Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. H DENGAN HIPERBILIRUBIN

DI RUANG PERINATOLOGI RS WAVA HUSADA

Oleh:
Ela Handayani
202110461011005
Kelompok 17

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. H DENGAN HIPERBILIRUBIN

DI RUANG PERINATOLOGI RS WAVA HUSADA

DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK

KELOMPOK 17

NAMA : ELA HANDAYANI

NIM : 202110461011005

Periode Praktek/Minggu Ke: 24-29 Januari 2022/Minggu Ke 4

Telah disetujui

Tanggal:
Mahasiswa,

Ela Handayani

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan,


Perinatologi

Ika Rizki Anggraini, S.Kep,Ns.M.Kep


(………………………..)
A. Definisi Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
bilirubin dalam darah >10mg/dL, yang secara klinis ditandai oleh adanya
ikterus, dengan faktor penyebab fisiologik dan non-fisiologik (Atikah, &
Jaya, 2016)

B. Klasifikasi Hiperbilirubin
1. Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologi adalah tidak mempunyai dasar patologi atau tidak


mempunyai potensi menjadi kernikterus. Biasanya timbul pada hari ke
dua dan ke tiga. Kadar bilirubin serum total 6-8 mg/dL, bahkan hingga
12 mg/dL pada bayi cukup bulan, masih dianggap fisiologis (Mishra, S.,
Agarwal, R., Ashok K, 2008). Penurunan kadar bilirubin total akan
terjadi secara cepat dalam 2-3 hari, kemudian diikuti penurunan
lambat sebesar 1 mg/dL selama 1- 2 minggu. Pada bayi kurang bulan
kadar bilirubin serum total 10-12 mg/dL, bahkan dapat meningkat
hingga 15 mg/dL dengan tanpa adanya gangguan pada metabolism
bilirubin (Mishra, S., Agarwal, R., Ashok K, 2008). Kadar bilirubin total
yang aman untuk bayi kurang bulan sangat bergantung pada usia
kehamilan (Hasnidar, 2021).

2. Ikterus patologis

Ikterus patologis biasanya terjadi sebelum umur 24 jam. Kadar


bilirubin serum total meningkat > 0,5 mg/dL/jam. Ikterus biasanya
bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan dan 14 hari pada bayi
kurang bulan. Keadaan klinis bayi tidak baik seperti muntah, letargis,
malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, suhu tubuh yang
tidak stabil, apnea (Martin C, 2014).

3. Uji Kramer

Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya.


Untuk penilaian ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam
lima bagian yang di mulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat,
pusat bagian bawah sampai tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu
pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk telapak kaki dan
telapak tangan.

Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat


yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan
lain lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap tiap nomor di
sesuaikan dengan angka rata-rata dalam gambar. Cara ini juga tidak
menunjukkan intensitas ikterus yang tepat di dalam plasma bayi baru
lahir. Nomor urut menunjukkan arah meluasnya ikterus.

Derajat Perkiraan
Daerah icterus
ikterus kadarbilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga 11,4 mg/dl
tungkai atas (di atas lutut)
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl
C. Etiologi Hiperbilirubin
a. Etiologi ikterus yang sering ditemukan ialah: hiperbilirubinemia
fisiologik, inkompabilitas golongan darah ABO dan Rhesus, breast
milk jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang diabetes melitus,
dan polisitemia/hiperviskositas.
b. Etiologi yang jarang ditemukan yaitu: defisiensi G6PD, defisiensi
piruvat kinase, sferositosis kongenital, sindrom LuceyDriscoll,
penyakit Crigler-Najjar, hipotiroid, dan hemoglobinopati.
(Hasnidar, 2021).

D. Manifestasi Klinis
Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi
kadangkadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan
kerusakan otak (Kern icterus). Gejala klinis yang tampak ialah rasa kantuk,
tidak kuat menghisap ASI/susu formula, muntah, opistotonus, mata
terputar-putar keatas, kejang, dan yang paling parah bisa menyebabkan
kematian. Efek jangka panjang Kern icterus ialah retardasi mental,
kelumpuhan serebral, tuli, dan mata tidak dapat digerakkan ke atas
(Hasnidar, 2021).

E. Patofisiologi
Bilirubin diproduksi dalam system retikuloendotelial sebagai produk
akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi
reduksi. Pada langkah pertama oksidasi, biliverdin terbentuk dari heme
melalui kerja heme oksigenase, dan terjadi pelepasan besi dan karbon
monoksida. Besi dapat digunakan kembali, sedangkan karbon monoksida
diekskresikan melalui paru-paru. Biliverdin yang larut dalam air direduksi
menjadi bilirubin yang hampir tidak larut dalam air dalam bentuk isomerik
(oleh karena ikatan hidrogen intramolekul). Bilirubin tak terkonjugasi
yang hidrofobik diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Bila
terjadi gangguan pada ikatan bilirubin tak terkonjugasi dengan albumin
baik oleh faktor endogen maupun eksogen (misalnya obatobatan),
bilirubin yang bebas dapat melewati membran yang mengandung lemak
(double lipid layer), termasuk penghalang darah otak, yang dapat
mengarah ke neurotoksisitas.

Bilirubin yang mencapai hati akan diangkut ke dalam hepatosit, dimana


bilirubin terikat ke ligandin. Masuknya bilirubin ke hepatosit akan
meningkat sejalan dengan terjadinya peningkatan konsentrasi ligandin.
Konsentrasi ligandin ditemukan rendah pada saat lahir namun akan
meningkat pesat selama beberapa minggu kehidupan. Bilirubin terikat
menjadi asam glukuronat di retikulum endoplasmik reticulum melalui
reaksi yang dikatalisis oleh uridin difosfoglukuronil transferase (UDPGT).
Konjugasi bilirubin mengubah molekul bilirubin yang tidak larut air
menjadi molekul yang larut air. Setelah diekskresikan kedalam empedu
dan masuk ke usus, bilirubin direduksi dan menjadi tetrapirol yang tak
berwarna oleh mikroba di usus besar.

Sebagian dekonjugasi terjadi didalam usus kecil proksimal melalui


kerja B-glukuronidase. Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diabsorbsi
kembali dan masuk ke dalam sirkulasi sehingga meningkatkan bilirubin
plasma total. Siklus absorbsi, konjugasi, ekskresi, dekonjugasi, dan
reabsorbsi ini disebut sirkulasi enterohepatik. Proses ini berlangsung
sangat panjang pada neonatus, oleh karena asupan gizi yang terbatas pada
hari-hari pertama kehidupan (Dwienda, 2014).
F. Pathway
Resiko termogulasi tidak Persalinan lama, lilitan tali pusat, Faktor lain: obat-obatan,
efektif presentasi janin abnormal, usia gestasi narkotika,dll

Suplai O2 dalam darah menurun Bersihan jalan napas tidak


Asfiksia Paralisis pusat pernapasan
efektif

Janin kekurangan O2 & Peningkatan bilirubin dalam darah ->pengeluaran meconium Paru-paru terisi
kadar CO2 meningkat terlambat/obstruksi usus-> feses berwarna pucat cairan
Gangguan metabolism & perubahan asam
Ikterik neonatus basa
Nafas cepat Suplai O2 dalam darah menurun
Asidosis respiratorik
Ikterus pd sclera, leher, dan
Apnea Kerusakan otak
badan, peningkatan bilirubin Gangguan perfisi ventilasi
indirek > 10 mg/dl

Resiko cedera Kematian bayi


Nafas cuping hidung, sianosis, hipoksia
Indikasi fototerapi

DJJ & TD menurun Gangguan pertukaran gas


Sinar dg intensitas tinggi

Gangguan integritas kulit


Pola nafas tidak fefektif Janin tidak bereaksi terhadap rangsangan

Resiko syndrome kematian bayi


mendadak
G. Penatalaksanaan
a. Fototerapi

Fototerapi dapat digunakan tunggal atau dikombinasi dengan


transfusi pengganti untuk menurunkan bilirubin. Bila neonatus
dipapar dengan cahaya berintensitas tinggi, tindakan ini dapat
menurunkan bilirubin dalam kulit. Secara umum, fototerapi harus
diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Neonatus yang sakit
dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi bila
konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa pakar mengarahkan untuk
memberikan fototerapi profilaksis 24 jam pertama pada bayi berisiko
tinggi dan berat badan lahir rendah (Dwienda, 2014).

b. Intravena immunoglobulin (IVIG)

Pemberian IVIG digunakan pada kasus yang berhubungan dengan


faktor imunologik. Pada hiperbilirubinemia yang disebabkan oleh
inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi, pemberian IVIG dapat
menurunkan kemungkinan dilakukannya transfusi tukar (Dwienda,
2014).

c. Transfusi pengganti

Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi anemia akibat


eritrosit yang rentan terhadap antibodi erirtosit maternal;
menghilangkan eritrosit yang tersensitisasi; mengeluarkan bilirubin
serum; serta meningkatkan albumin yang masih bebas bilirubin dan
meningkatkan keterikatannya dengan bilirubin (Dwienda, 2014).

d. Terapi medikamentosa

Phenobarbital dapat merangsang hati untuk menghasilkan enzim


yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat
ini efektif diberikan pada ibu hamil selama beberapa hari sampai
beberapa minggu sebelum melahirkan (Fida, & Maya, 2012).
H. Komplikasi
a. Kern ikterik
b. Kematian
(Fida, & Maya, 2012)

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah bayi dan ibu: mengidentifikasi incompatibilitas
ABO
b. Cek bilirubin total
1) Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5
mg/dl yang mungkin dihubungkan dengan sepsis
2) Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl
dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi
cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tergantung pada
berat badan
c. Hitung darah lengkap
1) Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karna hemolysis
2) Hematokrit mungkin meningkat (>65%) pada polisitermia,
penurunan (<45%) dengan hemolysis dan anemia berlebihan
(Fida, & Maya, 2012)

J. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a) Identitas
Biasa ditemukan pada bayi baru lahir sampaiminggu I, kejadian
icterus:60% bayi cukup bulan & 80% padabayi kurang bulan.
Perhatian utama: icterus pada 24 jam pertama & bila kadarbilirubin
>5 mg/dl dalam 24 jam
b) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obatan
yang meningkatkan icterus seperti salisilat sulkaturosic oxitosin
yang dapat mempercepat proseskonjugasi sebelum partus
2. Riwayat persalinan
Persalinan yang dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Lahir
premature/ kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia,
asfiksia
3. Riwayat post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat bayi tampak
mnguning
4. Riwayat kesehatan keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemi,
gangguan saluran cerna dan hati (hepatitis)
5. Riwayat psikososisal
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran
orangtua
6. Pengetahuan keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orangtua
terhadap bayi yang icterus
c) Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional
1) Aktivitas/ istirahat
Letargi/ malas
2) Sirkulasi
Mungkin pucat menandakan anemia
3) Eliminasi
-bising usus hipoaktif
-pasase meconium mungkin lambat
-feses mungkin lunak/ coklat kehijauan selama pengeluaran
bilirubin
-urin gelap pekat, hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
4) Makanan/ cairan
Riwayat perlambatan/ makan oral buruk, mungkin lebih disusui
dari pada menyusu botol. Pada umumnya bayi malas minum
(reflek menghisap dan menelan lemah, sehingga BB bayi
mengalami penurunan). Palpasi abdomen dapat menunjukkan
pembesaran limfa, hepar
5) Neuro sensori
-sefalohematoma besar,mungkin terlihat pada satu atau kedua
tulang parietal yang berhubungan dengan trauma
kelahiran/kelahiran ekstrasi vakum
-edema umum,hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis
mungkin ada dengan inkompatibilitas Rh berat
-kehilangan reflek moro mungkin terlihat opisotonus dengan
kekauan lengkung punggung, fontanel menonjol,menangis lirih,
aktivitas kejang (tahap kritis)
6) Pernafasan
Riwayat asfiksia
7) Keamanan
-riwayat positif infeksi/ sepsis neonatus
-dapat mengalami ekimosis berlebihan, ptekie, perdarahan
intracranial
-dapat tampak ikterik pada awalnya di daerah wajah, berlanjut
pada bagian distal tubuh, kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi
bronze) sebagai efek samping fototerapi
8) Seksualitas
Terjadi lebih sering pada bayi pria daripada permpuan
9) Penyuluhan/ pembelajaran
-dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier,
fibrosis kistik
-faktor keluarga: missal riwayat hiperbilirubinemia pada
kehamilan sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik,
kesalahan metabolism saat lahir (galaktosemia), diskrasias
darah (sferositosis, defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase)
-faktor ibu seperti diabetes: mencerna obat-obatan
(sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin),
inkompatibilitas Rh/ABO, penyakit infeksi (rubella,
sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis)
-faktor penunjang intrapartum seperti persalinan praterm,
kelahiran dengan kstrasi vakum,induksi oksitosin, perlambatan
pengkleman tali pusat, dan trauma kelahiran
B. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1) Ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uterine
2) Termogulasi tidak efektif berhubungan dengan efek fototerapi
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan suhu lingkungan
yang ekstrem
4) Resiko cedera berhubungan dengan efek fototerapi
5) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan efek
fototerapi
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Robert, M., Kliegman, Ann, M., & Arvin. (2012). Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. EGC.
Dwienda, O., Maita, L., Maya, E., & Yulviana, R. (2014). Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan (1st ed.).
Deepublish.
Fida, & Maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. D-Medika.
Hasnidar, S., Putri, N. R., Tahir, A., Arum, D. N. S., Indryani, & Megasari, A. L.
(2021). Asuhan Kebidanan dan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yayasan kita
Menulis.

Anda mungkin juga menyukai