A. Hasil
1. Data Umum
Sejarah berdirinya PT . Citra Putra Kebun Asri (CPKA) dimulai pada
bulan juli tahun 2003 atas prakrasa ibu Rosita S. Kalianda Dawali dengan
kebun sawit percobaan seluas 30 hektar berlokasi di di Desa Sei Jelai
Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan.
Perusahan ini berdiri tanggal 3 Agustus 2006 setelah terbit persetujuan
akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas oleh mentri Hukum dan
hak Azasi manusia Republik Indonesia No. C-23951 HT. 01.04 Tahun 2006
dan diterima dan dicatat dengan database Sismimbakum Dirjen Administrasi
Hukum Umum tanggal 15 Agustus 2006.
Dengan adanya kerjasama dengan perusahan sekitar yang mempunyai
luasan antara 500-1000 hektar. Sehingga mencukupi untuk penyedian bahan
baku pabrik (TBS). PT. CPKA sudah mendirikan pabrik kelapa sawit dalam
dengan mengacu pada kaidah-kaidah manejemen perkebunan modern. Kebun
PT. CPKA tersebar menjadi 8 afdeling yaitu Divisi Jorong, Batalang,
Kuningan, Alur, Pemuda Sawarangan, Jilatan dan Sei. Jelai.
Perusahaan PT. Citra Putra Kebun Asri yang berlokasi di Batalang
dengan nama pemilik perusahaan Gunawan Candra yang berdiri dari tahun
2003. Luas perusahaan ±2000 Ha.
Pendirian perusahaan pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies,
pohon kelapa sawit berasal dari Afrika Selatan di antara Angola dan Gambia.
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang tingginya dapat mencapai 24
meter, bunga dan buahnya berupa tandan bercabang banyak. Buahnya kecil
dan apabila matang berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat,
daging dan kulit buahnya mengandung minyak.
Hasil dari kelapa sawit digunakan sebagai bahan pembuatan sabun,
lilin bahkan kosmetik dan minyak goreng. Hampas dari kelapa sawit
dimanfaatkan untuk pakan ternak, tempurung sebagai bahan bakar dan arang.
2. Data Khusus
a. Proses Produksi Kelapa Sawit
Pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies, pohon kelapa sawit
yang digunakan di PT. Citra Putra Kebun Asri berasal dari Afrika barat di
antara Angola dan Gambia. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon.
Tingginya dapat mencapai 24 meter, bunga dan buahnya berupa tandan
bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak berwarna merah
kehitaman, daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya
mengandung minyak. Minyak hasil olahan digunakan sebagai minyak
goring, sabun, lilin bahkan campuran bahan kosmetik. Ampas sisa
pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, khususnya
sebagai makanan ayam, tempurung sawit juga bisa digunakan sebagai
bahan bakar dan arang.
Untuk alur produksi kelapa sawit di PT. Citra Putra Kebun Asri
dapat dilihat sebagai berikut :
1) Pembukaan lahan
Proses pembukaan lahan dilakukan dengan penembangan
penebangan pohon baik secara manual atau menggunakan mesin (chin
saw). Pembukaan lahan juga merupakan kegiatan pembersihan lahan
dengan menggunakan alat- alat berat seperti excavator dan motor
grader.
2) Pembibitan, penanaman, dan perawatan
Proses pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman
dilakukan pada area terbuka dan dalam keadaan aman dan bersih.
Aman berarti bebas dari gangguan binatang berbahaya sedangkan
yang dimaksud dengan bersih adalah bebas dari gulma dan semak
belukar. Potensi bahaya kesehatan pada proses ini adalah
pneumokonioses (penimbunan debu dalam paru), dermatoses
(kelainan kulit karena pekerjaan) dan penggunaan pestisida.
Penggunaan pestisida merupakan potensial bahaya terbesar pada
proses ini. Pengggunaan pestisida yang tidak aman dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit akut maupun
kronis, keracunan dan kematian. Monitoring biologi paparan pestisida
dapat dilihat dari kadar cholinesterase dalam darah. Bahaya
penggunaan pestisida terdapat pada pekerja penyemprot dan pekerja
yang bertugas pada gudang penyimpanan pestisida. Pemerintah telah
mengatur tentang pengawasan, penyimpanan dan penggunaan
pestisida dalam peraturan pemerintah No.07 tahun 1973.
3) Panen dan Pengangkutan
Pemanenan dilakukan setelah usia kelapa sawit ±7 tahun,
setelah itu dilakukan pemanenan dan di angkut dengan truk yang
mengangkut buah kelapa sawit dilewatkan di jembatan timbang guna
mengetahui berat bruto dan untuk menghitung redemen yang tepat.
Tandan buahyang di bawa angkutan truk dari kebun diterima pada
tempat penerimaan pandan.
4) Grading (pemilahan)
Pemeriksaan kualitas dan kematangan buah sawit. Jenis buah
sawit yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis tanera dan dura
yang selanjutnya dimasukan ke konvayer dan diangkut menggunkan
kereta lori menuju sterilizer untuk dilakukan perebusan
5) Perebusan (sterilisasi)
Proses rebusan buah kepala sawit dilakukan dengan bejana
besar menggunakan injek uap (tekanan uap 2.0-2.8 kg/cm) dengan
lama rebusan 80-90 menit dengan temperatur 1350C. Dalam proses
ini, dapat terjadi kehilangan minyak akibat sebagian minyak
tercampur dengan air kondensat dan terserap tandan kosong,
kehilangan minyak ini dapat juga dipengaruhi oleh kualitas buah yang
diolah seperti buah terlalu matang, memar dan atau busuk. Tujuan
perebusan ini adalah untuk mematikan enzyme yang bisa merusak
mutu dari minyak CPO juga untuk melunakan sehingga memudahkan
untuk proses pengepresan
6) Pembantingan (supply press)
Setelah perebusan TBS yang telah masak di angkut ke
theresser menggunakan kereta lori, tandan buah segar yang telah
direbus siap untuk di pisahkan antara berondolan dan tandannya
dengan menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan
lepas dari tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk
didistribusikan ke tahap pengepressan.
7) Pengepressan
Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam press untuk
diperas sehingga menghasilkan minyak (clude oil). Pada proses ini
dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak
terlalu kental (penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak
tersumbat. Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan
terlalu tinggi dapat menyebabkab inti pecah dan scew pree mudah
aus. Sebaiknya, jikatekanan mesin press terlalu rendah maka oil losse
di ampas tinggi
8) Penyulingan Minyak (Klarifikasi)
Minyak kasar yang diperoleh pada proses sebelumnya masih
perlu dilakukan klarisikasi permunian). Proses ini dilakukan pada
suhu 90-1000C yang terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
pengenceran minyak dengan air panas dalam clarifier tank untuk
pemisahan minyak dari kotoran-kotoran. Pemisahan minyak dengan
air drap di clarifier tank dapat menghasilkan minyak di drap. Air drap
yang masih mengandung minyak diambil dengan sludge separator,
kemudian air dibuang sebagai limbah cair bercampur padat. Minyak
yang telah dipisahkan dari air drap dimurnikan dalam stasiun oil
purifier. Minyak hasil permunian dikeringkan dalam vacuum dryer
selanjutnya disimpan dalam tangki timbul CPO pada temperatur ±45
0
C. Minyak ini sudah siap dijual sebagai minyak kasar atau CPO.
9) Pengumpulan dan pengiriman
Hasil pengolahan TBS disimpan dalam tanki CPO, sedangkan
biji (kernel) disimpan dalam gudang yang kebersihan dan ventilasinya
diatur dengan baik dan kemudian dilakukan pengiriman ke konsumen.
Pabrik pengolahan minyak kelapa sawit selain menghasilkan produk
utama berupa minyak sawit kasar (CPO), juga menghasilkan produk
samping berupa biji inti sawit (kernel). Selain itu juga menghasilkan
limbah bbaik padat (abu, cangkang serta patan lain), cair (minyak dan
air), serta limbah gas, dan fraksional hasil pengolahan TBS.
b. Potensi Bahaya dan Dampak Kesehatan serta Keselamatan
1) Identifikasi Hazard Potential (PAK)
Penyakit akibat kerja di perusahaan PT. Citra Putra Kebun Asri
yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.1 Identifikasi Hazard Potential (PAK)
Hazard Potential
No. Tahapan PP
Fisika Kimia Biologi Fisiologi Psikologi
1. Pembukaan lahan Kebisingan, Debu Hand-arm Stress
getaran, panas - vibration
(Excavator) syndrome
(HAVS)
kelelahan
akibat
panas
2. Pembibitan, Panas Debu Ular/binatang Hand-arm Stress
penanaman, dan Pupuk buas vibration
pemeliharaan syndrome
tanaman (HAVS),
kelelahan
akibat
panas,
dehidrasi
3. Pemanenan dan Panas Debu Serangan Sakit Stress
pengankutan Getaran hewan liar, pinggang
digigit karena
serangga terlalu lama
berdiri,
dehidrasi,
4. Penyortiran Panas Debu - Dehidrasi, Stress
buah kelapa kebisingan kelelahan,
sawit sakit
pinggang,
gangguan
ambang
dengar
5. Proses sterilisasi/ kebisingan, - - Kelelahan, Stress
perebusan buah panas, sakit
pinggang
6 Pemisahan minyak Panas, - - Kelelahan, Stress
dan kotoran kebisingan, gangguan
(kondensasi) ambang
dengar,
7 Proses klarifikasi Kebisingan - - Dehidrasi, Stress
gangguan
ambang
dengar,
8 Pengumpulan Kebisingan, - - Dehidrasi, Stress
dan panas gangguan
pengiriman ambang
dengar,
3. Bahaya Lingkungan
a. Monitoring
Tabel 4.1 Monitoring
No Intervensi
Tahapan Hazard Potensial
. EC AC PPE
- Alat berat
- Benda tajam (cangkul,
1. Line Clearing - - √
parang, dll)
- Pepohonan
2. Pembibitan - - - -
- Benda tajam (cangkul,
3. Penanaman - - √
parang, dll)
- Benda tajam (cangkul,
4. Perawatan - - √
parang, dll)
5. Panen - Dodos/tombak - - √
6. Pengangkutan - - - -
& Penimbangan
- Alat berat
7. Grading - - √
- dodos
Loading Ramp
8. - Mesin √ - √
& lori
- Mesin
9. Perebusan √ √ √
- Air Panas
10. Pembantingan - Mesin - √ √
Pengepresan
11. - Mesin - √ √
(Nut & Kernel)
12. Klarifikasi - Mesin - √ √
b. Pencahayaan
1) Pencahayaan (laboratorium)
a) General lighting (penerangan umum)
Tabel 4.2 General lighting laboratorium
1 Meja 1 2 48 53 53 51,33
2 Meja 2 2 41 44 35 40
3 Meja 3 1 74 73 72 73
Reflectance
Cahaya Cahaya lighting/ daya
Bidang/benda yang
No. datang pantul pantul
diukur
(A Lux) (B Lux) (RL)
(%)
1 Dinding 453 243 53,64
2 Lantai 114 58 50,88
3 Langit-langit 298 272 91,27
4 Meja Kerja 802 314 39,15
2) Pencahayaan (Workshop)
a) General lighting (penerangan umum)
Tabel 4.5 General lighting workshop
2 2 4 47 45 55 49
3 3 2 43 39 37 39,67
4 4 3 32 31 30 31
Reflectance
Cahaya Cahaya lighting/ daya
Bidang/benda yang
No. datang pantul pantul
diukur
(A Lux) (B Lux) (RL)
(%)
1 Dinding 100 154 154
2 Lantai 123 74 60,16
3 Mesin 77 64 83,12
4 Meja Kerja 55 50 90,90
Reflectance
Cahaya Cahaya lighting/ daya
Bidang/benda yang
No. datang pantul pantul
diukur
(A Lux) (B Lux) (RL)
(%)
1 Kamar mesin 1 115 79 68,69
2 Kamar mesin 2 152 150 98,68
3 Kamar mesin 3 214 52 24,29
4 Stasiun kernel 36 22 61,11
Pembacaan Sling
Pembacaan Termometer
Thermometer
No Pengukuran
GT
WB (⁰C) t (⁰C) RH (%)
(⁰C)
1. Kantor/ruang kerja 29,3 37,6 35,9 48,3
Pembacaan Sling
Pembacaan Termometer
Thermometer
No Pengukuran
GT
WB (⁰C) t (⁰C) RH (%)
(⁰C)
1. Kebun pinggir jalan 27,1 34,2 31,5 58,2
d. Pengukuran Getaran
Tabel 4.13 Pengukuran getaran
e. Pengukuran Debu
Tabel 4.14 Pengukuran Debu
f. Pengukuran Kebisingan
Tabel 4.15 Pengkuran Kebisingan
B. Pembahasan
1. Potensi Bahaya Pada Proses Kerja
Berikut potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan akibat
kerja maupun penyakit akibat kerja pada 8 proses dalam perusahaan PT. Citra
Putra Kebun Asri:
a. Pembukaan lahan
Proses pembukaan lahan dilakukan dengan penebangan pohon baik
secara manual atau menggunakan mesin (chin saw). Pembukaan lahan
juga merupakan kegiatan pembersihan lahan dengan menggunakan alat-
alat berat seperti excavator dan motor. Berdasarkan penilaian risiko pada
proses pembukaan lahan ini terdapat 5 potensi bahaya sebagai berikut :
1) Debu, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah sesak nafas, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 5, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi lebih dari tiga kali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan
niai 30 dimana risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi
bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti masker.
2) Kebisingan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah ketulian sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 2, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi tetapi
sangat kecil kemungkinan akan terjadi sekali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan
niai 24 dimana risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi
bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti ear plug.
3) Getaran, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah tremor. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan
skala 3, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa
terjadi paling banyak 1 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating
risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan nilai 33 yang berarti
risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian.
Pengendalian yang harus dilakukan untuk potensi bahaya ini seperti
pemeliharaan peralatan dan perbaikan mesin.
4) Panas, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka bakar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 2, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi tetapi sangat kecil kemungkinan akan terjadi
sekali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu B dengan nilai 20 yang berarti risiko belum dapat
diterima dan perlu tindakan pengendalian. Pengendalian yang harus
dilakukan untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung
diri seperti memakai pakaian kerja.
5) Kejatuhan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka/memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 1, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan secara teori bisa terjadi tetapi yakin tidak akan terjadi
selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini
yaitu A dengan nilai 8 yang berarti risiko dapat diterima dan langkah
pengendalian dinilai efektif. Pengendalian yang harus dilakukan untuk
potensi bahaya ini seperti pemakaian alat pelindung diri seperti
memakai helm safety dan sepatu boot.
b. Pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman
Proses pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman
dilakukan pada pada area terbuka dan dalam keadaan aman dan bersih.
Berdasarkan penilaian risiko pada proses pembibitan, penanaman, dan
pemeliharaan tanaman ini terdapat 3 potensi bahaya sebagai berikut :
1) Debu, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah sesak nafas, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 5, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi lebih dari tiga kali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan
niai 30 dimana risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi
bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti masker.
2) Tersandung, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah luka/memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 2, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi tetapi sangat kecil kemungkinan akan terjadi
sekali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu A dengan nilai 16 yang berarti risiko dapat diterima
dan langkah pengendalian dinilai efektif. Pengendalian yang harus
dilakukan untuk potensi bahaya ini seperti pemakaian alat pelindung
diri seperti memakai sepatu boot.
3) Ular/binatang buas, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang
mungkin terjadi adalah keracunan akut. Risiko peluang untuk potensi
bahaya ini mendapatkan skala 2, hal ini dikarenakan kegiatan ini non
rutin dilakukan dan bisa terjadi tetapi sangat kecil kemungkinan akan
terjadi sekali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk
potensi bahaya ini yaitu B dengan nilai 34 yang berarti risiko belum
dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian. Pengendalian yang
harus dilakukan untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat
pelindung diri seperti memakai sepatu boot.
c. Pemanenan dan pengankutan
Pemanenan dilakukan setelah usia kelapa sawit ±7 tahun, setelah itu
dilakukan pemanenan dan di angkut dengan truk yang mengangkut buah
kelapa sawit dilewatkan di jembatan timbang guna mengetahui berat
bruto dan untuk menghitung redemen yang tepat. Tandan buah yang di
bawa angkutan truk dari kebun diterima pada tempat penerimaan pandan.
Berdasarkan penilaian risiko pada proses pemanenan dan pengankutan ini
terdapat 2 potensi bahaya sebagai berikut :
1) Debu, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah sesak nafas, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 5, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi lebih dari tiga kali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan
niai 30 dimana risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi
bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti masker
2) Kejatuhan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka/memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 4, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi 1-3 kali selama pekerjaan berlangsung.
Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan nilai 32 yang
berarti risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian.
Pengendalian yang harus dilakukan untuk potensi bahaya ini seperti
pemakaian alat pelindung diri seperti memakai helm safety dan sepatu
boot.
d. Penyortiran buah kelapa sawit
Pemeriksaan kualitas dan kematangan buah sawit. Jenis buah sawit
yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis tanera dan dura yang
selanjutnya dimasukan ke konveyer dan diangkut menggunkan lori yang
akan dilakukan perebusan. Berdasarkan penilaian risiko pada proses
penyortiran buah kelapa sawit ini terdapat 3 potensi bahaya sebagai
berikut:
1) Debu, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah sesak nafas, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 3, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi paling banyak satu kali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu A dengan
niai 18 dimana risiko dapat diterima dan langkah pengendalian dnilai
efektif. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi bahaya ini
berupa pemakaian alat pelindung diri seperti masker.
2) Kejatuhan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka/memar, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu Tindakan P3K. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 1, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan secara teori bisa terjadi, tetapi yakin tidak akan terjadi
selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini
yaitu A dengan niai 8 dimana risiko dapat diterima dan langkah
pengendalian dnilai efektif. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk
potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti helm
safety dan sepatu safety.
3) Kebisingan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah ketulian sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 4, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi 1-3 kali
selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini
yaitu C dengan niai 48 dimana risiko tidak dapat diterima dan harus
tindakan pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk
potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti ear
plug.
e. Proses sterilisasi/perebusan buah
Proses rebusan buah kepala sawit dilakukan dengan bejana besar
menggunakan injek uap (tekanan uap 2.0-2.8 kg/cm) dengan lama
rebusan 80-90 menit dengan temperatur 1350C. Dalam proses ini, dapat
terjadi kehilangan minyak akibat sebagian minyak tercampur dengan air
kondensat dan terserap tandan kosong, kehilangan minyak ini dapat juga
dipengaruhi oleh kualitas buah yang diolah seperti buah terlalu matang,
memar dan atau busuk. Tujuan perebusan ini adalah untuk mematikan
enzyme yang bisa merusak mutu dari minyak CPO juga untuk melunakan
sehingga memudahkan untuk proses pengepresan. Berdasarkan penilaian
risiko pada proses proses sterilisasi/perebusan buah ini terdapat 3 potensi
bahaya sebagai berikut :
1) Terjepit, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah kecacatan, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini perlu
perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 4, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi 1-3 kali selama pekerjaan berlangsung.
Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan niai 28 dimana
risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian.
Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi bahaya ini adalah
mengikuti SOP.
2) Kebisingan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah ketulian sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 5, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi lebih
dari 3 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu C dengan niai 60 dimana risiko tidak dapat diterima
dan harus tindakan pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan
untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti
ear plug.
3) Panas, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka bakar sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 5, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi lebih
dari 3 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu C dengan niai 50 dimana risiko tidak dapat diterima
dan harus tindakan pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan
untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti
memakai pakaian kerja.