Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS FARMAKOEKONOMI PENGGUNAAN ANALGESIK NARKOTIKA PADA

PASIEN OPERASI SECTIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT


TIPE C DI DAERAH JAKARTA SELATAN PERIODE JANUARI - JUNI 2018

¹ Dwi Novie Maulina


²Ahmad Fuad Afdhal, Ph.D.,
2
Dr. Delina Hasan. M.Kes, Apt

¹Magister Farmasi, Peminatan Farmasi Rumah Sakit, Universitas Pancasila.


Dwi Novie Maulina dwinoviemaulina@gmail.com>
Jl. Raya Lenteng Agung Timur No.56-80, Srengseng Sawah, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12640
²Program Magister Ilmu Kefarmasian, Universitas Pancasila, Jl. Raya Lenteng Agung Timur No.56-80,
Srengseng Sawah, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12640

ABSTRAK

Kasus operasi Sectio Caesaria (SC) ditemukan di semua rumah sakit, kasus pada pasien yang tidak bisa
melahirkan secara normal, karena ada faktor penyulit. Analgesik narkotika yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu fentanyl dan pethidin. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
biaya dari fentanyl dan pethidin yang digunakan dalam tindakan operasi SC di rumah sakit tipe C.
Analisis efektivitas biaya merupakan salah satu metode farmakoekonomi untuk menentukan obat efektif
dengan biaya yang lebih rendah. Desain penelitian adalah studi komparatif secara retrospektif..
Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Penelitian ini menggunakan sampel 35 pasien
pethidin dan 35 pasien fentanyl. Hasil penelitian ini berdasarkan (Incremental Cost Effective Ratio)
(ICER) berdasarkan Long of Stay (LOS) Rp 27.933.463. Hasil dari penelitian ini fentanyl lebih efektif
dan efisien dibandingkan menggunakan pethidin, sehingga dapat dijadikan rekomendasi pilihan medis
pada saat operasi Sectio Caesaria.
Kata Kunci : Sectio caesaria, fentanyl, pethidin, ICER

THE PHARMACOECONOMICS ANALYSIS THE USE OF NARCOTICS ANALGESIC IN


SECTIO CAESARIA OPERATING PATIENTS IN HOSPITAL TYPE C AT SOUTH JAKARTA
FROM JANUARI – JUNI 2018

¹ Dwi Novie Maulina


²Ahmad Fuad Afdhal, Ph.D.,
2
Dr. Delina Hasan. M.Kes, Apt

¹Magister Farmasi, Peminatan Farmasi Rumah Sakit, Universitas Pancasila.


Dwi Novie Maulina <dwinoviemaulina@gmail.com>
Jl. Raya Lenteng Agung Timur No.56-80, Srengseng Sawah,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12640
²Program Magister Ilmu Kefarmasian, Universitas Pancasila
Jl. Raya Lenteng Agung Timur No.56-80, Srengseng Sawah, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12640

ABSTRACT
The case of Sectio Caesaria (SC) surgery are found in all hospitals, this case is found in patients who
were unable to give birth normally due to the complication factor. Narcotics analgesics used in this study
were fentanyl and pethidine. The aim of this study is to determine the effectiveness and cost efficiency of
fentanyl and pethidine used in SC surgery at Hospital type C. Cost effectiveness analysis is one of
pharmacoeconomics methods for determining effective drugs with the lower cost. The research design
used was a retrospective comparative study. The sampling was done by using total sampling. The
efficiency of this study was in the cost reduction of SC surgery. This study used a sample of 35 pethidine
patients and 35 fentanyl patients. The result of this study was based on the (Incremental Cost Effective
Ratio) ICER was based on Long of Stay (LOS) Rp 27.933.463. Sensitivity analysis showed that the
ACER of fentanyl value would be high than the value baseline of ACER of pethidine. The conclusion of
this study is fentanyl is more effective and efficient than using pethidine, so it can be used as a medical
choice recommendation during SC surgery.

Keywords: Sectio caesaria, fentanyl, pethidin, ICER

PENDAHULUAN
Menurut hasil Riskesdas 2013, angka persalinan di Indonesia sebesar 9,8% dan angka tertinggi di
DKI Jakarta sebesar 19,9%. Tingginya angka persalinan SC di Indonesia menunjukkan pentingnya
pemberian terapi nyeri pasca SC yang tepat dan farmakoekonomis bagi pasien5. Tindakan SC
menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun ketahun. WHO melaporkan dari 137 negara
ditemukan bahwa terdapat 69 negara (50,4%) yang mempunyai angka persalinan sc > 15%. Penelitian
yang dilakukan di Bangladesh, menemukan dalam 10 tahun terjadi 21.149 kelahiran dan 70,5%
diantaranya melalui persalinan SC, sedangkan kelahiran spontan berkurang dari 54,1% menjadi 29,4%.
Menurut WHO pesalinan dengan SC terus - menerus bertambah jumlahnya diberbagai negara termasuk
Indonesia dengan SC rate sebesar 6,0%6. Berdasarkan data di salah satu RS Tipe C di Jakarta Selatan
pada bulan Januari- Juni 2018 terdapat 234 pasien dengan persalinan secara SC dan penggunaan
analgetik narkotik sebesar 132 pasien yang terdiri dari 48 pasien menggunakan fentanil, 64 pasien
menggunakan petidin dan 20 pasien menggunakan morfin.
Banyaknya alternatif dan pemulihan obat yang beragam baik sisi merek dan jenis obat
menyebabkan ilmu farmakologi harus didampingi dengan aspek ekonomi yang berperan dalam pemilihan
penggunaan obat yaitu dengan meninjau biayanya 7. Biaya merupakan salah satu faktor penting dalam
pelayanan operasi SC. Biaya yang dikeluarkan pasien pasca bedah SC dapat dianalisis berdasarkan ilmu
farmakoekonomi dengan menggunakan metode CEA (Cost Effectiveness Analysis). CEA biasanya
dipergunakan untuk menilai beberapa alternatif yang tujuannya atau luarannya sama dan efektivitas
diukur dalam satuan luaran seperti jumlah pasien yang sembuh, jumlah tindakan, jumlah kematian yang
dapat dicegah atau satuan lainnya8.
Telah banyak dilakukan penelitian mengenai CEA yang tujuannya untuk mengukur efisiensi dan
efektivitas analgesik golongan non narkotik yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri post SC, akan
tetapi belum pernah dilakukan penelitian tentang CEA yang menggunakan analgesik golongan narkotik
di Indonesia. Dengan analisis CEA yang mengukur biaya sekaligus hasilnya ini, pengguna (dokter) dapat
menetapkan intervensi kesehatan yang paling efisien membutuhkan biaya termurah untuk hasil
pengobatan yang menjadi tujuan intevensi tersebut. Dengan kata lain, metode ini dapat digunakan untuk
memilih intervensi kesehatan yang diberi nilai tertinggi dengan dana yang jumlahnya terbatas, dari
penggunaan analgetik yang berbeda mengakibatkan besarnya biaya obat yang dikeluarkan pasien
bervariasi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui terapi mana yang paling cost effective
antara fentanil dan petidin pada pasien post SC.
Banyak pasien mengeluhkan biaya yang tinggi karena lamanya hari perawatan setelah persalinan
SC, nyeri yang dirasakan pasien tidak kunjung reda, walau sudah diberikan analgesik narkotika dan non
narkotika dan spinal, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kedua analgesik narkotika
mana yang lebih efektif, sehingga lama perawatan pasien menjadi lebih pendek, dan mengurangi keluhan
biaya pasien.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan salah satu evaluasi ekonomi kesehatan yang bersifat deskriptif dengan
melakukan studi perbandingan (comparative study) antara dua alternatif yang ada. Selanjutnya
perhitungan biaya dilakukan dengan menggunakan metode CEA (Cost Effectiveness Analysis). Dimana
langkah identifikasi dimulai dengan melihat dan mencatat alur kegiatan pengobatan pada rekam medis,
keuangan di rumah sakit tipe C Jakarta 9.
Subjek penelitian ini adalah pasien operasi Sectio Caesaria yang menggunakan obat fentanyl dan
petidin diruang operasi sampai diruang rawat inap di rumah sakit tipe C periode Januari-Juni 2018.
Kriteria inklusi yaitu wanita dewasa melahirkan dengan operasi Sectio Caesaria, menggunakan obat
pethidin dan fentanyl, pasien yang tidak mengalami penyakit keganasan, pasien yang menjalani
pengobatan pada bulan Januari – Juni 2018. Kriteria eksklusi adalah pasien operasi Sectio Caesaria yang
menggunakan anastesi narkotika lain, dan pasien meninggal dunia selama penelitian, pasien mengalami
infeksi daerah operasi, pasien dengan penyakit penyerta lainnya.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data biaya terdiri dari biaya langsung yang
diperoleh dari dokumen keuangan yang meliputi : biaya ruangan, biaya jasa dokter, biaya obat,
sedangkan biaya tidak langsung diperoleh dari biaya akomodasi dan biaya produktivitas yang hilang.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah formulir pengumpulan data, dan perangkat lunak
(software) program SPSS versi 21.

Setelah dilakukan tahapan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan tahapan pengolahan data
sebagai berikut :
1. Analisa data secara statistik dengan menggunakan metode mann whitney untuk membandingkan
signifikasi varibel secara statistik (melihat perbedaan bermakna antara kedua obat petidin dan
fentanil).
2. Analisa Farmakoekonomi
Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER) merupakan analisis yang harus dilakukan dalam
analisis efektivitas biaya. Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER) merupakan perbedaan
antara 2 biaya alternatif dengan perbedaan efektivitas antara alternatif yang dihitung 8.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik penelitian ini menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian yang dilakukan dibagian

kamar operasi sampai ruang rawat inap dirumah sakit tipe C Jakarta Selatan periode Januari sampai Juni

2018, diperoleh jumlah pasien operasi sectio caesaria yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi sebanyak 70 pasien (sampel penelitian) yang terdiri dari : 35 pasien menggunakan fentanyl dan

35 pasien menggunakan petidin

Fentanil memiliki onset dan durasi yang lebih cepat daripada morfin dan pethidin, sehingga
sediaan injeksi intravena dapat digunakan pada kondisi nyeri pada pasien operasi SC, dan nilai VAS
fentanil lebih kecil daripada nilai VAS pethidin12.
Penggunaan analgesik multimodal dapat mengurangi kebutuhan opioid pascabedah, sehingga
menurunkan resiko kejadian efek samping opioid tersebut. Analgesik multimodal merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari program multimodalitas pemulihan pascabedah. Penggunaan multimodal
yaitu pemakaian banyak analgesik secara bersamaan sehingga dosis narkotika injeksinya tidak
berlebihan12.
Hasil pengelompokkan tersebut sesuai dengan referensi yang peneliti dapatkan, bahwa lama rawat
inap pada pasien bedah SC antara 2 - 4 hari, tanpa memperhatikan apakah pembedahan tersebut bersifat
elektif atau tidak. Menurut penelitian Gunnasrsdottir (2011) bahwa memang sudah menjadi prosedur
kesehatan pasien dapat pulang setelah 2 – 4 hari13.
Tabel 1. Perhitungan rata - rata total cost
Komponen biaya langsung dan Pethidin Fentanyl
tidak langsung 35 Pasien 35 Pasien
Biaya ruangan Rp. 4.059.354 Rp. 3.551.714
Biaya jasa dokter Rp. 12.369.524 Rp. 9.665.712
Biaya obat Rp. 7.077.029 Rp. 7.069.446
Biaya akomodasi Rp. 368.571 Rp. 428.571
Biaya produktivitas yang hilang Rp. 517.139 Rp. 603.494
Total Rp. 24.391.619 Rp. 21.318.937

Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan efisiensi pengobatan yang dilihat dari rata-rata total cost
yang dihitung berdasarkan biaya ruangan, biaya jasa dokter, biaya obat, biaya akomodasi, dan biaya
produktivitas yang hilang. Total cost merupakan gabungan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Berdasarkan perhitungan rata - rata biaya menunjukan bahwa yang paling kecil total cost nya adalah obat
fentanyl sebesar Rp 41.453.492 dibandingkan dengan obat pethidin sebesar Rp 47.262.814.
Berdasarkan lama hari perawatan ditabel ini dapat dilihat bahwa pasien yang menggunakan
fentanyl dan pethidin berada pada daerah E (sama efektifnya dan sama efisiensinya), sehingga tidak perlu
dilakukan perhitungan RIEB atau ICER.
Menurut Phillips (2001). Analisis efektivitas biaya merupakan salah satu cara untuk menilai dan
memilih program terbaik bila terdapat beberapa program berbeda dengan tujuan yang sama untuk dipilih.
Kriteria penilaian program mana yang akan dipilih adalah berdasarkan rasio efektivitas dari masing-
masing alternatif program yang tersedia sehingga program yang mempunyai rasio efektivitas terendahlah
yang akan dipilih oleh para analisis/pengambil keputusan12.
Hasil penelitian ini sesuai penelitian sebelumnya Phillips bahwa rasio efektivitas terendah yang
akan dipilih.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Variabel biaya ruangan mempunyai rata-rata 2.813.500 ±
1.441.386 rupiah dengan biaya minimal 450.000 rupiah dan maksimal 5.950.000 rupiah. Untuk CI 95%
rata-rata biaya berada pada 2.469.813 - 3.157.186 rupiah.
Variabel biaya obat mempunyai rata-rata 125.409 ± 95.891 rupiah dengan biaya minimal 17.461
rupiah dan maksimal 377.520 rupiah. Untuk CI 95% rata-rata biaya berada pada 102.545 - 148.274
rupiah.
Variabel biaya jasa mempunyai rata-rata 10.852.180 ± 3.887.157 rupiah dengan biaya minimal
950.000 rupiah dan maksimal 17.740.903 rupiah. Untuk CI 95% rata-rata biaya berada pada 9.925.320 -
11.779.040 rupiah.
Variabel biaya total langsung mempunyai rata-rata 21.481.799 ± 6.414.924 rupiah dengan biaya
minimal 6.192.523 rupiah dan maksimal 32.498.495 rupiah. Untuk CI 95% rata-rata biaya berada pada
19.952.214 - 23.011.384 rupiah.
Variabel biaya makan mempunyai rata-rata 239.142 ± 40.207 rupiah dengan biaya minimal
120.000 rupiah dan maksimal 360.000 rupiah Untuk CI 95% rata-rata biaya berada pada 229.555 -
248.730 rupiah.
Variabel biaya asumsi mempunyai rata-rata 560.316 ± 93.790 rupiah dengan biaya minimal
280.618 rupiah dan maksimal 820.577 rupiah Untuk CI 95% rata-rata biaya berada pada 537.952 -
582.679 rupiah.
Variabel biaya total mempunyai rata-rata 799.459 ± 133.518 rupiah dengan biaya minimal 400.618
rupiah dan maksimal 1.180.577 rupiah Untuk CI 95% rata-rata biaya berada pada 767.622 - 831.295
rupiah.

Menurut penelitian Tsalisah Damayanti (2017). bahwa unit cost dengan metode ABC di RS.
Bhayangkara Yogyakarta menganalisis perbedaan antara perhitungan unit cost section caesaria dengan
metode ABC dengan tarif biaya yang diberlakukan13.
Ada kesesuaian manfaat antara penelitian ini dengan penelitian Tsalisah Damayanti, yaitu penelitian
ini diharapkan akan memberikan kontribusi praktis berupa konsep analisis biaya yang dapat diterapkan di
rumah sakit tipe C Jakarta Selatan.
Formula ICER dapat melihat berapa biaya tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan efek
dari penggantian obat A ke obat B dengan menggunakan rumus :

(Total biaya pethidin / pasien – Total biaya fentanyl / pasien)

((Rata – rata efektivitas pethidin) – (Rata – rata efektivitas fentanyl)

Menghitung RIEB / ICER :

(Rp 24.391.619 – Rp 21.318.938) = Rp 6.679.741

(2,83 – 2,37)

(Rp 24.391.619 – Rp 21.318.938) = Rp 27.933.463

(3,68 – 3,57)

Tabel 2. ICER (Incremental Cost Effective Ratio) berdasarkan lama


perawatan

No Macam Biaya Obat Analgetik


Fentanyl Pethidin
1 Total Biaya Rp. 21.318.938/pasien Rp. 24.391.619/pasien
2 Rata - Rata VAS 3,57 3,68
3 Ratio cost effectiveness Rp. 231.985.508/hari Rp. 209.009.205/hari
RIEB/ICER Positif Rp Rp 27.933.463 / unit

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Fentanil lebih efektif dan efisien daripada petidin, dibuktikan dengan nilai (Incremental Cost
Effective Ratio) (ICER) berdasarkan Long of Stay (LOS) Rp 27.933.463

B. SARAN

Melanjutkan dengan menggunakan Analisa Farmakoekonomi untuk melihat Biaya Utiliti

DAFTAR PUSTAKA

1. Cessarean Pain , Journal of Birjand University Of Medical Sciences, 20(4), 338-345


2. Anonim. (2015). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
3. Fridawaty, R., Tjahjono, K., Adi, U. (2013). Determinan Infeksi Luka Operasi Pasca SC, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 8, 235-240
4. Nurfita, Hanggara, A., Jaka, F. (2018). Analisis Biaya Minimal dan Efektivitas Penggunaan
Analgesik Pada Pasien Bedah Sesar di Salah Satu Rumah Sakit Samarinda, Proceeding of the 8 th
Mulawarman pharmaceuticals Conferences. ISSN : 2814-4778, 75-81
5. Afdhal, A.,F. (2011). Farmakoekonomi Pisau Analisis Terbaru Dunia Farmasi. 1-30
6. Hadinata, E. (2015). Efektivitas Anggaran Biaya Produksi Terhadap Peningkatan Kinerja Produksi
pada PT. Roda Mas Timber Kalimantan di Samarinda, 3(4), 994-1008.
7. Puspitasari, R. N. (2019). Korelasi Karakteristik dengan Penyebab Ketuban Pecah Dini pada Ibu
Bersalin di RSU Densia Gresik.
8. Salfariani, Intan. (2012). Faktor Pemilihan Persalinan Sectio Caesarea tanpa Indikasi Medis di RSU
Bunda Thamrin Medan.
9. Perhimpunan Dokter Spesialis Anastesiologi dan Terapi Intensif Indonesia. (2016). Opioid dalam
Praktek Anestesia dan Terapi Intensif.
10. Gunnarsdottir, J. B., Jorndottir, T. E. (2011). Shortened hospital stay for elective cesarean section
after initiation of a fast-track program and midwifery home-care. 16-17
11. Widodo., Dimas, S. (2011). Perbandingan efektivitas antara ketorolak dan petidhin sebagai obat
antinyeri pasca operasi. 34-37
12. Phillips, C. (2001). What is cost effectiveness. 5-7
13. Damayanti., Tsalisa. (2017). Analisis unit cost sectio caesaria dengan metode ABC di RS
Bhayangkara Yogyakarta. 8-9
14. Nadia., Farhanah, S., Banun, A. S., Mutiara, J. (2016). Analisa cost effectiveness Seftazidim generik
pada pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 2012. 4-6
15. Marc, L. B., Bingefors, K., Edwin. (2003). Biaya Pelayanan Kesehatan, Kualitas, dan Hasil Akhir.
305-306

Anda mungkin juga menyukai