Anda di halaman 1dari 66

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN MOTORIK

HALUS OLEH GURU PAUD SE-GUGUS TERATAI


KECAMATAN PONDOK SUGUH
KABUPATEN MUKOMUKO

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan pelaksanaan kegiatan pengembangan


motorik halus oleh guru PAUD Se-Gugus Teratai, Kecamatan Pondok Suguh,
Kabupaten Mukomuko. Metode penelitian yang digunakan deskriftif kuantitatif.
Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Sampel dalam penelitian ini dalah
seluruh guru PAUD Se-gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten
Mukomuko yang berjumlah 17 orang. Hasil penelitian pelaksanaan kegiatan
pengembangan motorik halus dalam unsur memegang menunjukan nilai rata-rata
berada pada kategori baik. Pengembangan dalam unsur menjimpit menujukan nilai
rata-rata berada pada kategori cukup. Pengembangan dalam unsur Koordinasi mata
dan tangan menunjukan nilai rata-rata berada dalam kategori baik. Disarankan bagi
peneliti berikutnya untuk meneliti pengembangan motorik halus yang belum dalam
kriteria sangat baik yaitu memegang, menjimpit dan koordinasi mata dan tangan.

Kata Kunci : Pelaksanaan Kegiatan, Pengembangan Motorik Halus


IMPLEMENTATION OF FINE MOTORCYCLE
DEVELOPMENT ACTIVITIES BY PAUD TEACHERS IN THE
LOTUS CLUSTER, PONDOK SUGUH DISTRICT
MUKOMUKO REGENCY

ABSTRACT

The purpose of this study is to describe the implementation of fine motor


development activities by PAUD teachers throughout the Lotus Cluster, Pondok
Suguh District, Mukomuko Regency. The research method used is descriptive
quantitative. Data collection techniques using a questionnaire. The sample in this
study was all the PAUD teachers in the Lotus Cluster, Pondok Suguh District,
Mukomuko Regency, amounting to 17 people. The results of the research on the
implementation of fine motor development activities in the holding element showed
that the average value was in the good category. The development in the pinch
element shows that the average value is in the sufficient category. Development in the
eye and hand coordination element shows the average value is in the good category. It
is recommended for the next researcher to examine the development of fine motor
skills that are not yet in very good criteria, namely holding, pinching and eye-hand
coordination.

Keywords: Implementation of Activities, Fine Motor Development


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

PAUD merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berperan penting

dalam membantu aparatur masyarakat dalam menyiapkan usia yang lebih muda lebih

cepat dari yang diharapkan, yaitu sesuai dengan tujuan dari pendidikan anak usia dini

yaitu membantu pembentukan generasi muda untuk peningkatan cara pandang,

perilaku, informasi, kemampuan dan daya cipta yang dibutuhkan oleh anak didik.

Undang-undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pada Bab 1 Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah

suatu latihan yang dipusatkan pada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang

diwujudkan melalui pengaturan dorongan edukatif untuk membantu perkembangan

dan kemajuan jasmani dan rohani sehingga anak-anak memiliki kesiapan untuk

memasuki sekolah lebih lanjut (Aqib, 2010:86).

Anak-anak sebagai peserta didik siap menjadi jiwa yag mandiri, kreatif,

bijaksana, dasar dan rasional bahkan dengan kemajuan waktu yang serius. Oleh

karena itu, pembinaan sangat diprioritaskan terhadap kemajuan peserta didik dalam

mendidik dan melatih latihan di sekolah, masa usia dini dengan rentang usia 0-6

tahun merupakan usia cemerlang atau disebut usia cemerlang dimana pikiran anak

bekerja 80% yang digambarkan dengan cepat dalam perubahan perilaku peningkatan

fisik motorik, sosial emosional, kognitif, nilai agama dan moral, bahasa dan seni.

Periode ini diharapkan dapat meletakkan dasar dalam mengembangkan sudut


pandang tersebut. Agar masa ini dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak, penting

untuk mencari pelatihan dan motivasi yang sesuai agar anak dapat tumbuh dan

berkembang secara ideal. Seharusnya anak-anak dapat dianggap lebih baik di

kemudian hari, namun potensi ini dapat berkembang dengan asumsi mereka diberi

dorongan, arahan, bantuan dan perawatan sesuai dengan tingkat perkembangan dan

pertumbuhan mereka (Trianto, 2010:5).

Aqib (2010:14) mengungkapkan bahwa tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

adalah untuk membentuk anak-anak muda Indonesia yang berkualitas dan dipercaya

bahwa anak-anak akan berkembang dan berkreasi sesuai dengan tingkat kemajuannya

sehingga mereka memiliki ketersediaan yang ideal untuk memasuki sekolah dasar

dan menjelajahi kehidupan di masa dewasa. Latif, dkk (2014:23) mengungkapkan

bahwa tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah untuk menumbuhkan berbagai

kemungkinan sejak awal sebagai landasan selamanya dan memiliki pilihan untuk

menyesuaikan dengan keadaan mereka saat ini.

Pembelajaran terhadap anak usia dini lebih memfokuskan dalam pembiasaan

pada anak. Menurut Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional

Pendidikan Anak Usia Dini pasal 10 ayat 1 tentang ruang lingkup perkembangan

menurut tingkat usia anak yang meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik motorik,

kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni. Salah satu aspek perkembangan yang

sangat penting dan harus dikembangkan adalah aspek perkembangan motorik.


Sebagaimana ditunjukkan oleh Hildayani (2009:3.4) perkembangan motorik

adalah perubahan yang terus berkembang dalam kemampuan untuk melakukan

perkembangan yang diperoleh melalui kerjasama antara komponen pengembangan

dan latihan atau pengalaman selama hidup yang dapat dilihat dari perkembangan

yang telah terjadi. .

Satiap perkembangan anak terutama perkembangan motorik sangat

dipengaruhi oleh bantuan dan inspirasi seperti dalam lingkungan sekolah guru

bertanggung jawab untuk menjadi pendidik dan inspirasi bagi anak-anak. Pendidik

adalah individu yang memiliki otoritas yang dapat ditiru dan diteladani, instruktur

juga orang dewasa yang sengaja bertanggung jawab untuk mengajar, mendidik dan

mengarahkan anak-anak, individu yang dapat mengatur program pembelajaran dan

dapat mengkoordinasikan dan mengawasi kelas dan suatu jabatan atau profesi

panggilan yang membutuhkan kemampuan (Sujiono, 2005:10).

Sesuai Undang-Undang Pokok Tahun 2010 tentang Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan Bagian XII Pasal 171 ayat 1 Guru adalah tenaga kependidikan

yang memenuhi prasyarat sebagai pendidik, pembicara, pembimbing, pembimbing,

widyaswara, pembina, pengajar, fasilitator, dan berbagai tugas sesuai dengan

kewenangannya kekhususan dan mengambil bagian dalam sekolah. Guru pada ayat

(1) mempunyai kewajiban dan kewajiban Instruktur sebagai guru ahli mengajar,

mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, survei dan menilai peserta didik pada

anak usia dini melalui pengajaran yang tepat, sekolah dasar, dan pendidikan

menengah. Untuk situasi ini, maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidik
dapat mempengaruhi kemampuan instruktur dalam mengajar seperti mengarahkan

anak-anak untuk mencapai perkembangan yang ideal terutama dalam perkembangan

motorik. Perkembangan aktual pada anak usia dini berdampak pada gerakan

terkoordinasi mereka yang sebenarnya. Bagian perkembangan motorik dipisahkan

menjadi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus.

Menurut Cicih (2014:122) Kemampuan koordinasi halus adalah

perkembangan yang meliputi bagian-bagian tubuh tertentu dan dilengkapi oleh otot-

otot kecil serta memerlukan koordinasi yang hati-hati. Seperti diketahui bahwa

kontrol tangan dimulai dari bahu yang menyebabkan perkembangan lengan yang

keras hingga perkembangan siku yang hebat, terakhir perkembangan pergelangan

tangan dan jari. Dalam keahlian motorik halus ini anak usia dini dapat memfasilitasi

perkembangan tubuh termasuk mata dan tangan untuk dapat melakukan latihan yang

terkait dengan perkembangan tangan seperti menulis, memegang, menggenggam,

memotong, melipat, menggambar, mewarnai, menempel, menggancing baju,

menumpuk mainan, mengikat sepatu, dan lain-lain (Najib, dkk, 2016:107). Menurut

Susanto (2011:164), kemampuan motorik halus adalah perkembangan yang

mencakup perkembangan halus yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Perkembangan

motorik halus anak-anak harus dipersiapkan atau dikuatkan untuk tumbuh dengan

baik. Kurangnya stimulasi atau kegiatan yang bersifat fisik terutama gerakan motorik

halus di Pendidikan Anak Usia Dini akan menyebabkan anak-anak mengalami

masalah fiksasi ketika anak berada di sekolah dasar karena motorik halus anak belum

matang. Dari penilaian ini cenderung disimpulkan bahwa setiap bagian


perkembangan anak saling berkaitan, sehingga apabila koordinasi gerak halus anak

berkembang dengan baik maka akan mempengaruhi bagian perkembangan yang

berbeda pula.

Perkembangan motorik halus anak sangat penting ditingkatkan karena secara

tidak langsung perkembangan motorik halus anak akan menentukan keterampilan

dalam bergerak misalnya menulis dan menggunting. Gerakan-gerakan tersebut

melibatkan bagian tubuh tertentu, diawali dengan perkembangan otot-otot kecil

seperti keterampilan menggunakan jari, pergelangan tangan yang lentur dan melatih

koordinasi mata. Menurut Yamin (2013:101) dalam motorik halus terdapat 3 unsur

yaitu: 1) memegang adalah anak mampu memegang benda besar serta kecil, semakin

baik kemampuan motorik halus anak maka ia mampu memegang benda yang lebih

kecil., 2) menjimpit ialah bentuk perkembangan motorik halus anak yang semakin

baik untuk dapat memegang tidak dengan telapak tangan tetapi menggunakan ibu jari

dan telunjuk secara bersamaan. Contohnya: Anak dilatih menjimpit kancing baju saat

kegiatan kolase, 3) Koordinasi mata dan tangan adalah dengan dibutuhkan pula

koordinasi pergerakan mata dan tangan, koordinasi ini sangat baik untuk merangsang

pertumbuhan otak di masa yang sangat pesat. Contohnya: Anak dilatih untuk

koordinasi mata dan tangan dengan kegiatan menyusun puzzle gambar.

Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakan dengan prinsip “Bermain sambil

belajar, atau belajar sambil bermain”. Seorang pendidik di harapkan memiliki

pemikiran yang kreatif dan inovatif agar anak bisa merasakan senang, tenang, aman

dan nyaman selama dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai sesuai
dengan perkembangan anak. Dalam standar kompetensi kurikulum Pendidikan Anak

Usia Dini adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik fisik

maupun psikis yang meliputi nilai agama dan moral, sosial emosional, fisik motorik,

kognitif dan seni untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

Kemampuan motorik halus anak terdapat empat unsur yaitu memegang,

menjimpit, konsentrasi dan koordinasi mata dan tangan (Yamin dan Sanan 2010:134).

Setiap anak memiliki tingkat perkembangan motorik halus anak yang berbeda-beda.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan motorik halus anak berbeda

salah satunya adalah faktor stimulasi yang di dapatkan anak. Ada beberapa faktor

yang melatarbelakangi keterlambatan perkembangan motorik halus, seperti

kurangnya kesempatan untuk belajar motorik halus, pola asuh yang otoriter dan

kurang konsisten dalam memberikan rangsangan belajar, tidak membiasakan anak

melakukan aktivitas sendiri sehingga anak terbiasa selalu dibantu untuk memenuhi

kebutuhannya. Keterlambatan perkembangan otot-otot tersebut menyebabkan

kesulitan dalam menulis ketika anak masuk sekolah.

Beberapa anak menunjukkan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus

halus karena keterlambatan tumbuh kembang. Sesuai dengan pendapat Hurlock

(1978:164) bahwa “keterlambatan perkembangan motorik yang terjadi pada anak bisa

disebabkan adanya kerusakan otak sejak dini atau dikarenakan kekurangan

kesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik, yang disebabkan perlindungan

orang tua yang berlebihan atau minimnya motivasi bagi anak.


Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia

Dini mengenai standar tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 4-6

tahun meliputi: a) anak mampu menggambar sesuai dengan idenya, b) anak mampu

meniru bentuk, c) anak mampu bereksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan,

d)anak mampu menggunakan alat tulis dengan benar, e) anak bisa menggunting

sesuai pola, f) anak telah menempelkan gambar dengan benar, g) anak sudah bisa

mengekspresikan dirinya melalui kegiatan menggambar.

Berdasarkan observasi peneliti pada Paud Gugus Teratai diperoleh informasi

jumlah Paud pada Gugus Teratai di Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten

Mukomuko terdiri dari 5 PAUD yaitu PAUD Terpadu Pembina Pondok Suguh,

PAUD Terpadu Al-Hidayah, PAUD Terpadu Cahaya Mutiara Bunda, PAUD Terpadu

Kenanga Abke, dan PAUD Terpadu Embun Pagi ditemukan bahwa cara mengajar

guru dalam kegiatan memegang, memjimpit, merwarnai, menggambar, serta

mengkoordinasikan mata dan tangan tergolong monoton, sehingga anak kurang

tertarik dan bosan mengkuti kegiatan yang diberikan. Dari fakta tersebut masih

ditemukan anak yang belum mampu mengkoordinasikan mata dengan tangan secara

bersamaan saat kegiatan melipat kertas, ada anak belum mampu mengerjakan tugas

yang diberikan guru seperti pada kegiatan menyalin kata angka (menulis) seharusnya

hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk sedangkan jari lainnya untuk stabilisasi

tetapi masih ada anak belum tepat dalam praktek cara menulis yang baik. Pada saat

kegiatan kolase masih ada anak membutuhkan bantuan guru dalam mengerjakannya,
saat anak mewarnai masih ada yang keluar garis, pada kegiatan menggunting masih

ada anak belum tepat memegang gunting dan masih ada anak menggunting tidak

sesuai dengan pola.

Taman Kanak-kanak memerlukan berbagai macam kegiatan yang dapat

membantu mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Dalam hal ini guru

tidak hanya memberi ilmu kepada anak, namun guru juga merupakan fasilitator dan

motivator untuk anak supaya aspek perkembangan terutama perkembangan motorik

halus anak dapat berkembang secara optimal dengan menggunakan berbagai macam

kegiatan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus Oleh

Guru PAUD Se-Gugus Taratai Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko’’.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Fokus penelitian ini adalah pengembangan motorik halus. Masih ada

beberapa PAUD Perkembangan motorik halus anak belum berkembang

sehingga anak masih terlihat kaku dalam melakukan kegiatan motorik

halus. Untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi perkembangan

motorik halus yang meliputi, memegang, menjimpit, konsentrasi dan

koordinasi mata-tangan. Masalah yang ada di lapangan yaitu kemampuan


anak dalam memegang, menjimpit dan koordinasi mata dengan tangan,

yang masih kurang..

2. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus di PAUD

yang telah telihat masih banyak media yang masih kurang memadai, sehingga

proses belajar terlihat monoton.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijabarkan di atas, penelitian ini

dibatasi pada:

1. Penelitian ini membatasi tentang pelaksanaan kegiatan pengembangan

motorik halus anak dalam tiga unsur yaitu, memegang, menjimpit, dan

koordinasi mata dengan tangan.

2. Penelitian ini dilakukan di PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok

Suguh Kabupaten Mukomuko.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka di rumuskan masalah penelitian ini

adalah bagaimana pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus oleh guru

PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus oleh guru

PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko.


F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun

secara praktis bagi segenap pihak yang berkepentingan.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang

Pendidikan Anak Usia Dini terutama pada pelaksanaan kegiatan

pengembangan motorik halus anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi instansi pendidikan.

b. Bagi Peneliti.

Memberikan pengetahuan dan pengalaman secara langsung tentang

pelaksanaan kegiatan perngembangan motorik halus anak.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tindakan dari sebuah rencana yang sudah

disusun secara matang dan terperinci, penerapan ini biasanya dilaksanakan

setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa

diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan

sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan

ialah perluasan kegiatan yang saling berkesinambungan. Nurdin Usman.

(2002:70).

Pengertian di atas menjelaskan bahwa kata pelaksanaan bersumber

pada kegiatan, pergerakan, tindakan, serta mekanisme suatu metode.

permyataan mekanisme mempunyai arti bahwa pelaksanaan tidak hanya

sekedar sebuah kegiatan, tetapi suatu yang terperinci dan diimplementasikan

secara nyata berdasarkan norma yang ada untuk mencapai tujuan kegiatan.

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan

semua rencana yang telah dibuat dan ditetapkan dengan dilengkapi segala

kebutuhan, alat pendukung, siapa yang melaksanakan, dimana tempat

pelaksanaan kegiatan dimulai dan bagaimana cara melaksanakannya, suatu

proses struktur kegiatan tindak lanjut setelah program yang disiapkan terdiri
atas pengambilan keputusan, langkah yang tepat maupun operasional menjadi

nyata untuk mencapai sasaran dari program yang ditetapkan . Dari penjelasan

di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya pelaksanaan merupakan suatu

program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yang harus sejalan dengan

kondisi yang ada dilapangan serta di luar lapangan, serta kegiatan tersebut

melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh

alat-alat penunjang.

Sudut pandang yang dapat mendukung program pelaksanaan adalah

sebagai berikut:

a. Korespondensi adalah program yang dapat dilakukan secara akurat

dalam hal terlihat jelas bagi pelaksana tindakan. Ini mengkhawatirkan

penyampaian data, kejelasan data, dan kekuatan data yang diteruskan;

b. Aset, untuk situasi ini mencakup empat bagian, yaitu jumlah staf

dan sifat keterampilan, data dan informasi yang diperlukan untuk

dinamis yang memadai untuk melakukan tanggung jawab sebagai

kewajiban dan kantor yang diharapkan untuk menyelesaikan eksekusi.

c. Sikap, perilaku dan tanggung jawab pelaksanaan program,

khususnya masyarakat yang menjadi pelaksana program.

d. Perancangan administratif, khususnya SOP (Standard Operating

Procedures) yang mengontrol wilayah aliran dalam pelaksanaan


program. Tidak sulit untuk mencapai hasil terbaik, karena pengaturan

luar biasa tanpa contoh standar.

Keempat faktor di atas dapat dikatakan mempengaruhi tercapainya

suatu proses implementasi, namun juga memiliki hubungan dan

umumnya ekonomis antara satu komponen dengan komponen lainnya.

Selain itu, dalam proses implementasii ada sekitar tiga komponen yang

signifikan dan berbeda, khususnya:

a. Sebuah program yang sedang ditangani;

b. Pertemuan lokal yang menjadi tujuan dan manfaat dari program

perubahan dan perbaikan;

c. Komponen pelaksanaan adalah individu atau kumpulan yang

memiliki tanggung jawab terkait dengan pelaksanaan dan pengaturan

dari proses implementasi.

Dari pengertian di atas sangat baik dapat diduga bahwa pelaksanaan

suatu program yang mencakup ketiga komponen tersebut.

2. Pengertian Motorik

Menurut Zulkifli (2003: 31) Motorik adalah semua hal yang

berhubungan dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik,

otot, syaraf dan otak adalah unsur-unsur yang menentukan . Ketiga unsur itu
berinteraksi posiftif dalam melaksanakan perannya, artinya unsur yang satu

dengan unsur yang lain saling berkolaborasi, saling support dan saling

melengkapi untuk mencapai motorik yang lebih sempurna.

Menurut Hasnida (2015:52) Motorik adalah sebuah perkembangan

pengendalian gerakan otot tubuh melalui kegiatan yang tersusun antara saraf,

otot, otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan menurut Rahyubi

(2012:211) motorik dapat dikatakan sebagai kemapuan individu untuk

melakukan setiap tugas gerak secara optimal sejalan dengan kemampuannya.

Pendapat lain menurut Sumantri (2005:48) mengungkapkan bahwa motorik

adalah ungkapan umum untuk semua bentuk perilaku manusia. Selanjutnya

menurut Sujiono, dkk (2010:1.3) motorik adalah segalah sesuatu gerakan

yang mungkin didapatkan oleh seluruh tubuh manusia.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa motorik

merupakan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan gerakan-gerakan

tubuh.

3. Pengertian Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik adalah kemajuan mengendalikan

perkembangan tubuh individu melalui latihan yang terbuat dari saraf, otot,

otak besar dan tulang belakang. Seiring perkembangan aktual, kemajuan


motorik anak-anak akan diatur secara ideal. Segala sesuatu yang mungkin dia

lakukan adalah sehubungan dengan kebutuhan dan minatnya.

Elizabeth B Hurlock (1978:25) menyatakan bahwa engine

improvement dapat diartikan sebagai kemajuan komponen perkembangan

yang mengendalikan perkembangan tubuh dan otak anak sebagai titik fokus

gerakan. Gerakan ini biasanya dapat dipisahkan menjadi gerakan kasar atau

gerakan halus. Satu penilaian lagi menurut Zulkifli (2003: 26) perkembangan

motorik adalah pengembangan tubuh yang harus dimungkinkan dengan

partisipasi antara otot, pikiran, dan saraf. Lebih lanjut Sukamti (2007:25)

mengungkapkan bahwa perkembangan motorik adalah suatu rangkaian

perkembangan gerak yang langsung meliputi otot-otot untuk bergerak dan

siklus saraf yang membuat seseorang siap untuk menggerakkan tubuhnya.

Dari semua pengertian perkembangan motorik di atas maka bisa

disimpulkan bahwa perkembangan motorik adalah berkembangnya

keterampilan gerak motorik seorang individu atau anak dari keadaan

sederhana sampai dapat terkoordinasi dengan baik dan maksimal yang

dipengaruhi oleh unsur kematangan dan pengalaman.

4. Jenis-Jenis Perkembangan Motorik

Sujiono, dkk (2010:1.13) mengungkapkan bahwa perkembangan

motorik anak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu gerakan


motorik kasar (kemampuan yang membutuhkan koordinasi hampir sebagian

besar bagian tubuh anak) dan gerakan motorik halus (kemampuan yang hanya

melibatkan bagian-bagian kecil tubuh tertentu dan dikerjakan oleh otot-otot

kecil). Manurut Rahyubi (2012:222) berdasarkan jenisnya perkembangan

motorik ada dua bagian yaitu motorik kasar (gross motor skill) dan motorik

halus (fine motor skill). Pendapat lainnya menurut Hildayani (2009)

mengungkapkan bahwa perkembangan motorik meliputi perkembangan

motorik kasar dan motorik halus .

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan jenis perkembangan

motorik anak terbagi menjadi dua macam, yaitu motorik kasar dan motorik

halus.

5. Pengertian Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini

Menurut Santrock (2007:216) menyatakan bahwa keterampilan

motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus seperti

menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apa pun yang

memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keteramapilan motorik halus.

Perkembangan keterampilan motorik halus pada anak mencakup

kemampuan anak dalam menunjukkan dan mengusai gerakan-gerakan otot-

otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam

menggunakan tangan dan jari jemari (Wahyudin dan Agustin, 2012:35).


Menurut Sumantri (2005:143) keterampilan motorik halus anak dapat

diartikan sebagai bentuk dari pengorganisasian atau sekelompok otot-otot

kecil seperti jari-jari dan tangan anak, yang sering membutuhkan ketelitian

dan koordinasi mata dengan tangan. Keterampilan yang meliputi penggunaan

alat-alat untuk bekerja dan benda-benda kecil lainnya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus

adalah suatu penggunaan kelompok otot-otot kecil seperti jari-jari jemari dan

tangan yang membutuhkan kecermatan, ketepatan, kerapian dan koordinasi

mata dengan tangan dalam mencapai pelaksanaan kegiatan seperti menulis,

menggunting, menempel dan lain sebagainya.

6. Tujuan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini

Sumantri (2005) mengungkapkan bahwa perkembangan motorik halus

anak usia dini memiliki tujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik

anak secara optimal. Perkembangan motorik halus sangat memberi pengaruh

terhadap kesiapan seorang anak dalam menulis, melatih kooordinasi mata

dengan tangan dianjurkan dalam jumlah waktu yang memadai meskipun

penggunaan tangan secara keseluruhan belum maksimal. Pendapat lain

menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 115) tujuan perkembangan motorik

halus yaitu; a) dapat memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan;

b) dapat mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata; c) bisa


mengendalikan emosi. Selanjutnya menurut Sujiono (2009:14) tujuan

pengembangan motorik anak adalah dapat menunjukkan keterampilan anak

dalam menggerakkan jari-jemari terutama koordinasi mata dan tangan untuk

membuat anak bisa berkreasi seperti menggunting, menggambar, mewarnai,

menempel dan menjahit.

Berdasarkan pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa tujuan pengembangan

motorik halus adalah suatu kemampuan anak dalam menggerakkan anggota

tubuhnya yang memicu terjadinya koordinasi mata dan tangan untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak tersebut.

7. Fungsi Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini

Fungsi pengembangan motorik halus seperti yang dikemukakan oleh

Saputra dan Rudiyanto (2005:116), secara spesifik; a) sebagai sarana untuk

membina kemampuan perkembangan kedua tangan; b) sebagai alat untuk

membina koordinasi perkembangan kecepatan tangan dan mata; c) sebagai

alat untuk mempersiapkan dominasi yang antusias.

Sesuai Sumantri (2005: 146) menyatakan bahwa kapasitas kemajuan

motorik halus anak usia dini adalah untuk membantu peningkatan perspektif

yang berbeda, khususnya bahasa, intelektual, dan antusiasme sosial dengan

alasan bahwa satu sudut dengan sudut pandang formatif lainnya saling

mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan.


Berdasarkan penilaian di atas, dapat diduga bahwa kemampuan

pengembangan mesin halus membantu pengembangan dan peningkatan

kemampuan motorik halus anak-anak dalam merencanakan pengembangan

mata dan tangan.

8. Unsur-Unsur Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini

Unsur-unsur perkembangan motorik halus, yaitu:

1) Memegang

Seperti yang ditunjukkan oleh Yamin dan Sanan (2010: 134),

memegang adalah anak yang bisa memegang barang besar maupun

barang kecil. Semakin tinggi gerakan anak yang terkoordinasi dengan

baik, semakin baik mereka bisa menguasai barang-barang yang lebih

sederhana.

Hal ini sependapat dengan Sujiono (2009: 17) yang

menyatakan bahwa gerakan terkoordinasi yang baik adalah

perkembangan yang mencakup bagian-bagian tubuh tertentu yang

dilengkapi oleh otot-otot kecil yang memerlukan koordinasi yang hati-

hati. Kemampuan koordinasi yang baik anak-anak harus terus

diupayakan untuk berkembang dengan baik dan ideal, karena gerakan-

gerakan yang terkoordinasi dengan baik akan sangat membantu anak-

anak untuk melakukan latihan-latihan dalam kehidupan mereka.


Latihan memegang benda di sekitar misalnya melepas dan memakai

sepatu dan latihan yang berbeda. Dengan asumsi gerakan terkoordinasi

halus anak-anak sangat berkembang mereka dapat menyelesaikan

latihan ini secara mandiri. Gerakan terkoordinasi yang baik pada anak

usia dini secara signifikan mempengaruhi kemampuan memegang

pensil dengan baik yang sangat penting untuk menulis. (Kemendiknas

2010:10)

2) Menjimpit

Menurut Yamin dan Sanan (2010:134), menjimpit adalah

perkembangan motorik halus yang semakin baik akan membantu anak

untuk memegangnya dengan jari, bukan telapak tangan. Yamin dan

Sanan (2010:135) juga mengungkapkan bahwa keterampilan motorik

halus dapat menumbuhkan kemampuan anak dalam menggunakan jari

terutama ibu jari dan jari telunjuk. Keterampilan motorik halus dapat

ditingkatkan melalui kegiatan seperti menjimpit (clamping).

Peningkatan perkembangan gerak motorik halus akan membantu anak

untuk dapat memegang sendok dengan jari bukan dengan telapak

tangan. Salah satu contohnya saat anak makan sebaiknya memegang

sendok dengan cara yang benar, sama seperti yang dilakukan orang

dewasa. Melalui kegiatan melipat kertas, anak juga akan dapat

mengembangkan kemampuan memegang kertas, menjepit dengan ibu


jari, jari telunjuk dan jari tengah, menekan kertas dengan ujung jari,

dan melipatnya menjadi bentuk yang baik (Widayati, 2014).

Hal ini sesuai dengan Ariyadi (2007:20) yang mengungkapkan

bahwa keterampilan motorik halus adalah kemampuan mengendalikan

otot-otot kecil. Kemampuan ini meliputi kelenturan jari, dilihat dari

kemampuan anak untuk menyentuh, menjimpit, mencorat-coret atau

melipat. Kemampuan tersebut berguna bagi anak saat melaukan

aktivitas lain, sebagai conton saat minum, makan, mengancingkan

baju serta memakai kaos kaki.

3) Koordinasi mata dan tangan

Menurut Yamin dan Sanan (2010:134), koordinasi mata-tangan

juga memerlukan koordinasi mata-tangan, yang sangat membantu

untuk merangsang perkembangan otak dalam periode yang sangat

pesat. Santrock (2002: 225) Keterampilan motorik halus saat anak

berusia 4 tahun, keterampilan koordinasi motorik halus anak terus

mengalami peningkatan dan menjadi lebih baik. Pada saat berusia 5

tahun, koordinasi motorik halus anak semakin berkembang. Tangan,

lengan, serta tubuh bergerak bersama dibawah kontrol yang lebih baik

daripada mata.
Decaprio (2013:18) memngungkapkan bahwa keterampilan

motorik halus ialah sebuah pembelajaran yang saling memiliki kaitan

dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil anak serta

koordinasi mata-tangan. Anak memiliki kemapuan melalui aktivitas

yang lebih sulit, seperti berkonsentrasi, kontrol, kewaspadaan, dan

koordinasi otot-otot tubuh anak. Sejalan dengan bertambahnya usia

pada anak, kecerdasan motorik halus anak juga mengalami

peningkatan dan berkembang pesat, sehingga keterampilan ini

semakin mempengaruhi kemapuan anak.

Sujiono (2009: 14) mengungkapkan bahwa tujuan dari

keterampilan motorik halus adalah dapat menunjukkan kemampuan

anak dalam menggerakkan jari jemari terutama terjadinya koordinasi

mata dan tangan untuk membuat anak bisa berkreasi seperti

menggunting, menggambar, mewarnai, menganyam, dan menjahit.

Dari unsur yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa unsur motorik halus anak sangat perlu diperhatikan sehingga

kelenturan, kekuatan tangan dan koordinasi antara mata dan tangan akan

semakin matang.

9. Indikator Pengembangan Motorik Halus untuk anak usia dini


Indikator perkembangan motorik halus untuk anak usia 4-5 tahun

yang ditunjukkan oleh Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 58

Tahun 2009 adalah:

1) Membentuk playdough

2) Menggunting seperti yang ditunjukkan oleh desain gambar

3) Menempel playdough

4) Menggunakan jari

5) Sesuai

Sumantri (2005:104) indikator perkembangan halus anak usia 4-6

tahun sebagai berikut:

1) Dapat mengembangkan puncak empat sampai tujuh kotak.

2) Menarik sesuatu yang penting bagi anak dan citranya dapat

dirasakan oleh orang lain.

3) Memanfaatkan perkembangan jari dalam permainan jari.

4) Mengikuti gambar kotak

5) Pikirkan huruf-huruf tertentu

6) Meremas kertas.
Beberapa Indikator perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun

seperti yang diungkapkan Dewi (2005:4) adalah sebagai berikut:

1) Ikuti bentuk silang, lingkaran, kotak, dan segitiga secara bertahap.

2) Mewarnai dengan garis-garis

3) Pegang pensil dengan tepat di antara ibu jari dan dua jari

4) Tulis nama depan

5) Ikuti nomor 1 sampai 5.

6) Mengikuti bentuk persegi dan segitiga

7) Potong bentuk dasar

8) Tempel

9) Melakukan teka-teki (mengumpulkan potongan-potongan gambar)

10) Pemanfaatan jari lebih mumpuni (sempurna)

11) Mengisi contoh langsung (dengan potongan kertas)

12) Menggambar dengan konstan di seluruh gerakan (seperti gunung

atau lereng)

13) Meronce, membuat mainan, menggambar, mengarsir, memotong,

membentuk puncak, dan melukis dengan jari.


14) Buat bola-bola kecil dari tisu

15) Melipat kertas

Menurut Ariyanti, dkk (2007:121) indikator perkembangan motorik

halus anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut:

1) Kenakan dan lepaskan pakaian dan sepatu Anda sendiri

2) Gunakan sikat gigi dengan tepat.

3) Sikat rambut Anda sendiri.

4) Menggambar bentuk matematika dengan melihat contoh gambar.

5) Mengancingkan baju.

6) Sepatu pita dengan baik

7) Mainkan game shading seperti memadukan dua nada untuk

mendapatkan nada yang beragam.

8) Menyusun angka, menggambar bentuk silang, lingkaran, dan

segitiga secara bertahap.

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang digambarkan di atas,

cenderung beralasan bahwa perkembangan motorik halus anak-anak

berusia 4-6 tahun memiliki penanda perkembangan penting yang telah

tumbuh secara ideal. Dengan tanda-tanda kemajuan motorik halus yang


baik pada anak-anak, cenderung terlihat seperti apa kemampuan motorik

halus yang baik pada anak-anak sesuai usia mereka.

10) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan motorik Halus Anak

Usia Dini

Kemajuan motorik halus yang bagus seorang anak biasanya tidak

berjalan sempurna. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemajuan

motorik halus anak, baik faktor dalam maupun luar. Menurut Nurlaili (2019:9)

faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan motorik halus pada anak

usia dini adalah sebagai berikut:

a. Kondisi sebelum lahir

Ketika anak berada di dalam perut ibunya, perkembangannya yang

sebenarnya sangat bergantung pada nutrisi yang dia dapatkan dari ibunya.

Jika keadaan ibu hamil terganggu karena tidak adanya rezeki, anak yang

dikandungnya akan mengalami cacat perkembangan. Misalnya, ibu hamil

yang membutuhkan asam folat akan menyebabkan gangguan

perkembangan otak dan kelainan bentuk pada bayi.

b. Variabel keturunan.

Komponen ini merupakan variabel batin yang berasal dari dalam

diri anak dan merupakan sifat alami dari orang tua anak. Komponen ini

digambarkan oleh beberapa kemiripan dan tanda nyata dari anak dengan
salah satu kerabatnya, terlepas dari apakah ayah, ibu, kakek, nenek atau

kerabat lainnya. Misalnya, seorang anak yang memiliki bentuk tubuh tinggi

dan ramping seperti ayahnya, meskipun sebenarnya anak itu sangat suka

makan (dianggap membuat anak itu gemuk) tetapi sebenarnya anak itu

tidak menjadi gemuk.

c. Kondisi alam

Kondisi alam merupakan faktor luar atau faktor di luar diri anak.

Kondisi alam yang negatif dapat menggagalkan kemajuan kemampuan

motorik halus anak-anak, di mana anak-anak tidak mendapatkan

kesempatan untuk bergerak dan berolahraga. Misalnya, ruang bermain

yang terlalu dibatasi, sementara jumlah anak-anak sangat besar, akan

membuat anak-anak bergerak dengan cepat dan dalam jenis perkembangan

yang sangat terbatas.

d. Kesejahteraan dan nutrisi anak setelah melahirkan

Kesehatan dan gizi anak-anak sangat mempengaruhi kemajuan

perkembangan motorik halus anak-anak, karena anak-anak berada dalam

masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Hal ini

digambarkan dengan peningkatan volume dan kapasitas tubuh anak. Dalam

perkembangan fisik/motorik yang cepat ini, anak-anak membutuhkan

makanan yang cukup untuk membentuk sel-sel tubuh dan jaringan tubuh

yang baru. Kesehatan anak yang terganggul karena sakit akan menghambat
perkembangan/perbaikan motorik halus mereka dan akan merusak sel dan

jaringan tubuh anak.

d. Pertanyaan Pengetahuan

Pengetahuan ilmiah juga mempengaruhi perkembangan motorik

halus anak-anak. Pengetahuan ilmiah yang digambarkan dengan skor

tingkat kecerdasan tinggi dan rendah secara implisit menunjukkan tingkat

kesehatan mental anak dan kesehatan mental anak secara signifikan

mempengaruhi kapasitas pengembangan yang dapat dilakukan oleh anak,

mengingat salah satu unsur akal adalah untuk mengarahkan dan

mengontrol peningkatan mesin anak sangat bergantung pada seberapa

banyak dorongan. Hal ini dikarenakan otot-otot anak, baik otot polos anak,

belum sampai pada perkembangannya. Dengan aktivitas yang cukup akan

membantu anak dalam mengontrol perkembangan ototnya sehingga sampai

pada kondisi motorik yang ideal yang digambarkan dengan gerakan halus

dan mulus.

f. Pengasuhan gerakan yang dilakukan anak. Sekecil apapun perkembangan

yang dilakukan oleh anak, itu adalah hasil kerja sama antara 3 komponen,

khususnya otak besar, saraf dan otot, yang terhubung secara pasti.

g. Stimulasi yang tepat Ada tiga gaya pengasuhan yang banyak dilakukan

oleh wali, khususnya pengasuhan otoriter, berbasis popularitas, dan lunak.


Pengasuhan diktator cenderung tidak memberikan kesempatan kepada

anak-anak, dimana anak-anak dianggap sebagai robot yang harus mematuhi

setiap petunjuk dan perintah yang diberikan. Sementara itu, pengasuhan

yang toleran adalah sesuatu yang bertentangan dengan diktator, khususnya

wali biasanya akan memberikan kesempatan tak terbatas kepada anak-anak

dan akan sering mengizinkan anak-anak untuk berkembang dan berkreasi

sendiri tanpa bantuan orang tua. Pola pengasuhan terbaik adalah berbasis

suara di mana wali akan memberikan kesempatan terkoordinasi,

menyiratkan bahwa wali memberikan bimbingan, arahan dan dorongan

sesuai kebutuhan dan kemampuan anak, sehingga wali berusaha untuk

melibatkan anak-anak. Ketiga contoh pengasuhan ini pasti akan

menentukan suasana kehidupan yang akan mampu dimiliki oleh anak-anak

dalam rutinitas rutin mereka dan tentu saja akan sangat mempengaruhi

siklus perbaikan termasuk peningkatan motorik halus yang bagus.

h. Ketidakmampuan yang sebenarnya Ketidakmampuan yang sebenarnya

dialami oleh anak-anak akan mempengaruhi peningkatan kemampuan

motorik halusnya.

11). Jenis Kegiatan Pengembangan Motorik Halus AnakUsia Dini

Seperti yang dikemukakan oleh Nurlaili (2019:16) jenis-jenis Kegiatan

pengembangan motorik anak usia dini adalah sebagai berikut: (a) Mencoret
dan menentukan batas, (b) Mengatur, (c) Bentuk, (d) Menggambar, (e)

mewarnai, ( f) Penataan ulang, (g) Melipat, (h) Mosaik, (I) Montase, (j)

Koleksi, (k) Meronce, (l) Lukisan Jari, (j) Tenun.

12) Pengertian Guru

Pendidik adalah sosok yang menjadi teladan yang baik dalam setiap

tingkah laku, wacana dan perkataan. Selain itu, pendidik juga merupakan

sosok dalam menjalani kehidupan masing-masing. Menurut Aziz (2012: 19)

pendidik adalah individu yang ditopang dan diteladani. Digugu berarti

dianggap atau dipercaya. Sedangkan meniru mengandung arti ditiru atau

diikuti. Diikuti dan diikuti dari bahasa Sansekerta, kata master merupakan

perpaduan dari kata "gu" dan "ru". Gu berarti kekaburan, kehadiran dan

ketidakjelasan. Sedangkan “ru” artinya menyerah, membuang atau

membebaskan. Seperti yang ditunjukkan oleh Sudarwan Danim (2010) dalam

bukunya menjelaskan bahwa “Instruktur adalah pengajar yang cakap dengan

tugas utama mengajar, mendidik, mengarahkan, mengkoordinasikan,

mempersiapkan, mensurvei dan menilai”. Dari pasal-pasal tersebut dapat

digambarkan dengan baik sebagai berikut:

a) Keterampilan pendidikan, seorang instruktur harus memiliki pilihan

untuk mendominasi informasi tentang mengambil, mengajar dan

mendominasi mata pelajaran.


b) Kemampuan sosial, seorang pendidik harus memiliki pilihan untuk

mendominasi iklim umum dan permintaan kerja serta memiliki tujuan

yang tinggi.

c) Kemampuan Karakter, seorang pendidik harus memiliki pilihan

untuk menarik perhatian siswa ketika mengajar, berkenalan dengan

siswa, dan memiliki pilihan untuk membawa dirinya ke siswa sehingga

ia tidak diabaikan oleh siswanya.

d) Proficient Capability, seorang pendidik harus memiliki pilihan

untuk memiliki kemapanan dan pemahaman yang luas ke dalam

pelatihan, dapat menyampaikan, menyesuaikan metodologi dan

strategi, dan memiliki pilihan untuk memutuskan cara-cara yang harus

ditempuh dalam pembelajaran. Dari penilaian di atas, cenderung

dianggap bahwa pengajar adalah panggilan yang membutuhkan

penguasaan dalam mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak

hanya sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh anak didiknya.

13) Tugas Guru

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Pengajar dan Pembicara, Pendidik adalah guru yang cakap dengan tugas

pokok membina, mendidik, mengarahkan, mengkoordinasikan, mempersiapkan,

menilai, dan menilai peserta didik di persekolahan remaja melalui pembinaan yang

layak, persekolahan dasar, dan persekolahan tambahan.


Rusman (2012:73) pada dasarnya tugas pendidik dapat dirangkai menjadi

tiga klasifikasi, yaitu; a) seorang instruktur harus melakukan kursus pelatihan,

pengajaran dan persiapan; b) tugas pendidik di bidang filantropi di sekolah

merupakan indikasi minat bahwa seorang instruktur memiliki pilihan untuk

menjadikan dirinya sebagai orang tua berikutnya; c) usaha pendidik di bidang sosial,

khususnya instruktur mengajar di wali kelas, namun harus memiliki pilihan untuk

menjadi inisiator, inspirasi, dan dinamisator kemajuan di tempat tinggalnya.

Arbangi, Dakir, Umiarso. (2016:160) kewajiban pendidik dibedakan menjadi

tiga jenis, yaitu; a) kewajiban di bidang keahlian meliputi mengajar, mendidik, dan

mempersiapkan; b) usaha instruktur di bidang kemanusiaan mengingat instruktur

untuk sekolah harus memiliki pilihan untuk menjadikan diri mereka sebagai wali

kedua; c) Penugasan pendidik di bidang sosial, khususnya pendidik sangat

dibutuhkan untuk menjadi contoh yang baik bagi daerah setempat.

Dari penilaian di atas, dapat dimaklumi bahwa tugas pendidik bukan hanya

sebagai individu yang mengajar, mendidik, membimbing, mengkoordinir,

mempersiapkan, meneliti dan menilai siswa tetapi pengajar juga merupakan orang

tua kedua di sekolah dan contoh yang baik untuk daerah setempat.

B. Penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang relevan terkait dengan judul penelitian ini adalah: Pelaksanaan kegiatan

Peningkatan Motorik Halus oleh Guru PAUD Se-Gugus Teratai, Kawasan Pondok Suguh,

Mukomuko, adalah:
1. Hasil penelitian Fitria Murdiana (Skripsi 2018) Metode yang Terlibat dalam

Menumbuhkan Kemampuan Motorik Halus Bagi Anak Usia Dini di TK SBM Global

Insani Bandar Lampung. Jenis penelitian semacam ini merupakan penelitian

lapangan, khususnya penelitian yang berencana untuk memusatkan perhatian secara

serius tentang dasar-dasar keadaan arus dan kerjasama alam dari perkumpulan orang,

individu, dan organisasi wilayah setempat. Sekaligus ujian ini mengangkat informasi

dan permasalahan yang ada dilapangan, untuk situasi ini kelas TK SBM Global

Insani Bandar Lampung. Pada penlitian kali ini subjek penelitian adalah siswa-siswi

di TK SBM Global Insani Bandar Lampung yang berjumlah 20 siswa yang terdiri

dari 13 perempuan dan 7 laki-laki. Ada 2 pendidik yang diinstruksikan di kelas.

Sedangkan objek penelitian adalah jabatan yang dijadikan sebagai satuan persepsi.

Informasi dalam penelitian lapangan ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan

demontrasi. Dari hasil penelitian tersebut, pencipta dapat menyimpulkan bahwa

pengajar belum sepenuhnya melaksanakan sarana pengembangan motorik halus

secara umum, khususnya: dimulai dengan penentuan topik, hal ini sangat mudah bagi

pendidik untuk menumbuhkan kemampuan motorik halus untuk dieksekusi. Yang

kedua adalah menyiapkan bahan, ini juga dapat bekerja dengan pendidik selama

waktu yang dihabiskan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus yang baik.

Sebelum memulai tindakan, pendidik menjelaskan sebelumnya kegiatan apa yang

akan dilakukan untuk cara paling umum mengembangkan kemampuan motorik

halus.

2. Hasil Peneitian Nurul Fadhilah (Skripsi 2014) Mengerjakan Kemampuan Motorik

Halus Melalui Latihan Shading di Kelompok B TKLKMD Sedyo Rukun


Bambanglipuro Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian kegiatan tindakan kelas

yang diselesaikan dalam 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B TK

KKLKMD Sedyo Rukun berjumlah 16 anak dengan kemampuan motorik halus.

Strategi pemilahan informasi yang digunakan adalah persepsi dan dokumentasi.

Penyelidikan informasi yang digunakan melibatkan subjektif dan kuantitatif. Akibat

persepsi kemampuan mesin halus sebelum aktivitas adalah normal sebesar 64,58%

dengan model BSH, pada siklus primer terjadi peningkatan sebesar 3,65% pada

standar BSH, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 11,72% menjadi BSB.

Mengingat informasi ini, cenderung disimpulkan bahwa kemampuan mesin halus

anak-anak telah berkembang dan membuat tanda kemajuan lebih dari 75% dengan

kriteria Berkembang Sangat Baik. Pencapaian ini tidak terlepas dari langkah-langkah

pembelajaran, yaitu: (1) Satu kelas dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 4-5

anak (2) Setiap kelompok mendapat 4-5 macam warna yang telah ditetapkan dalam

satu dudukan (3) Pendidik memberikan contoh latihan arsir apa yang akan dilakukan

(4) Menyampaikan aturan-aturan yang telah ditetapkan selama tindakan arsir dan (5)

Gambar diubah sesuai dengan mata pelajaran berkelanjutan di Taman Kanak-Kanak.

3. Hasil Penelitian Nita Erliana Pratiwi dan Mas'udah (Jurnal 2017) Mengolah

Kemampuan Motorik Halus Melalui Latihan Bermain Pasir Pada Anak Usia 3-4

Tahun di Ppt “Melati” Surabaya. Penelitian kegiatan kelas ini bertujuan untuk

menggambarkan pengerjaan kemampuan motorik halus melalui latihan bermain pasir

pada tahun ajaran pelajaran 2015-2017. Subyek penelitian ini adalah anak usia 3-4

tahun di PPT Melati berjumlah 16 anak. Mengumpulkan informasi dengan

memanfaatkan persepsi dan dokumentasi. Prosedur pemeriksaan informasi dalam


tinjauan ini menggunakan penyelidikan faktual yang jelas. Efek samping dari

tinjauan ini dalam pola utama tindakan instruktur menunjukkan tingkat 70% dan

pada siklus berikutnya diperluas hingga 90%. Tindakan anak pada siklus utama

menunjukkan tingkat 68,12%, dan pada siklus berikutnya meningkat menjadi 85%.

Kemampuan mesin halus anak usia 3-4 tahun di PPT Melati pada pola dasar tingkat

kemajuan mendapat tingkat 58,59% dan pada siklus berikutnya meningkat ke tingkat

83,60%. Melihat gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan

kemampuan motorik halus melalui latihan bermain pasir.

4. Hasil Penelitian Kartika Fajriani (Jurnal 2019) Upayakan Kemampuan Motorik

Halus Anak Usia Dini Melalui Latihan Kemampuan Fundamental Montessori dalam

Kelompok A di Silmi Islam Paud Samarinda. Tinjauan ini berencana untuk

memutuskan bagaimana upaya dilakukan untuk melatih kemampuan motorik halus

anak-anak melalui latihan kemampuan dasar Montessori. Dilihat dari kenyataan di

lapangan, anak-anak kelompok A di PAUD Islam Silmi Samarinda ini sebenarnya

mengalami kendala pada kemampuan motorik halusnya. Anak-anak lebih puas

dengan latihan bermain di udara terbuka daripada latihan yang membutuhkan

kemampuan motorik yang tenang dan halus. Dari 12 anak, hanya ada 4 anak yang

dapat memegang pensil dengan akurat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

model penelitian kegiatan ruang belajar. Subyek ujian adalah kelompok A dengan

strategi ilmiah yang digunakan adalah kualitas normal, tarif dan grafik. Untuk

mendapatkan hasil yang substansial, prosedur penelitian dibantu melalui dua langkah

siklus, dan setiap siklus terdiri dari empat fase, khususnya persiapan, akting,

perhatian, dan refleksi. Berdasarkan hasil review, ternyata latihan peningkatan


kemampuan motorik halus anak melalui latihan kemampuan dasar Montessori di

PAUD Islam Silmi Samarinda tampak meningkat dikelasnya. Hal ini terlihat dari

produk akhir pelaksanaan siklus utama yang diurutkan Hebat, hanya 40%. Kemudian

pada siklus II jumlah anak dengan klasifikasi baik meningkat menjadi 92%. Dengan

peningkatan ini, anak-anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan

kemampuan motorik halus mereka melalui latihan kemampuan dasar Montessori.

Dengan cara ini, latihan kemampuan dasar Montessori membantu dalam

pengembangan kemampuan motorik halus anak-anak.

C. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan adalah suatu kegiatan atau pelaksanaan suatu susunan yang telah

disusun secara hati-hati dan mendalam, pelaksanaan biasanya dilakukan setelah susunan

tersebut dipandang sudah siap. Secara langsung, eksekusi dapat diartikan sebagai aplikasi.

Majone dan Wildavsky mencirikan eksekusi sebagai penilaian. Browne dan Wildavsky

berpendapat bahwa eksekusi adalah perluasan dari latihan yang sesuai satu sama lain. Nurdin

Usman. (2002:70)

Dalam ulasan ini komponen motorik halus dibatasi pada 3 komponen, yaitu

komponen utama memegang, khususnya anak dapat memegang barang besar dan kecil,

semakin tinggi kemampuan motorik halus anak, maka pada saat itu, ia dapat menyimpan

barang-barang yang lebih sederhana. Dua komponen meremas adalah peningkatan motorik

halus anak lebih baik dapat membantu anak memegang bukan dengan bagian tengah tangan

melainkan menggunakan jari-jarinya, tiga komponen koordinasi mata dan tangan adalah
koordinasi perkembangan mata dan tangan. juga diperlukan, koordinasi ini sangat baik untuk

menggerakkan perkembangan otak pada kecepatan yang sangat tinggi.

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Pelaksanan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus Oleh
Guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten
Mukomuko

Memegang

Pelaksanaan Kegiatan
Pengembangan Motorik
Halus Oleh Guru PAUD
Se-Gugus Teratai
Kecamatan Pondok Menjimpit
Suguh Kabupaten
Mukomuko.
Unsur perkembangan
motorik halus meliputi :
Koordinasi mata
dan tangan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan

alasan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik kuantitatif yang pasti. Sugiyono (2014:7) menyatakan bahwa strategi

grafik kuantitatif adalah teknik yang menekankan pada bagian menaksir secara tidak

memihak pada kekhasan yang bersahabat, eksplorasi ini lebih ditangani dan diolah

secara terukur.

Dalam tinjauan ini, analis menggunakan jenis penelitian survey. Prasetyo

(2012:143) menyatakan bahwa penelitian tinjauan adalah laporan kuantitatif yang

menggunakan pertanyaan serupa yang terorganisir atau seimbang kepada banyak

individu, kemudian, pada saat itu, semua jawaban yang diperoleh analis dicatat,

ditangani, dan kemudian diolah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Se-Gugus Teratai, Kawasan Pondok

Suguh yang terdiri dari 5 PAUD, yaitu PAUD Terpadu Pembina Pondok Suguh,

PAUD Terpadu Al-Hidayah, PAUD Terpadu Cahaya Mutiara Bunda, PAUD Terpadu

Kenanga Abke, PAUD Terpadu Embun Pagi , tepatnya pada Agustus 2021.
C.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2014:80) populasi adalah suatu wilayah spekulasi

yang terdiri dari barang-barang/subyek yang memiliki ciri dan kualitas tertentu

yang diterapkan oleh para ahli untuk dikonsentrasikan dan kemudian dicapai

ketetapan-ketetapan. Populasi dalam tinjauan ini adalah para pendidik PAUD

Gugus Teratai, Wilayah Pondok Suguh, Kabupaten Mukomuko, berjumlah 17

orang.

Tabel 3.1

Populasi guru yang mengajar di PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok


Suguh Kabupaten Mukomuko

No Nama PAUD Jumlah guru


1 PAUD Terpadu Pembina Pondok Suguh 4
2 PAUD Terpadu Al-Hidayah 3
3 PAUD Terpadu Cahaya Mutiara Bunda 4
4 PAUD Terpadu Kenanga Abke 2
5 PAUD Terpadu Embun Pagi 4
Jumlah 17
(Sumber data: Ketua PAUD Gugus Teratai)

2. Sampel

Bagi Sugiyono (2014:81) sampel adalah bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Prosedur pemeriksaan dalam ulasan

ini menggunakan sampel total. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto

(2006: 116) sampel total adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan asumsi

ada di bawah 100 subjek, lebih pintar mengambil semua jadi penelitian
populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh mutlak

dari 17 orang pengajar yang mendidik di PAUD seluruh Kelompok Teratai,

Kawasan Pondok Suguh, KabupatenMukomuko.

Tabel 3.2
Sampel guru yang mengajar di PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan
Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko

No Nama PAUD Jumlah guru


1 PAUD Terpadu Pembina Pondok Suguh 4
2 PAUD Terpadu Al-Hidayah 3
3 PAUD Terpadu Cahaya Mutiara Bunda 4
4 PAUD Terpadu Kenanga Abke 2
5 PAUD Terpadu Embun Pagi 4
Jumlah 17
(Sumber data: Ketua PAUD Gugus Teratai

D. Metode Pengumpulan Informasi

Menurut Sugiyono (2014:224) metode pengumpulan informasi merupakan

langkah terpenting dalam penelitian, mengingat alasan utama penelitian adalah untuk

mendapatkan informasi. Prosedur pengumpulan informasi yang digunakan dalam

eksplorasi ini adalah dengan menggunakan polling (Survey).

Menurut Sugiyono (2014:142) survei (jajak pendapat) adalah prosedur

pengumpulan informasi yang diselesaikan dengan memberikan sekelompok

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Jajak pendapat

adalah strategi pengumpulan informasi yang produktif ketika peneliti mengetahui

dengan pasti faktor-faktor yang diperkirakan dan menyadari apa yang tersedia dari

responden. Skala yang digunakan dalam review ini adalah skala Likert.
Menurut Sugiyono (2014: 93) skala Likert digunakan untuk mengukur

perspektif, penilaian, dan pandangan seseorang atau kumpulan individu tentang

fenomena sosial. Dalam penelitian, kekhasan sosial ini secara eksplisit dicirikan oleh

spesialis, yang selanjutnya disebut sebagai variabel eksplorasi.

E. Definisi Konseptual dan Operasional

1. Arti Konseptual dari Variabel

Sebagaimana ditunjukkan oleh Abdullah (2014:151) Pelaksanaan

adalah rangkaian rangkaian latihan tindak lanjut untuk program sekolah atau

set strategi yang terdiri dari langkah-langkah memutuskan, kunci dan

fungsional untuk pengaturan menjadi kenyataan untuk mencapai tujuan

sekolah. program yang telah ditetapkan sebelumnya.

Peningkatan motorik halus menurut Sujiono (2010: 1.14) Kemampuan

motorik halus adalah pengembangan yang hanya mencakup bagian tubuh

tertentu dan dilengkapi oleh otot-otot kecil, seperti jari dan pengembangan

pergelangan tangan yang sah. Sementara itu, sebagaimana ditunjukkan oleh

Sumantri (2005:143) motorik halus adalah asosiasi penggunaan kumpulan

otot-otot kecil, misalnya jari-jari dan tangan yang secara teratur membutuhkan

ketelitian dan koordinasi mata-tangan.

2. Definisi Operasional Variabel


Dalam pelaksanaan latihan pengembangan motorik halus anak-anak,

penting untuk fokus pada beberapa komponen yang terkandung dalam

keterampilan motorik halus. Seperti yang ditunjukkan oleh Yamin (2013:101)

menyatakan bahwa komponen-komponen motorik halus meliputi memegang,

meremas, memegang, merobek, memotong, fiksasi, dan koordinasi mata dan

tangan. Dalam ulasan ini komponen mesin halus anak-anak hanya dibatasi

pada tiga komponen, yaitu:

a) Memegang, khususnya anak dapat memegang barang-barang besar dan

barang-barang kecil. Dengan tujuan agar kemampuan motorik halus anak

tinggi, sehingga ia bisa memegang barang-barang yang lebih sederhana.

b) Menjimpit adalah kemajuan motorik halus anak, semakin baik dapat

membantu anak memegangnya bukan dengan bagian tengah tangan

melainkan menggunakan jari-jarinya.

c) Koordinasi mata dan tangan juga diperlukan koordinasi perkembangan

mata dan tangan, koordinasi ini umumnya sangat baik untuk menggerakkan

perkembangan otak dalam waktu yang sangat cepat.

F. Instrumen Penelitian

Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 160) instrumen penelitian

adalah sarana yang digunakan oleh para ilmuwan dalam mengumpulkan informasi

sehingga pekerjaannya lebih lugas dan hasilnya lebih baik, tepat, lengkap, dan presisi
sehingga lebih mudah untuk diolah. Proses pengembangan instrumen dilakukan

dengan membuat kerangka instrumen pemeriksaan. Kerangka kerja yang dibuat

dalam eksplorasi ini adalah:

Tabel. 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Motorik Halus Oleh Guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok

Pelaksanaan Indikator Sub Indikator Nomor item


Kegiatan Memegang Kegiatan untuk 1,2,3,4,5,6,7,8,9
Pengemban melatih gerakan
gan dalam memegang
Motorik Menjimpit Kegiatan yang 10,11,12,13,14,15,
Halus Oleh melibatkan 16,17
Guru PAUD kemampuan untuk
Se-Gugus dapat menjimpit
Teratai benda menggunakan
Kecamatan jari-jarinya
Pondok Koordinasi mata Kegiatan yang dapat 18,19,20,21,22,23,
Suguh dan tangan membantu dalam 24,25,26,
Kabupaten koordinasi pergerakan
Mukomuko mata dan tangan
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, peneliti membuat instrument penelitian

yang terdiri dari item atau pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah

ditentukan. Jenis Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner atau angket

dalam bentuk skala likert.

G. Validitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian dicoba validitas untuk

memutuskan instrumen eksplorasi yang baik dan layak guna menciptakan informasi

validitas yang tepat. Seperti yang ditunjukkan oleh Sugiyono (2017:121) validitas

adalah tingkat di mana sebuah tes memperkirakan apa yang seharusnya diukur.

Sebuah tes tidak bisa sah untuk alasan atau pertemuan apa pun, tes hanya substansial

untuk alasan dan pertemuan tertentu. Dalam review ini, persetujuan instrumen

menggunakan master judgement yang dilakukan oleh 3 orang yaitu Prof. Dr. Riyanto,

M.Pd, Bapak Dr. Didik Suryadi, M.A, dan Ibu Dr. Nina Kurnia, M.Pd. .

H. Teknik Analisis Data

Penelitian Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus Oleh Guru

PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko

menggunakan teknik analisis statistik dengan rumus rata-rata sebagai berikut:

Rumus Rata-Rata

𝑥
𝑋=
𝑛
Keterangan:
X: nilai rata-rata
x: jumlah semua nilai keseluruhan
n: jumlah guru/responden
(Aqib, 2014: 204-205)

Jadi, kriteria penilaian untuk lembar angket anak adalah seperti yang tertera

pada table dibawah ini:

Tabel 3.4
Skor Penilaian Angket Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus
Oleh Guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten
Mukomuko

Skor Kriteria Penilaian


4 Selalu
3 Sering
2 Kadang-Kadang
1 Tidak Pernah

Setelah analisis data angket telah dilakukan maka akan ditentukan tingkat

kriteria penilaiannya. Adapun tingkat kriteria penelitian angket seperti yang tertera

dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.5
Tingkat Kriteria Penilaian Angket Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Motorik Halus Oleh Guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh
Kabupaten Mukomuko

Interval Kriteria Penilaian


4 Sangat Baik
3-3,9 Baik
2-2,9 Cukup
1-1,9 Kurang
(Aqib, 2014)
I. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat

dpercaya atau dapat diandalkan. Untuk mengetahui suatu alat ukur realibel atau tidak

dalam penelitian ini diuji dengan Alpha Cronbach dengan persamaan sebagai berikut

(Sugiono, 2005. 233)

𝑘 𝜎 𝑏2
𝑟𝑎𝑐 = 1−
𝑘−1 𝜎𝑏2

Keterangan :
𝑟𝑎𝑐 = Koefisien reabilitas 𝑎𝑙𝑝ℎ𝑎 𝑐𝑟𝑜𝑛𝑏𝑎𝑐ℎ

k = banyak butir/item pertanyaan

𝜎𝑏2 = Jumlah/total varian per-butir/item pertanyaan


𝜎𝑏2 = Jumlah atau total varian

Pengujian ini dilakukan dengan menghitung koefisien cronbach alpha dari

masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Instrumen dapat dikatakan handal

(reliabel) bila memiliki koefisien cronbach alpha ≥ 0,60 (Ghozali, 2006: 42).

Tabel 3.6 Hasil Uji Reabilitas


Pengambilan Keputusan
Nilai Yang Ditetapkan Nilai Cronbach Alpha Kesimpulan

0,60 0,901 Realibel


Pada Tabel 3.6 hasil pengujian variabel penelitian memiliki nilai Cronbach

Alpha ≥ 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrument

pernyataan tentang motorik halus adalah realibel sehingga item ini layak digunakan

dalam penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko.

Kecamatan Pondok Suguh memiliki 1 (satu) gugus PAUD yaitu Gugus Teratai yang

terdiri dari 5 PAUD dan setiap PAUD terdapat Guru yang menjadi responden

penelitian. Se-Gugus Teratai terdapat 17 orang guru yang menjadi responden. Setipa

sekolah memiliki jumlah guru yang berbeda, yaitu : PAUD Embun Pagi memiliki 4

orang guru, PAUD Terpadu Negeri Pembina memiliki 4 orang guru, PAUD Kenanga

memiliki 2 orang guru, PAUD Mutiara Cahaya Bunda memiliki 4 orang guru, dan

PAUD Al-HIdayah memiliki 3 orang guru.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Cara pengumpulan

data dengan pendekatan angket. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus oleh Guru PAUD Se-Gugus

Teratai Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko

B. Hasil Penelitian

Pada pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus oleh guru paud se-

gugus teratai kecamatan pondok suguh terdapat 3 unsur motorik halus yaitu :

memegang, menjimpit, dan koordinasi mata dan tangan.


Tabel 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus oleh Guru

Kriteria Frekuensi %
Sangat Baik 0 0
Baik 9 52,94
Cukup 8 47,06
Kurang 0 0

Dari Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan

pengembangan motorik halus oleh guru dengan kriteria baik 9 orang atau 52,94% dan

kriteria cukup 8 orang atau 47,06 %. Perbedaan jumlah frekuensi baik dan cukup

terdapat 1 orang, sedangkan pada kriteria sangat baik 0. Hal ini menunjukan bahwa

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus meliputi unsur memegang,

menjimpit, dan koordinai mata dan tangan Se-Gugus Teratai di Kecamatan Pondok

Suguh berada pada kriteria baik. Tabel 4.1 juga menunjukan bahwa pelaksanaan

kegiatan pengembangan motorik halus masih belum berada pada titik maksimal.

Pada kriteria sangat baik masih menunjukan 0 %, ini artinya kegiatan pengembangan

tidak selalu dilakukan namun sering tetapi tidak setiap hari.

Tabel 4.2 Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus oleh


Guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh

No Motorik Halus Rata-Rata Kriteria


1 Memegang 3,13 Baik
2 Menjimpit 2,71 Cukup
Koordinasi Mata dan
3 3,2 Baik
Tangan
Jumlah 9,08
Rata-rata 3,03 Baik
Berdasarkan Tabel 4.2 menujukkan bahwa pelaksanaan kegiatan

pengembangan motorik halus oleh guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok

Suguh secara keseluruhan berada pada kriteria baik dengan rata-rata 3,03. Artinya

guru sudah sering melakukan kegiatan pengembangan pada motik halus anak tetapi

tidak setiap hari. Guru melaksanakan kegiatan pengembangan motorik halus anak

meliputi unsur memegang berada dikriteria baik dengan rata-rata 3,13. Artinya

pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus oleh guru sudah sering dilakukan

akan tetapi tidak setiap hari. sebagai contoh, mengajarkan anak memegang penghapus

dengan benar saat menghapus, kegiatan pengembangan tidak dilakukan setiap hari.

Guru melaksanakan kegiatan pengembangan motorik halus meliputi unsur menjimpit

berada di kriteria cukup dengan rata-rata 2,71. Artinnya guru melakukan pelaksanaan

kegiatan pengembangan motorik halus meliputi unsur menjimpit hanya kadang-

kadang atau dikerjakan sekali-sekali. seperti mengajarkan anak menjimpit halaman

buku menggunakan dua jari hanya dilakukan kadang-kadang. Guru melaksanakan

kegiatan pengembangan motorik halus meliputi unsur koordinasi mata dan tangan

berada di kriteria baik dengan rata-rata 3,2. Artinya pengembangan motorik halus

meliputi unsur koordinasi mata dan tangan sudah sering dilaksanakan oleh guru

namun tidak setiap hari. seperti melatih anak dalam kegiatan koordinasi mata dan

tangan saat melipat kertas tidak selalu dilakukan setiap hari.


Tabel 4.3 Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus dalam Unsur
Memegang oleh Guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh

Rata-
No Memegang Rata Kriteria
1 Memegang gunting dengan benar 3,2 Baik
2 Memegang pensil secara rileks dengan tangan kanan 3,6 Baik
3 Memegang penghapus saat menghapus gambar 3,2 Baik
4 Memegang cat crayon saat mewarnai 3,4 Baik
5 Memegang kancing baju saat mengenakan baju 2,5 Cukup
6 Memegang gunting saat menggunting sesuai pola 3,0 Baik
Memegang gunting saat menggunting diantara dua garis
7 lurus 2,8 Cukup
Memegang gunting saat menggunting macam-macam
8 bentuk 3,2 Baik
9 Memegang botol minum serta menutupnya 3,4 Baik
Jumlah 28,2
Rata-rata 3,1 Baik

Berdasarkan Tabel 4.3 Pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus

dalam unsur memegang oleh guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok

Suguh dengan kriteria baik yang artinya pengembangan motorik halus dalam unsur

memegang sudah dilaksanakan tetapi tidak setiap hari. hal ini ditunjukan pada

kegiatan Memegang gunting dengan benar 3,2, Memegang pensil secara rileks
dengan tangan kanan 3,6, Memegang penghapus saat menghapus gambar 3,2,

Memegang cat crayon saat mewarnai 3,4, Memegang kancing baju saat mengenakan

baju 2,5, Memegang gunting saat menggunting sesuai pola 3,0, Memegang gunting

saat menggunting diantara dua garis lurus 2,8 Memegang gunting saat menggunting

macam-macam bentuk 3,2, Memegang botol minum serta menutupnya 3,4.

Tabel 4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus dalam Unsur


Menjimpit oleh Guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh

Rata-
No Menjimpit Rata Kriteria
1 Menjimpit benang saat kegiatan meronce 2,2 Cukup
2 Menjimpit puzzle gambar 2,2 Cukup
3 Menjimpit kancing baju saat kegiatan kolase 2,5 Cukup
4 Menjimpit dengan melipat kertas 3,2 Baik
5 Menjimpit saat mengikat tali sepatu 2,8 Cukup
6 Menjimpit cat krayon saat mewarnai 2,9 Cukup
Menimpit saat membolak balikkan halaman buku
7 cerita 2,9 Cukup
8 Menjimpit saat merobek kertas 3,1 Baik
Jumlah 21,8
Rata-rata 2,7 Cukup

Berdasarkan Tabel 4.4 Pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus

dalam unsur menjimpit oleh guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh

dengan kriteria cukup yang artinya pengembangan motorik halus dalam unsur

menjimpit hanya dilakukan sekali-kali atau tidak selalu dilakukan. hal ini ditunjukan

pada kegiatan Menjimpit benang saat kegiatan meronce 2,2, Menjimpit puzzle

gambar 2,2, Menjimpit kancing baju saat kegiatan kolase 2,5, Menjimpit dengan
melipat kertas 3,2, Menjimpit saat mengikat tali sepatu 2,8, Menjimpit cat krayon saat

mewarnai 2,9, Menimpit saat membolak balikkan halaman buku cerita 2,9, Menjimpit

saat merobek kertas 3,1.

Tabel 4.5 Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus dalam Unsur


Koordinasi Mata dan Tangan oleh Guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan
Pondok Suguh

Rata-
No Koordinasi Mata dan Tangan Rata Kriteria
1 Koordinasi mata dan tangan dengan kegiatan kolase 3,3 Baik
2 Koordinasi mata dan tangan pada saat mengikat tali sepatu 3,1 Baik
Koordinasi mata dan tangan pada saat kegiatan melipat
3 kertas 3,4 Baik
Koordinasi mata dan tangan dengan kegiatan menyusun
4 puzzle gambar 3,1 Baik
Koordinasi mata dan tangan dengan kegiatan menyusun
5 puzzle balok kayu 3,2 Baik
Koordinasi mata dan tangan pada saat kegiatan menyusun
6 puzzle matras huruf 3,5 Baik
Koordinasi mata dan tangan mengenal angka melalui
7 poster 3,1 Baik
8 Koordinasi mata dan tangan melalui pengurutan angka 1-9 3,3 Baik
Koordinasi mata dan tangan saat kegiatab membuat bola
9
kecil dari tisu 3,2 Baik
Jumlah 29,2
Rata-Rata 3,2 Baik

Berdasarkan Tabel 4.5 Pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus

dalam unsur koordinasi mata dan tangan oleh guru PAUD Se-Gugus Teratai

Kecamatan Pondok Suguh dengan kriteria baik yang artinya pengembangan motorik

halus dalam unsur memegang sudah sering dilaksanakan tetapi tidak setiap hari. hal

ini ditunjukan pada kegiatan Koordinasi mata dan tangan dengan kegiatan kolase 3,3,
Koordinasi mata dan tangan pada saat mengikat tali sepatu 3,1, Koordinasi mata dan

tangan pada saat kegiatan melipat kertas 3,4, Koordinasi mata dan tangan dengan

kegiatan menyusun puzzle gambar 3,1, Koordinasi mata dan tangan dengan kegiatan

menyusun puzzle balok kayu 3,2, Koordinasi mata dan tangan pada saat kegiatan

menyusun puzzle matras huruf 3,5, Koordinasi mata dan tangan mengenal angka

melalui poster 3,1, Koordinasi mata dan tangan melalui pengurutan angka 1-9, 3,3,

Koordinasi mata dan tangan saat kegiatan membuat bola kecil dari tisu 3,2.

C. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pelaksanaan kegiatan

pengembangan motorik halus oleh guru PAUD Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok

Suguh adalah baik. dapat dilihat tanggapan responden sebesar 3,03. Hal ini berarti

pengembangan motorik halus di PAUD Se-Gugus Kecamatan Pondok Suguh sudah

melaksanakan kegiatan pengembangan motorik halus yang berada pada kategori baik

atau sudah sering dilakukan. Abdullah (2014:151) mengungkapkan bahwa

pelaksanaan adalah suatu rangkaian rangkaian latihan tindak lanjut untuk suatu

program atau perangkat strategi sekolah yang terdiri dari penetapan, kemajuan atau

pengaturan penting dan fungsional yang menjadi kenyataan untuk mencapai tujuan

program yang awalnya ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang baik dari

pelaksanaan latihan fine engine improvement di PAUD seluruh Kelompok Teratai

Wilayah Pondok Suguh diperoleh dari pelaksanaan dan penataan yang baik oleh para

pendidik. Christianti (2013) juga menemukan bahwa peningkatan motorik halus


sangat bergantung pada pekerjaan instruktur dalam mengatur dan sistem

pembelajaran itu sendiri. Selain itu, instruktur juga harus tahu tentang perbaikan

motorik halus untuk anak. Kemajuan tersebut kemudian dimaksudkan untuk lebih

inovatif dan diciptakan untuk usia dini melalui latihan bermain. Sesuai dengan

penilaian Slamet Suyanto (2005:50) bahwa latihan pembelajaran seperti

meruntuhkan, menempel, dan menggunting kertas dapat mempersiapkan kemampuan

motorik halus anak. Untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak,

pendidik dapat mengatur strategi yang menjamin anak tidak terluka. Oleh karena itu,

instruktur perlu menciptakan iklim yang aman dan menguji, bahan dan peralatan

digunakan dalam kondisi baik, dan tidak menimbulkan ketakutan dan ketegangan

dalam menggunakannya. Teknik yang digunakan adalah strategi aksi yang

memperkuat semua latihan motorik halus yang harus dilakukan oleh anak-anak, untuk

latihan motorik halus anak-anak dapat diberikan latihan menggambar, kolaps,

membentuk, meronce, dll. setiap perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan

kepentingannya.

Reni Rosari, dkk, (2015) mengungkapkan bahwa peningkatan kemampuan

motorik halus anak dapat berkembang dengan baik jika instruktur membuat berbagai

permainan atau latihan permainan setiap hari, dengan memanfaatkan media yang

diberikan sesuai dengan latihan dan topik yang akan disampaikan sesuai petunjuk dan

perspektif yang digambarkan. dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan


latihan peningkatan motorik halus di PAUD Pondok Suguh Kelompok Teratai telah

berkembang dengan baik melalui latihan yang telah diselesaikan oleh pendidik.

Seperti yang ditunjukkan oleh Nariasih (2013) kemampuan motorik halus

tangan melatih kemampuan anak untuk menggunakan jari-jarinya, terutama ibu jari

dan telunjuk, kemampuan ini termasuk memegang dan menjimpit. Triharso (2013:23)

mengungkapkan bahwa kemampuan mesin halus adalah kemampuan memanfaatkan

media dengan koordinasi mata-tangan. Hal ini ditegaskan dari penelitian Sabaria

Agustina, dkk (2018) yang melihat peningkatan kemampuan pada bagian menjimpit,

memegang, koordinasi mata dan tangan dalam latihan menjahit yang dapat melatih

kemampuan motorik halus anak-anak sesuai penilaian Yamin dan Sanan (2010:134)

Kemampuan motorik halus mencolok secara spesifik, menjimpit, memegang dan

koordinasi mata-tangan.

Dilihat dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa pelaksanaan latihan

pengembangan motorik halus untuk anak-anak paud Se-Gugus Teratai, Pondok

Suguh menggabungkan komponen memegang, menjimpit dan koordinasi mata dan

tangan yang baik dan telah sering dilakukan.

a. Pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus dalam komponen

memegang

Dilihat dari penelitian yang telah dilakukan, pelaksanaan kegiatan

pengembangan motorik halus dalam komponen memegang oleh instruktur


PAUD di seluruh Kelompok Teratai, Area Pondok Suguh sangat bagus. sangat

baik dapat dilihat bahwa reaksi responden adalah 3,13. Hal ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan latihan pengembangan motorik halus pada komponen

memegang telah dilakukan secara rutin, konsisten. Sesuai dengan hal tersebut,

Livana (2018) mengungkap bahwa fase pengembangan motorik halus anak-

anak sebenarnya ingin dicapai dengan ideal selama mereka mendapatkan

dorongan yang tepat. Setiap tahap, anak-anak membutuhkan dorongan untuk

mengembangkan kemampuan psikologis dan motorik halus mereka. Semakin

banyak anak melihat dan mendengar, semakin banyak yang perlu dia ketahui

sehingga semakin sedikit hasutan yang membuat anak kelelahan. Service of

Public Training (2010:10) menyatakan bahwa kemampuan motorik halus

anak-anak tidak pernah lepas dari perkembangan jari-jari tangan yang

menggunakan otot-otot kecil dan digunakan dalam latihan sehari-hari,

misalnya kemampuan motorik halus pada anak sangat mempengaruhi

kapasitas memegang pensil dengan benar. Memegang adalah anak dapat

memegang barang-barang besar seperti halnya barang-barang kecil. Semakin

tinggi kemampuan motorik halus anak, maka semakin siap pula barang

bawaan (Yamin dan Sanan, 2010:134). Sehingga sangat dapat dimaklumi

bahwa pelaksanaan perbaikan motorik halus dan komponen memegang yang

baik oleh instruktur juga akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan motorik

halus pada komponen memegang di PAUD Se-Gugus Teratai Wilayah

Pondok Suguh.
Pelaksanaan latihan motorik halus dalam komponen sangat erat

dengan latihan hari demi hari. Pendidik menunjukkan memegang gunting

dengan benar, memegang pensil dengan tangan kanan, memegang penghapus

saat menghapus gambar, memegang cat pastel saat mengarsir, memegang

kancing baju saat memakai pakaian, memegang gunting saat mengiris seperti

yang ditunjukkan oleh contoh, memegang gunting saat memotong antara dua

garis lurus, memegang gunting saat memotong bentuk yang berbeda,

memegang wadah air dan menutupnya. Hal ini sesuai dengan penilaian

Sujiono (2010:117) yang mengatakan bahwa kemampuan motorik halus

adalah perkembangan yang hanya mencakup bagian tubuh tertentu dan

dilengkapi oleh otot-otot kecil, misalnya kemampuan memanfaatkan

perkembangan jari tangan dan pergelangan tangan.

b. Pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus dalam komponen

menjimpit

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pelaksanaan latihan

gerak halus pada komponen menjimpit oleh guru PAUD Se-Gugus Teratai,

Kawasan Pondok Suguh sudah memadai. cenderung terlihat bahwa reaksi

responden adalah 2,71. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan latihan

peningkatan motorik halus di komponen menjimpit sesekali atau jarang

secara konsisten. Hal ini idealnya mempengaruhi peningkatan kemampuan

motorik halus pada komponen penjimpit pada anak-anak. Sesuai dengan hal
tersebut Danim (2011: 49) menyatakan bahwa keberhasilan belajar anak

dipengaruhi oleh banyak unsur yang berasal dari dalam dan luar ruang belajar,

faktor luar misalnya, kantor pembelajaran, strategi peragaan instruktur, dan

kerangka masukan, Apa lagi faktor dari dalam diri anak termasuk

pengetahuan, proses belajar, inspirasi, dll. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kurang optimalnya instruktur dalam mengembangkan kemampuan motorik

halus pada komponen menjimpit mempengaruhi kurang optimalnya

kemampuan motorik halus dalam menjimpit anak-anak di PAUD Se-Gugus

Teratai Area Pondok Suguh.

Eksekusi latihan motorik halus di komponen menjimpit diidentifikasi

dengan kuat dengan latihan setiap hari. Guru mempersiapkan dalam

menjimpit benang saat latihan menenun, menjimpit puzzle gambar, menjimpit

kancing baju saat latihan komposisi, menjimpit dengan cara menciutkan

kertas, menjimpit saat mengikat tali sepatu, menjimpit cat pastel saat

mengarsir, menjimpit saat membalik halaman buku cerita, menjimpit saat

merobek kertas. Mengingat hasil eksplorasi umum, guru hanya menyelesaikan

pelaksanaan latihan kemajuan dalam aspek menjimpit kadang-kadang. Yamin

dan Sanan (2010:135) juga menemukan bahwa kemampuan motorik halus

yang baik membantu perkembangan kemampuan anak-anak untuk

menggunakan jari-jari mereka, terutama ibu jari dan telunjuk. Kemampuan

motorik halus yang baik dapat dilatih melalui latihan, misalnya menjimpit
(penjepit mendapatkan pegangan). Perbaikan motorik halus yang lebih baik

dapat membantu anak-anak memegang bukan dengan bagian tengah tangan,

melainkan dapat menggunakan jari-jari mereka, salah satu contohnya adalah

saat anak makan, maka pada saat itu cara memegang sendok yang benar lebih

baik mengikuti cara orang dewasa. Peningkatan kemampuan motorik halus

pada anak meliputi kemampuan anak untuk menunjukkan dan mendominasi

perkembangan otot-otot indah seperti koordinasi, keahlian dan ketangkasan

dalam menggunakan tangan dan jari (Wahyudin dan Agustin, 2012: 35).

c. Pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus dalam komponen

koordinasi mata dan tangan

Berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan, pelaksanaan kegiatan

pengembangan motorik halus pada komponen koordinasi mata dan tangan

oleh gutu PAUD di seluruh Kelompok Teratai, Wilayah Pondok Suguh sangat

bagus. cenderung terlihat bahwa reaksi responden adalah 3,24. Hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan peningkatan motorik halus pada

komponen koordinasi mata-tangan telah diselesaikan secara konsisten. Sesuai

Decaprio (2013: 18) pembelajaran motorik halus akan menguasai

diidentifikasi dengan kemampuan aktual termasuk otot-otot kecil dan

koordinasi mata-tangan. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono, (1994:284)

menemukan bahwa pembelajaran adalah tindakan yang dimodifikasi dalam

rencana pendidikan untuk menyebabkan siswa beradaptasi secara efektif yang


menggarisbawahi penataan aset pembelajaran, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus dan komponen

Koordinasi mata dan tangan yang baik oleh guru juga akan berpengaruh baik

terhadap perkembangan kemampuan motorik halus pada koordinasi mata dan

tangan anak-anak di PAUD Se-Gugus Teratai, Kecamatan Pondok Suguh.

Pelaksanaan latihan motorik halus pada komponen koordinasi mata

dan tangan sangat erat kaitannya dengan latihan sehari-hari. Guru

mengenalkan dan mempersiapkan anak-anak dalam koordinasi mata dan

tangan dengan latihan pengumpulan, koordinasi mata dan tangan saat

mengikat tali sepatu, koordinasi mata dan tangan saat latihan melipat kertas,

koordinasi mata dan tangan dengan latihan menyusun gambar puzzle,

koordinasi mata dan tangan dengan tindakan menjumlahkan teka-teki persegi

kayu, koordinasi mata dan tangan selama gerakan menyusun puzzle huruf,

koordinasi mata dan tangan dalam memahami angka melalui spanduk,

koordinasi mata dan tangan melalui urutan nomor 1-9, koordinasi mata dan

tangan saat membuat bola kecil dari tisu. Sesuai dengan penilaian Sumantri

(2005:143) yang menyatakan bahwa kemampuan motorik halus adalah

memilah pemanfaatan kumpulan otot-otot kecil, misalnya jari-jari dan tangan

yang seringkali membutuhkan ketelitian dan koordinasi mata-tangan.

Koordinasi mata dan tangan dapat dilakukan melalui latihan bermain,

membentuk, mengontrol tanah atau lilin, adonan, mengarsir, menahan,


menumbuk, memotong, menggantung benda dengan tali (meronce),

memotong, mengikuti bentuk. Menurut Sujiono (2009: 14) alasan kemampuan

motorik halus adalah untuk dapat menunjukkan kemampuan anak dalam

menggerakkan jari, terutama dalam hal koordinasi mata dan tangan untuk

membuat anak siap berkreasi seperti memotong, menggambar, mewarnai,

menenun, dan menjahit.

\
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka

dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Motorik Halus oleh

Guru Paud Se-Gugus Teratai Kecamatan Pondok Suguh berada dalam kategori baik.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan motorik halus dalam unsur memegang

menunjukan nilai rata-rata berada pada kategori baik yang artinya sudah sering

dilaksanakan tetapi tidak setiap hari. Pengembangan dalam unsur menjimpit

menujukan nilai rata-rata berada pada kategori cukup yang artinya hanya dilakukan

sekali-kali atau tidak selalu dilakukan. Pengembangan dalam unsur koordinasi mata

dan tangan menunjukan nilai rata-rata berada dalam kategori baik yang artinya sudah

sering dilaksanakan tetapi tidak setiap hari.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun saran

yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Sekolah sebaiknya melaksanakan kegiatan pengembangan motorik halus setiap

hari dan dilakukan secara terus menerus.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti motorik halus dalam aspek memegang,

menjimpit dan koordinasi mata dan tangan, agar mendapat hasil yang lebih maksimal,
diharapkan menggunakan metode yang sama dengan jangkauan yang lebih luas.

Selain itu dapat melakukan dengan menambah jumlah sampel

penelitian dan objek sekolah atau gugus, karena wilayah generalisasi terbatas

sehingga hasil penelitian hanya berlaku untuk satu ruang lingkup yaitu gugus teratai.

Anda mungkin juga menyukai

  • 840-Article Text-3314-1-10-20181028
    840-Article Text-3314-1-10-20181028
    Dokumen10 halaman
    840-Article Text-3314-1-10-20181028
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • E BookBukuAjarBudidayaKelapaSawit
    E BookBukuAjarBudidayaKelapaSawit
    Dokumen118 halaman
    E BookBukuAjarBudidayaKelapaSawit
    Fauzi Posi
    Belum ada peringkat
  • Profil Pendidikan SMK IT Khoiru Ummah (14-11-2022 15 - 59 - 14)
    Profil Pendidikan SMK IT Khoiru Ummah (14-11-2022 15 - 59 - 14)
    Dokumen4 halaman
    Profil Pendidikan SMK IT Khoiru Ummah (14-11-2022 15 - 59 - 14)
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Cek Plagiat
    Cek Plagiat
    Dokumen66 halaman
    Cek Plagiat
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Untuk SEMHAS
    Untuk SEMHAS
    Dokumen23 halaman
    Untuk SEMHAS
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen100 halaman
    Skrip Si
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Untuk SEMHAS
    Untuk SEMHAS
    Dokumen23 halaman
    Untuk SEMHAS
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • HBR
    HBR
    Dokumen22 halaman
    HBR
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Artikel Penelitian
    Artikel Penelitian
    Dokumen49 halaman
    Artikel Penelitian
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Budi Hermawan Bab Ii PDF
    Budi Hermawan Bab Ii PDF
    Dokumen34 halaman
    Budi Hermawan Bab Ii PDF
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • P
    P
    Dokumen17 halaman
    P
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Budi Hermawan Bab Ii PDF
    Budi Hermawan Bab Ii PDF
    Dokumen34 halaman
    Budi Hermawan Bab Ii PDF
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen27 halaman
    Bab Ii
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Nama
    Nama
    Dokumen2 halaman
    Nama
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • HBR Studi Kasus
    HBR Studi Kasus
    Dokumen1 halaman
    HBR Studi Kasus
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • HBR
    HBR
    Dokumen6 halaman
    HBR
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Artikel Penelitian
    Artikel Penelitian
    Dokumen49 halaman
    Artikel Penelitian
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • HBR Bos
    HBR Bos
    Dokumen18 halaman
    HBR Bos
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Fikiran Yang Tepat Untuk Mengelola Teknologi Informasi
    Fikiran Yang Tepat Untuk Mengelola Teknologi Informasi
    Dokumen2 halaman
    Fikiran Yang Tepat Untuk Mengelola Teknologi Informasi
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Dramaturgical
    Dramaturgical
    Dokumen2 halaman
    Dramaturgical
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Dramaturgical
    Dramaturgical
    Dokumen2 halaman
    Dramaturgical
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Perusahaan Jepang Jarang
    Perusahaan Jepang Jarang
    Dokumen30 halaman
    Perusahaan Jepang Jarang
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Broadbent
    Broadbent
    Dokumen82 halaman
    Broadbent
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Infra Struk Tur
    Infra Struk Tur
    Dokumen1 halaman
    Infra Struk Tur
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Fikiran Yang Tepat Untuk Mengelola Teknologi Informasi
    Fikiran Yang Tepat Untuk Mengelola Teknologi Informasi
    Dokumen2 halaman
    Fikiran Yang Tepat Untuk Mengelola Teknologi Informasi
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Nama
    Nama
    Dokumen1 halaman
    Nama
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Kurva
    Kurva
    Dokumen1 halaman
    Kurva
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat
  • Teknologi Dan Pasar Evolution
    Teknologi Dan Pasar Evolution
    Dokumen16 halaman
    Teknologi Dan Pasar Evolution
    Edward Mahendri Napoleon
    Belum ada peringkat