Anda di halaman 1dari 71

ASKEP

Bayi Resiko Tinggi


(BBLR dan Prematur)
BAYI RESIKO TINGGI
LAHIR SEBELUM MINGGU KE 37 ATAU
SESUDAH MINGGU KE 42
BBL < 2500 GR / > 4000 GR
BBL TIDAK SESUAI DENGAN USIA
KEHAMILAN
RIWAYAT PENYAKIT NEONATAL YANG
BERAT
LAHIR DENGAN KEADAN BURUKAPGAR
0–4
LAHIR DENGAN IBU INFEKSI,
KECANDUAN OBAT, TDK ADA PASANGAN
HIDUP, USIA >35
CONT…
PERSALINAN DENGAN TINDAKAN
ATAU PENYULIT
KETIDAKCOCOKAN GOLONGAN
DARAH
PREMATURITAS DAN BBLR
PREMATUR : LAHIR DENGAN USIA
KEHAMILAN < 37 MG
BBLR : BB </= 2500 GR
BBLSR : BB </= 1500 GR
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PREMATURITAS & BBLR
FAKTOR JANIN
FAKTOR PLACENTA
FAKTOR IBU
KARAKTERISTIK
PREMATUR
KARTILAGO TELINGA BELUM
BERKEMBANG
LANUGO >>
TELAPAK KAKI ( RATA ) DENGAN SEDIKIT
KERIPUT
GENETALIA : LABIA MAYORA BELUM
BERKEMBANG, SCROTUM RUGAE
MINIMAL, TESTIS PADA CANALIS
INGUINAL
PROBLEM PADA BBLR DAN
PREMATUR
RESPIRASI:
• SIST SYARAF BELUM SEMPURNA
• PENGATURAN NAFAS BELUM
SEMPURNA APNEU
• SURFACTAN <<
THERMOREGULASI :
• MUDAH HYPOTERMI
CONT..
JIKA STRESS KARENA DINGIN :
PENGGUNAAN 02 MENINGKAT METABOLIK
ANAEROB ASDOSIS METABOLIK
SEKRESI NOREPINEPRIN : VASOKONTRIKSI
PEMBULUH DARAH
SIST. KEKEBALAN BELUM BERKEMBANG
CAIRAN : KEBUTUHAN LEBIH BANYAK
NUTRISI : REFLEKS MENGHISAP, MENELAN
RENDAH REAKSI REFLUKS ISI LAMBUNG
KULIT : REAKSI GANGGUAN INTEGRITAS KULIT
PERBEDAAN PREMATUR
DAN BBLR BBLR :
PREMATUR :
SEDIKIT
LEMAK SUB CUTAN :
SEDIKIT
TENGKORAK : LUNAK, KERAS, TERBATAS
MUDAH GERAK
ABDOMEN ; CEKUNG/RATA
MEMBUNCIT
TALI PUSAT : TEBAL TIPIS, LEMBEK
DAN SEGAR
TANGISAN : LEMAH KUAT
KULIT : TIPIS, MERAH, TIPIS, KERING
TRANSPARAN
BERLIPAT, MUDAH
DIANGKAT
ASKEP
PENGKAJIAN :
BIODATA
RIWAYAT KEHAMILAN, INTRA DAN
POST NATAL
PEMERIKLSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
BBLR/PREMATUR
UKURAN PERTUMBUHAN PENAMPILAN
UMUM :
TUBUH KECIL
REFLEK LEMAH
TONUS JELEK
KEPALA : RAMBUT HALUS, FONTANEL
MULA- MULA KECIL MAKIN LAMA
MELEBIHI NORMAL
MUKA : EKSPRESI ORTU
MATA LEBIH BAYAK TERPEJAM
CONT…
TELINGA: TULANG RAWAN BELUM
TERBENTUK SEMPURNA
LEHER : TONUS LEHER REFLEK MENURUN
MULUT : REFLEK MENELAN, HISAP,
BATUK MENURUN
DADA : THORAKS KECIL, RETRAKSI
STERNAL +
ABDOMEN : PEMBULUH DARAH TAMPAK
CONT…
GENETALIA ;
• LAKI : TESTIS BELUM TURUN, RUGAE
MINIMAL
• WANITA : LABIA MINORA DAN KLITORIS
MENONJOL
KULIT : TIPIS, TRANSPARAN, BULU HALUS
BANYAK, LEMAK SUB KUTAN SEDIKIT
DIAGNOSA KEPERAWATAN
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF B/D IMATUR PUSAT
NAFAS, < ENERGI
THERMOREGULASI TIDAK EFEKTIF B/D IMATUR
PENGATUR SUHU
RESTI INFEKSI BD DEFISIENSI KEKEBALAN
NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN B/D <<
REFLEKS. HISAP, MENELAN
RESIKO KURANG CAIRAN B/D KARAKTERISTIK
BAYI PREMATUR
RESTI GANGGUAN INTEGRITAS KULIT B/D
IMATURITAS KULIT
GANGGUAN TUMBANG
GANGGUAN PROSES KELUARGA
TUJUAN
MEMPERTAHANKAN FUNGSI
PERNAFASAN
MENGHEMAT ENERGI
NUTRISI ADEQUAT
SUHU STABIL
INTEGRITAS KULIT TERJAGA
MENCEGAH INFEKSI
MEMENUHI KEBUTUHAN PSIKOLOGIS
PENDIDIKAN ORTU
INTERVENSI DAN
IMPLEMENTASI
DI RUANG BERSALIN :
SAAT KEPALA KELUAR, MULUT DAN
HIDUNG DIBERSIHKAN, SETELAH TALI
PUSAT DIPOTONG TEMPATKAN BAYI
PADA TEMPAT YANG HANGAT DAN
KERINGKAN TUBUH
BAYI ASFIKSIA RESUSITASI
MATA : TETES MATA
VITAMIN K 1MG, IM
INCUBATOR
MEMPERTAHANKAN
PERNAFASAN
ALAT ; SUCTION, RESUSITASI
POSISI ; KEPALA TIDAK LEBIH
RENDAH DARI BADAN
UBAH POSISI
PERHATIKAN PEMBERIAN 02 ½ - 1
L/MNT
CONT…
MENGHEMAT ENERGI
NUTRISI SEDIKIT TAPI SERING
NUTRISI
MAKANAN TERBAIK : ASI
BILA DENGAN MENETEI BAYI LELAH 
MINUM DENGAN SENDOK
NGT--- BILA REFLEK MENELAN/HISAP
TIDAK SEMPURNA ( BB < 1500)
PERHATIKAN ALIRAN NGT
MENCEGAH INFEKSI
CUCI TANGAN SEBELUM/SESUDAH
TINDAKAN
BERSIHKAN INCUBATOR
ORG SAKIT TIDAK BOLEH KONTAK
ISOLASI BILA INFEKSI
ANTIBIOTIK
MEMENUHI KEBUTUHAN
PSIKOLOGIS
SENTUHAN
IKUT SERTAKAN ORTU
PENKES ORTU
BAYI DAPAT DIPULANGKAN JIKA
SUHU BAIK, REFLEK MENELAN DAN
HISAP BAIK, ORTU MAMPU.
HIPERBILIRUBIN
ikterus
 Adalah perubahan warna kuning
pada kulit, membrane mukosa,
sclera dan organ lain yang
disebabkan oleh peningkatan kadar
bilirubin di dalam darah
Ikterus
Fisiologis
o Pada bayi cukup bulan dengan kadar
bilirubin meningkat pelan-pelan
 Mencapai puncak 6-8 mg/dl pada hari ke-3
s/d 4 ( ≥ pada hari ke-5)
 Peningkatan bilirubins/dl 12 mg/dl
 Bayi cukup bulan akumulasi bilirubin < 5
mg/dl/24 jam
 Nilai bilirubin indirek lebih tinggi daripada
bilirubin direk
 Muncul ikterik 24 jam setelah kelahiran dan
kurang dari 14 hari.
Ikterus patologis
 Sudah muncul < 24 jam pertama atau
masih muncul lebih dari 14 hari
 Peningkatan atau akumulasi bilirubin > 5
mg/dl/hari
 Bilirubin tota >17 mg/dl
 Ikterus menetap > 8 hari pada bayi cukup
bulan dan > 14 hari pada bayi kurang
bulan
 Nilai bilirubin direk lebih tinggi daripada
bilirubin indirek
Ikterus neonatorum
 Timbul ikterus sebelum umur 36 jam post natal
 Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau >
setiap 24 jam
 Konsentrasi bilirubin total >13 mg %
 Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas
darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis)
 Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi <
36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan
pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
Etiologi
1. Peningkatan produksi, akibat :
 Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidak sesuaian golongan darah
 Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
 Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis
 Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)
 Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan
3 (alfa), 20 (beta), diol (steroid)
 Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin
indirek meningkat misalnya pada BBLR
 Kelainan congenital
Etiologi
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas
pengangkutan misalnya hipoalbuminemia atau
karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
sulfadiazine.
3.Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat
langsung merusak sel hati dan darah merah seperti
infeksi, toksoplasmasiss, syphilis.
4.Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra
hepatic.
5.Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada
ileus obstruktif.
Patofisiologi
 Penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia
 Peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami
gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
 Gangguan pemecahan bilirubin plasma terutama pada bayi
hipoksia, asidosis.
Patofisiologi
 Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan
merusak jaringan tubuh.
 Toksisitas terutama akibat ↑ bilirubin indirek yang bersifat
sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
→Kernikterus.
 Kern ikterus akan timbul apabila kadar bilirubin indirek > 20
mg/dl
 Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak apabila
bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah,
hipoksia, dan hipolikemia
Kern Ikterus
 Suatu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek pada otak.
 Kern Ikterus ialah ensefalopati bilirubin
yang biasanya ditemukan pada neonatus
cukup bulan dengan ikterus berat
(bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai
penyakit hemolitik berat dan pada autopsy
ditemukan bercak bilirubin pada otak.
Tanda dan Gejala
1. Stadium I
Reflek moro jelek, hypotoni, letargi,
kejang,vomitus, hihgt pitch cry
2. Stadium II
Opistotonus, panas, mata cenderung deviasi
ke atas
3. Stadium III
Spastisitas ↓ pada ± 1 minggu
4. Stadium IV
Gejala sisa lanjut, spastisitas, atetosis,
paralisis bola mata ke atas
Tingkat ikterus ( kramer)
zone Perkiraan Kadar
bilirubun
Mg %
1 5.0
2 9.0
3 11,4
4 12,4
5 16,0
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan
bayi pada saat kelahiran
 Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk
menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk
pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan
 Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan
ikterus pada 24 jam pertama kelahiran
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan
pada bayi baru lahir dengan menggunakan
pencahayaan yang memadai.
 Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat
dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat
dengan penerangan yang kurang.
Pemeriksaan Klinis
Ikterus muncul pertama di daerah wajah,
menjalar ke arah kaudal tubuh, dan
ekstremitas.
Tekan kulit dengan ringan memakai jari
tangan untuk memastikan warna kulit dan
jaringan subkutan:
Hari 1, tekan pada ujung hidung atau dahi;
Hari 2, tekan pada lengan atau tungkai;
Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan
dan kaki.
Penilaian klinis untuk beratnya
ikterus
 Laju sefalokaudal
 Pemeriksaan secara visual mungkin
membuat kita kurang tepat memahami
situasi
Penatalaksanaan
Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan
khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat
untuk kembali jika ikterus berlangsung lebih dari 2
minggu.
Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk
menyusui secara dini dan ASI ekslusif lebih sering
minimal setiap 2 jam.
 Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat
menimbulkan ensefalopati biliaris.
 Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI melalui
pipa nasogastrik atau dengan gelas dan sendok
 Setiap Ikterus yang timbul dalam 24 jam pasca
kelahiran adalah patologis dan membutuhkan
pemeriksaan laboratorium lanjut; minimal kadar
bilirubin serum total, pemeriksaan kearah adanya
penyakit hemolisis oleh karena itu selanjutnya harus
dirujuk
 Pada bayi dengan Ikterus kremer III atau lebih perlu
dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap setelah keadan
bayi stabil
Penatalaksanaan
 Fototherapi profilaksis
Indikasi :
• BB < 1500 gr, yang cenderung berlanjut
pada bil.patologis
• Bayi prematur dengan memar yang hebat
• Bayi dengan proses hemolisis sementara
menunggu tranfusi ganti
lanjutan
 Foto therapi,
indikasi :
• BB < 1000 gr foto therapi dimulai dlm
umur 24 jam
• BB 1000-1500 gr apabila bil.total 7-9
gr/dl
• BB 1500-2000 gr, apabila bil.tot 10-12
gr/dl
• BB > 2500 gr dan bayi dalam keadaan
sakit bil.total 12 – 15 gr/dl
Foto therapi pada bayi aterm &sehat
 Indikasi
Umur ( jam ) Dipertimbangkan FT Foto therapi TG jika FT gagal
≤ 24 jam - - -
25 – 48 jam Bil. Tot ≥ 12 bil. Tot ≥ 15 Bil Tot ≥ 20
49 – 72 jam Bil. Tot ≥ 15 bil. Tot ≥ 18 Bil Tot ≥ 25
> 72 jam Bil. Tot ≥ 17 bil. Tot ≥ 20 Bil Tot ≥ 25
Penatalaksanaan
Kriteria alat foto terapi
1. Menggunakan panjang gelombang 425 –
475 nm
2. Cahaya diberikan pada jarak 35 – 50 cm
di atas bayi
3. Jumlah bola lampu yang digunakan
berkisar antara 6-8 buah
Prosedur pemberian fototerapi
Persiapan Unit
1. Hangatkan ruangan sehingga suhu dibawah
lampu 280 c – 300c
2. Pastikan semua lampu menyala
3. Ganti lampu yang sudah rusak
4. Catat tgl penggantian tabung dan lama
penggunaan lampu
5. Ganti lampu setelah 2000 jam atau setelah 3
bulan
Prosedur pemberian fototerapi
1. Tutupi mata bayi dgn penutup
2. Tempatkan bayi di bawah sinar lampu dalam
keadaan telanjang kecuali daerah genitalia
3. Balikkan bayi setiap 3 jam
4. Motivasi ibu utk menyusui
5. Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi
sinar dan buka tutup mata
6. Tingkatkan kebutuhan cairan 10%
7. Monitor BAB, BAK
8. Monitoring suhu tiap 3 jam
9. Monitoring sianosis pd bayi yg mendapat th/
oksigen
Prosedur pemberian fototerapi
10. Ukur kadar bilirubin tiap 24 jam kec. Kasus khusus
11. Hentikan terapi sinar bila kadar serum < 10 utk bayi
dgn BB normal
12. Setelah terapi sinar dihentikan :observasi bayi dlm
24 jam dan ulang pemeriksaan bilirubin
13. Bila kadar bilirubun naik setelah 24 jam maka
berikan kembali terapi sinar
14. Bila terapi sdh tdk diperlukan dan bayi sdh mau
minum pulangkan
15. Berikan edukasi kepada orang tua
Kapan fototerapi harus dihentikan?
Bergantung kepada:
 usia bayi dan JIKA Bil Total < 10 mg%
 Penyebab hiperbilirubinemia
 Jika fototerapi tidak berhasil menurunkan
kadar bil < 10 mg%
 TRANSFUSI TUKAR
Tranfusi ganti (exchange
tranfusi )
 Indikasi
• Bayi dengan hemolitik
 Rhesus tidak sesuai
o FT secepat mungkin
o Tranfusi ganti bila Bil.tot mencapai 20 mg/dl
• ABO inkompatibilitas
 FT jika dalam :
o 12 jam Bil.tot. 10 mg/dl
o 18 jam Bil.tot. 12 mg/dl
o 24 jam bil tot. 15 mg/dl
 TG bila bil.tot. 20 mg/dl
Transfusi Tukar
Volume Ganda
Transfusi Tukar
2 X 85 mL/ kg
Partially packed
Red Blood Cells Produk sisa
Transfusi Tukar - Komplikasi
 Gagal jantung
 Hipoglikemia metabolik, hiperkalemia,
hipokalsemia, toksisitas sitrat
 Emboli udara
 Trombositopenia
 Sepsis bakteri
 Penyakit virus yang ditularkan melalui transfusi
 Enterokolitis nekrotikans
 Trombosis vena portal
Angka kematian/gejala sisa menetap 1-12%
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
 Riwayat penyakit sama pada anak sebelumnya
 Riwayat mengkonsumsi obat-obat atau jamu tertentu
baik dari dokter maupun yang di beli sendiri
 Riwayat kontak denagn penderita sakit kuning
 Riwayat operasi empedu
 Riwayat mendapatkan suntikan atau transfusi darah.
 Riwayat gangguan hemolissi darah (ketidaksesuaian
golongan Rh atau darah ABO), polisitemia, infeksi,
hematoma, gangguan metabolisme hepar.
 Ibu dengan DM
lanjutan
2. Pemeriksaan Fisik
 Derajat ikterus
 Tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema palmaris, jari
tubuh (clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan termasuk
pemeriksaan organ hati
 Pembesaran limpa (splenomegali)
 Pelebaran kandung empedu dan masa abdominal
 kulit berwarna merah tua
 Urine pekat warna the
 Letargi
 Hipotonus
 Reflek menghisap kurang/lemah
 Peka rangsang
 Tremor
 Kejang
 Tangisan melengking.
lanjutan
3. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial antara lain dampak sakit
pada anak hubungan dengan orang tua, apakah
orang tua merasa bersalah, merasa bonding,
perpisahan dengan anak.
4. Laboratorium
 pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya
Rh darah ibu dan janin berlainan
 kadar bilirubin bayi aterm lebih dari 12,5 mg/dl,
premature lebih dari 15 mg/dl
 Lakukan tes Comb.
Diagnosa keperawatan
1. Kurangnya volume cairan berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake cairan,
fototerapi
 Tujuan: Intake Cairan adekuat.
 Intervensi:
a. Berikan cairan sesuai kebutuhan
b. Pantau turgor kulit
c. Pantau intake out put
d. Hitung kebutuhan cairan ditambah
dengan 10 % karena pemakaian
fototherapi
lanjutan
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan hiperbilirubinemia .
 Tujuan: Keutuhan kulit bayi bisa dipertahankan
 Intervensi:
a. Kaji warna kulit tiap 8 jam
b. Pantau bilirubin total,direk dan indirek
c. Rubah posisi setiap 2 jam
d. Masase daerah yang menonjol
e. Jaga kebersihan kulit dan kelembabannya
lanjutan
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan parenting
berhubungan dengan pemisahan
 Tujuan:
a. Orang tua dan bayi menunjukkan tingkah laku
“Attachment”
b. Orang tua dapatmengekspresikan ketidak meng
ertian proses bonding
 Intervensi:
a. Bawa bayi ke ibu untuk disusui
b. Buka tutup mata saat disusui untuk stimulasi
sociadengan ibu
c. Anjurkan orang tua untuk mengajak bicara anak
nya
d. Libatkan orang tua dalam perawatan bila
memungkinkan
e. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko tinggi trauma berhu
bungan dengan efek fototerapi.
 Tujuan: Neonatus akan berkembang tanpa disertai
tanda-tanda gangguan akibat fototerapi.
 Intervensi:
a. Tempatkan neonatus pada jaraj 35-50 cm dari sumber
cahaya
b. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali
mata dan daerah genital serta bokong ditutup
dengan kain yang dapat memantulkan cahaya
c. Usahakan agar penutup mata tidak menutupi hidung
dan bibir
e. Buka penutup mata untuk mengkaji adanya
konjungtivitis tiap 8 jam
f. Buka tutup mata setiap akan disusukan
g. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan
perawatan
lanjutan
5. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan meningkat
berhubungan dengan terapi yang diberikan pada
bayi
 Tujuan: Orang tua mengerti tentang perawatan,
dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk
menyampaikan pada tim kesehatan.
 Intervensi:
a. Kaji pengetahuan keluarga klien
b. Beri pendidikan kesehatan penyebab dari
kuning,proses terapi dan perawatannya.
c. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan bayi di rumah
6. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan transfusi tukar.
 Tujuan: Transfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
 Intervensi:
a. Catat kondisi umbilical jika vena umbilical yang
digunakan
b. Basahi umbilical dengan NaCl selama 30 menit
sebelum melakukan tindakan
c. Neonatus puasa 4 jam sebelum tindakan
d. Pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu
dan Rh serta darah yang akan ditransfusikan
adalah darah segar
e. Pantau tanda-tanda vital, selama dan sesudah
transfusi
f. Siapkan suction bila diperlukan
g. Amati adanya gangguan cairan elektrolit; apnoe,
bradikardi, kejang; monitor pemeriksaan laboratorium
sesuai program
evaluasi
• Tidak terjadi kern ikterus pada neonatus
• Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil
dalam batas normal
• Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi
terpelihara
• Integritas kulit baik/utuh
• Bayi menunjukkan partisipasi terhadap
rangsangan visual
• Terjalin interaksi bayi dan orang tua.
TERIMA KASIH
ASKEP IRDS
WURI UTAMI
IDOPATIC RESPIRATORY
DISTRESS SINDROM
• Disfungsi Respirasi Pada Neonatal Yang
Dihubungkan Dengan Maturasi Paru Yang
Lambat Berkembang
• Istilah Lain : IRDS/HMD
• Terjadi Pada Bayi Premature
(< 32 Minggu)
• Defisiensi Surfactan
MANIFESTASI KLINIS
• Rr > 60x/menit
• Retraksi dada
• Dalam beberapa jam  memburuk, rr >60x –
120 x,
• Cuping hidung +
• Suara paru : rales
• Setelah 12 – 24 jam membaik/memburuk
apneu
• Jika dalam waktu 96 jam mampu bertahan
membaik
MANAJEMEN IRDS
• Penyuntikan kortikosteroid pada ibu
sebelum 24 jam persalinan premature
• Mempertahankan suhu
• Cegah hypotensi dan hypovolemic
• Artificial surfactant, saat lahir atau 16 – 24
jam setelah lahir
ASKEP
Pengkajian
• Riwayat persalinan
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Ketidakefektifan pola nafas b/d imatur
paru
• Gg pertukaran gas b/d pengendapan
membran hialin
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang b/d
reflek menghisap lemah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Resiko kekurangan cairan b/d kehilangan
cairan sensible
• Resiko gangguan termoregulasi b/d blm
terbentuknya lapisan lemak pada kulit
• Ansietas (orang tua) b/d kurang
pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai