Lembayung Luh Jingga - Uts Mku Pancasila Kelas H
Lembayung Luh Jingga - Uts Mku Pancasila Kelas H
Soal
1. Bangsa Indonesia pada saat ini telah kehilangan jati diri dan identitas sebagai bangsa. Hal
ini ditandai dengan hilangnya karakter bangsa dan moral bangsa yang mendasarkan nilai-
nilai Pancasila. Jika tidak segera ditangani hal ini dapat membawa bangsa Indonesia ke
arah kehancuran sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Jelaskan:
a. Mengapa hal ini bisa terjadi?
b. Bagaimana solusi yang semestinya/seharusnya dilakukan terkait dengan pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi untuk mengatasi hal tersebut?
Jawab :
a. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Saat ini, bangsa Indonesia telah kehilangan jati diri dan identitas sebagai
bangsa karena sejak beratus-ratus tahun yang lalu, Indonesia masih kesulitan dalam
menghadapi problematika terkait perbedaan yang ada. Masalah ini dapat perlahan
membuat jati diri dan identitas bangsa semakin memudar, sebab masyarakat masih
kesulitan menerima dan menoleransi perbedaan yang ada pada sekitarnya.
Hal ini dapat dilihat dari terjadinya berbagai konflik yang disebabkan oleh
beberapa pihak yang bersengketa karena perbedaan sosial di tengah masyarakat.
Seperti halnya perbedaan agama, suku, dan ras, kerap kali menjadi sumbu munculnya
berbagai konflik yang merusak tatanan persatuan masyarakat Indonesia. Persengketaan
yang disebabkan oleh perbedaan ini didasari oleh doktrin-doktrin dan kultur yang
ditanamkan oleh suatu golongan, sehingga golongan tersebut merasa superior
dibandingkan dengan golongan lainnya. Salah satu contoh konkret yang sering terjadi
di sekitar kita adalah pembakaran rumah ibadah. Pembakaran rumah ibadah terjadi
karena salah satu golongan merasa bahwa mereka lebih berkuasa dibandingkan dengan
pihak “minoritas”, sehingga pihak “minoritas” dapat tertindas oleh pihak yang merasa
dominan. Selain itu juga, sering kali terjadi pertumpahan darah antarsuku dan ras di
Indonesia yang disebabkan oleh fanatisme terhadap rasa solidaritas dalam mendukung
golongan masing-masing, sehingga apabila terdapat golongan lain yang memicu
permasalahan kepada salah satu bagian dari golongan tersebut, maka seluruh golongan
juga ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan.
Namun, bentuk solidaritas yang diterapkan dalam menyelesaikan masalah
antarsuku tersebut merupakan solusi yang jauh dari nilai-nilai moralitas, sebab tak
jarang penyelesaian masalah tersebut dilakukan dengan prinsip “nyawa dibayar
nyawa”. Proses penyelesaian masalah yang tidak didasari dengan nilai-nilai moral dan
kekeluargaan seperti ini, dapat menjadikan pertumpahan darah semakin meluap di
berbagai daerah Indonesia. Pola pikir dangkal yang tidak memprediksi dampak jangka
panjang seperti inilah yang dapat memicu perpecahan antargolongan pada masyarakat
Indonesia.
Selain itu juga, penyebab bangsa Indonesia dapat kehilangan jati diri karena
disebabkan oleh lunturnya nilai-nilai moral serta budaya luhur bangsa Indonesia .
Nilai-nilai moral semakin asing diterapkan oleh masyarakat Indonesia, banyak sekali
tindak asusila serta kriminalitas yang dinormalisasi pada zaman modern seperti saat
ini. Tentunya, hal ini dapat menghilangkan citra diri serta identitas bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang berbudi serta beradab.
Lunturnya nilai-nilai moral masyarakat Indonesia dapat dipicu oleh kurangnya
kesadaran masyarakat Indonesia dalam menanamkan sila-sila Pancasila sebagai
falsafah serta pandangan hidup sehari-hari. Selain itu juga, kurangnya pendidikan
karakter yang menyebabkan kesesatan pola pikir dan kesesatan bertindak, dapat
menjadi salah satu faktor kemunduran bangsa. Masyarakat Indonesia yang masih
memiliki kesesatan pola pikir dan kesesatan bertindak, tentunya belum memiliki
fondasi serta nilai-nilai moral yang fundamentalis untuk diterapkan pada kehidupan
sehari-hari. Pengaruh budaya asing yang liberal, juga dapat bertentangan dengan nilai-
nilai moral di Indonesia yang masih konservatif, sehingga dapat menggores identitas
bangsa Indonesia
2. Pendekatan dan kajian Pancasila di PT yang semestinya dilakukan di PT yaitu secara ilmiah
filosofis. Akan tetapi yang terjadi pada saat ini kajian masih sama dengan pada saat SMA
atau bahkan di tingkat pendidikan sebelumnya. Hal ini akan menimbulkan pendidikan
Pancasila sebagai mata kuliah terkesan mengulang-ulang dan membosankan.
a. Apakah Keuntungan yang diperoleh dengan mengkaji Pancasila secara Ilmiah?
b. Jelaskan: sudut pandang filosofis untuk mengkaji bentuk dan susunan Pancasila!
c. Jelaskan penggunaan metode ilmiah analitiko sentesis untuk mengkaji sila kedua
Pancasila. (Pandangan Notonagoro tentang manusia).
Jawab :
a. Keuntungan yang diperoleh dengan mengkaji Pancasila secara Ilmiah
Menurut kutipan dari “Pendidikan Pancasila” (Rukiyati, Lusila Andriani,
2008:15-16), Pancasila sebagai pengetahuan manusia merupakan pengetahuan yang
reflektif, bukan pengetahuan spontan. Proses penemuan pengetahuan Pancasila ini
diperoleh melalui kajian empiris dan filosofis terhadap berbagai ide atau gagasan,
peristiwa dan fenomena sosio-kultural religius masyarakat Indonesia. Hal ini
menandakan bahwa Pancasila dikaji sebagai ilmu yang diimplementasikan dari hasil
kebudayaan serta fenomena sosio-kultural yang terjadi pada masyarakat Indonesia.
Sila-sila yang terkandung dalam Pancasila berasal dari cerminan nilai yang diciptakan
oleh kepribadian masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.
Pengetahuan Pancasila dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan yang
reflektif sebab pengetahuan ini telah mengalami uji coba dimulai dari mengenai
bagaimana keselarasan dengan kepribadian masyarakat Indonesia, hingga Pancasila
dapat menjadi sebuah ideologi yang sistematis dan terstruktur.
Oleh karena itu, keuntungan yang diperoleh dengan mengkaji Pancasila secara
ilmiah adalah ilmu yang diterapkan dalam kajian ilmiah Pancasila, memiliki nilai serta
tabiat yang dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan demikian, hal ini
dapat mempermudah pengkajian ilmu Pancasila karena memiliki pendekatan yang
serupa dengan kegiatan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, kajian Pancasila secara ilmiah dapat menjadi salah satu
alternatif penelitian yang mudah bagi berbagai bidang, seperti bidang sosio-kultural,
filsafat, sosial-politik, teknologi, dan bidang lainnya.
3. Pancasila sebagai dasar negara bukan hasil pemikiran perseorangan dari pendiri negara dan
dirumuskan melalui proses sejarah yang cukup panjang, sehingga akan sulit ditentukan
tentang tanggal kelahirannya secara pasti. Istilah atau nama Pancasila sebagai dasar negara
tidak tertulis secara eksplisit di dalam UUD 1945, sehingga nama Pancasila sebagai dasar
negara merupakan sebuah communis opinion bagi bangsa Indonesia.
a. Mengapa hal ini bisa terjadi?
b. Jelaskan dalam konteks sejarah perumusan Pancasila dikenal ada fakta historis dan
fakta yuridis dan bagaimana keterkaitannya.
c. Bagaimana keterkaitan antara istilah Piagam Jakarta dengan Piagam Madinah?
Jawab :
a. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Mengutip dari majalah Konsitusi berjudul “Menunda Pemberhentian Pimpinan
KPK” (Moh. Mahfud MD dkk, 2009:79), menjelaskan bahwa Communis Opinio
Doctorum merupakan istilah latin yang menurut Mr. Marhadi dalam bukunya “Sumber-
Sumber Hukum” (1958) berarti pendapat umum para guru. Dahulu di zaman Romawi,
doktrin para guru disebut juga dengan Jus prodentibus constitutum yang memiliki arti
hukum yang diciptakan orang-orang cerdik dan pandai. Berkaitan dengan susunan
Pancasila, penyusunan Pancasila melalui proses Panjang hingga dapat menjadi sebuah
ideologi yang disepakati oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya sebagai dasar
negara Indonesia yang terkandung dalam UUD 1945.
Namun, Pancasila sendiri tidak tertulis secara eksplisit dalam UUD 1945 sebab
Pancasila merupakan hasil buah pikiran dari berbagai tokoh yang mengemukakan
idealisnya masing-masing, sehingga Pancasila bukanlah rancangan murni pemikiran
seseorang, melainkan Pancasila merupakan hasil buah pikir dari berbagai orang-orang
cerdik dan pandai sesuai dengan teori Communis Opinio Doctorum atau bisa disebut
dengan Jus prodentibus constitutum. Sebelum membentuk ideologi dasar negara yang
selaras dengan kepribadian masyarakat Indonesia, pembentukan Pancasila telah
melewati tahap-tahap serta perombakan berbagai poin-poin yang terkandung di
dalamnya. Poin-poin yang terkandung dalam Pancasila berisi tentang nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, musyawarah mufakat, serta nilai keadilan yang sesuai dengan
realitas masyarakat Indonesia
Oleh karena itu, Pancasila dapat dikatakan sebagai dogma serta material yang
sesuai berdasarkan dengan teori Communis Opinio Doctorum karena Pancasila telah
menyesuaikan diri dengan fenomena-fenomena sosio-kultural yang ada di masyarakat
Indonesia, sehingga hal ini memunculkan idealism-idealisme dari berbagai buah pikir
tokoh-tokoh penting di Indonesia yang kemudian disatupadukan menjadi kesatuan yang
utuh, yaitu Pancasila.
4. Pancasila adalah sebuah system nilai yang berisi nilai-nilai dasar yang bersifat abstrak,
umum dan universal, sehingga harus dijabarkan dalam nilai instrumental yang bersifat lebih
umum kolektif dan khusus.
a. Bagaimana penjabaran Pancasila sebagai dasar negara dalam bentuk norma yang
berlaku umum kolektif dan aturan perundangan yang berlaku di Indonesia.
b. Bagaimana penjabaran Pancasila sebagai falsafah atau Pandangan hidup bangsa dalam
norma dan etiket ketika warga negara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jawab :
a. Penjabaran Pancasila sebagai dasar negara dalam bentuk norma yang umum
kolektif
Berdasarkan kutipan dari jurnal yang berjudul “Pancasila Sebagai Norma
Dasar Dalam Sistem Hukum Indonesia” (Eleanora, Fransiska, 2012: (142) 2 )
menjelaskan bahwa Sistem hukum Indonesia bersumber dan berdasar pada pancasila
sebagai norma dasar bernegara. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma
dasar) atau staatfundamentalnorm (norma fundamental negara) dalam jenjang norma
hukum di Indonesia.
Indonesia merupakan negara hukum, segala aspek kehidupan dalam
bermasyarakat dan bernegara harus sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa Pancasila merupakan pedoman dalam bertindak bagi masyarakat
secara umum dan kolektif. Pancasila menjadi tolok ukur dalam mengidentifikasi baik
buruknya suatu tindakan, apakah tindakan tersebut sesuai dengan norma hukum dan
nilai moral yang ada di Indonesia, ataukah melanggar norma-norma yang ada di
Indonesia.
Selain itu juga, norma-norma yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
menjadi dasar hukum bernegara yang dituliskan serta dijabarkan dalam UUD 1945.
Oleh karena itu, sebagai masyarakat Indonesia yang taat dan patuh terhadap hukum
yang berlaku, sudah sepatutnya untuk turut menyukseskan berlangsungnya nilai-nilai
moral yang ada dalam masyarakat dengan menghindari tindakan asusila yang dapat
merusak tatanan moral kehidupan bangsa dan bernegara.
Ridhwan, M; dkk. 2020 “Integrasi Pendidikan Karakter dalam Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila di Perguruan Tinggi”, 7-8.
https://ejournal.staitbh.ac.id/index.php/asatiza/article/view/82/Ridhwandkk diakses
pada 28 Oktober 2021
Moh Mahfud MD, dkk. 2009 majalah Konsitusi berjudul “Menunda Pemberhentian Pimpinan
KPK”, 79.
https://play.google.com/books/reader?id=buQsDwAAQBAJ&pg=GBS.PA78&hl=id
&printsec=frontcover diakses pada 28 Oktober 2021
Saputra, Andi. 2020 “Tinjauan Historis Piagam Madinah dan Piagam Jakarta Dalam
Membangun Kerukunan Beragama Di Indonesia”, 1.
http://digilib.unimed.ac.id/42804/6/6.%20NIM.%20316112103%20CHAPTER%20I.
pdf diakses pada 28 Oktober 2021
Eleanora, Fransiska Novita. 2012 “Pancasila Sebagai Norma Dasar Dalam Sistem Hukum
Indonesia”, (142) 2. file:///C:/Users/user/Downloads/838-1690-1-SM.pdf diakses
pada 28 Oktober 2021