasi,
membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

b. Secara khusus meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif


dan meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau social

c. Manfaat rehabilitasi meningkatkan keterampilan ekspresi diri, meningkatkan


keterampilan sosial, meningkatkan kemampuan empati dan meningkatkan
kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah (Purwaningsih, 2012).

5. Tahap-tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase-fase dalam
terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

 Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader,
anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi
pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok
seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.

Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah tujuan
dari kelompok. Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan dan
pelaksanaan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu, perlu
disusun proposal atau panduan pelaksanaan kegiatan kelompok.

Garis besar isi proposal adalah daftar tujuan umum dan khusus, daftar
pemimpin kelompok disertai keahliannya, daftar kerangka teoritis yang akan
digunakan pemimpin untuk mencapai tujuan, daftar kriteria anggota kelompok, uraian
proses seleksi anggota kelompok, uraian struktur kelompok, tempat sesi, waktu sesi,
jumlah anggota, jumlah sesi, perilaku anggota yang diharapkan dan perilaku
pemimpin yang diharapkan, uraian tentang proses evaluasi anggota kelompok dan
kelompok, uraian alat dan sumber yang dibutuhkan, jika perlu uraian dana yang
dibutuhkan. Proposal dapat pula berupa pedoman atau panduan menjalankan kegiatan
kelompok (Keliat, 2005)

 Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi,
konflik atau kebersamaan.

1) Orientasi

Anggota mulai mengembangkan system social masing-masing, dan leader


mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.

2) Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan


siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.

3) Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai


menemukan siapa dirinya.

 Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil
dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok,
dan penyelesaian masalah yang kreatif.
Kekuatan terapeutik dapat nampak seperti faktor memberi informasi, intalansi
harapan, kesamaan, alturisme, koreksi pengalaman, pengembangan teknik interaksi
sosial, peniruan perilaku, belajar hubungan interpersonal, faktor eksistensi, akatrsis
dan kekohefisian kelompok. Tugas utama pemimpin adalah membantu kelompok
mencapai tujuan dan tetap menjada kelompok ke arah pencapaian tujuan. Serta
mengurangi dampak dari faktor apa saja yang dapat mengurangi produktivitas
kelompok. Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai konsultan. Beberapa problem
yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-desclosure dan resistance.
Beberapa anggota kelompok menjadi sangat akrab, berlomba mendapatkan perhatian
pemimpin, tidak ada lagi kerahasiaan karena keterbukaan yang tinggi, dan
keengganan berubah perlu didefinisikan pemimpin kelompok agar segera melakukan
strukturisasi.

Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan


kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada kondisi ini
kelompok segera masuk ke fase berikut, yaitu perpisahan.

 Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. Terminasi dapat sementara
(temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karena anggota kelompok atau
pemimpin kelompok keluar dari kelompok. Evaluasi umumnya difokuskan pada
jumlah pencapaian baik kelompok maupun individu. Pada tiap sesi dapat pula
dikembangkan instrumen evaluasi kemampuan individual dari anggota kelompok.
Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang merupakan
paket dengan memperhatikan pencapaian tertentu. Terminasi yang sukses ditandai
oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada
kehidupan sehari-hari. Pada akhir sesi, perlu dicatat atau didokumentasikan proses
yang terjadi berupa notulen. Juga didokumentasikan pada catatan implementasi
tindakan keperawatan tentang pencapaian dan perilaku yang dilatih pada klien diluar
sesi.

6. Komponen Kelompok

Kelompok terdiri dari delapan aspek sebagai berikut :


a. Struktur Kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses


pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur
kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan
interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya
b. Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil
menurut Stuart & Laraia (2007) adalah 7-10 orang. Jika anggota kelompok
terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat dan pengalamannya. Jika terlalu kecil,
tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.
c. Lamanya Sesi

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit. Biasanya dimulai
dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja dan finishing
berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat
satu kali/ dua kali per minggu atau dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan.
d. Komunikasi

Komunikasi merupakan hal penting agar terciptanya suasana kondusif


dalam satu kegiatan kelompok. Salah satu tugas pemimpin kelompok yang
terpenting adalah mengobservasi dan menganalisis pola komunikasi dalam
kelompok.
e. Peran Kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok.


Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok
dalam kerja kelompok, yaitu maintenance roles, task roles, and individual role.
Maintenance roles yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi
kelompok.
f. Kekuatan Kelompok

Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam


memengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan
anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak
mendengar, dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.

g. Norma Kelompok

Norma kelompok adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok.


Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang
berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini.

h. Kekohefisian

Kekohefisian adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam


mencapai tujuan.
7. Macam- macam Terapi Aktivitas Kelompok
1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan
nilainilai
b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
d. Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan
2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori

Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita


yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan
meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan
stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan sensori
b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap
orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif,
interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
 Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan,
sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam
sekitar)
 Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
 Pembicaraan penderita sesuai realita
 Penderita mampu mengenali diri sendiri
 Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Tahapan kegiatan :
Sesi I : Orientasi Orang
Sesi II : Orientasi Tempat
Sesi III : Orientasi Waktu
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi,
waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan
orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat
4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan
social.
Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum : Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5. Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi
seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa
menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan
Tujuan :
a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan hubungan interpersonal

8. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah :
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok Sebelum melaksanakan terapi
aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal
tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok,
komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah
keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu
pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.

2. Tugas sebagai leader dan coleader Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi
komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk
menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok
menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin
jalannya terapi aktivitas kelompok.

3. Tugas sebagai fasilitator, Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan
kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota
kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.

4. Tugas sebagai observerTugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati


respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani
peserta/anggota kelompok yang drop out.

5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi. Masalah yang
mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya
keterbukaan resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok
yang drop out. Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok
terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.

6. Program antisipasi masalah Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan


untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang
dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok. (Purwaningsih
dan Karlina, 2010).

Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator.
Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi aktivitas yang digunakan adalah aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan
respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk klien mengalami halusinasi.
Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan yaitu, terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi mengenal halusinasi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi halusinasi mengusir atau menghardik halusinasi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi mengontrol halusinasi dengan bercakap – cakap dan terapi aktivitas
kelompok stimulasi perepsi mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat (Putri, 2017).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dapat membantu
membangun hubungan dengan orang lain, dengan terapi aktifitas kelompok, pasien dapat
bersosialisasi, mengetahui koteks realitas, menyalurkan energi, meningkatkan harga diri
(Pardede & Ramadia, 2021). Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani
dan mengekspresikan perasaan. Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan
jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini sebagai upaya untuk
memotivasi proses berpikir, mengenal halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta
mengurangi perilaku mal adaptif (Sutinah, dkk, 2020).
Setelah mendapatkan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori (halusinasi),
pasien terapi aktivitas kelompok di yayasan pemenang jiwa sumatera utara terjadi
peningkatan pengetahuan, pemahaman tentang cara mengontrol halusinasi dan tahu
bagaimana cara melakukannya. Peningkatan pengetahuan diketahui bahwa pasien mampu
mengingat SP 1-4 dari permainan terapi aktivitas kelompok.

3.2 Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan menjadikan Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi
persepsi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan masalah gangguan jiwa
khusunya pasien Halusianasi karena menurut penelitian (Sutinah, dkk, tahun 2020) tentang
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori (halusinasi) pada klien halusinasi
didapatkan hasil bahwa setelah mendapatkan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
sensori (halusinasi) klien halusinasi di rumah sakit jiwa provinsi jambi terjadi peningkatan
pengetahuan, pemahaman tentang cara mengontrol halusinasi dan tahu bagaimana cara
melakukannya.

Daftar pustaka

Maulana, I., Hernawati, T., & Shalahuddin, I. (2021). Pengaruh terapi aktivitas kelompok
terhadap penurunan tingkat halusinasi pada pasien skizofrenia: literature review.
Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada
Pasien Skizofrenia: Literature Review, 9(1), 153–160.

Ii, B. A. B., Terapi, P., & Kelompok, A. (2011). tujuan, umpamanya membantu individu
yang berperilaku destruktif dalam 7. 7–51.

Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. (2020). Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi Sensori (Halusinasi) Pada Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam Kesehatan, 2(2), 29.
https://doi.org/10.20473/jpmk.v2i2.19972

Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. (2020). Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi Sensori (Halusinasi) Pada Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam Kesehatan, 2(2), 29.
https://doi.org/10.20473/jpmk.v2i2.19972

Anda mungkin juga menyukai