Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

UJIAN TENGAH SEMESTER


MKU BAHASA INDONESIA
Dosen Pengampu: Nurvita Anjarsari, M.Hum.

Lembayung Luh Jingga


21202244063
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (H)

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!

1. Apa maksud slogan “Gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik, benar, dan tepat”?
Jawab :

Slogan “Gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik, benar, dan tepat” memiliki makna,
bahwa slogan tersebut mengandung sebuah anjuran dan juga perintah agar masyarakat Indonesia
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah ejaan yang baik dan benar, sebagaimana telah
ditetapkan dalam PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) dan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan). Dalam ragam tulis, setiap bahasa memiliki aturan ejaan. Aturan dalam ejaan terkait
dengan kaidah cara menggambarkan bunyi, seperti kata, kalimat,frasa, dan sebagainya dalam bentuk
tulisan sertapenggunaan tanda baca.

Hal ini dapat dilihat dari latarbelakang sejarah penggunaan bahasa Indonesia, dimana pada
zaman dahulu, ejaan pada bahasa Indonesia masih menggunakan ejaan yang diserap dari bahasa
Belanda. Ejaan ini bermula dari era ejaan van Ophuijsen (1901), hingga ejaan Soewandi (1947) yang
masih banyak menyerap kosakata dari bahasa Belanda.

Namun, semakin berkembangnya zaman, maka ejaan Bahasa Indonesia mulai diperbaiki
sedikit demi sedikit agar menjadi bahasa formal yang utuh, serta dapat menjadi bahasa autentik yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia. Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, berkembang mulai dari
EYD (1972), hingga EBI (2015) yang sekarang telah menjadi ejaan resmi Bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki segudang ilmu pengetahuan,
kita wajib memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan tepat untuk menghargai
bahasa ibu kita, dan juga untuk melatih diri agar terbiasa dengan penggunaan bahasa yang lebih baik
daripada sebelumnya.
2. Jelaskan perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik dengan menunjukkan ciri-
ciri yang ada!
Jawab :

No Jenis Perbedaan Teks Akademik Teks Nonakademik


1. Struktur Kalimat Kalimat Simpleks : Kalimat Kompleks :
Kalimat yang hanya berisi satu aksi Kalimat yang berisi lebih dari satu
aksi, dinyatakan dengan hubungan
parataktik atau hipotaktik

2. Pilihan Kata Padat Leksikal : Padat Struktural :


Berisi kata leksikal (subjek, Berisi kata structural (kata sambung,
predikat, keterangan) kata hubung, kata sandang, preposisi)

3. Padat Informasi Melalui Nominalisasi : Melalui Kalimat Simpleks :


Informasi difokuskan Informasi diuraikan dalam bentuk
penyampaiannya dengan kalimat simpleks
nominalisasi (wawancara, analisis,
pengembangan)

4. Pemanfaatan Istilah Istilah Teknis : Istilah Umum :


Istilah yang berhubungan dengan Istilah yang berlaku umum dan
bidang tertentu dan tidak semua diketahui banyak orang
orang dapat mengerti

5. Genre Teks Genre Faktual : Genre Fiksional :


Ditulis berdasarkan kenyataan Ditulis berdasarkan khayalan,
empiris, ada data, bukti, dan apa imajinasi, rekaan, belum tentu dapat
adanya dibuktikan kebenarannya.

6. Sifat Wacana Abstrak : Konkret :


Teks Akademik bersifat taksonomi Teks Nonakademik cenderung lebih
dan abstrak konkret dan tidak bersifat taksonomi

7. Bentuk Wacana Monolog : Dialog :


Bersifat monolog dengan jenis Bersifat dialog (dua arah) dan
kalimat indikatif-deklaratif menggunakan jenis kalimat yang lebih
bervariasi

8. Bentuk Kalimat Kalimat Mayor : Kalimat Minor :


Lengkap secara struktur Kalimat yang tidak lengkap
strukturnya

➢ Teks akademik seringkali diasosiasikan sebagai karya tulis ilmiah yang bersifat baku, logis, lugas,
dan objektif. Jenis-jenis teks akademik tersebut meliputi buku ilmiah, ulasan buku, proposal
penelitian, laporan penelitian, laporan praktikum, dan artikel ilmiah. Contoh teks akademik tersebut
merupakan genre makro di dalamnya terkandung beberapa genre mikro, seperti deskripsi, prosedur,
eksplanasi, dan eksposisi. Genre makro merupakan genre dalam suatu teks secara keseluruhan,
sedangkan genre mikro merupakan bagian yang lebih kecil dari genre makro yang mendasari suatu
teks dan membangun teks secara utuh. Selain itu, teks akademik mengandung taksonomi dan juga
abstraksi. Contoh dari taksonomi, yaitu penelitian dimulai dari pendahuluan, landasan teori dan
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta kesimpulan. Taksonomi ini merupakan sebuah struktur
penyokong teks akademik atau karya tulis ilmiah.

➢ Sedangkan, teks nonakademik merupakan teks nonformal yang bersifat fiksi, imajinatif, konkret,
memiliki struktur kalimat simpleks, serta lebih kompleks dibandingkan dengan teks akademik. Hal
ini dikarenakan, teks nonakademik mengandung berbagai frasa dan kalimat yang memunculkan
keterkaitan, sehingga membentuk keselarasan antar paragraf. Jika teks akademik merupakan sebuah
karya ilmiah objektif yang memerlukan penelitian, sebaliknya, teks nonakademik dapat berupa ide
maupun gagasan yang bersifat subjektif, serta dapat berupa praduga yang masih belum diketahui
kebenarannya (opini). Contoh teks nonakademik dapat berupa novel, cerpen, teks editorial, teks
opini, dan lain-lain.

3. Perbaiki kalimat berikut menjadi kalimat efektif!

a. Berdasarkan surat undangan pada acara seminar sehari dengan tema “Membentuk Generasi
Milenial di Era Revolusi Industri 4.0”. Dengan ini mengutus Muhammad Iqbal, mahasiswa
Program Studi Teknik Elektro untuk menghadiri acara tersebut.
Jawab :
• Berdasarkan surat undangan acara seminar dengan tema “Membentuk Generasi Milenial di
Era Revolusi Industri 4.0”. Dengan ini, mengutus Muhammad Iqbal, mahasiswa Program
Studi Teknik Elektro untuk menghadiri acara tersebut.

b. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang melimpahkan rahmat sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Jawab :
• Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa, yang telah melimpahkan
rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

c. Yang dimana warisan budaya itu sendiri merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-
tradisi yang berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi
elemen pokok dalam jati diri suatu bangsa.
Jawab :
• Dimana, warisan budaya itu sendiri merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-
tradisi berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu, yang
menjadi elemen pokok dalam jati diri suatu bangsa.

d. Badannya terasa kurang sehat, dan dia masuk kantor juga meskipun banyak tugas yang harus
diselesaikan.
Jawab :
• Badannya terasa kurang sehat, akan tetapi dia tetap masuk kantor, meskipun banyak tugas
yang harus diselesaikan.

e. Sehingga, tidak sedikit orang Belanda yang tinggal di Jepara yang bertujuan untuk menjalankan
fungsi administratif dan perdagangan.
Jawab :
• Sehingga tidak sedikit orang Belanda yang tinggal di Jepara bertujuan untuk menjalankan
fungsi administratif dan perdagangan.
4. Analisislah paragraf berikut. Apakah sudah memenuhi persyaratan sebuah paragraf yang baik?
Adakah penggunaan ejaan yang belum tepat, kata tidak baku, atau kalimat tidak efektif dalam
paragraf tersebut? Di mana letak kalimat utamanya?

(1) Sunan Kudus menyadari bahwa masyarakatnya bercorak multi kultural. (2) Oleh
karena itu demi menjaga persatuan dan kesatuan tidak ada sedikitpun unsur paksaan kepada
masyarakat untuk memeluk Islam. (3) Sikap tersebut selain diwujudkan dalam arsitektur masjid
juga dibuktikan dengan melarang umat Islam untuk menyembelih sapi, meskipun memakan
daging sapi dalam Islam hukumnya halal. (4) Kebijakan ini diambil karena sapi di yakini
sebagai kendaraan Dewa Siwa oleh umat Hindu. (5) Kebijaksanaan Sunan Kudus ini semata-
mata hanya untuk menjaga saja agar tidak memicu terjadinya konflik budaya, antar golongan
dan umat beragama. (6) Hal ini sesuai dengan teori konflik dari Sutarno (2007), bahwa konflik
budaya yang timbul akan memecahbelah kehidupan masyarakat, diantaranya adalah
etnosentrisme, stereotipe, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan scap goating.
(7) Berdasarkan hal itu Sunan kudus menyadari pentingnya menjunjung tinggi sikap
toleransi beragama. (8) Pada saat Islam berkembang di tanah Jawa sebagian masyarakat masih
memeluk agama Hindu/Budha. (9) Apabila masuknya Islam di tanah Jawa dikemas dengan
kebudayaan Arab secara utuh, maka akan menimbulkan konflik di masyarakat. (10) Generasi
muda Indonesia sekarang ini mengalami banyak tantangan yang dapat mengganggu keutuhan
bangsa dan negara. (11) Oleh karena itu sebagai penerus, generasi muda wajib menggali dan
mempelajari kembali warisan leluhur khasanah bangsa, khususnya yang oleh dicontohkan oleh
Sunan Kudus melalui peninggalannya berupa situs masjid. (12) Masjid Menara Kudus adalah
sebuah karya fenomenal yang menyimpan makna kedamaian, kerukunan, dan toleransi.
Jawab :
a. Apakah paragraf tersebut sudah memenuhi persyaratan sebuah paragraf yang baik?
Apabila dicermati kembali, paragraf di atas sudah memenuhi indikator penting yang mendasari
terbentuknya sebuah paragraf. Paragraf tersebut terdiri dari kalimat utama atau gagasan pokok,
kemudian terdapat kalimat pengembang atau kalimat penjelas, selanjutnya diikuti dengan kalimat
penegas, dan yang terakhir dilengkapi dengan frasa, serta transisi. Paragraf tersebut sudah
termasuk ke dalam kategori paragraf yang padu karena paragraf tersebut memiliki keselarasan
antarkalimat. Mulai dari kalimat utama, hingga kalimat penjelas, hingga kalimat penegas sudah
memiliki keterkaitan yang baik dalam susunan paragraf.

b. Adakah penggunaan ejaan yang belum tepat, kata tidak baku, atau kalimat tidak efektif
dalam paragraf tersebut?
Struktur paragraf tersebut sudah memenuhi indikator-indikator penting yang menjadi dasar
keselarasan terbentuknya suatu paragraf. Namun sayangnya, masih terdapat banyak ejaan yang
belum tepat, kata tidak baku, dan kalimat efektif yang muncul pada paragraf tersebut.
Contohnya, yaitu :
• Multi kultural → Multikultural (penulisan multikultural digabung)
• Oleh karena itu demi menjaga persatuan dan kesatuan → Oleh karena itu, demi menjaga
persatuan dan kesatuan (kata hubung “Oleh karena itu” seharusnya dilanjutkan dengan
tanda koma)
• Untuk menyembelih sapi, meskipun → Untuk menyembelih sapi meskipun (kata
hubung “Meskipun” seharusnya tidak didahului oleh koma, dan tidak dilanjutkan oleh
koma)
• Di yakini → Diyakini (seharusnya digabung)
• Hanya untuk menjaga saja agar tidak → Seharusnya kata “Saja” dihilangkan karena
menyebabkan pemborosan kata
• Antar golongan → Antargolongan (seharusnya digabung)
• Dengan teori konflik dari Sutarno (2007), bahwa konflik → Seharusnya kata hubung
“Bahwa” tidak didahului oleh koma, dan tidak dilanjutkan oleh koma
• Oleh karena itu sebagai penerus, generasi → Oleh karena itu, sebagai penerus generasi
(kata hubung “Oleh karena itu” seharusnya dilanjutkan dengan tanda koma)
• Khususnya yang oleh dicontohkan oleh → Khususnya yang dicontohkan oleh
(seharusnya kata “Oleh” setelah kata yang dihilangkan karena terjadi pemborosan kata)
• Fenomenal yang menyimpan makna kedamaian, kerukunan, dan toleransi → seharusnya
kata “Toleransi” diubah menjadi kata “Ketoleransian” agar sejajar dengan kata
sebelumnya

c. Di mana letak kalimat utamanya?


Kalimat utama paragraf tersebut terletak pada akhir paragraf, yaitu pada bagian “Masjid Menara
Kudus adalah sebuah karya fenomenal yang menyimpan makna kedamaian, kerukunan, dan
toleransi”. Hal ini menunjukkan bahwa paragraf tersebut merupakan paragraf induktif, dimana
gagasan utama sebuah paragraph terletak di akhir kalimat. Paragraf induktif diawali dengan
penyebutan peristiwa khusus terlebih dahulu, kemudian meletakkan kesimpulan yang general pada
akhir kalimat.
5. Kembangkanlah sebuah paragraf dengan menggunakan petunjuk-petunjuk
berikut!
a. Siapakah nama Anda? Tulislah nama dan gelar yang diinginkan selama
hidup!
b. Setelah menyelesaikan kuliah, ke manakah Anda akan melamar pekerjaan?
c. Jelaskan apa saja kelebihan dan kelemahan Anda!
d. Bagaimana strategi untuk mengatasi kelemahan tersebut agar cita-cita
Anda bisa terwujud?

BALADA PEREMPUAN MUDA


Ketika waktu mulai beranjak menuju siang hari, di saat sinar api matahari sedang
menyengat kulit dengan teramat panasnya, lahirlah seorang bayi perempuan dengan kondisi
sempurna dan sehat wal’afiat. Nama bayi perempuan itu adalah Lembayung Luh Jingga. Bayi
mungil tak berdaya itu dilahirkan di Surakarta pada tanggal 03 Juli 2003. Nama yang begitu
unik nan indah, nama tersebut diberikan oleh ayahandanya, dimana ayahnya berharap agar
sosok perempuan mungil tersebut dapat tumbuh menjadi seorang wanita yang teduh, anggun,
indah, serta puitis.

Persis seperti dengan harapan ayahnya, nama bayi perempuan tersebut kini benar-
benar menjelma menjadi sosok pribadi yang tangguh, mandiri, serta dapat tumbuh menjadi
perempuan yang hebat. Perempuan itu adalah aku, Lembayung Luh Jingga. Aku dibesarkan
dari sebuah petir dan badai yang menggelegar. Akupun telah tumbuh, melalui masa-masa
sulitku untuk menemukan siapakah sebenarnya jati diriku selama ini.

Hari-hari pelik telah aku lewati, tergores memori tentang bagaimana pada akhirnya
aku dapat meraih mimpi-mimpi besarku. Setelah sekian lama aku mendambakan,
membayangkan, serta mengharapkan betapa bahagianya apabila aku dapat menempuh
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pada perguruan tinggi negeri, akhirnya aku diberi
kesempatan oleh Tuhan untuk menuntut ilmu di sebuah universitas di kota Yogyakarta.

Tentu saja aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatanku, perintihanku, serta


kepedihanku yang telah aku mohon-mohonkan secara paksa kepada Tuhan perihal cita-cita
serta ambisi yang begitu besar ini. Saat ini, aku sedang mengenyam pendidikan di Universitas
Negeri Yogyakarta, tepatnya pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Kecintaanku
terhadap sastra serta bahasa, menuntunku pada jurusan ini. Aku pun memiliki jiwa yang
perkasa untuk menjadi tenaga pendidik supaya aku dapat berpartisipasi sebagai sumber daya
yang berkualitas untuk memajukan pendidikan bangsa Indonesia.

Cita-cita besarku ini menyadarkanku agar aku bekerja dan belajar lebih giat lagi, demi
menggapai impian yang mulia. Setelah lulus dari jurusan ini dengan predikat cum laude, aku
masih ingin melanjutkan pendidikanku ke jenjang magister. Apabila Tuhan memberikan
rezeki serta kesempatan baik bagiku, aku bercita-cita ingin menempuh pendidikan doktor di
Kairo, Mesir. Tepatnya pada Universitas Al-Azhar, sebuah perguruan tinggi yang banyak
menghasilkan orang-orang hebat di Indonesia. Semoga aku bisa menjadi salah satu darinya.

Aku terlahir sebagai anak perempuan pertama dan juga cucu pertama dalam keluarga.
Latarbelakang inilah yang menuntunku dan memotivasiku agar aku dapat menjadi perempuan
mandiri yang sukses, serta dapat membahagiakan keluarga. Akhir-akhir ini aku sedang berniat
untuk berwirausaha kecil-kecilan supaya aku tidak terus menggantungkan kebutuhanku
dengan orangtua. Semoga niat kecil wirausahaku ini suatu saat dapat berkembang menjadi
wirausaha dengan skala lebih besar.

Namun aku sadar, kelemahan dalam diriku masih belum bisa berkompetisi dengan
cita-citaku yang begitu besar dan mulia. Mengatur waktu serta membiasakan disiplin
merupakan kebiasaan baik yang sedang aku terapkan pada diriku. Meskipun begitu, rasa
ambisi serta kekuatanku tidak akan pernah mudah goyah. Semoga segala impianku dapat
tercapai satu per satu diselingi dengan doa serta tawakkal yang selalu aku lakukan dalam
setiap kesempatan.

Terus menuntut ilmu serta mempelajari hal-hal baru merupakan salah satu tahap yang
aku terapkan untuk mengejar cita-cita. Berbuat baik serta bershodaqoh kepada sesama, juga
salah satu hal yang sedang aku usahakan pada saat ini. Cita-citaku yang begitu besar
mendorongku serta menekanku supaya aku dapat terus berprogres dan berevolusi menjadi
pribadi yang lebih baik lagi. Tentunya dilakukan dengan niat ikhlas, dengan kesabaran, serta
tawakal. Akan tetapi, hal utama yang harus diingat adalah tetap mengingat derajat diri sendiri.
Tetap mengingat akan lemahnya diri, tetap membaur dengan bumi, serta rendah hati.

Lanjutkan menggenggam asa, buktikan kepada dunia bahwa engkau dapat menjadi
orang yang lebih bermanfaat daripada sebelumnya. Tunggulah aku di sana dunia! Tunggulah
aku menaklukan kerasnya dirimu, suatu saat nanti!

Inilah diriku dengan segala kurang dan lebihku, Lembayung Luh Jingga.

Anda mungkin juga menyukai