Anda di halaman 1dari 12

PERIODISASI PEREKONOMIAN INDONESIA

DARI PERSEPSI GEOGRAFIS, SOSIAL, DAN EKONOMI

Perekonomian Indonesia CP2

Dosen:
Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, S.E., M.E.

Kelompok 1

Ni Luh Tania Noviantini 2007531003


Ni Komang Santhi Mulyani 2007531005
Vicky 2007531056

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2022
1.1 Pengertian Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia dapat dikatakan sebagai ilmu karena mengandung


beberapa kriteria mengenai agregat makro ekonomi Indonesia. Hal tersebut dapat
memberikan penilaian terhadap nilai historis perekonomian Indonesia. Perekonomian
Indonesia juga membahas tentang relasi atau hubungan kondisi ekonomi Indonesia baik
dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan hal tersebut perekonomian Indonesia
dapat dikatakan sebagai suatu cabang ilmu.

Adapun pengertian perekonomian Indonesia menurut para ahli, antara lain:

1. Chester A. Bernard
Chester mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia merupakan suatu sistem
yang pada dasarnya adalah organisasi besar. Pada sistem, tersebut terjadi ikatan
antara subjek dengan subjek atau subjek dengan objek.
2. Dumairy
Dumairy menyatakan bahwa perekonomian merupakan suatu bentuk sistem yang
berfungsi untuk mengatur serta menjalin kerja sama dalam bidang ekonomi,
dilakukan melalui hubungan antar manusia dan kelembagaan.
3. L. James Havery
Havery mendefinisikan perekonomian sebagai suatu sistem yang berguna untuk
membuat rangkaian komponen antara satu dengan yang lainnya dalam prosedur
logis dan rasional, guna mencapai tujuan tertentu yang telah disepakati bersama.
Secara singkat perekonomian Indonesia adalah ekonomi pembangunan khusus
untuk wilayah Indonesia yang mempunyai cakupan lebih luas dari ilmu ekonomi
tradisional dan politik. Di samping cakupan ilmu dalam perekonomian Indonesia juga
harus diperhatikan cakupan wilayah dan cakupan waktu

1.2 Periodisasi Perekonomian di Indonesia


Periodisasi dapat diartikan sebagai pembabakan suatu masa yang akan selalu
dihubungkan dengan waktu. Melalui periodisasi, suatu sejarah peristiwa dapat dijelaskan
dengan baik dengan rentang waktu yang panjang. Kata periodisasi ini juga mengacu pada
pembagian sejarah yaitu mengenai era, zaman, dan periode waktu. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa periodisasi perekonomian indonesia merupakan pembabakan suatu
era atau zaman terhadap pertumbuhan perekonomian negara Indonesia.
Periodisasi perekonomian Indonesia dapat kita amati setelah masa kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan, sistem perekonomian yang sebelumnya diatur oleh pemerintah
Belanda perlahan diubah oleh pemerintah Indonesia melalui adanya perubahan era
pemerintahan. Setiap era pemerintahan memiliki periodisasi perekonomian yang
berbeda-beda dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang berlaku di dunia.

Periodisasi dalam perekonomian Indonesia dibagi menjadi empat periode, yakni :

1. Perekonomian Indonesia pada masa penjajahan Belanda


2. Perekonomian Indonesia pada masa orde lama
3. Perekonomian Indonesia pada masa orde baru
4. Perekonomian Indonesia pada masa setelah orde baru

1.2.1 Masa Penjajahan Belanda


Masa Penjajahan Belanda Dimulai sejak VOC tahun 1902-1945. Pada
waktu ini perekonomian didominasi oleh sektor pertanian. Pada akhir periode ini,
perkembangan sektor industri dan pertanian di Eropa menjalar pada daerah jajahan
Belanda yaitu Indonesia mulai berkembang sistem perkebunan, perbankan,
industri, dll. Sektor pertanian didominasi tanaman pangan yang tradisional. Untuk
dijual di pasar Eropa sebagai bahan mentah untuk industry yang berkembang saat
itu. Hasil perkebunan yang menonjol adalah karet, kelapa, rempah-rempah dll.
Sektor industri masih sangat terbelakang, yang ada hanya alat tenun bukan
mesin. Uang yang beredar adalah (golden) bank sentralnya dipegang Belanda de
Javashe Bank diberi kewenangan untuk mengatur sistem keuangan daerah jajahan
Belanda sebagai bank sentral. Pengaturan devisanya mengikuti sistem yang berlaku
di Belanda dan Eropa Barat lainnya, yakni atas kekuatan permintaan dan
penawaran atas mata uang asing. Sistem perbankan sangat terarah. Secara singkat
sistem ekonomi secara keseluruhan sangat mirip dengan sistem ekonomi yang
dianut oleh negara-negara Eropa Barat yakni sistem pasar dengan campur tangan
pemerintah yang sangat minimal.

1.2.2 Masa Orde Lama


Tahun pertama setelah proklamasi keadaan ekonomi mengalami stagflasi
disebabkan oleh pendudukan Jepang, Perang Dunia II, perang revolusi dan
manajemen ekonomi makro yang jelek. Selama periode 1950an ekonomi Indonesia
masih peninggalan zaman kolonial. Sektor formal seperti pertambangan, distribusi,
transportasi, bank, pertanian komersial yang memiliki kontribusi lebih besar dari
pada sektor informal terhadap PDB didominasi oleh perusahaan asing yang
berorientasi ekspor. Terjadi strukur ekonomi dualisme yaitu diskriminasi yang
sengaja diterapkan untuk membuat perbedaan dalam kesempatan melakukan
kegiatan ekonomi antara penduduk pribumi dan non pribumi.
Perekonomian Indonesia sangat buruk disebabkan keterbatasan akan
indikator - indikator produksi, seperti kurangnya pendidikan, kemampuan
pemerintahan, dana, teknologi, serta kurangnya strategi yang baik. Akan tetapi,
akibat keterbatasan indikator-indikator tersebut dan dipersulit lagi oleh kekacauan
politik nasional pada masa itu. Akhirnya pembangunan atau bahkan rekonstruksi
ekonomi Indonesia setelah perang revolusi tidak pernah dilaksanakan dengan baik.
Nasionalis perusahaan Belanda yang dilakukan pada tahun 1957 dan 1958 adalah
awal dari periode "Ekonomi Terpimpin". Dimulai sejak proklamasi kemerdekaan
hingga jatuhnya Presiden Soekarno pada tahun 1965. Perekonomian Indonesia
pada masa itu dapat dikatakan sebagai ekonomi perang karena masih terjadi perang
antara kaum revolusioner Indonesia dengan pemerintah Belanda yang pada waktu
itu dibantu oleh Inggris dan Australia. Perang tersebut kemudian dikenal dengan
aksi polisionil pertama dan kedua, yang mana kaum penjajah Belanda melancarkan
perang mengembalikan daerah jajahannya. Akhirnya terjadi penyerahan kedaulatan
rakyat pada tahun 1949. Situasi politik dalam negeri pada masa itu tidak kondusif
untuk kemajuan perekonomian. Terjadi banyak pertentangan politik, muncul
banyak partai, satu kelompok menginginkan negara kesatuan sedangkan kelompok
lain menghendaki dan kelompok lainnya lagi menginginkan negara agama. Pada
periode itu juga dilaksanakan pemilihan umum yang pertama. Hasil dari pemilihan
umum pertama tersebut banyak pihak yang kecewa dan tidak puas. Akibatnya
mereka melancarkan pemberontakan, seperti pemberontakan DI-TII di Jawa Barat,
4 pemberontakan di Bali, Sulawesi Selatan, Sumatra Barat, Aceh, dan Manado.
Keadaan perekonomian pada masa itu tidak mendapat cukup perhatian pemerintah.
Dimulai dengan situasi politik sekitar tahun 1950, pada saat mana keadaan
keuangan Indonesia makin memburuk, inflasi sangat tinggi dan dilaksanakanlah
kebijaksanaan moneter yang sangat drastis yakni sanering. Sanering ini adalah
pengguntingan uang rupiah, setengah lembar diganti dengan uang baru dan
dikembalikan kepada pemiliknya dan setengahnya lagi ditukar dengan Obligasi
Negara. Setelah diadakannya sanering, keadaan perekonomian Indonesia bukannya
bertambah baik, harga terus mengalami kenaikan seirama dengan keadaan politik
dalam negeri. Politik Luar Negeri telah mengiring NKRI untuk mengalihkan
hubungan baiknya dengan negara-negara sosialis Eropa timur, Rusia dan
Tiongkok. Sebagai imbalannya, rumah sakit persahabatan dan stadion olahraga
Senayan di Jakarta didapat dari bantuan Rusia. Sekitar tahun 1960, sistem
perbankan di Indonesia diubah mengikuti sistem perbankan di Rusia menjadi Bank
Negara Indonesia unit I hingga VI. Keadaan harga-harga umum selalu mengalami
kenaikan, sehingga Bung Karno pada masa itu mengumumkan barang siapa yang
mampu membuat konsep untuk menurunkan harga akan diangkat menjadi Menteri
Pasar. Pada akhir periode pimpinan Bung Karno (1965) sekali lagi dilaksanakan
kebijakan moneter yang sangat drastis, yakni menukar uang lama menjadi uang
baru dengan perbandingan Rp 1000 uang lama diganti dengan Rp 1 uang baru.
Tindakan moneter yang drastis tersebut bukannya meredakan kenaikan harga,
malah memicunya hingga pada tahun 1965 tercatat tingkat inflasi sebesar 650
persen.

1.2.3 Masa Orde Baru


Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan Orde
Baru. Pada masa ini perhatian pemerintah lebih ditunjukkan kepada peningkatan
kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial. Pemerintah
melaksanakan stabilitas politik, ekonomi, dan sosial. Sasarannya adalah untuk
menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah, dan
menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor, yang mengalami
stagnasi pada masa orde lama. Menjelang akhir tahun 1960an atas kerjasama
dengan Bank Dunia, IMF dan ADB dibentuk suatu kelompok konsorsium yang
disebut Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI) dengan tujuan membiayai
pembangunan ekonomi Indonesia. Pada waktu itu, Indonesia merupakan satu-
satunya negara yang sangat anti komunis. Pemerintahan dipimpin oleh seorang
Jenderal angkatan darat, dan oleh karenanya militer menyusup ke hampir semua
kehidupan bernegara, ke desa-desa, universitas, DPR, DPRD, sehingga muncul
istilah pengabdian di desa dan di kota. Pemerintahan bersifat diktator militer dan
tidak ada kebebasan berbicara. Dengan cara ini politik di Indonesia bisa stabil pada
waktu itu. Kebijaksanaan Presiden Soeharto yang mengutamakan stabilitas sosial -
politik, serta pembangunan ekonomi berdasarkan sistem ekonomi terbuka membuat
kepercayaan pihak Barat terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Kebijaksanaan ekonomi selama masa orde baru telah menghasilkan satu


proses transformasi ekonomi yang pesat dan laju pertumubuhan ekonomi yang
tinggi, tetapi dengan biaya yang sangat mahal dan fundamental ekonomi yang
rapuh. Ditandai dengan kondisi sektor perbankan nasional dan semakin besarnya
ketergantungan Indonesia terhadap modal asing yang mengarah kepada krisis
ekonomi yang sangat parah, yang dimulai dengan naiknya nilai tukar dolar AS.

Pemerintahan Presiden Soekarno jatuh karena demontrasi rakyat, pada


demontrasi tersebut dielukan slogan "Politik No, Ekonomi Yes". Kemudian
tindakan pertama yang diambil oleh pemerintah orde baru adalah untuk
menstabilkan keadaan politik dan ekonomi. Stabilisasi ekonomi dilaksanakan
dengan kebijakan diantaranya:

1. Untuk jangka pendek kebutuhan dalam negeri dipenuhi melalui impor


sedangkan untuk jangka panjang akan dipenuhi melalui pembangunan yang
direncanakan setiap lima tahun.
2. Liberalisasi perdagangan Luar Negeri dengan memperkenankan swasta untuk
turut aktif dalam perdagangan luar negeri dan liberalisasi sistem devisa.

Selain itu pemerintah orde baru juga yakin bahwa kunci keberhasilan
pembangunan adalah tersedianya dana untuk membiayainya, maka dari itu
pemerintah orde baru melaksanakan hal - hal seperti pada sektor keuangan negara,
yaitu apabila pembelanjaan APBN pada masa orde lama selalu memakai sistem
anggaran defisit, maka pada orde baru dibentuk IGGI organisasi negara maju yang
memberi bantuan kepada Indonesia. Tabungan swasta asing berasal dari
pembiayaan luar negeri. Tabungan domestik 6 swasta berasal dari masyarakat
umum dan perusahaan, dikarenakan jumlah yang sangat kecil dan tidak mencukupi
pembiayaan pembangunan, maka dibuatlah UUPMDN (Undang-Undang
Penanaman Modal Dalam Negeri). Pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru
ini memberikan peluang yang sangat luas kepada sektor swasta terutama swasta
asing. Perubahan trilogi pembangunan ini bersifat teoritis dan tidak tampak jelas
dalam praktek. Sementara masalah sistem ekonomi yang berlaku sedang ramai
didiskusikan, perekonomian masih terus mengalami kemerosotan, yang mendorong
terjadinya demontrasi mahasiswa dan rakyat, yang tidak lagi percaya kepada
Soeharto sebagai presiden. Krisis tersebut adalah krisis kenaikan harga dolar
Amerika di Asia Tenggara.

1.2.4 Masa Transisi dan Reformasi


Orde setelah jatuhnya Presiden Soeharto dikenal dengan Orde Reformasi
(ekonomi dan politik). Pembenahan ekonomi diusulkan oleh IMF (International
Monetary Funds) dan diterima oleh pemerintah. Salah satu usulan IMF adalah
penyehatan perbankan dengan didirikannya BPPN (Badan Penyehatan Perbankan
Nasional). Pada masa itu banyak bank yang dilikuidasi, banyak juga bank-bank
yang mendapat pembinaan serta tidak kurang bank-bank yang harus mengadakan
merger. Keadaan perekonomian yang hancur seperti itu menyebabkan timbulnya
isu yang mengatakan bahwa Indonesia telah dilanda oleh krisis ekonomi. Salah
satu tindakan yang digunakan untuk menangani hal tersebut adalah dilancarkannya
makan gratis di warung Tegal oleh Menteri Nasional dan yang lainnya
menyarankan agar pegawai negeri yang memiliki dolar bersedia menyumbangkan
dolarnya kepada pemerintah.

Sementara kebijaksanaan memperbaiki kesehatan perbankan menyedot


banyak sekali perhatian dan keuangan pemerintah sehingga pengusaha kecil dan
menengah kurang mendapat perhatian. Oleh karena perhatian pemerintah yang
cenderung untuk menyehatkan pengusaha besar, pada hal perusahaan kecil dan
menengah dikatakan tahan banting pada masa krisis ini dan kurang mendapat
perhatian pemerintah, maka munculah wacana bahwa Indonesia tidak hanya
mengalami krisis moneter. krisis ekonomi, melainkan sudah dilanda oleh krisis
moral. Tekanan agar perekonomian tidak terlalu tergantung pada konsep dan
bantuan luar negeri dan bahwasannya perusahaan kecil dan menengah tahan
banting dan agar pemerintah lebih memperhatikan dan memberi bantuan kepada
pengusaha kecil dan menengah, maka munculah sistem Ekonomi Kerakyatan.
Muncul berbagai diskusi dan seminar mengenai perekonomian pada masa
Reformasi, pemberdayaan ekonomi lemah, ekonomi kerakyatan. Masalah yang
sering dibicarakan adalah masalah pemasaran, terutama masalah modal. Hingga
akhirnya timbul skema kredit tanpa anggunan untuk perusahaan kecil dan mikro,
kursus-kursus untuk melahirkan entrepreneur baru dan sebagainya yang bersifat
memberikan priorotas untuk pengusaha kecil dan memengah
1.3 Indikator Geografis, Sosial, dan Ekonomi dalam Perekonomian Indonesia
1.3.1 Indikator Geografis
Berdirinya suatu wilayah tidak bisa dilepaskan dari yang namanya letak
geografis. Dengan adanya letak geografis, maka letak atau posisi suatu wilayah
akan terlihat sangat jelas. Oleh karena itu, letak geografis juga digunakan sebagai
suatu cara untuk mengetahui dan mengenal suatu negara, termasuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Letak geografis adalah letak suatu wilayah dilihat dari kenyataannya di
permukaan bumi. Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia terletak diantara dua
benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara dua samudera
yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letak geografis Indonesia cukup
strategis karena berada pada posisi silang dunia.
Dengan demikian banyak pengaruh yang ditimbulkan, pengaruh dari letak
geografis terhadap perekonomian Indonesia yaitu:
a. Indonesia menjadi persimpangan lalu lintas dan perdagangan dunia
Letak geografis Indonesia yang strategis selalu menjadi persimpangan
lalu lintas dunia, baik lalu lintas udara maupun laut. Selain itu, Indonesia juga
menjadi titik persilangan kegiatan perekonomian dunia, terutama perdagangan
antara negara-negara industri dan negara-negara yang sedang berkembang.
Misalnya, Indonesia menjadi titik persilangan perdagangan antara Jepang,
Korea, RRC dengan negara-negara di Afrika, Australia dan Eropa.
b. Indonesia memiliki 4 chokepoint dari 10 chokepoint di dunia
Chokepoint adalah alur pelayaran utama internasional yang dilalui oleh
berbagai kapal niaga dan kapal-kapal lainnya. Dari 10 Chokepoint di dunia,
empat di antaranya ada di Indonesia, yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, Selat
Lombok, dan Selat Makassar. Titik-titik strategis ini dilalui oleh 40% kapal-
kapal asing karena merupakan jalur utama perdagangan Internasional.

Berikut beberapa keuntungan dari letak geografis terhadap perekonomian


indonesia.
a. Banyaknya Wisata Alam yang Dapat Dikunjungi
Terbentuknya wisata alam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari letak
geografis Indonesia. Banyaknya para wisatawan yang datang ke destinasi
wisata alam akan membuat perekonomian meningkat, baik itu perekonomian
untuk warga-warga yang ada di sekitar wisata alam atau perekonomian negara.
b. Memudahkan Indonesia Untuk Melakukan Perdagangan Internasional
Perairan Indonesia sangatlah luas, sehingga Indonesia dikenal sebagai
negara maritim. Jalur perairan ini sangat sering digunakan sebagai jalur
perdagangan internasional. Dengan kata lain, kegiatan ekspor dan impor dapat
dilakukan dengan mudah dan dapat meningkatkan perekonomian negara.
c. Membantu dan Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
Dengan letak geografis Indonesia yang sangat strategis, maka dapat
membantu dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Negara bisa melakukan
ekspor produk-produk lokal supaya dikenal dan laris di banyak negara.
Tentunya produk-produk yang diekspor harus dengan kualitas terbaik. Di
samping itu, Indonesia perlu mengurangi kegiatan impor. Kegiatan impor yang
berkurang, maka pengeluaran kas negara juga berkurang, sehingga kas negara
dapat dipergunakan untuk kebutuhan lainnya.
d. Mempunyai Sumber Daya Alam yang Berlimpah
Berkat letak geografisnya, maka sumber daya alam Indonesia sangat
berlimpah. Sumber daya alam yang berlimpah sangat bermanfaat untuk
memenuhi setiap kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat yang
terpenuhi akan memunculkan rasa bahagia bagi masyarakat itu sendiri. Selain
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sumber daya alam yang melimpah
dapat digunakan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat atau ekonomi
negara Indonesia. Misalnya, masyarakat yang berprofesi sebagai petani dapat
menjual hasil panennya, sehingga mendapatkan pemasukan untuk mencukupi
kehidupan sehari-hari.
1.3.2 Indikator sosial
Indikator sosial yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan suatu negara meliputi tingkat pendidikan dasar, kesamaan gender,
penurunan kematian bayi dan balita, penurunan kematian ibu melahirkan, dan
kesehatan reproduksi. Perubahan perbaikan dalam bidang-bidang tersebut
mengindikasikan kebarhasilan pembangunsn ekonomi.

Ada dua aspek dalam indikator sosial, yaitu:


1. Indeks pembangunan manusia
Indeks pembangunan manusia diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu:
a. Usia panjang yang diukur dengan tingkat harapan hidup. Semakin tinggi
tingkat harapan hidup, maka pembangunan ekonomi bisa dikatakan
berhasil.
b. Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang
dewasa yang bisa membaca dan rata-rata tingkat sekolah. Semakin tinggi
tingkat rata-rata membaca dan rata-rata tingkat sekolah, maka
pembangunan ekonomi bisa dikatakan berhasil.
c. Penghasilan yang diukur dengan pendapatan riil yang telah disesuaikan,
yaitu disesuaikan menurut daya beli atau mata uang masing-masing
negara. Semakin tinggi tingkat penghasilan masyarakat, maka
pembangunan ekonomi bisa dikatakan berhasil.
2. Indeks mutu hidup
Dalam hal ini perlu mempertimbangkan tentang pengembangan
kualitas sumber daya manusia secara lebih lanjut. Seperti penyediaan berbagai
fasilitas-fasilitas yang mendukung dalam peningkatan sumber daya manusia
diantaranya penyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan dan teknologi yang
memadai serta pemerataan distribusi pendapatan sudah waktunya untuk lebih
ditingkatkan lagi, agar sumber daya manusia sebagai pelaksana pembangunan
akan lebih siap dalam menghadapi tantangan dan hambatan pembangunan.

1.3.3 Indikator Ekonomi


Indikator ekonomi pada perekonomian Indonesia, antara lain :
a. Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) dianggap sebagai indikator utama
kinerja ekonomi makro. PDB nominal menunjukkan sejumlah hal yang
dialami sebuah negara. Meski begitu, PDB bukan ukuran ekonomi yang
sempurna. PDB tidak menginformasikan ada atau tidaknya peningkatan
kualitas produk dalam perekonomian. Belum lagi, data PDB umumnya
dipublikasikan per tiga bulan. Hal ini membuat sejumlah investor lebih suka
menggunakan indikator ekonomi alternatif yang dirilis lebih cepat
b. Jumlah Uang Beredar
Uang yang beredar di masyarakat juga perlu diatur jumlahnya agar
dapat mempengaruhi perekonomian sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
pemerintah yaitu stabilisasi ekonomi melalui stabilitas nilai tukar,
berkurangnya ketimpangan distribusi pendapatan serta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
c. Nilai Tukar Mata Uang Asing Terhadap Rupiah
Nilai tukar adalah harga satu mata uang terhadap mata uang lain. Untuk
negara dengan perekonomian terbuka, nilai tukar adalah variabel ekonomi
penting. Pergerakan dalam nilai tukar mempengaruhi keputusan individu,
bisnis, dan Pemerintah. Nilai tukar penting bagi perekonomian Indonesia
karena mempengaruhi perdagangan dan aliran keuangan antara Indonesia dan
negara-negara lain. Nilai tukar juga mempengaruhi bagaimana BI melakukan
kebijakan moneter.
d. Ekspor Impor
Kegiatan ekspor mampu menciptakan permintaan efektif baru yang
membuat barang-barang di pasar dalam negeri mencari inovasi untuk
menaikkan produktivitas. Kemudian kegiatan ekspor dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan memperluas pasar di seberang lautan bagi barang-
barang tertentu.
Sedangkan kegiatan impor dapat meningkatkan potensi pada suatu
negara. Kegiatan impor bermanfaat untuk memperoleh barang dan jasa yang
tidak bisa dihasilkan oleh suatu negara karena faktor geografis dan
sebagainya. Selain itu, kegiatan impor bermanfaat untuk memperoleh bahan
baku dan teknologi modern. Secara tidak langsung, kegiatan impor akan
mendukung stabilitas negara.
DAFTAR PUSTAKA

Bernad, Chester A. 2003. Organisasi dan Manejemen, Struktur, Perilaku dan Proses.
Erlangga. Jakarta.

Hidayat, Arief. 2018. Perkembangan Partai politik Pada Masa Orde Baru (1966-1998). Jurnal
Ilmiah. Volume 17. 2018

M. Makhfudz. 2012. Demokrasi di Era Reformasi. Jurnal Ilmiah. Volume 2 No 8b. 2018

Nehen, Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar: Udayana University Press

Einsten, Akbar.2012. Analisis Kelebihan Dan Kelemahan Masa Pemerintahan Para Presiden
Di Indonesia.http://akbarlife.blogspot.com/2012/09/analisis-kelebihan-dan-kelemahan-
masa_7462.html?m=1. Diakses pada tanggal 9 Februari 2022

Lailatul, Nur. 2021. letak geografis Indonesia serta pengaruh dan keuntungan yang
ditimbulkan. https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/letak-geografis-indonesia-
pengaruh-dan-keuntungannya-1. Diakses pada tanggal 10 Februari 2022

PDSI Kementerian Perdagangan. 2019. Indikator Ekonomi Indonesia.


https://satudata.kemendag.go.id/economic-indicators. Diakses pada tanggal 10 Februari
2022

Anda mungkin juga menyukai