Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERWATAN P TERHADAP AN.

J DENGAN
PENYAKIT RESPIRATORY DISTRESS OF NEWBORN (RDN)

Bau Santi Nur, S.Kep


70900121027

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XX


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
BAB 1
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Respiratory Distress of Newborn (RDN) atau gangguan pernafasan
pada bayi baru lahir adalah salah satu gangguan yang paling umum
ditemui dalam 48-72 jam pertama kehidupan (Brahmaiah & Reddy,
2017). RDN merupaka sekumpulan gejala gangguan nafas pada bayi
baru lahir dengan tandatanda takipnea (>60x/menit), grunting, retraksi
dada, nafas cuping hidung, dan sianosis yang biasanya disebabkan oleh
ketidakmaturan dari sel tipe II untuk menghasilkan surfaktan yang
memadai.
Gagal nafas pada bayi (respiratory distress newborn, RDN) adalah
istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus.
Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru. (Marmi & Rahardjo,2012)
B. Etiologi
Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari
faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.Faktor ibu
meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah,
maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran
gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan
lain-lain. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan
plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada
tempatnya.
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir,gemeli, prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-
lain. Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan
dan lain-lain.
C. Klasifikasi
Down score dapat digunakan untuk mendiagnosis cepat dari gawat
nafas yang dialami oleh bayi baru lahir dalam menilai tingkat
keparahannya. Down score dapat dijadikan sebagai pengakajian klinis
awal dalam memantau derajat gawat nafas pada bayi RDN tanpa
melalui uji yang kompleks di unit perawatan (Buch, Makwana, &
hudasama, 2013). Berikut ini adalah penilaian evaluasi gawat nafas
menurut skor Down jika skor < 4 maka dikatakan gawat napas ringan,
skor 4-7 gawat napas sedang, > 7 gawat napas berat.
D. Patofisiologi
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan
pernafasan yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi
bayi berupa kerusakan otak atau bahkan kematian. Akibat dari
gangguan pada sistem pernafasan adalah terjadinya kekurangan
oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi akan beradaptasi terhadap
kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob.
Apabila keadaan hipoksia semakin berat dan lama,metabolisme
anaerob akan menghasilkan asam laktat.Dengan memburukya keadaan
asidosis dan penurunan aliran darah keotak maka akan terjadi
kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia. Pada
stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti stadium apneu primer. Pada
keadaan ini bayi tampak sianosis,tetapi sirkulasi darah relative masih
baik. Curah jantung yang meningkat dan adanya vasokontriksi perifer
ringan menimbulkan peninggkatan tekanan darah dan reflek bradikardi
ringan. Depresi pernafasan pada saat ini dapat diatasi dengaan
meningkatkan implus aferen seperti perangsangan pada kulit.Apneu
normal berlangsung sekitar 1-2 menit.Apnea primer dapat memanjang
dan diikuti dengan memburuknya sistem sirkulasi. Hipoksia
miokardium dan asidosis akan memperberat bradikardi,vasokontraksi
dan hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi sampai 5menit dan kemudian
terjadi apneu sekunder. Selama apneu sekunder denyut
jantung,tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah terus menurun.
Bayi tidakbereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadikecuali pernafasan
buatan dan pemberian oksigen segera dimulai (Marmi & Rahardjo,
2012).
E. Manifestasi Klinik
1. Takipnea (>60x/menit)
2. Pernapasan dangkal
3. Mendengkur
4. Sianosis
5. Pucat
6. Kelelahan
7. Apnea dan pernapasan tidak teratur
8. Penurunan suhu tubuh
9. Retraksi suprasternal dan substernal
10. Pernapasan cuping hidung ( Surasmi, dkk 2013)
F. Komplikasi
Menurut Cecily & Sowden (2014), Komplikasi RDN yaitu:
1. Ketidakseimbangan asam basa
2. Kebocoran udara (Pneumothoraks, pneumomediastinum,
pneumoperikardium, pneumoperitonium, emfisema subkutan,
emfisema interstisial pulmonal)
3. Perdarahan pulmonal
4. Penyakit paru kronis pada bayi 5%-10%
5. Apnea
6. Hipotensi sistemik
7. Anemia
8. Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial)
9. Perubahan perkembangan bayi
10. perilaku orangtua
G. Pencegahan
1. Mendapatkan perawatan prenatal yang baik untuk, mulai sedini
mungkin dalam kehamilan
2. Makan-makanan yang sehat dan konsumsi suplemen tambahan
seperti vitamin dan tablet penambah besi.
3. Hindari rokok,alkohol, narkoba
4. Minum obat sesuai dengan yang telah diresepkan oleh dokter
5. Diberikan steroid 24 jam sebelum kelahiran untuk pematangan
paru
6. Saat kehamilan hindari konsmsi jamu yang di jual bebas atau yang
tanpa resep dokter
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Menurut Cecily & Sowden (2013) penatalaksanaan medis pada
bayi RDN yaitu:
a. Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
1) Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
2) Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul
nasal untuk mencegah kehilangan volume selama ekspirasi
3) Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
4) Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan

b. Pertahankan kestabilan suhu


c. Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
d. Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
e. Lakukankan transfusi darah seperlunya
f. Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
g. Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO ₂ dan
pengambilan sampel darah
h. Berikan obat yang diperlukan
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Surasmi (2013) penatalaksanan keperawatan
terhadap RDN meliputi tindakan pendukung yang sama dalam
pengobatan pada bayi prematur dengan tujuan mengoreksi
ketidakseimbangan. Pemberian minum per oral tidak
diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat
menyebabkan aspirasi. Pemberian minum dapat diberikan melalui
perenteral.
I. Pemeriksaan penunjang
1. Kajian foto thoraks
a. Pola retikulogranular difus bersama udara yang saling tumpang
tindih.
b. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi
paru
c. emungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena
(bayi dari ibu diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif)
d. Bayangan timus yang besar
e. Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan
penyakit berat jika muncuk pada beberapa jam pertama
3. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau
metabolik
a. Hitung darah lengkap
b. Elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
c. Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk
menentukan maturitas paru
d. Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia
4. Path way
Terjadi pada bayi
RDN cukup bulan :
sindrom aspirasi
mekonium asidosis

Produksi Lapisan lemak belum terbentuk pada kulit


surfaktan

Kurangnyacadangan
Alveolus kolaps Pembentuka glikogen dan lemak
n membran
hialin
Ventilasi berkurang Hipoksia
Metabolisme anaerob

Cedera paru Mengendap


Peningkatan usaha napas di alveoli Bayi kehilangan panas
tubuh/tidak dapat
Edema meningkatkan suhu
Takipnea tubuh
Gangguan
pertukaran Gas
Peningkatan
Pola napas tidak efektif produksi sekret Hipotermia

Cadangan makanan
Bersihan jalan napas tidak efektif dan protein berkurng

Pembentukan
antibiotik terhambat

Risiko infeksi
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien.
Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesa,
observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
dilaboratorium. (Surasmi dkk,2013).
Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah
1. Kaji riwayat kehamilan sekarang (apakah selama hamil ibu
menderita hipotensi atau perdarahan )
2. Kaji riwayat neonatus (lahir afiksia akibat hipoksia akut,
terpajan pada keadaan hipotermia)
3. Kaji riwayat keluarga (koping keluarga positif
4. Kaji nilai apgar rendah (bila rendah di lakukkan tindakan
resustasi pada bayi).
5. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDN.
Seperti: takipnea (>60x/menit), pernapasan mendengkur,
retraksi dinding dada, pernapasan cuping hidung, pucat,
sianosis, apnea.
B. Diagnosis
Diagnosis keperawatan yang sering muncul berdasarkan SDKI adalah:
1. Gangguan pertukaran gas
a. Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea PCO2 meningkat/menurun
PO2 menurun
Takikardia
pH arteri meningkat/menurun
Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Pusing Sianosis
Penglihatan kabur Diaforesis
Gelisah
Napas cuping hidung
Pola napas abnormal (cepat/lambat,
regular/iregular, dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan)
Kesadaran menurun

c. Faktor yang Berhubungan


1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membran alveolus-kapiler
2. Pola nafas tidak efektif
a. Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi adekuat
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea Penggunaan otot bantu pernapasan
Fase ekspirasi memanjang
Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea,
hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Ortopnea Pernapasan pursed-lip
Pernapasan cuping hidung
Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
Ventilasi semenit menurun
Kapasitas vital menurun
Tekanan ekspirasi menurun
Tekanan inspirasi menurun
Ekskursi dada berubah

c. Faktor yang Berhubungan


1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [EEG]
positif, cedera kepala ganguan kejang)
7) Imaturitas neurologis
3. Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap
paten. 
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
tidak tersedia Batuk tidak efektif
Tidak mampu batuk
Sputum berlebih
Mengi, wheezing dan/atau ronkhi
kering
Mekonium di jalan nafas (pada
neonatus)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Dispnea Gelisah
Sulit bicara Sianosis
Ortopnea Bunyi napas menurun
Frekuensi napas berubah
Pola napas berubah

c. Faktor yang Berhubungan


Fisiologis:
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan napas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
4. Risiko infeksi
a. Definisi : beresiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogonik
b. Faktor Risiko :
1) Penyakit kronis
2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme pathogen
5) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh
c. Kondisi klinis terkait :
1) Tindakan invasif
2) Kondisi penggunaan steroid
3) Kanker
4) Gagal ginjal
5. Hipotermia
a. Definisi: suhu tubuh dibawah rentang normal
tubuh
b. Batasan karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
tidak tersedia Kulit teraba dingin, menggigil, suhu
tubuh dibawah nilai norml
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
tidak tersedia Dasar kuku sianotik
Konsumsi oksigen meningkat
Ventilasi menurun
Takikardia

C. Intervensi dan Rasional


Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses
keperawatan. intervensi disusun berdasarkan SIKI
1. Diagnosis 1 : Gangguan Pertukaran Gas
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam, diharapkan Pertukaran gas meningkat dengan
b. Kriteria Hasil:
1) Dispnea menurun
2) Bunyi napas tambahan menurun
3) Takikardia menurun
4) PCO2 membaik
5) PO2 membaik
6) PH arteri membaik
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Terapi Oksigen
Observasi Untuk melihat ada tidaknya aliran
Monitor kecepatan aliran oksigen oksigen yang masuk
Monitor posisi alat terapi oksigen Untuk mengetahui apakah alat yang
digunakan pasien sudah tepat
Monitor aliran oksigen secara Memaksimalkan kebutuhan oksigen
periodic dan pastikan fraksi yang yang dibutuhkan pasien
diberikan cukup
Monitor kemampuan melepaskan Melihat kemandirian pasien dalam
oksigen saat makan pemasangan oksigen
Monitor tanda-tanda hipoventilasi Untuk mengetahui terjadinya
gangguan hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi Untuk mengetahui kelainan toksikasi
oksigen dan atelectasis oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat Untuk mengetahui tingkat kecemasan
terapi oksigen saat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa hidung Untuk mengetahui adanya kelainan
akibat pemasangan oksigen akibat pemasangan oksigen
Teraupetik
Bersihkan sekret pada mulut, hidung Mencegah obstruksi respirasi
dan trachea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas Pasien dapat bernapas dengan mudah
Berikan oksigen tambahan, jika perlu Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara Untuk memudahkan menggunakan
menggunakan oksigen di rumah oksigen perawatan di rumah
Kolaborasi Untuk menentukan berapa dosis
Kolaborasi penentuan dosis oksigen oksigen yang diberikan
Kolaborasi penggunaan oksigen saat Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
aktivitas dan/atau tidur pasien

2. Diagnosis 2 : Pola Napas Tidak Efektif


a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam, diharapkan Pola napas membaik dengan
b. Kriteria Hasil:
1) Dispnea menurun
2) Penggunaan otot bantu napas menurun
3) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
4) Frekuensi napas membaik
5) Kedalaman napas membaik
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Jalan Napas Penurunan bunyi napas dapat
Observasi menunjukkan atelectasis, ronkhi
Monitor pola napas (frekuensi, mengi menunjukkan akumulasi secret,
kedalaman, usaha napas) ketidakmampuan membersihkan
jalan napas menimbulkan penggunaan
otot bantu dan peningkatan kerja napas
Monitor bunyi napas tambahan Mengetahui ada tidaknya suara napas
(mis. Gurgling, mengi, ronkhi tambahan yang menghalangi jalan
kering) napas
Monitor sputum (jumlah, warna, Untuk mengetahui seberapa parah
aroma) kondisi pasien
Teraupetik
Pertahankan kepatenan jalan napas Untuk mempertahankan dan
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw- memelihara kepatenan jalan napas
thrust jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler Untuk memudahkan pasien dalam
bernapas
Berikan minum hangat Untuk mengencerkan secret dan
memudahkan dalam bernapas
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Membantu membersihkan dan
mengelurkan sekret serta melonggarkan
jalan napas
Lakukan penghisapan lendir kurang Mengurangi sesak, melonggarkan jalan
dari 15 detik napas dan mengencerkan sekret
Lakukan hiperoksigenasi sebelum Menghindari hipoksemi akibat suction
penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat Membebaskan sumbatan dari benda
dengan forsepMcGill padat
Berikan oksigen, jika perlu Untuk mencegah kegagalan napas
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 Untuk mengganti cairan tubuh
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif Batuk efektif dapat mengelurakan
dahak
Kolaborasi Pemberian obat bronkodilator untuk
Kolaborasi pemberian melebarkan jalan napas, ekspektoran
bronkodilator, ekspektoran, obat untuk merangsang pengeluaran
mukolitik, jika perlu sputum, mukolitik membuat hancur
formasi sputum atau tidak lagi bersifat
kental

3. Diagnosis 3 : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam, diharapkan Bersihan jalan napas meningkat dengan
b. Kriteria Hasil:
1) Batuk efektif meningkat
2) Sputum berlebih menurun
3) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering menurun
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Pemantauan Respirasi Penurunan bunyi napas dapat
Observasi menunjukkan atelectasis, ronkhi mengi
Monitor frekuensi, irama, menunjukkan akumulasi secret,
kedalaman, dan upaya nafas ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan napas menimbulkan penggunaan otot
bantu pernapasan dan peningkatan kerja
napas
Monitor pola nafas (seperti Untuk mengetahui perkembangan status
bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kesehatan pasien
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif Batuk efektif dapat mengeluarkan dahak
(bila ada)
Monitor adanya produksi sputum Untuk memastikan adanya sputum di
saluran napas dan mengetahui seberapa
parah kondisi pasien
Monitor adanya sumbatan jalan Mengetahui adanya suara napas tambahan
nafas dan keefektifan jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Mengetahui kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi nafas Mengetahui adanya suara napas tambahan
Monitor saturasi oksigen Mengetahui adanya perubahan nilai SpO2
Monitor nilai AGD Untuk mengukur jumlah oksigen dan
karbondioksida dalam darah dan
menentukan tingkat keasaman atau pH
darah
Monitor hasil X-ray toraks Mengetahui keadaan paru pasien
Teraupetik
Atur interval pemantauan respirasi Mengetahui keadaaan napas pasien apakah
sesuai kondisi pasien teratur atau tidak
Dokumentasi hasil pemantauan Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan
Edukasi Memberikan pemahaman mengenai
Jelaskan tujuan dan prosedur manfaat tindakan yang dilakukan
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, Untuk menginformasikan hasil tindakan
jika perlu yang telah dilakukan

4. Diagnosis 4 : Risiko infeksi


a. Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama …
X24 jam maka, tingkat infeksi menurun.
b. Dengan kriteria hasil nyeri menurun, dan bengkak
menurun, kemerahan menurun
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Pencegahan infeksi
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi Agar mengetahui tanda dan gejala infeksi
local dan sistemik
Teraupetik Untuk menghindari penyebaran virus
Batasi jumlah pengunjung

Cuci tangan sebelum dan sesudah Untuk menghindari transimisi virus


kontak dengan pasien dan akibat kontak lngsung
lingkungan pasien
Edukasi Untuk menjelaskan bagimana tanda dan
Jelaskan tanda dan gejala infeksi gejala dari infeksi

Ajarkan cara mencuci tangan dengan Cara mencuci tangan yang baik dan benar
benar Untuk mengedukasi pasien bagaimana
Kolaborasi Untuk mencegah masuknya virus di
dalam tubuh
Kolaborasi pemberian imunisasi

5. Diagnosis 5: Hipotermia
a. Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama …
X24 jam maka, termoregulasi membaik.
b. Dengan kriteria hasil suhu tubuh membaik, pucat menurun,
menggigil menurun
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen hipotermia
Observasi Untuk mengetahui penyebab hipotermia
Identifikasi penyebab hipotermia
Monitor suhu tubuh Untuk mengetahui suhu tubuh klien
Monitor tanda dan gejala Untuk mengetahui tanda dan gejala
hipotermia hipotermia
Teraupetik
Sediakan lingkungan yang hangat untuk memberi kehangatan pada pasien
Ganti pakaian dan atau linen yang Untuk membantu memberikan
basah kehangatan
Lakukan penghangatan pasif dan Untuk membantu memberikan
aktif kehangatan serta mengembalikan suhu
tubuh kearah normal
Edukasi Untuk memberikan rasa nyaman pada
Anjurkan makan/minum hangat klien

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implemetasi keperawatan
adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria
hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
E. Evalauasi
Menurut Surasmi (2013) Evaluasi adalah tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Mengakhiri rencana tindakan (klien telah mencapai
tujuan yg ditetapkan).
BAB III
KAJIAN INTEGRASI KEILMUAN

Al-Qur’an memiliki beragam mukjizat dan merupakan obat penenang bagi orang-
orang yang mengalami rasa sakit/nyeri, cemas dan gelisah. Keagungan Al-Qur’an
terdapat dalam QS. Al-Isra’ ayat 82 :
‫َو نُنَ ِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ َأ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َّو َرحْ َمةُ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو الَ يَ ِز ْي ُد الظَّالِ ِم ْينَ اِالَّ خَ َسار ا‬
Terjemahnya : “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.

Tafsir QS. Al-Isra ayat 82 : Para Ulama memiliki beberapa pendapat mengenai
ayat tersebut, pendapat pertama mengartika bahwa obat yang dimaksud dalam
ayat tersebut adalah obat untuk penyakit hati.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba


Medika Medical Record Rumah Sakit Muhammadiyah. 2014.
Nughoro. 2014. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika
Wilkinsom dkk. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawata. Jakarta : EGC
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha
Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai