Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

Respiratory Distress Syndrome (RDS)


DI RUANG PERINATALOGI
RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG

PERIODE TANGGAL 29 – DESEMBER 2020

Oleh :

NAMA : Wahida Humtaza Anggraini


NIM : 182303101032

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA


TANGGAL 29, DESEMBER 2020

PEMBIMBING KLINIK MAHASISWA

Wahida Humtaza Anggraini


NIM. 182303101032
NIP.

PEMBIMBING AKADEMI

NIP.

KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Respiratory distress syndrome (RDS) atau hyaline membran disease (HMD) merupakan
suatu gangguan respiratori yang disebabkan oleh defisiensi surfaktan, sehingga alveoli berada
pada keadaan kolaps (Suminto, 2017).

B. Etiologi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2010), etiologi RDS adalah:
1) Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan eveoli terbuka
2) Alvioli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya
berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
3) Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
proteinacceous filtrat serum (saringan serum protein), difargosit oleh
makrofag.
4) Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram
5) Adanya kelainan didalam dan diluar paru. Kelainan dalam paru yang
menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit
membran hialin (PMH)
6) Bayi prematur atau kurang bulan. Diakibatkan oleh kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
semakin muda usia kehamilan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi
RDS (Wahyuni & Asthiningsih, 2020).

C. Patofisiologi dan Pathway


Menurut Siti N.J, (2017) Patofisiologi RDS yaitu:
1) Pada bayi dengan syndrome gangguan nafas dimana adanya ketidakmampuan paru
untuk mengembang dan alveoli terbuka.
2) Syndrome gangguan nafas pada bayi yang belum imatur menyebabkan gagal
pernafasan karena immaturnya dinding dada dan paru-paru.
3) Pada bayi dengan syndrome gangguan nafas disebabkan oleh menurunnya jumlah
surfaktan dengan demikian menimbulkan ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi.
Terjadi perubahan tekanan intra-ekstra thoracic dan menurunnya pertukaran darah.
4) Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24 jam – 48 jam, sel yang rusak akan
diganti kemudian akan terjadi perkembangan sel kapiler baru pada alveoli
(Wahyuni & Asthiningsih, 2020).

Pathway

Inade kuat Surfaktan Bayi lahir prematur

Lapisa lemak belum terbentuk pada kulit


Alveolus kolaps
Ventilasi berkurang

Hipoksia
Pening katan usaha nafas
Resiko ketidakefektifan
Refleks hisap menurun takipnea termoregulasi:
Cedera Paru
Pembentukan membran hialin hipotermia

Penguapan
Ketidakefe peningkata edema Mengendap di alveoli
ktifan pola n
nafas
Intake tidak adekuat

Gangguan
pertukaran gas
Resiko
Kekurangan
volume cairan
Kekurangan
nutrisi

D. Manifestasi Klinis
Menurut JNPK-KR (2008), presentasi klinis RDS adalah :
1) Biasa ditemui pada saat lahir tetapi mungkin muncul pada waktu hingga 12
jam setelah kelahiran
2) Ditemui dengan gawat pernapasan yang semakin parah
3) Peningkatan upaya pernapasan dan frekuensi napas
4) Sianosis pada udara kamar yang terus bertahan atau melaju selama 48 jam
pertama kehidupan
5) Peningkatan takipnea (> 60 per menit)
6) Merintih pada saat ekspirasi dan retraksi dinding dada
7) Pemeriksaan laboratorium
8) Gas darah mengungkap adanya hipoksia, hiperkapnia dan asidosis\Gambaran
darah lengkap menyisihkan kemungkinan infeksi
9) Kadar glukosa darah biasanya rendah
10) Rontgen mengungkap kepadatan retikulogranular bilateral (penampilan seperti
serpihan kaca) dan paru opak (udara-bronkogram) (Wahyuni & Asthiningsih,
2020)

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut buku ajar Neonatologi 2014 dalam menegakkan diagnosa dari RDS diperlukan
beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu :
1) Pemeriksaan Analisa Gas darah , dilakukan untuk menentukan adanya gagal nafas
akut yang ditandai dengan PaCO2>50 mmHg,Pa O2 <60 mmHg atau saturasi
oksigen aterial < 90%.
2) Pemeriksaan elektrolit, kenaikan kadar serum bikarbonat mungkin karena
kompensasi metabolik untuk hiperkapnea kronik.
3) Pemeriksaan jumlah sel darah polisetemia mungkin karena hipoksemia kronis.
4) Pemeriksaan radiologi atau pencitraan, pemeriksaan radiologi pasien bayi dengan
RDS menunjukan gambaran retikulo glanular yang difus bilateral atau gambaran
bronkhogram udara ,dan paru tidak berkembang (Palupi Setyo H & Kaba, 2016)

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum menurut Sudarti dan Endang Khoirunisa,(2010)
1) Pasang jalur intravena,sesuai kondisi bayi
2) Pantau selalu tanda vital
3) Jaga kepatenan jalan nafas
4) Berikan Oksigen (2-3 liter/ menit dengan kateter nasal)
5) Jika bayi mengalami apnue
6) Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan.
7) Lakukan penilaian lanjut
8) Segera periksa kadar gula darah.
9) Pemberian nutrisi yang adekuat
10) Penatalaksanaan gangguan nafas sesuai dengan kondisi dari bayi, untuk gangguan
nafas berat hal yang harus dilakukan :
- Berikan Oksigen dengan kecepatan aliran sedang(antara rendah dan tinggi)
- Tangani sebagai kemungkinan besar sepsis
- Bila bayi menunjukan tanda pemburukan atau terhadap sianosis sentral, beri
oksigen konsentrasi tinggi 100% ,bila perlu menggunakan ventilator.
- Lakukan pemasangan Pipa lambung
- Pada bayi kurang bulan (usia gestasi < 33 minggu), pemberian inflasi yang
kontinu diikuti penggunaan Nasal Countinous Positive Airway Pressure
(NCPAP) sejak dikamar bersalin dibandingkan pemberian tekanan positif
dengan balon mengembang sendiri, menurunkan kejadian intubasi,
penggunaan ventilasi mekanis dalam 72 jam (Palupi Setyo H & Kaba, 2016).

G. Komplikasi
a. Komplikasi jangka pendek, yaitu :
- Ruptur alveoli
- Timbul infeksi
- Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikuler
- PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan
b. Komplikasi jangka Panjang
- Bronchopulmonary Dsyplasia (BPD)
- Retinopathy prematur

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Respiratory distress syndrome (RDS)

A. Pengkajian
a. Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi
b. Riwayat kesehatan :
Keluahan utama, terutama sistem pernafasan : cyanosis, grunting , RR, cuping hidung
c. Riwayat kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses persalinan
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign
2) Pemeriksaan persistem : terutama pada sistem yang terlibat langsung
a) Sistem pernafasan : kesulitan dalam respirasi normal. Refraksi strenum
dan interkosta, nafas cuping hidung, cyanosis pada udara kamar,
grunting, respirasi cepat atau lambat
b) Sistem kardiovaskulaer: takikardia, nadi lemah/cepat, akral
dingin/hangat, cyanosis perifer
c) Sistem gastrointestinal: muntah, kembung, peristaltik
menurun/meningkat
d) Sistem perkemihan : keluaran urine, warna
e)
B. Prioritas Masalah Keperawatan (Sesuai dengan Pathway)
1. Resiko ketidakefektifan termoregulasi: hipotermia
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Resiko kekurangan volume cairan
5. Kekurangan nutrisi

C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan termoregulasi: hipotermia berhubungan dengan berada di
lingkungan yang dingin
a. Definisi
Rentan terhadap fluktuasi suhu antar hipotermia dan hipertermi. Yang dapat
menggangu kesehatan
b. Faktor resiko
- Dehidrasi
- Fluktuasi suhu lingkungan
- Inaktivikasi
- Pakaian tidak tepat untuk suhu lingkungan
- Peningkatan kebutuhan oksigen
- Aktivitas berat (T. Heather Herman, PhD, RN & Shigemi Kamitsuru, PHD,
RN, 2018)

c. Kondisi terkait
- Gangguan laju metabislisme
- Cedera otak
- Gangguan yang memenuhi pengaturan suhu
- Penurunan respons berkeringat
- Penyakit
- Thermogenesis tanpa menggigil yang tidak efesien
- Trauma

d. Rencana tindakan
NOC NIC
1) Tujuan Intervensi:
Diharapkan Hipotermia dapat teratasi 1. Monitor gejala dari hopotermia: fatigue, lemah,
apatis, perubahan warna kulit
2) Kriteria hasil: 2. Monitor status pernafasan
a. Suhu axila 36-37˚C 3. Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke
b. RR : 30-60 X/menit dalam lingkungan / tempat yang hangat (didalam
c. Warna kulit merah inkubator atau lampu sorot)
muda 4. Segera ganti pakaian bayi yang dingin dan
d. Tidak ada distress basah dengan pakaian yang hangat dan kering,
respirasi berikan selimut.
e. Tidak menggigil
f. Bayi tidak gelisah Rasional:
g. Bayi tidak letargi 1. Data dasar dalam menentukan intervensi
2. Mengetahui adanya gangguan pernafasan
3. Menaikkan suhu tubuh bayi
4. Pakaian yang dingin dan basah akan membuat
bayi memperburuk kondisi bayi

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi


surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
b. Batasan karakteristik
- Pola nafas abnormal
- Perubahan ekskursi dada
- Bradypnea
- Penurunan tekanan ekspirasi
- Penurunan tekanan inpirasi
- Penurunan ventilasi semenit
- Penurunan kapasitas vital
- Dispnea
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan cuping hidung
- Ortopnea
- Takipnea

c. Faktor yang berhubungan


- Ansietas
- Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
- Keletihan
- Hiperventilisasi
- Obesitas
- Nyeri
- Keletihan otot pernafasan (T. Heather Herman, PhD, RN & Shigemi
Kamitsuru, PHD, RN, 2018)

d. Rencana tindakan
NOC NIC
3) Tujuan Intervensi:
Diharapkan Pola nafas kembali 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
efektif upaya nafas
4) Kriteria hasil 2. Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, retraksi
a. Pengembangan dada dada dan alat bantu pernafasan
simetris 3. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Irama pernapasan dan mengurangi dispnea
teratur 4. Berikan oksigen sesuai program
c. Bernapas mudah 5. Alat-alat emergensi disiapkan dalam keadaan
d. Tidak ada suara nafas baik
tambahan
Rasional:
1. Mengetahui apakah ada gangguan dalam
bernafas
2. Mengetahui kemampuan bernafas klien
3. Klien merasa nyaman
4. Mempertahankan oksigen arteri
5. Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas akut

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar


a. Definisi
kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karnondioksida pada
membrane alveolus-kapiler
b. Penyebab
- Ketidak seimbangan ventilisasi-perfusi
- Perubahan alveolus-kapiler

c. Kondisi terkait:
- PPOK
- Gagal jantung kongestif
- Asma
- Pneumonia
- TB paru
- Penyakit Membran hialin
- Asfiksia
- PPHN
- Prematuritas
- Infeksi saluran nafas
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indokator Diagnostik, 2017)
e. Rencana tindakan
NOC NIC
5) Tujuan Intervensi:
Diharapkan pertukaran gas 1. Pantau dispnea, takipnea, bunyi napas,
kembali normal peningkatan upaya pernapasan, ekspansi, paru,
6) Kriteria hasil dan kelemahan
a. Menunjukan 2. Monitor intake dan output cairan
perbaikan ventilasi 3. Jaga alat emergensi dan pengobatan tetap
dan oksigenisasi tersedia seperti ambu bag, ET tube, suction,
jaringan adekuat oksigen
dengan GDA dalam 4. Batasi pengunjung
rentang normal.
b. Bebas dari gejala distres Rasional:
pernafasan. 1. Data dasar untuk menentukan intervensi lebih
lanjut
2. Menjaga keseimbangan cairan
3. Persiapan emergensi terjadinya masalah akut
pernafasan
4. Mengurangi tingkat kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

Palupi Setyo H, T. W., & Kaba, J. (2016). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Bayi
Premature dengan Respiratory Distresssyndrome dengan Intervensi Inovasi Pengaturan
Posisi Prone Terhadap Peningkatan Pertukaran Gas di ruang NICU RSUD Taman
Husada Bontang Tahun 2016. August.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indokator Diagnostik (Edisi 1).
(2017). Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Suminto, S. (2017). Peranan Surfaktan Eksogen pada Tatalaksana Respiratory Distress
Syndrome Bayi Prematur. Cermin Dunia Kedokteran, 44(8), 568–571.
T. Heather Herman, PhD, RN, F., & Shigemi Kamitsuru, PHD, RN, F. (2018). Nanda-1
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 (Nanda internasional
Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2018-2020) (Ed. 11). EGC.
Wahyuni, S., & Asthiningsih, N. W. W. (2020). Hubungan Usia Ibu dan Asfiksia Neonatorum
dengan Kejadian Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) pada Neonatus di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Borneo Student Research, 1(3), 1827.

Anda mungkin juga menyukai