Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. M DENGAN BBLR

DI RUANG PERINATOLOGI RS WAVA HUSADA

Oleh:
Ela Handayani
202110461011005
Kelompok 17

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. M DENGAN BBLR

DI RUANG PERINATOLOGI RS WAVA HUSADA

DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK

KELOMPOK 17

NAMA : ELA HANDAYANI

NIM : 202110461011005

Periode Praktek/Minggu Ke: 17-22 Januari 2022/Minggu Ke 3

Telah disetujui

Tanggal:
Mahasiswa,

Ela Handayani

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan,


Perinatologi

Ika Rizki Anggraini, S.Kep,Ns.M.Kep


(………………………..)
A. Definisi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Dewi,
2018). BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Maryunani, 2013). Pada umumnya bayi dilahirkan setelah
dikandung 37-42 minggu masa gestasi. Berat badan bayi adalah berat bayi
saat lahir yang ditimbang segera setelah lahir.

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu
bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram atau sama
dengan 2500 gram disebut premature. Sedangkan berat badan bayi normal
adalah berat bayi yang lahir dengan berat badan 2500 sampai dengan 4000
gram (Khoiriah, 2017).

Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir


rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

B. Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab dari BBLR yakni:

a. Faktor ibu
1) Penyakit
 Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi kandung
kemih.
 Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
 Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
 Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
 Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
b. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan.
c. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
d. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
e. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

(Proverawati & Sulistyorini, 2010)

C. Klasifikasi BBLR
a. Beberapa pengelompokan dalam BBLR Mitayani (2009):
1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus
kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
2) Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri
dari 3 jenis, yaitu:
 Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu
yang lama.
 Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
 Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi, dan bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran Wong (2008):
1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia
gestasi.
2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi
yang berat badannya kurang dari 1000 gram.
3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 1500 gram.
4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat
badannya 1501 sampai 2500 gram.
5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat
badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva
pertumbuhan intrauterin.
6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya
merupakan bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan
yang berat badan lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva
pertumbuhan intrauterin.
7) Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi
yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang
digunakan istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil
untuk usia gestasinya).

D. Manifestasi Klinis
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari
33 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
sedikit.
d. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan
menelan belum sempurna.

E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang (Marmi, 2015).

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia (Arief et al., 2016).

Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga


hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun
sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur
juga lebih besar (Maryunani, 2013).
F. Pathway
Faktor Janin: Faktor Ibu: Faktor Maternal: Faktor Plasenta:
- Kelainan kromosom - Usia ibu - KPD - Gangguan sirkulasi utero plasenta
- Infeksi jaringan kronik - Gizi ibu kurang - Preeklampsia - Plasenta previa
- Gawat janin - Merokok - Kehamilan hidramnion - Solutio plasenta

Berat Bayi Lahir Rendah

Jaringan lemak Imaturitas organ Imaturitas sistem Imaturitas sistem Imaturitas fungsi
subkutan tipis sistem pernapasan antibodi pencernaan hepar

Kehilangan panas Insufisiensi Penurunan daya Refleks menelan Suplai bilirubin


melalui kulit pernapasan tahan tubuh dan menghisap melebihi
belum sempurna kemampuan hepar

Sistem termoregulasi Regulasi pernapasan Risiko Infeksi


imatur tidak teratur Regugirtasi Konjugasi bilirubin
makanan belum sempurna

Gagal pemberian Peningkatan kerja


respon stimulus pernapasan Intake nutrisi Peningkatan bilirubin
dari luar berkurang dalam darah

Dyspnea Risiko Defisit


Fluktuasi suhu Hiperbilirubinemi
tubuh Nutrisi

Pola Napas Tidak Ikterik Neonatus


Termoregulasi Efektif
Tidak Efektif
G. Komplikasi BBLR
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat badan lahir
rendah menurut Permana & Wijaya (2019):

a. Sindrom aspirasi meconium


Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke
paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan
kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum
yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena
cadangan glukosa rendah, terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membrane hialin
Disebabkan karena membran surfaktan belum sempurna atau
cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi,
tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga
negatif yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatrum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang
menggambarkan reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada
bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau
maturitas.
b. Tes kocok (Shake Test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
meruapan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang
yang lupa HPHTnya.
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk
melihat bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau
diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

(Agustina & Barokah, 2018)

I. Penatalaksanaan BBLR
a. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup
hangat dan istirahat serta konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat
dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah
35 dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34. Bila tidak ada
inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi
dan meletakkan botol-botol hangat yang dibungkus dengan handuk
atau lampu petromak didekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator
hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya
sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin (Sukirno, 2018).
b. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah
sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan dan hati-hati. pemberian
makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI mengurangi resiko
hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya
isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui
mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram
memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum
adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan steril
untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi
dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi
dengan berat lebih dari 1500 gram. Apabila dengan pemberian
makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian
ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam (Atikah, M, V &
Jaya, 2015).
c. Mencegah infeksi
Bayi premature mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena
daya tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum
terbentuk dan day fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
1) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit sebelum masuk ke ruangan rawat bayi.
2) Mencuci tangan dengan zat anti septic/sabun sebelum dan
sesudah memegang seorang bayi.
3) Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda
yang berhubungan dengan bayi.
4) Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
5) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi.

(Saifuddin, 2010)

J. Diagnosa dan Rencana Keperawatan


a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis.
b. Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan
abnormal.
c. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan berat badan
ekstrem.
d. Risiko infeksi dibuktikan dengan faktor risiko ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder.
e. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan faktor risiko
ketidakmampuan menelan makanan.
Diagnosa SLKI SIKI
Pola napas tidak Tujuan: pola napas Pemantauan Respirasi
efektif berhubungan membaik 1. Monitor frekuensi,
dengan imaturitas Kriteria hasil: irama, kedalaman
neurologis. - Dyspnea menurun dan upaya napas
- Ortopnea menurun 2. Monitor pola napas
- Pernapasan cuping 3. Monitor sumbatan
hidung menurun jalan napas
- Tekanan ekspirasi 4. Asukultasi bunyi
membaik napas
- Tekanan inspirasi 5. Monitor nilai AGD
membaik 6. Monitor foto thorax
- Frekuensi napas 7. Dokumentasikan
membaik hasil pemantauan
8. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
9. Informasikan hasil
pemantauan
Ikterik neonatus Tujuan: integritas kulit Foto terapi neonatus
berhubungan dengan dan jaringan meningkat kulit bayi
penurunan berat Kriteria hasil: 1. Monitor suhu dan
badan abnormal - Kerusakan jaringan tanda vital setaip 4
menurun jam sekali
- Kerusakan lapisan 2. Monitor efek
kulit menurun samping fototerapi
3. Siapkan lampu
fototerapi dan
incubator
4. Lepaskan pakaian
bayi kecuali popok
5. Berikan penutup
mata pada bayi
6. Ukur jarak antara
lampu dan
permukaan kulit bayi
7. Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar
fototerapi secara
berkelanjutan
8. Ganti segera alas dan
popok bayi jika
BAB/BAK
9. Anjurkan ibu
10. menyusui sekitar 20-
30 menit
Risiko infeksi Tujuan: tingkat infeksi Pencegahan Infeksi
dibuktikan dengan menurun
faktor risiko Kriteria hasil:
ketidakadekuatan - Suhu tubuh normal 1. Monitor tanda dan
pertahanan tubuh - Kemerahan gejala infeksi local
sekunder menurun dan sistemik
- Nyeri menurun 2. Batasi jumlah
- Letargi menurun pengunjung
- Piuria menurun 3. Cuci tangan sebelum
- Menggigil menurun dan sesudah kontak
dengan pasien
4. Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
5. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
6. Kolaborasi
pemberian imunisasi
jika perlu
Risiko defisit nutrisi Tujuan: status nutrisi Pemberian Makanan
dibuktikan dengan meningkat Enteral
faktor risiko Kriteria hasil: 1. Gunakan teknik
ketidakmampuan - Kekuatan otot bersih dalam
menelan makanan menelan meningkat pemberian makan
- Berat badan dan 2. Berikan tanda pada
IMT membaik selang untuk
- Tebal lapisan kulit mempertahankan
trisep membaik lokasi yang tepat
3. Ukur residu sebelum
pemberian makan
4. Peluk dan bicara
dengan bayi selama
pemberian makanan
untuk menstimulasi
bayi
5. Irigasi selang setiap
selesai pemberian
makan
6. Hindari pemberian
makanan jika residu
>150 cc
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S. A., & Barokah, L. (2018). Determinan Berat Badan Lahir Rendah (Bblr).
Jurnal Kebidanan, 8(2), 143. https://doi.org/10.33486/jk.v8i2.62
Arief, Weni, & Kristiyanasari. (2016). Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Nuha
Offset.
Atikah, M, V & Jaya, P. (2015). Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan Balita. CV.
Trans Info Media.
Dewi, L. A. (2018). . Penerapan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (Bblr) dengan Reflek Hisap Lemah di Ruang Perinatologi RSUD Sleman
Yogyakarta. Poltekkes Jogjakarta.
Khoiriah, A. (2017). Hubungan Antara Usia Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Jurnal
Kesehatan, 8(2).
Marmi. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Pustaka Pelajar.
Maryunani. (2013). Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Trans Info
Media.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika.
Permana, P., & Wijaya, G. B. R. (2019). Analisis faktor risiko bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Kesehatan Masyarakat
(Kesmas) Gianyar I tahun 2016-2017. Intisari Sains Medis, 10(3).
Proverawati, A., & Sulistyorini. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Nuha Medika.
Saifuddin, A. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
YBPSP.
Sari, D. N. (2021). Asuhan Keperawatan Ikterik Naonatus Pada Bayi Hiperbilirubin Di Ruang
Neonatus RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Universitas Airlangga.
Sukirno, ita S. (2018). Kesabaran Ibu Merawat Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR). Journal
of Psychological Perspective, 1(1).
Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC.
FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN NEONATUS
Nama Mahasiswa/NPM : Ela Handayani/202110461011005
Tempat Praktek : RS Wava Husada Kepanjen
Tanggal : 18 Januari 2022

I. IDENTITAS DATA
Nama : Bayi Ny.M
Tempat/tanggal lahir : Kepanjen, 18 Januari 2022
Nama Ayah/Ibu : Tn.D/Ny.M
Pekerjaan Ayah :Tidak terkaji
Pendidikan Ayah : SMA
Pekerjaan Ibu : Tidak terkaji
Pendidikan Ibu : SMP
Alamat/No. Telepon : Pakisaji/081216199xxx

Kultur : Jawa
Agama : Islam

II. KELUHAN UTAMA/ narasi ibu


By.Ny.M pada saat pengkajian tanggal 18 Januari 2022 jam 11.00, akral bayi teraba hangat,

gerak tangis kuat dan jarang, retraksi dada ringan, takipnea, terpasang nasal kanul O2 2lpm,

kulit tampak kemerahan, Downe Skor: 3, tali pusat terbalut kasa steril, terpasang IV line dan

tidak ada tanda flebitis, bayi dirawat di inkubator. Nadi: 145x/menit, Suhu: 36,1 oC, RR:

68x/menit, SpO2: 99%, BB lahir: 1.800 gram.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


III.1 Prenatal
 Jumlah kunjungan : Tidak terkaji
 Bidan/Dokter : Tidak terkaji
 Penkes yang didapat : Tidak terkaji
 HPHT : Tidak terkaji
 Kenaikan BB selama Hamil : Tidak terkaji
 Komplikasi kehamilan : Tidak terkaji
 Komplikasi Obat : Tidak terkaji
 Obat-obatan yang didapat : Tidak terkaji
 Riwayat Hospitalisasi : Tidak terkaji
 Golongan darah ibu : Tidak terkaji
 Pemeriksaan kehamilan / Maternal screening
( ) Rubelle ( ) Hepatitis ( ) CMV
( ) Go ( ) Herpes ( ) HIV
( ) Lain-lain, sebutkan ………………………………………………………..
III.2 Natal
 Awal Persalinan : Tidak terkaji
 Lama Persalinan : Tidak terkaji
 Komplikasi persalinan : Tidak ada
 Terapi yang diberikan : Tidak terkaji
 Cara melahirkan
() pervagina ( ) Caesar ( )Lain-lain, sebutkan ………………..
 Tempat melahirkan :
( ) Rumah bersalin ( ) Rumah () Rumah Sakit
III.3 Postnatal
 Usaha Nafas
() dengan bantuan, nasal kanul 2 lpm
( ) tanpa bantuan
 Kebutuhan resusitasi
o Skor Apgar : 4/6
 Obat-obat yang diberikan pada neonatus
- Injeksi Vitamin K 1x1 mg/IM

- Injeksi Hepatitis B/1x1ml /IM

- Salep Mata Sagestam/1 tetes/ OD/OS

- Dekstrose 10%/140cc/24jam/IVFD

- Picyn/2x90mg/IV

- Gentamicin/1x8mg/IV

- Ranitidin/2x2mg/IV

- O2 via Nasal kanul/ 2 lpm

 Interaksi orang tua dengan bayi


o Kualitas : Baik
o Lamanya : Tidak terkaji
 Trauma lahir
( ) Ada () Tidak ada
 Narkosis
( ) Ada () Tidak ada
 Keluarnya urine / bab
() Ada ( ) Tidak ada
 Respon fisiologis atau perilaku yang bermakna
Tidak terkaji

IV. RIWAYAT KELUARGA


Tidak terkaji

V. RIWAYAT SOSIAL
1. Sistem pendukung / keluarga yang dapat dihubungi
Orang tua (Tn.D dan Ny.M)

2. Hubungan orang tua dengan bayi


Ibu Ayah
- Menyentuh -
- Memeluk -
- Berbicara -
- Berkunjung 
 Kontak mata 
3. Anak yang lain
Jenis Kelamin Anak Riwayat persalinan Riwayat Imunisasi
- - -

4. Lingkungan rumah
Tidak terkaji

5. Problem sosial yang penting


( - ) Kurangnya sistem pendukung sosial
( - ) Perbedaan bahasa
( - ) Riwayat penyalahgunaan zat aditif ( obat-obatan )
( - ) Lingkungan rumah yang kurang memadai (sosial)
( - ) Keuangan
( - ) Lain-lain, sebutkan
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa medis.

BBLR, Prematur, dan Asfiksia Neonatorum

2. Tindakan operasi
-
3. Status Nutrisi

PASI

4. Status Cairan
Terpenuhi

5. Obat-obatan

- Injeksi Vitamin K 1x1 mg/IM

- Injeksi Hepatitis B/1x1ml /IM

- Salep Mata Sagestam/1 tetes/ OD/OS

- Dekstrose 10%/140cc/24jam/IVFD

- Picyn/2x90mg/IV

- Gentamicin/1x8mg/IV

- Ranitidin/2x2mg/IV

- O2 via Nasal kanul/ 2 lpm

6. Aktivitas
Bayi tampak lemah dan hanya tertidur, tangisan bayi terdengar seperti merintih

7. Tindakan Keperawatan yang telah dilakukan

- Menjaga kehangatan kulit

- Mempertahankan perawatan aseptik

- Meningkatkan Intake nutrisi

- Monitor TTV
8. Hasil Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Eritrosit L 4,63 10^6/uL 4,80-6,90
Hemoglobin 16,9 g/dL 14,0-20,0
Leukosit L 4,45 10^3/uL 9,0-30,0
Trombosit 267 10^3/uL 200-400
Hematokrit 47,9 % 42,0-64,0
GOLONGAN DARAH
Golongan Darah A
Rhesus POSITIF

9. Pemeriksaan Penunjang

10. Lain-lain
-

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum: Baik
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Tanda vital Nadi : 145x/menit Suhu : 36,1 oC RR : 68x/menit SpO2: 99%
Saat lahir Saat ini
1. Berat Badan 1.800 gram -
2. Panjang Badan 42 cm 42 cm
3. Lingkar Kepala 27 cm 27 cm
4. Lingkar dada 26 cm 26 cm

Beri tanda ( cek ) pada istilah yang tepat dari data-data dibawah ini. Gambarkan semua temuan
abnormal secara obyektif, gunakan kolom komentar bila perlu.
1. Reflek Moro
( ) Moro () Menggenggam () Menghisap
2. Tonus / aktivitas
a. () Aktif ( ) tenang ( ) Letargi ( ) Kejang
b. ( ) Menangis keras () Lemah ( ) Melengking ( ) Sulit menangis
3. Kepala / leher
a. Fontanel Anterior
() Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung
b. Sutura sagitalis
() Tepat ( ) Terpisah ( ) menjauh
c. Gambaran wajah
() Simetris ( ) Asimetris
d. Molding
( ) Caput Succedaneum ( ) Chepalohematoma
4. Mata
() Bersih ( ) Sekresi …………………………………………………………………………………………….

5. THT
a. Telinga
() Normal ( ) Abnormal
b. Hidung
() Bilateral ( ) Obstruksi ( ) Cuping Hidung
c. Palatum
() Normal ( ) Abnormal
6. Abdomen
a. () Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung
b. Lingkar perut : 26 cm
c. Liver : () kurang dari 2 cm ( ) Lebih dari 2 cm
7. Thoraks
a. () Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi : () ada ( ) tidak ada
c. Klavikula : () Normal ( ) Abnormal
8. Paru-paru
a. Suara nafas : () Sama kanan kiri ( ) Tidak sama kanan kiri
() Bersih ( ) Ronchi ( ) Rales ( ) sekret
b. Bunyi nafas
() terdengan di semua lapang paru ( ) tidak terdengar ( ) menurun
c. Respirasi
() Spontan , jumlah : 68x/menit
( ) Sungkup/boxhead, jumlah : …………x/menit
( ) Ventilasi assisted CPAP
9. Jantung
a. () Bunyi Normal Sinus Rytme ( NSR ) , jumlah : 118x/menit
( ) Mur-mur ( ) Lain-lain, sebutkan…………………………………….
b. Waktu pengisian kapiler, Batang tubuh : < 2 detik
Ektrimitas : < 2 detik
c. Nadi perifer
Berat Lemah Tidak ada
Brachial kanan Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
Brachial kiri Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
Femoral kanan Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
Femoral kiri Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
10. Ekstrimitas
a. () Semua ekstrimitas gerak ( ) ROM terbatas ( ) tidak dapat dikaji
b. Ekstrimitas atas dan bawah () Simetris ( ) Asimetris
11. Umbilikus : () Normal ( ) Abnormal ( ) Inflamasi ( ) Drainage
12. Genital : () Normal ( ) Abnormal ( ) Ambivalen
13. Anus : () Paten ( ) Imperforata
14. Spina : () Normal ( ) Abnormal
15. Kulit
a. Warna : () Pink ( ) Pucat ( ) Jaundice
b. ( ) Rash / kemerahan
c. ( ) tanda lahir
16. Suhu
a. Lingkungan
( ) Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu
() Inkubator ( ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka
b. Suhu kulit : teraba hangat
KOMENTAR :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

VIII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Kemandirian dan bergaul
Ketergantungal total

2. Motorik halus
Tidak terkaji

3. Kognitif dan bahasa


Tidak terkaji

4. Motorik kasar
Tidak terkaji

KESIMPULAN PERKEMBANGAN

() Menangis bila tidak nyaman


( ) Membuat suara tenggorok yang pelan
( ) Memandang wajah dengan sungguh-sungguh
( ) Mengeluarkan suara
( ) Berespon secara berbeda terhadap obyek yang berbeda
( ) Dapat tersenyum
() Menggerakkan kedua lengan dan tungkai sama mudahnya ketika telentang
( ) Memberikan reaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya ( misalnya dari lampu
senter yang digerakkan ke kiri & kanan )
( ) Mengoceh dan memberikan reaksi terhadap suara
( ) Membalas senyuman

IX. INFORMASI LAIN


-

X. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Pada tanggal 18 Januari 2022, Ibu pasien di bawa ke RS Wava Husada dengan riwayat kehamilan

G01P00A00 dan umur kehamilan 32-33 minggu, ibu pasien melahirkan secara pervagina (normal

partus) dengan indikasi PPI dan PROM < 18 jam, kemudian bayi lahir pada pukul 05.05 WIB dengan

BB 1.800 gram panjang bayi lahir 42 cm A.S 4-6.


ANALISA DATA PASIEN

DATA MASALAH DIAGNOSA


PENYEBAB
(Tanda mayor & minor) KEPERAWATAN KEPERAWATAN
DS: Hambatan upaya Pola napas tidak efektif Pola napas tidak
– napas (mis. nyeri efektif b/d. hambatan
DO: saat bernapas, upaya napas (mis.
-Terpasang nasal kanul 2 kelemahan otot nyeri saat bernapas,
lpm pernapasan) kelemahan otot
-Terdapat retraksi dinding pernapasan) d/d.
dada penggunaan alat
-Apgar score : 4/6 bantu pernapasan
-Downe skor: 3 (D.0005)
-RR: 68x/menit
-SpO2: 99%
DS: Bayi baru lahir Hipotermia Hipotermia b/d. bayi
– baru lahir d/d
DO: menggigil, suhu
- Bayi baru lahir, perawatan tubuh di bawah
hari ke- 1 normal
(D.0131)
-Suhu tubuh 36,1 °C
-Nadi 145x/menit
DS: Ketidakadekuatan Risiko infeksi Risiko infeksi d/d.
- pertahanan primer ketidakadekuatan
DO: pertahanan primer
(D.0142)
- Bayi baru lahir, perawatan
hari ke- 1
- Bayi premature (usia
gestasi 32-33 minggu) dan
BBLR (BB: 1.800 gram)
- Tali pusat terbalut kasa
steril, bersih, tidak
kemerahan, tidak ada
rembesan darah
- Terpasang IV line
- Leukosit : 4,45 uL

Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas:

1. Pola napas tidak efektif b/d. hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan) d/d. penggunaan alat bantu pernapasan, takipnea (D.0005)
2. Hipotermia b/d. bayi baru lahir d/d menggigil, suhu tubuh di bawah normal (D.0131)
3. Risiko infeksi d/d. ketidakadekuatan pertahanan primer (D.0142)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
Diagnosa
No LUARAN INTERVENSI Hari/ Tgl Implementasi Hari/ Tgl Evaluasi Ttd
Keperawatan
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Rabu Kamis S: -
efektif b/d. keperawatanselama 1x4 jam respirasi 19/1/2022 20/1/2022
hambatan upaya diharapkan Pola Napas 1.01014 O:
napas (mis. nyeri (L.01004) membaik dengan Observasi Memberikan 16.00
saat bernapas, Indikator Skala
kelemahan otot kriteria hasil : 1. Monitor 15.00 posisi menghidu Penggunaan Menurun
pernapasan) d/d. Indikator Skala frekuensi, pada bayi (tidak
alat bantu
penggunaan alat Penggunaan Menurun irama,
napas memakai
bantu pernapasan, (Tanpa alat kedalaman
alat bantu alat bantu
takipnea dan upaya
(D.0005) napas bantu pernapasan)
napas Memonitor
pernapasan) 2. Monitor pola frekuensi, Frekuensi Membaik
Frekuensi Membaik napas 15.15 irama,upaya napas (42x/menit)
napas (30- 3. Monitor napas dan pola
Kedalaman Cukup
60x/menit) saturasi napas bayi (RR
oksigen 52x/menit) napas membaik
Kedalaman Membaik (retraksi
Terapeutik
napas (Tidak ada 4. Atur interval Memonitor ringan)
retraksi) pemantauan 15.45 saturasi oksigen
respirasi bayi ( SpO2 A: Masalah pola napas tidak
sesuai kondisi 98%) efektif teratasi sebagian
pasien
5. Dokumentasi Melakukan P: Lanjutkan intervensi
hasil observasi suhu
pemantauan tubuh dan nad
Edukasi (Suhu: 36,6 C,
6. Jelaskan 16.00 Nadi:
tujuan dan 128x/menit)
prosedur
pemantauan
7. Informasikan 16.15 Mengecek akral
hasil pasien (akral
pemantauan teraba hangat)

Mengobservasi
16.30 perubahan
warna kulit
(warna kulit
pink
kemerahan,
tidak ada
sianosis)

2. Hipotermia b/d. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Rabu Kamis S: -


bayi baru lahir d/d keperawatanselama 1x4 jam Hiportemia 19/1/2022 20/1/2022
menggigil, suhu diharapkan Termogulasi (1.14507) O:
tubuh di bawah Neonatus (L.14135) membaik Observasi: 16.00
normal Indikator Skala
(D.0131) dengan kriteria hasil : - Monitor suhu 1. Monitor Suhu Membaik
Indikator Skala tubuh 16.00 suhu tubuh (37,3 C)
tubuh
Suhu Membaik - Identifikasi px (suhu Suhu Membaik
tubuh (36,5-37,5 penyebab 36,6◦C)
hipotermia kulit (Akral teraba
o
C) 2. Mengatur hangat)
(mis,tarpaper
Suhu Membaik suhu 16.15 suhu pada Frekuensi Membaik
kulit (Akral lingkungan inkubator (130x/menit)
nadi
hangat) rendah, pakaian 3. Mengecek
Frekuensi Membaik tipis, kerusakan 16.45 suhu kulit A: Masalah hipotermi teratasi
nadi (120- hipotalamus, bayi (akral
160x/menit) penurunan laju bayi hangat) P: Lanjutkan intervensi
metabolisme,
kekurangan 17.00
lemak 4. Menyelimuti
subkutan) bayi agar
- Monitor tanda lebih hangat
dan gejala
akibat
hipotermia
(Hipotermia
ringan:
takipnea,
disartria,
menggigil,
hipertensi,
diuresis;
Hipotermia
sedang aritmia,
hipotensi,
apalis,
koagulopati,
refleks
manurun:
Hipotermia
berat: oliguria,
refleks
menghilang,
edema paru,
asam-basa
abnormal)
Terapeutik :
- Sediakan
lingkungan
yang hangat
(mis atur suhu
ruangan,
inkubator)
- Ganti pakaian
dan/atau linen
yang basah
- Lakukan
penghangatan
pasif (mis
selimut,
menutup
kepala, pakaian
tebal)
- Lakukan
penghangatan
aktif eksternal
(mis, kompres
hangat, botol
hangat, selimut
hangat,
perawatan
metode
kangguru)
3. Resiko Infeksi d/d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Rabu Sabtu S: -
Ketidakadekuatan keperawatan 1x24 jam Infeksi (1.14539) 19/1/2022 15/1/2022
pertahanan tubuh diharapkan Tingkat Infeksi O:
primer (D.0142) Observasi : 1. Membalut tali
(L.14137) pasien membaik, 15.45 16.00 Indikator Skala
- Monitor tanda pusat dengan
dengan kriteria hasil: Kemerahan Menurun
dan gejala kassa steril
Indikator Skala
Menurun infeksi lokal Nyeri Menurun
Kemerahan 15.50
dan sistemik
Nyeri Menurun Terapeutik : 2. Memonitor Bengkak Menurun
suhu bayi
Bengkak Menurun - Batasi jumlah A: Masalah risiko infeksi teratasi
pengunjung 16.00 3. Memonitor
- Berikan frekuensi P: Lanjutkan intervensi
perawatan kulit pernapasan dan
pada area edema nadi bayi
- Cuci tangan
sebelum dan 16.15 4. Memonitor
sesudah kontak warna dan suhu
dengan pasien dan kulit bayi
lingkungan pasien
Edukasi :
- Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
- Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

Anda mungkin juga menyukai