PENDAHULUAN
Page 1
Namun pada kenyataannya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah tersebut
belum bisa sepenuhnya meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Tetap saja cukup
banyak wajib pajak yang utang pajaknya menunggak . Seorang Wajib Pajak
mungkin selalu membayar kewajiban pajaknya , tetapi jika kewajiban pajak
tersebut dibayar terlambat , maka hal tersebut tidak dapat dianggap patuh.
Apalagi kalau sampai utang pajaknya menunggak. Hal ini tentu saja sangat
merugikan bagi bangsa Indonesia yang memang sedang melakukan
pembangunan nasional. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan tindakan
penagihan yang mempunyai kekuatan hukum memaksa. Maka dari itu
pemerintah memberlakukan UU No 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa dan sejak 1 Januari 2001 penagihan pajak dilaksanakan
dengan UU No 19 tahun 2000.
Undang-undang penagihan pajak ini juga diharapkan dapat memberikan
kepastian hukum dan keadilan serta dapat mendorong peningkatan kesadaran
dan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya guna
mengurangi tunggakan pajak yang timbul. Dengan demikian diharapkan
penerimaan negara dari sektor pajak dapat lebih optimal lagi dan terus
meningkat agar bisa membiayai pembangunan nasional dan penyelenggaraan
roda pemerintah bisa berjalan dengan baik . Berkaitan dengan latar belakang di
atas di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat ke dalam penelitian yang
berjudul :
“Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak , Sanksi Perpajakan, dan
Pemahaman Pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Madya Palembang”
Page 2
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Page 3
pelayanan perpajakan dan kepatuhan wajib pajak terhadap
penerimaan pajak dalam menetapkan kebijakan utuk
mengoptimalkan penerimaan Negara.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Page 4
dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara
langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong,
penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di
luar bidang keuangan negara”.
Page 5
2. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU,
sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat
yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya
disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat
wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat
mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih
besar dari hasil pemungutan pajak.
W.J. Langen
1. Asas Daya Pikul, besar kecilnya pajak yang dipungut harus
berdasarkan besar kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin
tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan.
2. Asas Manfaat, pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan
untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan
umum.
3. Asas Kesejahteraan, pajak yang dipungut oleh negara digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
4. Asas Kesamaan, dalam kondisi yang sama antara wajib pajak
yang satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah
yang sama (diperlakukan sama).
5. Asas Beban Yang Sekecil-kecilnya, pemungutan pajak
diusahakan sekecil-kecilnya (serendah-rendahnya) jika
dibandingkan dengan nilai obyek pajak sehingga tidak
memberatkan para wajib pajak.
Page 6
Sistem ini merupakan suatu sistem pemungutan pajak
memberi wewenang kepada fiskus atau aparata pajak
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan undang- undang
perpajakan yang berlaku.
2. Self Assessment System
Sistem ini merupakan suatu sistem pemungutan pajak
yang memberiwewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada wajib pajak untuk memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
3. Withholding System
Sistem ini merupakan suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk
memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak. Saat ini di Indonesia
menerapkan sistem Self Assessment System, dimana
wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak
terutang, paham akan peraturan yang berlaku dan
mempunyai kejujuran yang tinggi serta menyadari
akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu,
berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak
semacam ini sangat trgantung pada wajib pajak itu
sendiri (peran dominan ada pada wajib pajak).
Page 7
pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan
kemampuan masing – masing. Sedangkan adil dalam
pelaksanaanya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak
untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran
dan mengajukan banding kepada pertimbangan Pajak 16
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang – undang
(syarat yuridis).
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2.
Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan
keadilan, baik Negara maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi).
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat financial).
Sesuai dengan budgeteir, biaya pemungutan pajak harus dapat
ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak hatus sederhana
Sistem pemungutan sederhana akan memudahkan dalam
mendorong masyarakat untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang – undang
perpajakan yang baru.
Page 8
b) Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang
secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan
menghindari pajak. Bentuknya antara lain
1. Tax avoidance yaitu usaha meringankan beban pajak
dengan tidak melanggar undang-undang.
2. Tax evasion yaitu meringankan beban pajak dengan
cara yang melanggar undang-undang (menggelapkan
pajak)
Page 9
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan
tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda.
b) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah
surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pokok
pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi,
dan jumlah yang masih harus dibayar.
c) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.
d) Surat Keputusan Pembetulan
Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan
yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung,
dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat
dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan
Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan
Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan
Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian
Imbalan Bunga.
Page 10
pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh Wajib Pajak.
f) Putusan Banding
Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak
atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang
diajukan oleh Wajib Pajak. Penerbitan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (SPT) Penerbitan
surat ketetapan pajak hanya terbatas pada Wajib Pajak
tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam
pengisian surat pemberitahuan atau karena ditemukan
data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain, pajak yang dihitung dan dilaporkan dalam surat
pemberitahuan yang bersangkutan tidak benar maka
Direktorat Jenderal Pajak menetapkan besarnya pajak
yang terutang sebagaimana mestinya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penerbitan surat ketetapan pajak harus diterbitkan
berdasarkan nota penghitungan dengan melalui proses
pemeriksaan.
Page 11
permohonan pengurangan/penghapu san sanksi administrasi
Gugatan ke Pengadilan Pajak Peninjauan kembali ke MA
Banding ke Pengadilan Pajak Pasal 23 UU KUP Mengajukan
keberatan Mengajukan pembetulan
Menurut Suandy (2008) penagihan pajak dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :
1. Penagihan pajak pasif
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan STP,
SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan
Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih
besar. Jika dalam jangka waktu 30 hari belum dilunasi maka 7
hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak
secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.
2. Penagihan pajak aktif
Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan
pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini fiskus lebih
berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim STP atau SKP
tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan
dengan pelaksanaan lelang. Pelaksanaan penagihan aktif
dijadwalkan berlangsung selama 58 hari yang dimulai dengan
penyampaian surat teguran, surat paksa, surat perintah
melaksanakan penyitaan, dan pengumuman lelang.
Page 12
2. Selanjutnya surat paksa diterbitkan apabila dalam jangka waktu
21 hari setelah surat teguran, surat peringatan, atau surat lain
yang sejenis diterbitkan namun penanggung pajak masih juga
belum melunasi utang pajaknya. Kewajiban pajak sebagaimana
tertuang dalam surat paksa harus dilunasi dalam jangka waktu 2
x 24 jam.
3. Apabila utang pajak belum dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana tertuang dalam surat paksa yaitu 2x24 jam, maka
pejabat dapat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan (SPMP).
4. Empat belas hari setelah dilakukan penagihan pajak dengan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), ternyata
penanggung pajak belum melunasi utang pajaknya, pejabat
menerbitkan surat perintah tentang pengumuman lelang.
5. Empat belas hari setelah pengumuman lelang ternyata
penanggung pajak masih belum juga melunasi utang pajaknya,
pejabat melakukan penjualan barang sitaan penanggung pajak
melalui Kantor Lelang Negara.
Page 13
3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
24/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan dan
Penagihan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan
Penagihan Seketika dan Sekaligus sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010.
4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat
Paksa.
Page 14
pembayar pajak terhadap ketentuan perpajakan yang
berlaku berpengaruh pada perilaku kesadaran
pembayar pajak. Wajib Pajak yang tidak memahami
peraturan perpajakan secara jelas cenderung akan
menjadi Wajib Pajak yang tidak taat, dan sebaliknya
semakin paham Wajib Pajak terhadap peraturan
perpajakan, maka semakin paham pula Wajib Pajak
terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan
kewajiban perpajakannya.
c) Kondisi Keuangan Wajib Pajak
Kondisi keuangan merupakan faktor ekonomi
yang berpengaruh pada kepatuhan pajak. Kondisi
keuangan adalah kemampuan keuangan perusahaan
yang tercermin dari tingkat profitabilitas
(profitability) dan arus kas (cash flow).
Page 15
Mardiasmo (2016) menyatakan sanksi perpajakan
merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang–undangan perpajakan (normaperpajakan) akan
dituruti, ditaati, dipatuhi atau bisa dengan kata lain sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar
wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
1. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi perpajakan terdiri dari sanksi denda,
sanksi bunga dan sanksi kenaikan. Sekian sanksi tersebut
dikenakan untuk berbagai jenis pelanggaran aturan.
a) Pengenaan bunga
Sanksi berupa pengenaan bunga ini berlandaskan pada
Pasal 9 Ayat 2(a) dan 2(b) UU KUP.
Dalam Ayat 2(a) dikatakan, wajib pajak yang
membayar pajaknya setelah jatuh tempo akan
dikenakan denda sebesar 2% per bulan yang dihitung
dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal
pembayaran.Sementara, pada Ayat 2(b) disebutkan,
wajib pajak yang baru membayar pajak setelah jatuh
tempo penyampaian SPT tahunan akan dikenakan
denda sebesar 2% per bulan, yang dihitung sejak
berakhirnya batas waktu penyampaian SPT sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh satu bulan.
Sebagai contoh, berdasarkan undang-undang, batas
akhir pembayaran dan pelaporan PPh adalah masing-
masing tanggal 10 (PPh pada umumnya) dan tanggal
15 (PPh Final 0,5%/pajak UMKM, PPh 25) bulan
berikutnya.Jika wajib pajak baru membayar
kewajibannya lewat dari tanggal-tanggal tersebut,
maka wajib pajak harus membayar bunga sebesar 2%
dari jumlah pajak yang terutang.
b) Sanksi Kenaikan
Page 16
Sanksi kenaikan ditujukan kepada wajib pajak yang
melakukan pelanggaran tertentu.
Contohnya seperti tindak pemalsuan data dengan
mengecilkan jumlah pendapatan pada SPT setelah
lewat 2 tahun sebelum terbit SKP.
Jenis sanksi ini bisa berupa kenaikan jumlah pajak
yang harus dibayar dengan kisaran 50% dari pajak
yang kurang dibayar tersebut.
c) Sanksi Denda
Sanksi pajak berupa denda ditujukan kepada
pelanggaran yang berhubungan dengan kewajiban
pelaporan.Besarannya pun bermacam-macam, sesuai
dengan aturan undang-undang.
Contohnya, telat menyampaikan SPT Masa PPN,
maka nominal denda yang dikenakan senilai Rp
500.000.
Sedangkan telat dalam menyampaikan SPT Masa
PPh, maka nominal denda yang dikenakan senilai
Rp1.000.000 untuk wajib pajak badan dan Rp100.000
untuk wajib pajak perorangan.
2. Sanksi Pidana
Sanksi ini merupakan jenis sanksi terberat dalam dunia
perpajakan.Biasanya, sanksi pidana dikenakan bila wajib
pajak melakukan pelanggaran berat yang menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dan dilakukan lebih dari
satu kali. Dalam Undang-Undang KUP, terdapat pasal 39
ayat i yang memuat sanksi pidana bagi orang yang tidak
menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.
Sanksi tersebut adalah pidana penjara paling singkat 6
bulan dan paling lama 6 tahun, serta denda minimal 2 kali
pajak terutang dan maksimal 4 kali pajak terutang yang
tidak dibayar atau kurang dibayar.
Page 17
Contoh kasus untuk sanksi ini adalah pengusaha yang
menerbitkan faktur pajak dan memungut PPN, namun
tidak mendaftarkan diri dan melaporkan kegiatan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. Sehingga, PPN
yang dipungut tidak disetorkan ke kas negara.
Page 18
2. Wajib pajak tidak memiliki tunggakan pajak untuk seluruh
jenis pajak yang ia tanggung. Kecuali wajib pajak telah
mendapatkan izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak.
3. Wajib pajak tidak pernah dihukum karena melakukan
tindak pidana dalam hal perpajakan selama 10 tahun
terakhir.
4. Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan selama 2
tahun terakhir karena wajib pajak pernah dilakukan
pemeriksaan.
5. Koreksi atas pemeriksaan pajak terakhir, masing-masing
jenis pajak yang terutang paling maksimal 5% nilai
koreksi.
Page 19
Kesadaran perpajakan
X1 = Kesadaran berpengaruh positif terhadap
Perpajakn kepatuhan Wajib Pajak orang
Pengaruh kesadaran X2 = Sosialisasi pribadi, Sosialisasi perpajakan
perpajakan, sosialisasi Perpajakan tidak berpengaruh terhadap
perpajakan, pelayanan X3 = Pelayanan kepatuhan Wajib Pajak orang
1
Stefani Siahaan
fiskus, dan sanksi 2018 Fiskus pribadi, Pelayanan fiskus tidak
2
Halimatusyadiah
perpajakan terhadap X4 = Sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan
kepatuhan wajib pajak Perpajakan Wajib Pajak orang pribadi, dan
orang pribadi Y1 = Kepatuhan Sanksi perpajakan berpengaruh
wajib pajak orang positif terhadap kepatuhan
pribadi Wajib Pajak orang pribadi.
Page 20
sebesar 23,8%
3. Secara langsung ada
pengaruh yang signifikan
pelayanan wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Besarnya pengaruh langsung
yang diberikan adalah sebesar
21,8%
Page 21
kepatuhan pelaporan WPOP di KPP
Pratama Denpasar Timur;
4) Pengetahuan tax amnesty
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan pelaporan
WPOP di KPP Pratama Denpasar
Timur. Jika WPOP memiliki
pengetahuan mengenai tax amnesty,
akan memberikan dorongan
kepatuhan bagi WPOP untuk
melaporkan jumlah wajib pajak
yang dimilikinya.
1. Kesadaran wajib pajak sebaiknya
lebih ditingkatkan guna
meningkatkan penerimaan pajak
pada perusahaan melalui
penyuluhan dan sosialisasi
Pengaruh Kesadaran X1 = Kesadaran perpajakan. 2. Pelayanan
Wajib Pajak, Pelayanan Wajib Pajak perpajakan harus ditingkatkan
Perpajakan Dan X2 = Pelayanan sehingga penerimaan pajak semakin
Kepatuhan Wajib Pajak Perpajakan baik.
1
Fadhilah 2018
Terhadap Penerimaan X3 = Kepatuhan 3. Kepatuhan wajib pajak tidak
Pajak Pada Kantor Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan
Pelayanan Pajak Y1 = Penerimaan pajak, untuk itu KPP Pratama
Pratama Medan Timur pajak Medan Timur sekiranya
memberikan arahan kepada para
wajib pajak akan kepatuhannya
membayar pajak, mengingat
pentingnya pajak bagi Negara dan
umumnya bagi masyarakat.
Kesadaran
Wajib Pajak
H1
Sanksi Pajak Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
H2
Pemahaman Pajak
H3 Page 22
H4
Keterangan:
= Kesadaran Wajib Pajak
= Sanksi Pajak
= Pemahaman Pajak
= Interaksi variabel X
secara bersama-sama
terhadap variabel Y
Page 23
dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu maka dapat disusun sebuah
hipotesis sebagai berikut:
Page 24
diperlukan suatu pemahaman, dengan kata lain bahwa pemahaman
masyarakat terhadap pajak dan esensi dari nilai pajak maka akan
meningkatkan kepatuhan masyarakat wajib pajak. Masyarakat wajib
pajak memahami bahwa pajak yang dibayarkan digunakan untuk
kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga
harapan mereka bahwa dengan membayar pajak maka fasilitas yang
diperoleh dari negara semakin baik dan banyak.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
H3: Pemahaman Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi
Page 25
BAB 3
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Page 26
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Page 27
karakter tertentu dan sama dalam suatu wilayah.
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan yang
terdaftar di KPP Pratama Pratama Madya Palembang. Populasi dalam
Penelitian ini adalah 9.175 Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP
Pratama Pratama Madya Palembang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2008: 62). Sampel adalah
meneliti sebagian dari elemen- elemen populasi (Nur Indriantoro dan
Bambang Supomo, 2009: 115). Kesimpulannya sampel adalah sebagian dari
banyaknya populasi dalam suatu tempat atau wilayah dan mewakili
populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah insidental sampling. Insidental sampling adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau
insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data
(Sugiyono, 2008: 96). Karena populasi dalam penelitian ini sangat banyak
yaitu sejumlah 9.175, maka guna efisien waktu dan biaya dalam
menentukan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
perhitungan formula slovin sebagai berikut:
n = N (1 + N e2)
Keterangan
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Seluruh Populasi
e = Toleransi Error
(Burhan Bungin, 2009: 105)
Page 28
pengisian kuesioner. Responden diberikan waktu dan diminta untuk mengisi
data sesuai dengan yang tercantum dalam kuesioner. Kuesioner ini bersifat
tertutup. kuesioner diharapkan dapat dikembalikan kepada peneliti, dalam
waktu yang telah ditentukan. Menurut Siregar, S (2012: 132) “kuesioner
adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis
mempelajari sikap- sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa
orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang
diajukan atau oleh sistem yang sudah ada”. Teknik ini memberikan
tanggung jawab pada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan.
Menurut Umar Husein (2011: 49) “teknik angket (kuesioner)
merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan
daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan
memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut”. Bebertapa definisi
kuesioner diatas penulis dapat menarik kesimpulan, kuesioner adalah
tekhnik pengumpulan data dengan cara membagikan sejumlah pertanyaan
kepada responden yang nantinya akan diolah dan dianalisis dari setiap
jawaban yang telah diisikan oleh responden. Selanjutnya dari hasil analisis
tersebut dapat ditarik satu kesimpulan.
Page 29
3.4 Definisi Operasional Variabel
a. Kepatuhan Wajib Pajak (variabel dependen)
Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan di mana Wajib
Pajak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dan
melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku. Indikator yang digunakan dalam konsep ini adalah
kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, melengkapi
SPT, menyampaikan/melaporkan SPT, membayar pajak dan
membayar tunggakan pajak.
Page 30
3.5 Metode Analisis Data
Page 31
dipertanggungjawabkan (Burhan Nurgiyantoro, 2002: 104).
Selain itu, uji normalitas juga akan menguji data
variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada
persamaan regresi yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau
berdistribusi tidak normal (Danang Sunyoto, 2010: 103).
Selanjutnya penelitian ini teknik uji normalitas yang
digunakan adalah one sampel kolmogorov smirnov test, yaitu
pengujian dua sisi yang dilakukan dengan membandingakan
signifikansi hasil uji (pvalue) dengan taraf signifikan sebesar
5%. Artinya, apabila signifikansi data lebih dari 5%, maka
data dapat dikatakan normal. Sedangkan apabila signifikansi
data kurang dari 5%, maka data dikatakan tidak normal.
2) Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen mempunyai
hubungan yang linear secara signifikan atau tidak (Imam
Ghozali, 2011: 166). Pengambilan keputusan dalam uji
linearitas dapat dilakukan dengan melihat signifikansi data.
Data dikatakan signifikan bila signifikansi lebih dari 5%.
Apabila data yang diperoleh lebih dari 5% maka data dapat
dikatakan linear, sebaliknya apabila data yang diperoleh
kurang dari 5% maka data dikatakan tidak linear.
3) Uji Heteroskedastisitas
Persamaan regresi berganda perlu diuji mengenai sama
atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu dengan
observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang
sama disebut terjadi heteroskedastisitas, dan jika variannya
tidak sama atau berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya
mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar
maupun bergelombang- gelombang. Uji Heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
Page 32
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Imam Gozali 2011: 139). Uji
Heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi sebesar 0,05 dengan kriteria pengujian adalah
sebagai berikut:
1) Jika sign. > 0,05 tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika sign. < 0,05 terjadi heteroskedastisitas.
4) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu situasi dimana
adanya korelasi sempurna antara variabel bebas yang satu
dengan variabel bebas yang lainnya (Danang Sunyoto, 2010:
97). Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi, yakni
dengan melihat dari nilai tolerance, dan lawannya yaitu
Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah
nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
Langkah-langkah dalam uji multikolinearitas yaitu:
a) Dengan Menggunakan Nilai Tolerance
1. Apabilanilai tolerance ≤ 0,10,
maka terjadi multikolinearitas
2. Apabilanilai tolerance ≥ 0,10,
maka tidak terjadi multikolinearita
Page 33
Pengujian hipotesis statistik adalah prosedur yang memungkinkan
keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau menerima
hipotesis dari data yang sedang diuji (Sunyoto, 2011:93). Data yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data di atas dapat diproses sesuai dengan
jenis data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan angka metode statistik
sebagai berikut:
a. Uji Koefisien Determinan
Koefisien determinasi (R2) merupakan alat untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati 1 berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen (Ghozali,
2012: 97).
b. Uji Parsial (Uji-t)
Uji statistik t dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas
(X) secara individual memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak
memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (Y). Untuk menguji
signifikansi pengaruh digunakan rumus uji statistik t (Sugiyono,
2011, hal.292). Rumus uji t adalah sebagai berikut:
√ −2
=
√1 +
Dimana:
T= nilai hitung
N= banyaknya
Page 34
pasangan rank
R= koefisien
korelasi Kriteria
Pengujian:
H0: rs= 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas
BAB IV
Page 35
Data Sampel Penelitian
2 Perusahaan Negeri 6
3 Perusahaan Swasta 93
4 Wiraswasta 10
5 Lain-lain 18
Page 36
3. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak para pekerja di
perusahaan-perusahaan di kota Palembag. Berikut ini adalah deskripsi mengenai
identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin,usia, jenjang
pendidikan, kepemilikan NPWP, dan lama menjadi Wajib Pajak.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Page 37
Sumber: Data primer diolah, 2020.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Page 38
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan NPWP
Jumlah Persentase
Karyawan 113 80,1%
Wiraswasta 10 7,1%
Lainnya 18 12,8%
Page 39
B. Karakteristik Variabel Penelitian
Karakteristik variabel penelitian ini akan menjabarkan mengenai
item-item dari variabel e-system yaitu kesadaran wajib pajak (X1), sanksi
pajak (X2), pemahaman pajak (X3), dan penjabaran item variabel kepatuhan
wajib pajak (Y).
Tabel 4.8
Distribusi jawaban responden mengenai Kesadaran Wajib Pajak
Opsi Pertanyaan
No
Jawaban P.27 % P.28 % P.29 % P.30 %
4 STS 1 0,70% 0 0% 0 0% 0 0%
Page 40
Pada item P.28 yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak
14,80% atau 21 orang, Setuju (S) sebanyak 76,80% atau 109 orang, Tidak
Setuju (TS) sebanyak 8,50% atau 12 orang.
Kemudian pada item P.29 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 20,40% atau 31 orang, Setuju (S) sebanyak 76,80% atau 109 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 2,80% atau 4 orang.
Sedangkan pada item P.30 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 21,80% atau 31 orang, Setuju (S) sebanyak 76,50% atau 108 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 2,10% atau 3 orang.
Tabel 4.9
Distribusi jawaban responden mengenai Sanksi Pajak
Pertanyaan
No Opsi Jawaban
P.23 % P.24 % P.25 % P.26 %
Page 41
Setuju (TS) sebanyak 11,30% atau 16 orang, dan yang mneyatakan Sangat
Tidak Setuju (STS) sebanyak 1,40% atau 2 orang.
Kemudian pada item P.25 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 13,40% atau 19 orang, Setuju (S) sebanyak 78,90% atau 112 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 7% atau 2 orang, dan yang mneyatakan Sangat
Tidak Setuju (STS) sebanyak 0,70% atau 1 orang..
Sedangkan pada item P.26 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 19% atau 27 orang, Setuju (S) sebanyak 76,80% atau 109 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 4,20% atau 6 orang.
4 STS 0 0% 0 0% 0 0% 0 0,00% 0 0%
Jumlah 142 100% 142 100% 142 100% 142 100% 142 100%
No Opsi Pertanyaan
Page 42
Jawaban P.19 % P.20 % P.21 % P.22 %
Page 43
Sedangkan pada item P.22 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 8,50% atau 12 orang, Setuju (S) sebanyak 77,50% atau 110 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 14,10% atau 20 orang.
Tabel 4.11
Distribusi jawaban responden mengenai Kepatuhan Wajib Pajak
Pertanyaan
Opsi
No
Jawaban
P.1 % P.2 % P.3 % P.4 % P.5 %
Jumlah 142 100% 142 100% 142 100% 142 100% 142 99%
Page 44
Pertanyaan
Opsi
No
Jawaban
P.6 % P.7 % P.8 % P.9 % P.10 %
Jumlah 142 100% 142 100% 143 100% 142 100% 142 100%
4 STS 0 0% 0 0% 0 0%
Page 45
sebanyak 29,30% atau 42 orang, Setuju (S) sebanyak 59,10% atau 84 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 10,60% atau 15 orang, dan yang menyatakan
Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 0,70% atau 1 orang.
Sedangkan pada item P.4 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 15,60% atau 22 orang, Setuju (S) sebanyak 73,50% atau 105 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 10,60% atau 15 orang.
Sedangkan pada item P.5 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 11,30% atau 16 orang, Setuju (S) sebanyak 62% atau 88 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 25,70% atau 38 orang.
Pada item P.6 yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 22,70% atau 32
orang, Setuju (S) sebanyak 72% atau 103 orang.
Kemudian pada item P.7 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 14,20% atau 20 orang, Setuju (S) sebanyak 71,10% atau 101 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 14,70% atau 21 orang.
Sedangkan pada item P.8 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 23,20% atau 33 orang, Setuju (S) sebanyak 73,00% atau 104 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 4,20% atau 6 orang.
Pada item P.9 yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 26,80% atau
38 orang, Setuju (S) sebanyak 59,20% atau 84 orang.
Kemudian pada item P.10 yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak
18,30% atau 26 orang, Setuju (S) sebanyak 69,70% atau 99 orang, Tidak
Setuju (TS) sebanyak 11,30% atau 16 orang, dan yang menyatakan Sangat
Tidak Setuju (STS) sebanyak 0,70% atau 1 orang.
Kemudian pada item P.11 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 26,10% atau 37 orang, Setuju (S) sebanyak 73,20% atau 104 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 0,70% atau 1 orang.
Sedangkan pada item P.12 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 25,50% atau 36 orang, Setuju (S) sebanyak 68,30% atau 97 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 6,30% atau 9 orang.
Sedangkan pada item P.13 yang menyatakan Sangat Setuju (SS)
sebanyak 29,50% atau 42 orang, Setuju (S) sebanyak 68,30% atau 97 orang,
Tidak Setuju (TS) sebanyak 2,10% atau 3 orang.
1. Uji Validitas
Page 46
Dalam penelitian ini uji validitas menggunakan rumus korelasi product
moment person, jika rhitung > rtabel berarti item valid. Sebaliknya r hitung < rtabel berarti
item tidak valid (Ghozali, 2011:47). uji validitas di lakukan dengan malakukan
uji korelasi antara pernyataan masing-masing variabel dengan skor total (item
total corelation). Hasil uji validitas secara lengkap disajikan pada lampiran 4.
Ringkasan hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X1)
Item Rhitung Rtabel Sign Keterangan
X1.1 0 0 0 Valid
X1.2 0 0 0 Valid
X1.3 0 0 0 Valid
X1.4 0 0 0 Valid
X2.2 0 0 0 Valid
X2.3 0 0 0 Valid
X2.4 0 0 0 Valid
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Pajak (X3)
Page 47
Item Rhitung Rtabel Sign Keterangan
X3.1 0 0 0 Valid
X3.2 0 0 0 Valid
X3.3 0 0 0 Valid
X3.4 0 0 0 Valid
0 0 0 Valid
0 0 0 Valid
0 0 0 Valid
0 0 0 Valid
0 0 0 Valid
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Item Rhitung Rtabel Sign Keterangan
Y1 0 0 0 Valid
Y2 0 0 0 Valid
Y3 0 0 0 Valid
Y4 0 0 0 Valid
Page 48
Y5 0 0 0 Valid
Y6 0 0 0 Valid
Y7 0 0 0 Valid
Y8 0 0 Valid
Y9 0 0 0 Valid
Y10 0 0 0 Valid
Y11 0 0 0 Valid
Y12 0 0 0 Valid
Y13 0 0 0 Valid
2. Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach
alpha > 0.70 (Ghozali, 2011:41-42). Hasil uji reliabilitas dari masing-masing
variabel dapat dilihat pada tabel 4.16. Dan hasil uji reliabilitas secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Page 49
Tabel 4.16
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Tabel 4.17
Hasil Uji Normalitas Data
Unstandardized Residual
Kolmogorov-Smirnov Z 2,641
Keterangan Normal
Page 50
probability sebesar 0,103. Dimana nilai tersebut lebih besar dari
0,05 maka data penelitian berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas untuk menentukan apakah masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat mempunyai hubungan linear. Uji
linieritas dengan menggunakan membandingkan uji F dengan tabel
F. Selanjutnya harga F yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga
F tabel. Jika harga Fhitung ≤ Ftabel, maka korelasi antara variabel bebas
dengan variabel terikat bersifat linier. Sebaliknya, jika harga F hitung ˃
Ftabel maka korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat
tidak linier. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 4.18
Tabel 4.18
Hasil Uji Linearitas
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan yang lain. ,
jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gejala
heterosdastisitas dalam model regresi, sebaliknya jika nilai signifikan
lebih kecil dari 0,05 maka terjadi gejala heterosdastisitas. Hasil uji
heteroskedastisitas dengan uji Glejser dapat ditunjukan dalam table
4.19.
Tabel.4.19
Page 51
Hasil Uji Heteroskedastisitas
4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi adanya hubungan
linear antara variabel independen di dalam regresi berganda. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam
model regresi berganda dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance di atas 0,1 dan VIF di bawah
10 maka model tersebut bebas dari multikolinearitas
(Ghozali.2011:106). Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada table
4.20.
Tabel.4.20
Page 52
Sumber: Hasil olah data, 2020.
E. Uji Hipotesis
1. Uji Parsial (Uji statistik t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara
parsial mempunyai hubungan signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 5% atau
0,05dan dk= n-2 = 140, maka diperoleh t tabel sebesar 1,655. Berikut
adalah hasil output uji t dengan menggunakan program SPSS pada tabel
4.21:
Tabel 4.21
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Sumber: Output SPSS diolah 2020
Page 53
Adapun kriteria penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut:
3. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengukur besarnya penaruh
dari variable independen terhadap variabel dependen. Hasil uji
determinasi terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4. 22
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Page 54
Model Summaryb
4.2. Pembahasan
1. Pengaruh Kasadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang pertama mendapatkan
hasil bahwa kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak yang terdaftar di KPP Madya Palembang , Tingkat
kesadaran wajib pajak (Variabel x1) dengan thitung (2,694) > ttabel (1.6550)
maka dapat di simpulkan Ho ditolak (Ha diterima) , yang artinya tingkat
kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran
Wajib Pajak, maka akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak
yang terdaftar di KPP Kota Madya Palembang, dalam menjalankan
kewajibannya membayar pajak.
Page 55
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang kedua
mendapatkan hasil bahwa sanksi Pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak yang terdaftar di KPP Madya Palembang.
Tingkat sanksi pajak ( Variabel X2) dengan t hitung (1,934) < ttabel (1.6550) ,
maka dapat di simpulkan H o ditolak (Ho diterima) yang artinya sanksi
pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Titis Wahyu
Adi (2018), Isnin Hariati dan Yeney Widya P (2017) yang menyatakan bahwa
Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak
berpengaruh positif dan signifikan secara bersama-
sama terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Page 56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Page 57
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan menggunakan 101
responden wajib pajak yang tersebar di kota Palembang di peroleh beberapa
kesimpulan adalah sebagai berikut:
Page 58
kepatuhan wajib pajak di KPP Madya Palembang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Titis Wahyu
Adi (2018), Isnin Hariati dan Yeney Widya P (2017) yang menyatakan bahwa
Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak
berpengaruh positif dan signifikan secara bersama-
sama terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Page 59
Page 60
5.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Sanksi perpajakan untuk wajib pajak di KPP Madya Palembang
sebaiknya dapat di maksimalkan sehingga jumlah wajib pajak yang
patuh dalam membayar pajak.
2. Untuk KPP Madya Palembang diharapakan dapat mengadakan
sosialisasi mengenai pajak agar pemahaman wajib pajak mengenai
perpajakan akan bertambah.
3. Kesadaran mengenai perpajakan untuk wajib pajak di KPP Madya
Palembang merupakan salah satu hal yang dapat di tingkatkan sehingga
pengaruhnya dalam kepatuhan membayar pajak.
61