Oleh:
Ela Handayani
202110461011005
Kelompok 17
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
KELOMPOK 17
NIM : 202110461011005
Telah disetujui
Tanggal:
Mahasiswa,
Ela Handayani
B. Klasifikasi Hiperbilirubin
1. Ikterus Fisiologis
2. Ikterus patologis
3. Uji Kramer
Derajat Perkiraan
Daerah icterus
ikterus kadarbilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga 11,4 mg/dl
tungkai atas (di atas lutut)
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl
C. Etiologi Hiperbilirubin
a. Etiologi ikterus yang sering ditemukan ialah: hiperbilirubinemia
fisiologik, inkompabilitas golongan darah ABO dan Rhesus, breast
milk jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang diabetes melitus,
dan polisitemia/hiperviskositas.
b. Etiologi yang jarang ditemukan yaitu: defisiensi G6PD, defisiensi
piruvat kinase, sferositosis kongenital, sindrom LuceyDriscoll,
penyakit Crigler-Najjar, hipotiroid, dan hemoglobinopati.
(Hasnidar, 2021).
D. Manifestasi Klinis
Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi
kadangkadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan
kerusakan otak (Kern icterus). Gejala klinis yang tampak ialah rasa kantuk,
tidak kuat menghisap ASI/susu formula, muntah, opistotonus, mata
terputar-putar keatas, kejang, dan yang paling parah bisa menyebabkan
kematian. Efek jangka panjang Kern icterus ialah retardasi mental,
kelumpuhan serebral, tuli, dan mata tidak dapat digerakkan ke atas
(Hasnidar, 2021).
E. Patofisiologi
Bilirubin diproduksi dalam system retikuloendotelial sebagai produk
akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi
reduksi. Pada langkah pertama oksidasi, biliverdin terbentuk dari heme
melalui kerja heme oksigenase, dan terjadi pelepasan besi dan karbon
monoksida. Besi dapat digunakan kembali, sedangkan karbon monoksida
diekskresikan melalui paru-paru. Biliverdin yang larut dalam air direduksi
menjadi bilirubin yang hampir tidak larut dalam air dalam bentuk isomerik
(oleh karena ikatan hidrogen intramolekul). Bilirubin tak terkonjugasi
yang hidrofobik diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Bila
terjadi gangguan pada ikatan bilirubin tak terkonjugasi dengan albumin
baik oleh faktor endogen maupun eksogen (misalnya obatobatan),
bilirubin yang bebas dapat melewati membran yang mengandung lemak
(double lipid layer), termasuk penghalang darah otak, yang dapat
mengarah ke neurotoksisitas.
Janin kekurangan O2 & Peningkatan bilirubin dalam darah ->pengeluaran meconium Paru-paru terisi
kadar CO2 meningkat terlambat/obstruksi usus-> feses berwarna pucat cairan
Gangguan metabolism & perubahan asam
Ikterik neonatus basa
Nafas cepat Suplai O2 dalam darah menurun
Asidosis respiratorik
Ikterus pd sclera, leher, dan
Apnea Kerusakan otak
badan, peningkatan bilirubin Gangguan perfisi ventilasi
indirek > 10 mg/dl
c. Transfusi pengganti
d. Terapi medikamentosa
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah bayi dan ibu: mengidentifikasi incompatibilitas
ABO
b. Cek bilirubin total
1) Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5
mg/dl yang mungkin dihubungkan dengan sepsis
2) Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl
dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi
cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tergantung pada
berat badan
c. Hitung darah lengkap
1) Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karna hemolysis
2) Hematokrit mungkin meningkat (>65%) pada polisitermia,
penurunan (<45%) dengan hemolysis dan anemia berlebihan
(Fida, & Maya, 2012)
J. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a) Identitas
Biasa ditemukan pada bayi baru lahir sampaiminggu I, kejadian
icterus:60% bayi cukup bulan & 80% padabayi kurang bulan.
Perhatian utama: icterus pada 24 jam pertama & bila kadarbilirubin
>5 mg/dl dalam 24 jam
b) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obatan
yang meningkatkan icterus seperti salisilat sulkaturosic oxitosin
yang dapat mempercepat proseskonjugasi sebelum partus
2. Riwayat persalinan
Persalinan yang dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Lahir
premature/ kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia,
asfiksia
3. Riwayat post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat bayi tampak
mnguning
4. Riwayat kesehatan keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemi,
gangguan saluran cerna dan hati (hepatitis)
5. Riwayat psikososisal
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran
orangtua
6. Pengetahuan keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orangtua
terhadap bayi yang icterus
c) Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional
1) Aktivitas/ istirahat
Letargi/ malas
2) Sirkulasi
Mungkin pucat menandakan anemia
3) Eliminasi
-bising usus hipoaktif
-pasase meconium mungkin lambat
-feses mungkin lunak/ coklat kehijauan selama pengeluaran
bilirubin
-urin gelap pekat, hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
4) Makanan/ cairan
Riwayat perlambatan/ makan oral buruk, mungkin lebih disusui
dari pada menyusu botol. Pada umumnya bayi malas minum
(reflek menghisap dan menelan lemah, sehingga BB bayi
mengalami penurunan). Palpasi abdomen dapat menunjukkan
pembesaran limfa, hepar
5) Neuro sensori
-sefalohematoma besar,mungkin terlihat pada satu atau kedua
tulang parietal yang berhubungan dengan trauma
kelahiran/kelahiran ekstrasi vakum
-edema umum,hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis
mungkin ada dengan inkompatibilitas Rh berat
-kehilangan reflek moro mungkin terlihat opisotonus dengan
kekauan lengkung punggung, fontanel menonjol,menangis lirih,
aktivitas kejang (tahap kritis)
6) Pernafasan
Riwayat asfiksia
7) Keamanan
-riwayat positif infeksi/ sepsis neonatus
-dapat mengalami ekimosis berlebihan, ptekie, perdarahan
intracranial
-dapat tampak ikterik pada awalnya di daerah wajah, berlanjut
pada bagian distal tubuh, kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi
bronze) sebagai efek samping fototerapi
8) Seksualitas
Terjadi lebih sering pada bayi pria daripada permpuan
9) Penyuluhan/ pembelajaran
-dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier,
fibrosis kistik
-faktor keluarga: missal riwayat hiperbilirubinemia pada
kehamilan sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik,
kesalahan metabolism saat lahir (galaktosemia), diskrasias
darah (sferositosis, defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase)
-faktor ibu seperti diabetes: mencerna obat-obatan
(sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin),
inkompatibilitas Rh/ABO, penyakit infeksi (rubella,
sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis)
-faktor penunjang intrapartum seperti persalinan praterm,
kelahiran dengan kstrasi vakum,induksi oksitosin, perlambatan
pengkleman tali pusat, dan trauma kelahiran
B. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1) Ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uterine
2) Termogulasi tidak efektif berhubungan dengan efek fototerapi
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan suhu lingkungan
yang ekstrem
4) Resiko cedera berhubungan dengan efek fototerapi
5) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan efek
fototerapi
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Robert, M., Kliegman, Ann, M., & Arvin. (2012). Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. EGC.
Dwienda, O., Maita, L., Maya, E., & Yulviana, R. (2014). Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan (1st ed.).
Deepublish.
Fida, & Maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. D-Medika.
Hasnidar, S., Putri, N. R., Tahir, A., Arum, D. N. S., Indryani, & Megasari, A. L.
(2021). Asuhan Kebidanan dan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yayasan kita
Menulis.