Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Data Umum
Sejarah berdirinya PT . Citra Putra Kebun Asri (CPKA) dimulai pada
bulan juli tahun 2003 atas prakrasa ibu Rosita S. Kalianda Dawali dengan
kebun sawit percobaan seluas 30 hektar berlokasi di di Desa Sei Jelai
Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan.
Perusahan ini berdiri tanggal 3 Agustus 2006 setelah terbit persetujuan
akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas oleh mentri Hukum dan
hak Azasi manusia Republik Indonesia No. C-23951 HT. 01.04 Tahun 2006
dan diterima dan dicatat dengan database Sismimbakum Dirjen Administrasi
Hukum Umum tanggal 15 Agustus 2006.
Dengan adanya kerjasama dengan perusahan sekitar yang mempunyai
luasan antara 500-1000 hektar. Sehingga mencukupi untuk penyedian bahan
baku pabrik (TBS). PT. CPKA sudah mendirikan pabrik kelapa sawit dalam
dengan mengacu pada kaidah-kaidah manejemen perkebunan modern. Kebun
PT. CPKA tersebar menjadi 8 afdeling yaitu Divisi Jorong, Batalang,
Kuningan, Alur, Pemuda Sawarangan, Jilatan dan Sei. Jelai.
Perusahaan PT. Citra Putra Kebun Asri yang berlokasi di Batalang
dengan nama pemilik perusahaan Gunawan Candra yang berdiri dari tahun
2003. Luas perusahaan ±2000 Ha.
Pendirian perusahaan pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies,
pohon kelapa sawit berasal dari Afrika Selatan di antara Angola dan Gambia.
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang tingginya dapat mencapai 24
meter, bunga dan buahnya berupa tandan bercabang banyak. Buahnya kecil
dan apabila matang berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat,
daging dan kulit buahnya mengandung minyak.
Hasil dari kelapa sawit digunakan sebagai bahan pembuatan sabun,
lilin bahkan kosmetik dan minyak goreng. Hampas dari kelapa sawit
dimanfaatkan untuk pakan ternak, tempurung sebagai bahan bakar dan arang.

2. Data Khusus
a. Proses Produksi Kelapa Sawit
Pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies, pohon kelapa sawit
yang digunakan di PT. Citra Putra Kebun Asri berasal dari Afrika barat di
antara Angola dan Gambia. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon.
Tingginya dapat mencapai 24 meter, bunga dan buahnya berupa tandan
bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak berwarna merah
kehitaman, daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya
mengandung minyak. Minyak hasil olahan digunakan sebagai minyak
goring, sabun, lilin bahkan campuran bahan kosmetik. Ampas sisa
pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, khususnya
sebagai makanan ayam, tempurung sawit juga bisa digunakan sebagai
bahan bakar dan arang.
Untuk alur produksi kelapa sawit di PT. Citra Putra Kebun Asri
dapat dilihat sebagai berikut :
1) Pembukaan lahan
Proses pembukaan lahan dilakukan dengan penembangan
penebangan pohon baik secara manual atau menggunakan mesin (chin
saw). Pembukaan lahan juga merupakan kegiatan pembersihan lahan
dengan menggunakan alat- alat berat seperti excavator dan motor
grader.
2) Pembibitan, penanaman, dan perawatan
Proses pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman
dilakukan pada area terbuka dan dalam keadaan aman dan bersih.
Aman berarti bebas dari gangguan binatang berbahaya sedangkan
yang dimaksud dengan bersih adalah bebas dari gulma dan semak
belukar. Potensi bahaya kesehatan pada proses ini adalah
pneumokonioses (penimbunan debu dalam paru), dermatoses
(kelainan kulit karena pekerjaan) dan penggunaan pestisida.
Penggunaan pestisida merupakan potensial bahaya terbesar pada
proses ini. Pengggunaan pestisida yang tidak aman dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit akut maupun
kronis, keracunan dan kematian. Monitoring biologi paparan pestisida
dapat dilihat dari kadar cholinesterase dalam darah. Bahaya
penggunaan pestisida terdapat pada pekerja penyemprot dan pekerja
yang bertugas pada gudang penyimpanan pestisida. Pemerintah telah
mengatur tentang pengawasan, penyimpanan dan penggunaan
pestisida dalam peraturan pemerintah No.07 tahun 1973.
3) Panen dan Pengangkutan
Pemanenan dilakukan setelah usia kelapa sawit ±7 tahun,
setelah itu dilakukan pemanenan dan di angkut dengan truk yang
mengangkut buah kelapa sawit dilewatkan di jembatan timbang guna
mengetahui berat bruto dan untuk menghitung redemen yang tepat.
Tandan buahyang di bawa angkutan truk dari kebun diterima pada
tempat penerimaan pandan.
4) Grading (pemilahan)
Pemeriksaan kualitas dan kematangan buah sawit. Jenis buah
sawit yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis tanera dan dura
yang selanjutnya dimasukan ke konvayer dan diangkut menggunkan
kereta lori menuju sterilizer untuk dilakukan perebusan
5) Perebusan (sterilisasi)
Proses rebusan buah kepala sawit dilakukan dengan bejana
besar menggunakan injek uap (tekanan uap 2.0-2.8 kg/cm) dengan
lama rebusan 80-90 menit dengan temperatur 1350C. Dalam proses
ini, dapat terjadi kehilangan minyak akibat sebagian minyak
tercampur dengan air kondensat dan terserap tandan kosong,
kehilangan minyak ini dapat juga dipengaruhi oleh kualitas buah yang
diolah seperti buah terlalu matang, memar dan atau busuk. Tujuan
perebusan ini adalah untuk mematikan enzyme yang bisa merusak
mutu dari minyak CPO juga untuk melunakan sehingga memudahkan
untuk proses pengepresan
6) Pembantingan (supply press)
Setelah perebusan TBS yang telah masak di angkut ke
theresser menggunakan kereta lori, tandan buah segar yang telah
direbus siap untuk di pisahkan antara berondolan dan tandannya
dengan menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan
lepas dari tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk
didistribusikan ke tahap pengepressan.
7) Pengepressan
Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam press untuk
diperas sehingga menghasilkan minyak (clude oil). Pada proses ini
dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak
terlalu kental (penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak
tersumbat. Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan
terlalu tinggi dapat menyebabkab inti pecah dan scew pree mudah
aus. Sebaiknya, jikatekanan mesin press terlalu rendah maka oil losse
di ampas tinggi
8) Penyulingan Minyak (Klarifikasi)
Minyak kasar yang diperoleh pada proses sebelumnya masih
perlu dilakukan klarisikasi permunian). Proses ini dilakukan pada
suhu 90-1000C yang terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
pengenceran minyak dengan air panas dalam clarifier tank untuk
pemisahan minyak dari kotoran-kotoran. Pemisahan minyak dengan
air drap di clarifier tank dapat menghasilkan minyak di drap. Air drap
yang masih mengandung minyak diambil dengan sludge separator,
kemudian air dibuang sebagai limbah cair bercampur padat. Minyak
yang telah dipisahkan dari air drap dimurnikan dalam stasiun oil
purifier. Minyak hasil permunian dikeringkan dalam vacuum dryer
selanjutnya disimpan dalam tangki timbul CPO pada temperatur ±45
0
C. Minyak ini sudah siap dijual sebagai minyak kasar atau CPO.
9) Pengumpulan dan pengiriman
Hasil pengolahan TBS disimpan dalam tanki CPO, sedangkan
biji (kernel) disimpan dalam gudang yang kebersihan dan ventilasinya
diatur dengan baik dan kemudian dilakukan pengiriman ke konsumen.
Pabrik pengolahan minyak kelapa sawit selain menghasilkan produk
utama berupa minyak sawit kasar (CPO), juga menghasilkan produk
samping berupa biji inti sawit (kernel). Selain itu juga menghasilkan
limbah bbaik padat (abu, cangkang serta patan lain), cair (minyak dan
air), serta limbah gas, dan fraksional hasil pengolahan TBS.
b. Potensi Bahaya dan Dampak Kesehatan serta Keselamatan
1) Identifikasi Hazard Potential (PAK)
Penyakit akibat kerja di perusahaan PT. Citra Putra Kebun Asri
yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.1 Identifikasi Hazard Potential (PAK)
Hazard Potential
No. Tahapan PP
Fisika Kimia Biologi Fisiologi Psikologi
1. Pembukaan lahan Kebisingan, Debu Hand-arm Stress
getaran, panas - vibration
(Excavator) syndrome
(HAVS)
kelelahan
akibat
panas
2. Pembibitan, Panas Debu Ular/binatang Hand-arm Stress
penanaman, dan Pupuk buas vibration
pemeliharaan syndrome
tanaman (HAVS),
kelelahan
akibat
panas,
dehidrasi
3. Pemanenan dan Panas Debu Serangan Sakit Stress
pengankutan Getaran hewan liar, pinggang
digigit karena
serangga terlalu lama
berdiri,
dehidrasi,
4. Penyortiran Panas Debu - Dehidrasi, Stress
buah kelapa kebisingan kelelahan,
sawit sakit
pinggang,
gangguan
ambang
dengar
5. Proses sterilisasi/ kebisingan, - - Kelelahan, Stress
perebusan buah panas, sakit
pinggang
6 Pemisahan minyak Panas, - - Kelelahan, Stress
dan kotoran kebisingan, gangguan
(kondensasi) ambang
dengar,
7 Proses klarifikasi Kebisingan - - Dehidrasi, Stress
gangguan
ambang
dengar,
8 Pengumpulan Kebisingan, - - Dehidrasi, Stress
dan panas gangguan
pengiriman ambang
dengar,

2) Identifikasi Hazard Potential (KAK)


Kecelakaan akibat kerja di perusahaan PT. Citra Putra Kebun
Asri yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.2 Identifikasi Hazard Potential (KAK)
Klasifikasi KAK
No Hilang
Tahapan PP Sifat Letak Waktu
. Jenis Penyebab Hari
Luka Luka KAK
Kerja
1. Pembukaan lahan Kecelakaan Pekerja yang Sedang Anggota Perlu Bisa
unit Kurang tubuh istrirahat terjadi,
konsentrasi tetapi
belum
pernah
mengalami
2 Pembibitan, Tersantung Pekerja yang Ringan Kaki Tetap Pernah
penanaman, Terjatuh kurang bekerja terjadi
dan konsentrasi sekali
pemeliharaan pada
tanaman waktu
yang tidak
diketahui
dengan
pasti
3 Pemanenan Terjatuh Pekerja yang Ringan Anggota Tetap 3 tahun
dan kurang tubuh bekerja terakhir
pengankutan konsentrasi
4 Penyortiran Tertabrak Kendaraan Berat Anggota Perlu Bisa
buah kelapa truk penganggkut, tubuh istirahat terjadi,
sawit pengangkut Pekerja yang tetapi
kepala tidak belum
sawit konsentrasi pernah
mengalami
5 Proses sterilisasi/ Terjepit, Mesin Berat Anggota Perlu 3 tahun
perebusan buah terkena uap produksi, tubuh istirahat terakhir
panas Pekerja yang
tidak
konsentrasi
6 Pemisahan terpotong, Mesin Berat Anggota Perlu 3 tahun
minyak dan tergilas produksi dan tubuh istirahat terakhir
kotoran pekerja yang
(kondensasi) tidak
konsentrasi
7 Proses klarifikasi Jatuh Mesih Berat Anggota Perlu 3 tahun
tersandung, produksi, tubuh istirahat terakhir
tertimpa pekerja yang
kurang teliti
8 Pengumpulan Kejatuhan bahan baku Ringan Anggota Tetap 5 tahun
dan yang akan tubuh bekerja terakhir
pengiriman dikirim,
pekerja yang
kurang hati-
hati

3. Bahaya Lingkungan
a. Monitoring
Tabel 4.1 Monitoring

No Intervensi
Tahapan Hazard Potensial
. EC AC PPE
- Alat berat
- Benda tajam (cangkul,
1. Line Clearing - - √
parang, dll)
- Pepohonan
2. Pembibitan - - - -
- Benda tajam (cangkul,
3. Penanaman - - √
parang, dll)
- Benda tajam (cangkul,
4. Perawatan - - √
parang, dll)
5. Panen - Dodos/tombak - - √
6. Pengangkutan - - - -
& Penimbangan
- Alat berat
7. Grading - - √
- dodos
Loading Ramp
8. - Mesin √ - √
& lori
- Mesin
9. Perebusan √ √ √
- Air Panas
10. Pembantingan - Mesin - √ √
Pengepresan
11. - Mesin - √ √
(Nut & Kernel)
12. Klarifikasi - Mesin - √ √

b. Pencahayaan
1) Pencahayaan (laboratorium)
a) General lighting (penerangan umum)
Tabel 4.2 General lighting laboratorium

No Jenis Pengukuran Pencahayaan (Lux)

1 General lighting 166

b) Local lighting (penerangan lokal)


Tabel 4.3 Local lighting laboratorium

Pengukuran ke- Rata-rata

Bidang yang (lux)


No. Luas (m2)
diukur
I II III

1 Meja 1 2 48 53 53 51,33

2 Meja 2 2 41 44 35 40
3 Meja 3 1 74 73 72 73

4 Meja 4 2 105 102 100 102,33

5 Meja 5 2 119 113 112 114,67

c) Reflectance lighting (penerangan pantulan)


Tabel 4.4 Reflectance lighting laboratorium

Reflectance
Cahaya Cahaya lighting/ daya
Bidang/benda yang
No. datang pantul pantul
diukur
(A Lux) (B Lux) (RL)
(%)
1 Dinding 453 243 53,64
2 Lantai 114 58 50,88
3 Langit-langit 298 272 91,27
4 Meja Kerja 802 314 39,15

2) Pencahayaan (Workshop)
a) General lighting (penerangan umum)
Tabel 4.5 General lighting workshop

No Jenis Pengukuran Pencahayaan (Lux)

1 General lighting 143

b) Local lighting (penerangan lokal)


Tabel 4.6 Local lighting workshop

Pengukuran ke- Rata-rata

Bidang yang (lux)


No. Luas (m2)
diukur
I II III
1 1 4 55 49 52 52

2 2 4 47 45 55 49

3 3 2 43 39 37 39,67

4 4 3 32 31 30 31

c) Reflectance lighting (penerangan pantulan)


Tabel 4.7 Reflectance lighting workshop

Reflectance
Cahaya Cahaya lighting/ daya
Bidang/benda yang
No. datang pantul pantul
diukur
(A Lux) (B Lux) (RL)
(%)
1 Dinding 100 154 154
2 Lantai 123 74 60,16
3 Mesin 77 64 83,12
4 Meja Kerja 55 50 90,90

3) Pencahayaan (stasiun kernel dan kamar mesin)


a) General lighting (penerangan umum)
Tabel 4.8 General lighting stasiun kernel dan kamar mesin

No Jenis Pengukuran Pencahayaan (Lux)

1 General lighting 156

b) Local lighting (penerangan lokal)


Tabel 4.9 Local lighting stasiun kernel dan kamar mesin

No. Bidang yang Luas (m )


2
Pengukuran ke- Rata-rata
(lux)
diukur I II III

1 Stasiun kernel 150 27 19 29 18,33

c) Reflectance lighting (penerangan pantulan)


Tabel 4.10 Reflectance lighting stasiun kernel dan kamar mesin

Reflectance
Cahaya Cahaya lighting/ daya
Bidang/benda yang
No. datang pantul pantul
diukur
(A Lux) (B Lux) (RL)
(%)
1 Kamar mesin 1 115 79 68,69
2 Kamar mesin 2 152 150 98,68
3 Kamar mesin 3 214 52 24,29
4 Stasiun kernel 36 22 61,11

c. Pengukuran Iklim Kerja


1) Iklim kerja dalam ruangan
Tabel 4.11 Iklim kerja dalam ruangan

Pembacaan Sling
Pembacaan Termometer
Thermometer
No Pengukuran
GT
WB (⁰C) t (⁰C) RH (%)
(⁰C)
1. Kantor/ruang kerja 29,3 37,6 35,9 48,3

2. Laboratorium 27,9 34,2 33,6 54,5

3. Workshop 28,7 36,2 35 44,5

4. Kamar mesin 29,7 36,1 35,7 48,5

5. Nut dan kernel 27,6 34,4 33,7 49


2) Iklim kerja luar ruangan
Tabel 4.12 Iklim kerja luar ruangan

Pembacaan Sling
Pembacaan Termometer
Thermometer
No Pengukuran
GT
WB (⁰C) t (⁰C) RH (%)
(⁰C)
1. Kebun pinggir jalan 27,1 34,2 31,5 58,2

2. 5 pohon 28,4 35,9 33,3 54,4

3. 10 pohon 28,8 36,4 34,4 51,1

4. Perebusan 29 37,5 34,2 48,6

5. Klarifikasi 28,2 34,9 32,8 52,7

d. Pengukuran Getaran
Tabel 4.13 Pengukuran getaran

Jumlah Pengukuran (m/s2) Getaran


Jumlah
Sumber Jam Rata-
No Lokas/Ruang Naker
Getaran Kerja I II III rata
(Orang)
(Jam) (m/s2)
Kantor Dekat 2 7 0,09 0,12 0,19 0,13
1 pabrik
produksi
Laboratorium Dekat 3 7 0,07 0,11 0,09 0,09
2 pabrik
produksi
Workshop Mesin 12 7 0,09 0,08 0,09 0,08
3
bubut
4 Rebusan Tipper 4 7 0,02 0,01 0,01 0,03
Kamar mesin Kontrol 2 7 0,07 0,06 0,05 0,15
panel
Kamar mesin Kontrol 2 7 0,03 0,02 0,03 0,06
5
(Meja kerja) panel
Kamar mesin Kontrol 2 7 - - - -
(Lantai) panel
Stasiun Mesin 2 7 79,7 - - 79,7
6
kernel
Stasiun Decanter 2 7 0,07 0,07 0,13 0,18
klarifikasi cake
7 conv
Stasiun Kontrol 2 7 0,04 0,05 0,01 0.03
klarifikasi panel
Stasiun Decanter 2 7 64,2 66,7 76,1 69
8 klarifikasi cake
(lantai atas) conv

e. Pengukuran Debu
Tabel 4.14 Pengukuran Debu

Pengukuran (mg/m3) Kadar


debu
No. Lokasi Sumber Debu
I II III Rata-rata
(mg/m3)
1. Kebun Blok 89 Transportasi 0,047 0,009 0,08 0,136
2. Jembatan Timbang Transportasi 0,17 - - 0,17
3. Kantor Udara Ruang 0,014 - - 0,014
4. Lab Udara Ruang 0,015 - - 0,015
5. Workshop Mesin Bubut 0,007 - - 0,007
6. Rebusan Udara Ruang 0,013 - - 0,013
7. Stasiun : Kamar Udara Ruang 0,025 - - 0,025
Mesin
8. Stasiun : Nut dan Udara Ruang 0,008 - - 0,008
Kernel
9. Stasiun : Udara Ruang 0,010 - - 0,010
Klarifikasi

f. Pengukuran Kebisingan
Tabel 4.15 Pengkuran Kebisingan

No. Lokasi/ Sumber Jumlah Jumlah Kebisinga APD


Ruang Bising Naker Jam n (dBA) Yang
Kerja
(Orang) Digunakan
(Jam)
1. Kantor Mesin 2 7 45,9 -
Utama Komputer
2. Lab Mesin AC 3 7 46,8 Sarung
& Peralatan Tangan,
Lab Masker
3. Workshop Mesin 12 7 67,8 Helm,
Bubut Sarung
Tangan,
Sepatu
Safety
4. Perebusan Mesin 4 7 71,6 Helm,
Tipper Sarung
Tangan,
Sepatu
Safety
5. Engine Panel 2 7 81,9 Helm,
Room Kontrol Sarung
Tangan,
Sepatu
Safety
6. Nut dan Mesin 2 7 82,3 Helm,
Kernel Decanter Sarung
Cake Conv Tangan,
Sepatu
Safety
7. Klarifikasi Panel 2 7 75,2 Helm,
Kontrol Sarung
Tangan,
Sepatu
Safety

B. Pembahasan
1. Potensi Bahaya Pada Proses Kerja
Berikut potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan akibat
kerja maupun penyakit akibat kerja pada 8 proses dalam perusahaan PT. Citra
Putra Kebun Asri:
a. Pembukaan lahan
Proses pembukaan lahan dilakukan dengan penebangan pohon baik
secara manual atau menggunakan mesin (chin saw). Pembukaan lahan
juga merupakan kegiatan pembersihan lahan dengan menggunakan alat-
alat berat seperti excavator dan motor. Berdasarkan penilaian risiko pada
proses pembukaan lahan ini terdapat 5 potensi bahaya sebagai berikut :
1) Debu, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah sesak nafas, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 5, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi lebih dari tiga kali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan
niai 30 dimana risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi
bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti masker.
2) Kebisingan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah ketulian sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 2, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi tetapi
sangat kecil kemungkinan akan terjadi sekali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan
niai 24 dimana risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi
bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti ear plug.
3) Getaran, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah tremor. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan
skala 3, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa
terjadi paling banyak 1 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating
risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan nilai 33 yang berarti
risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian.
Pengendalian yang harus dilakukan untuk potensi bahaya ini seperti
pemeliharaan peralatan dan perbaikan mesin.
4) Panas, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka bakar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 2, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi tetapi sangat kecil kemungkinan akan terjadi
sekali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu B dengan nilai 20 yang berarti risiko belum dapat
diterima dan perlu tindakan pengendalian. Pengendalian yang harus
dilakukan untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung
diri seperti memakai pakaian kerja.
5) Kejatuhan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka/memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 1, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan secara teori bisa terjadi tetapi yakin tidak akan terjadi
selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini
yaitu A dengan nilai 8 yang berarti risiko dapat diterima dan langkah
pengendalian dinilai efektif. Pengendalian yang harus dilakukan untuk
potensi bahaya ini seperti pemakaian alat pelindung diri seperti
memakai helm safety dan sepatu boot.
b. Pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman
Proses pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman
dilakukan pada pada area terbuka dan dalam keadaan aman dan bersih.
Berdasarkan penilaian risiko pada proses pembibitan, penanaman, dan
pemeliharaan tanaman ini terdapat 3 potensi bahaya sebagai berikut :
1) Debu, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah sesak nafas, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 5, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi lebih dari tiga kali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan
niai 30 dimana risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi
bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti masker.
2) Tersandung, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah luka/memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 2, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi tetapi sangat kecil kemungkinan akan terjadi
sekali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu A dengan nilai 16 yang berarti risiko dapat diterima
dan langkah pengendalian dinilai efektif. Pengendalian yang harus
dilakukan untuk potensi bahaya ini seperti pemakaian alat pelindung
diri seperti memakai sepatu boot.
3) Ular/binatang buas, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang
mungkin terjadi adalah keracunan akut. Risiko peluang untuk potensi
bahaya ini mendapatkan skala 2, hal ini dikarenakan kegiatan ini non
rutin dilakukan dan bisa terjadi tetapi sangat kecil kemungkinan akan
terjadi sekali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk
potensi bahaya ini yaitu B dengan nilai 34 yang berarti risiko belum
dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian. Pengendalian yang
harus dilakukan untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat
pelindung diri seperti memakai sepatu boot.
c. Pemanenan dan pengankutan
Pemanenan dilakukan setelah usia kelapa sawit ±7 tahun, setelah itu
dilakukan pemanenan dan di angkut dengan truk yang mengangkut buah
kelapa sawit dilewatkan di jembatan timbang guna mengetahui berat
bruto dan untuk menghitung redemen yang tepat. Tandan buah yang di
bawa angkutan truk dari kebun diterima pada tempat penerimaan pandan.
Berdasarkan penilaian risiko pada proses pemanenan dan pengankutan ini
terdapat 2 potensi bahaya sebagai berikut :
1) Debu, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah sesak nafas, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 5, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi lebih dari tiga kali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan
niai 30 dimana risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi
bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti masker
2) Kejatuhan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka/memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 4, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi 1-3 kali selama pekerjaan berlangsung.
Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan nilai 32 yang
berarti risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian.
Pengendalian yang harus dilakukan untuk potensi bahaya ini seperti
pemakaian alat pelindung diri seperti memakai helm safety dan sepatu
boot.
d. Penyortiran buah kelapa sawit
Pemeriksaan kualitas dan kematangan buah sawit. Jenis buah sawit
yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis tanera dan dura yang
selanjutnya dimasukan ke konveyer dan diangkut menggunkan lori yang
akan dilakukan perebusan. Berdasarkan penilaian risiko pada proses
penyortiran buah kelapa sawit ini terdapat 3 potensi bahaya sebagai
berikut:
1) Debu, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah sesak nafas, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 3, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi paling banyak satu kali selama pekerjaan
berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu A dengan
niai 18 dimana risiko dapat diterima dan langkah pengendalian dnilai
efektif. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi bahaya ini
berupa pemakaian alat pelindung diri seperti masker.
2) Kejatuhan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka/memar, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini
perlu Tindakan P3K. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 1, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan secara teori bisa terjadi, tetapi yakin tidak akan terjadi
selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini
yaitu A dengan niai 8 dimana risiko dapat diterima dan langkah
pengendalian dnilai efektif. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk
potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti helm
safety dan sepatu safety.
3) Kebisingan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah ketulian sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 4, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi 1-3 kali
selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini
yaitu C dengan niai 48 dimana risiko tidak dapat diterima dan harus
tindakan pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk
potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti ear
plug.
e. Proses sterilisasi/perebusan buah
Proses rebusan buah kepala sawit dilakukan dengan bejana besar
menggunakan injek uap (tekanan uap 2.0-2.8 kg/cm) dengan lama
rebusan 80-90 menit dengan temperatur 1350C. Dalam proses ini, dapat
terjadi kehilangan minyak akibat sebagian minyak tercampur dengan air
kondensat dan terserap tandan kosong, kehilangan minyak ini dapat juga
dipengaruhi oleh kualitas buah yang diolah seperti buah terlalu matang,
memar dan atau busuk. Tujuan perebusan ini adalah untuk mematikan
enzyme yang bisa merusak mutu dari minyak CPO juga untuk melunakan
sehingga memudahkan untuk proses pengepresan. Berdasarkan penilaian
risiko pada proses proses sterilisasi/perebusan buah ini terdapat 3 potensi
bahaya sebagai berikut :
1) Terjepit, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah kecacatan, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini perlu
perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 4, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi 1-3 kali selama pekerjaan berlangsung.
Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan niai 28 dimana
risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian.
Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi bahaya ini adalah
mengikuti SOP.
2) Kebisingan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah ketulian sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 5, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi lebih
dari 3 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu C dengan niai 60 dimana risiko tidak dapat diterima
dan harus tindakan pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan
untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti
ear plug.
3) Panas, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka bakar sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 5, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi lebih
dari 3 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu C dengan niai 50 dimana risiko tidak dapat diterima
dan harus tindakan pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan
untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti
memakai pakaian kerja.

f. Pemisahan minyak dan kotoran (kondensasi)


Proses setelah perebusan dilakukan pemisahan antara berondolan
dan tandannya. Dengan menggunakan putaran TBS di banting sehingga
berondolan lepas dari tandannya dan kemudaian tandan dilakukan
pencacahan untuk memudahkan proses press yang akan menghasilkan
minyak. proses ini dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang
keluar tidak terlalu kental( penurunan viscositas) supaya pori-pori slinder
tidak tersumbat, namun masih ada kotoran yang tercampur kemudian
dilakukan pemisahan antara minyak dan kotoran. Berdasarkan penilaian
risiko pada proses pemisahan minyak dan kotoran (kondensasi) ini
terdapat 3 potensi bahaya sebagai berikut :
1) Panas, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka bakar sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 5, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi lebih
dari 3 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu C dengan niai 50 dimana risiko tidak dapat diterima
dan harus tindakan pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan
untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti
memakai pakaian kerja.
2) Terjepit, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah kecacatan, dimana jika karyawan mengalami penyakit ini perlu
perawatan medis. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 4, hal ini di karenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa terjadi 1-3 kali selama pekerjaan berlangsung.
Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan niai 28 dimana
risiko belum dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian.
Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi bahaya ini adalah
mengikuti SOP.
3) Kebisingan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah ketulian sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 5, hal ini
di karenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa terjadi lebih
dari 3 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi
bahaya ini yaitu C dengan niai 60 dimana risiko tidak dapat diterima
dan harus tindakan pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan
untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti
ear plug.
g. Proses klarifikasi
Minyak kasar yang diperoleh pada proses sebelumnya masih perlu
dilakukan klarisikasi permunian). Proses ini dilakukan pada suhu 90-
1000C yang terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut: pengenceran
minyak dengan air panas dalam clarifier tank untuk pemisahan minyak
dari kotoran-kotoran. Pemisahan minyak dengan air drap di clarifier tank
dapat menghasilkan minyak di drap. Air drap yang masih mengandung
minyak diambil dengan sludge separator, kemudian air dibuang sebagai
limbah cair bercampur padat. Minyak yang telah dipisahkan dari air drap
dimurnikan dalam stasiun oil purifier. Minyak hasil permunian
dikeringkan dalam vacuum dryer selanjutnya disimpan dalam tangki
timbul CPO pada temperatur ±45 0C. Minyak ini sudah siap dijual sebagai
minyak kasar atau CPO. Berdasarkan penilaian risiko pada proses proses
klarifikasi ini terdapat 4 potensi bahaya sebagai berikut :
1) Kebisingan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah ketulian sehingga karyawan mengalami cacat permanen.
Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 4, hal ini
dikarenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa 1-3 kali selama
pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya ini yaitu C
dengan nilai 48 dimana risiko tidak dapat diterima, harus tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi
bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti ear plug.
2) Kejatuhan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka/ memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapat skala 2, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin dilakukan
dan bisa terjadi, tetapi sangat kecil kemungkinan akan terjadi sekali
selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya
yaitu A dengan nilai 16 dimana risiko dapat diterima, langkah
pengendalian dinilai efektif. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk
potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti helm,
sepatu safety.
3) Tersandung, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah luka dan memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya
ini mendapat skla 4, hal ini dikenakan kegiatan ini ini non rutin
dilakukan dan bisa 1-3 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating
risiko untuk potensi bahaya yaitu B dengan nilai 20 dimana risiko
belum dapat diterima, perlu tindakan pengendalian. Pengendalian yang
perlu dilakukan untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat
pelindung diri seperi sepatu safety dan pekerja harus
berhati-hati/konsentrasi.
4) Tertimpa, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka/ memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapat skala 4. hal ini dikenakan kegiatan ini ini non rutin
dilakukan dan bisa 1-3 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating
risiko untuk potensi bahaya yaitu B dengan nilai 20. dimana risiko
belum dapat diterima, perlu tindakan pengendalian .Pengendalian yang
perlu dilakukan untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat
pelindung diri seperti helm, sepatu safety.

h. Pengumpulan dan pengiriman


Setelah hasil permunian minyak sebagai CPO selanjutnya dilakukan
pengumpulan dan siap untuk dilakukan pengiriman. Berdasarkan penilaian
risiko pada proses pengumpulan dan pengiriman ini terdapat 3 potensi
bahaya sebagai berikut :
1) Kejatuhan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka/ memar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini mendapat
skala 3, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa
terjadi paling banyak 1 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko
untuk potensi bahaya yaitu B dengan nilai 24. dimana risiko belum
dapat diterima, perlu tindakan pengendalian . Pengendalian yang perlu
dilakukan untuk potensi bahaya ini berupa pemakaian alat pelindung diri
seperti helm, sepatu safety.
2) Kebisingan, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah ketulian sehingga karyawan mengalami cacat permanen. Risiko
peluang untuk potensi bahaya ini mendapatkan skala 3, hal ini
dikarenakan kegiatan ini non rutin dilakukan dan bisa 1-3 kali selama
pekerjaan berlangsung. Rating risiko untuk potensi bahaya yaitu B
dengan nilai 36. dimana risiko belum dapat diterima, perlu tindakan
pengendalian. Pengendalian yang perlu dilakukan untuk potensi bahaya
ini berupa pemakaian alat pelindung diri seperti ear plug.
3) Panas, bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi
adalah luka bakar. Risiko peluang untuk potensi bahaya ini
mendapatkan skala 3, hal ini dikarenakan kegiatan ini non rutin
dilakukan dan bisa 1-3 kali selama pekerjaan berlangsung. Rating risiko
untuk potensi bahaya ini yaitu B dengan nilai 20 yang berarti risiko
belum dapat diterima dan perlu tindakan pengendalian. Pengendalian
yang harus dilakukan untuk potensi bahaya ini seperti pemakaian alat
pelindung diri seperti memakai pakaian kerja.
2. Hasil Pengukuran Lapangan
Hasil pengukuran lapangan di kebun dan pabrik beserta pengendalian
pada proses perkebunan PT. Citra Putra Kebun Asri adalah sebagai berikut :
a. Monitoring
Dalam proses produksinya PT. Citra Putra Kebun Asri
menghasilkan minyak sawit, dari bahan baku sawit (TBS). sisa dari
proses kegiatan berupa limbah cair yang dapat digunakan kembali
menjadi APP (Aplikasi Pengganti Pupuk) yang digunakan untuk
menggantikan pupuk sawit usia dini. Untuk limbah B3 diangkut oleh
pihak ketiga yaitu PT. WGI.
Sistem pelayanan kesehatan kerja dilakukan pada awal pekerja
mulai memasuki lingkungan kerja dan pemeriksaan rutin dilakukan setiap
1 tahun sekali untuk meminimalisir adanya gangguan kesehatan pada para
pekerja
Penyediaan alat pelindung diri (APD) tersedia untuk para tenaga
kerja dan sudah sesuai dengan fungsi untuk berbagai potensi bahaya yang
memungkinkan terjadi serta jumlah APD sudah sesuai dengan jumlah
pekerja sehingga tidak ada pekerja yang tidak menggunakan APD pada
saat bekerja dan untuk jadwal penggantian APD berupa helm safety setiap
5 tahun sekali dan sepatu safety setiap 1 tahun sekali.
Fasilitas sanitasi industri berupa tempat sampah sudah tersedia dan
dikumpulkan setiap 1 minggu sekali, untuk penyediaan air bersih
menggunakan sumber dari sungai dan sumur bor, air tersebut juga
dilakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali untuk mengecek
kualitas air. Untuk pengolahan limbah cair dilakukan pemeriksaan BOD
dan COD, limbah tersebut kemudian ditampung di kolam dan digunakan
kembali sebagai APP, sedangkan limbah padat diolah dengan cara dibuat
kompos. Keberadaan vektor penyakit lalat dengan indeks kepadatan ≤ 8
ekor/grill, sedangkan indeks kecoa ≤ 2 ekor/plate. Sarana cuci tangan ada
10 buah dengan kebersihan yang baik dan kelengkapannya cukup. Toilet
sudah terpisah untuk tenaga kerja pria dan wanita dan dibersihkan
minimal 2 kali dalam sehari.
Bangunan dalam keadaan kuat, terpelihara dan bersih. Lantai pada
bangunan terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan
tidak licin. Pada dinding mempunyai permukaan yang rata dan bersih.
Atap bangunan tidak bocor, cukup landai dan bebas retakan/lubang.
Ventilasi sudah memenuhi syarat yaitu ≥10% luas lantai dan ventilasi
silang. Pada bangunan sudah terdapat pengamanan instalasi berupa
penangkal petir dan perjaringan pipa/kabel.
Untuk penanganan kebakaran, tersedia APAR dengan jenis powder
dan penempatannya disetiap tempat kerja seperti pada dinding serta
dilakukan pemeliharaan setiap satu tahun sekali.
Untuk pertolongan pertama pada kecelakaan sudah terdapat ruang
P3K namun disana tidak terdapat ambulance, untuk ketanggapdaruratan
sudah terdapat jalur evakuasi dan alarm yang berguna memberikan
peringatan tanda bahaya untuk meminimalisir terjadinya bahaya dan
kecelakaan kerja.
Fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja (K3), disana tidak
terdapat sarana poliklinik dan hanya ada perlengkapan P3K, tenaga
kesehatan yang bekerja adalah dokter, petugas P3K dan petugas safety,
untuk manajemen dan administrasi sudah ada organisasi K3, rekruitmen
tenaga kerja dan pendidikan serta pelatihan K3 terhadap tenaga kerja.
b. Pencahayaan
c. Iklim kerja
d. Getaran
e. Pengukuran debu
f. kebisingan

Anda mungkin juga menyukai