Anda di halaman 1dari 13

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DOSEN PENGAMPU :
Ns. DINI RUDINI S,kep., M,kep

Di Susun Oleh :
JELISA LAXMI LOVY
NIM : G1B118029

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI TAHUN PELAJARAN 2019/2020
1. Jelaskan mengenai aspek legal dan etik keselamatan dan
kesehatan kerja ....
Jawab :

Keselamatan kerja di Indonesia telah menuangkan peraturan tenaga kerja


dalam Undang-undang Dasar Negara RI Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa " setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan". Atas dasar tersebut maka telah disusun UU No 14
Tahun 1969 tentang Pokok - pokok tenaga kerja. UU No 14 tahun 1969 pasal 9
menyatakan "setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan sesuai dengan
harkat dan mertabat manusia dan moral agama". sedangkan dalam pasal 10
menyatakan pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :

 Norma keselamatan kerja


 Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan
 Norma kerja
 pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi kecelakaan kerja

Atas dasar pasal 9 dan 10 UU No 14 1969 itu maka dikeluarkan UU No 1


Tahun 1970 tentang keselamatan kerja sebagai pengganti peraturan perundang-
undangan di bidang keselamatan kerja sehingga UU ini menggantinkan undang-
undang sebelumnya yaitu VELEIGHEID REGLEMENT (VR).

2. Jelaskan mengenai tipe-tipe kecelakaan ...


Jawab :

1. Berdasarkan Jenis Kecelakaan

Berdasarkan jenisnya, kecelakaan dapat dikategorikan sebagai berikut:

 Terjatuh
 Tertimpa benda jatuh
 Tertumbuk atau terkena benda, terkecuali benda jatuh
 Terjepit oleh benda
 Gerakan yang melebihi kemampuan
 Pengaruh suhu tinggi
 Terkena arus listrik
 Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi
 Jenis lain termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau kecelakaan
lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.
2. Berdasarkan Penyebabnya

 Mesin

Mesin yang dapat menjadi penyebab kecelakaan, diantaranya: (1)


Pembangkit tenaga terkecuali motor listrik, (2) Mesin penyalur (transmisi), (3)
Mesin-mesin untuk mengerjakan logam, (4) Mesin pengolah kayu atau
penggergaji kayu, (5) Mesin pertanian, (6) Mesin pertambangan, (7) Mesin lain
yang tak terkelompokkan.

 Alat angkutan dan peralatan terkelompokkan

Klasifikasi ini terdiri dari: (1) Mesin pengangkat dan peralatannya, (2)
Alat angkutan yang menggunakan rel, (3) Alat angkutan lain yang beroda, (4)
Alat angkutan udara, (5) Alat angkutan air, (6) Alat angkutan lain.

 Peralatan lain

Penyebab kecelakaan kerja oleh peralatan lain diklasifikasikan menjadi :


(1) Alat bertekanan tinggi, (2) Tanur, tungku dan kilang, (3) Alat instalasi
pendingin, (4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik tetapi dikecualikan alat
listrik (tangan), (5) Perkakas tangan bertenaga listrik, (6) Perkakas, instrumen dan
peralatan, diluar peralatan tangan bertenaga listrik, (7) Tangga, tangga berjalan,
(8) Perancah (Scaffolding), (9) Peralatan lain yang tidak terklasifikasikan.

 Material, Bahan-bahan dan radiasi

Material, Bahan-bahan dan radiasi yang dapat menjadi penyebab


kecelakaan diklasifikasikan menjadi: (1) Bahan peledak, (2) Debu, gas, cairan,
dan zat kimia, diluar peledak , (3) Kepingan terbang, (4) Radiasi, (5) Material dan
bahan lainnya yang tak terkelompokkan.

 Lingkungan kerja

Faktor dari Lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan


diantaranya berupa: (1) Di luar bangunan, (2) Di dalam bangunan, (3) Di bawah
tanah.
 Perantara lain yang tidak terkelompakkan

Penyebab kecelakaan berdasarkan perantara lain yang tidak


terkelompokkan terbagi atas: (1) Hewan, (2) Penyebab lain.

 Perantara yang tidak terklasifikan karena kurangnya data

Kurangnya data penunjang dari penyebab kecelakaan, dapat


diklasifikasikan tersendiri dalam satu kelompok.

3. Berdasarkan Sifat Luka

Menurut sifat luka atau kelainan, kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Patah tulang
2. Dislokasi atau keseleo
3. Regang otot atau urat
4. Memar dan luka yang lain
5. Amputasi
6. Luka lain-lain
7. Luka di permukaan
8. Gegar dan remuk
9. Luka bakar
10. Keracunan-keracunan mendadak
11. Akibat cuaca dan lain-lain
12. Mati lemas
13. Pengaruh arus listrik
14. Pengaruh radiasi
15. Luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

4. Berdasarkan Letak Kelainan

Berdasarkan letak kelainannya, jenis kecelakaan dapat dikelompokkan


pada: (1) Kepala, (2) Leher, (3) Badan, (4) Anggota atas, (5) Anggota bawah, (6)
Banyak tempat, (7) Kelainan umum, (8) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan
klasifikasi tersebut.
5. Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Dalam Mijin Politie Reglement Sb 1930 No. 341 kecelakaan dibagi


menjadi 3 tingkat keparahan, yakni mati, berat dan ringan. Dalam PP 11/1979
keparahan dibagi dalam 4 tingkat yakni mati, berat, sedang dan ringan.

5. Berdasarkan Lokasi

Dalam pertambangan minyak dan gas bumi, ditentukan kelompok daerah


kerja : seismik, pemboran, produksi, pengolahan, pengangkutan, dan pemasaran.

3. Jelaskan penyebab kecelakaan kerja,pencegahan dan


penanggulanngan nya...
Jawab :
a. penyebab kecelakaan kerja

1. Situasi Kerja

 Pengendalian manajemen yang kurang.


 Standar kerja yang minim.
 Tidak memenuhi standar.
 Perlengakap yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi.

2. Kesalahan Orang

1. Keterampilan dan pengetahuan yang minim.


2. Masalah fisik atau mental.
3. Motivasi yang minim atau salah penempatan.
4. Perhatian yang kurang.

3. Tindakan Tidak Aman

 Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui.


 Mengambil jalan pintas.
 Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.
4. Kecelakaan

1. Kejadian yang tidak terduga.


2. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya.
3. Terjatuh.
4. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.

b. pencegahan kecelakaan kerja

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan


kerja yaitu:

 Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,


pencahayaan dan penerangan ditempat kerja dan pengaturan suhu udara
dari ruang kerja.
 Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja
yang dapat menjamin keselamatan.
 Memenuhi penyelenggaraan ketata rumah tanggaan meliputi pengaturan
penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan
tempat dan ruangan.

2. Faktor Mesin Dan Peralatan Kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik
dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat
dari baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas
yang bergerak antara lain bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman
telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup
pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap
mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.

3. Faktor Perlengkapan Kerja

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi


bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan,
yang kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan
dalam penggunaannya.
4. Faktor Manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,


mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-
hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari
perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya
ketidakcocokan fisik dan mental.

c. penanggulangan kecelakaan kerja

1.      Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja


Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi
yang berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja.

2.      Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja


Standar Opersional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi
dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai instruksi yang tercantum dalam
SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses produksi,
kerusakaan peralatan dan kecelakaan.

3.      Pengendalian faktor bahaya di tempat kerja


Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja sangat ditentukan
oleh proses produksi yang ada, teknik/metode yang di pakai, produk yang
dihasilkan dan peralatan yang digunakan. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya
yang akan terjadi, maka dapat diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat
mengurangi resiko bahaya kecelakaan.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan :
a)  Eliminasi dan Substitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau
resiko bahaya yang terjadi akibat proses produksi, mengganti bahan
berbahaya yang digunakan dalam proses produksi dengan bahan
yang kurang berbahaya.
b)Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor
bahaya yang ada di tempat kerja, membuat peredam untuk
mengisolasi mesin supaya tingkat kebisingannya berkurang,
memasang pagar pengaman mesin agar pekerja tidak kontak
langsung dengan mesin, pemasangan ventilasi dan lain-lain.
c) Administrative control, yaitu pengaturan secara administrative
untuk melindungi pekerja, misalnya penempatan pekerja sesuai
dengan kemampuan dan keahliannya, pengaturan shift kerja,
penyediaan alat pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.

4. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja


Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus
dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu
memberikan pengetahuan kepada tenaga kerja tentang pentingnya pelaksanaan
keselamatan kerja saat melakukan aktivitas kerja agar mereka dapat melaksanakan
budaya keselamatan kerja di tempat kerja. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja
dapat dilakukan dengan memberi pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada awal bekerja dan secara berkala untuk penyegaran dan peningkatan
wawasan. Pelatihan ini dapat membantu tenaga kerja untuk melindungi dirinya
sendiri dari faktor bahaya yang ada ditempat kerjanya.

5. Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja


Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi
tertentu tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahaya yang
ada ditempat kerja, untuk menghindari terjadinya kecelakaan maka perlu dipasang
rambu-rambu peringatan berupa papan peringatan, poster, batas area aman dan
lain sebagainya.
4.contoh kecelakaan kerja di indonesia(sumber berita) dan analisis
penyebab nya,dampak kekurangan nya,dan analisis bagaimana
penanggulangan nya dan perencanaan k3 pada kasus tersebut ...
Jawab :
KECELAKAAN KERJA EMPAT PEKERJA DI PABRIK GULA TEWAS,
TERSIRAM AIR PANAS

Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma


Pala Usaha Sukses, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah
tersiram air panas didalam tangki. Satu pekerja lainnya selamat namun mengalami
luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator kran tidak tahu masih ada orang
di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi insiden ini.

Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang
ada di komplek Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00
WIB. Musibah bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki
gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran yang berada di atas dan mengarah
kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat
Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika dengan
kondisi mengenaskan karena panasnya uap.

Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto,
Jumono, Puji Sutrisno dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi
Purwanto berhasil menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah.

Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam
tangki setelah tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga
operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum
selesai. Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja
tersebut, karena semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha
menghindar saat ditemui wartawan. Sementara polisi juga belum mau
memberikan keterangan atas musibah tersebut. (Nanang Anna Nur/Sup).
1. ANALISIS KASUS

Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar


kecelakaan kerja adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada
operator kran. Menanggapi kecelakaan yang telah menewaskan empat orang
tersebut, seharusnya sang operator kran bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu
dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula krsital tersebut telah kosong
serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut
tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan
alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.

Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan


manajemen dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan
tersebut. Sistem manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya
terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki risiko yang besar untuk
menghasilkan loss atau kerugian.

Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan


kamera-kamera di dalam alat tersebut sehingga operator kran dapat memastikan
bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi
yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut dapat
dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih terdapat
orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang
mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.

Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan


investigasi kecelakaan, inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja.
Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk meningkatkan manajemen dari kesehatan,
keamanan serta keselamatan pada perusahaan tersebut, menentukan tindakan
pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaan tersebut.

Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian


kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut.
Perusahaan tidak akan dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini
berarti kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar
untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan
sejenisnya.
2. SOLUSI PENANGGULANGAN NYA

Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau


mengurangi resiko dari adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha
membentuk Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun
program keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi ruang lingkup tugas
panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja, pakaian kerja, alat
pelindung diri dan lingkungan kerja.

1. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah
timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di
dalamnya. Barang-barang dalam ruang kerja harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang
ditimbulkan oleh orang- orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-
jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda,
misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak boleh dipergunakan
untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada
2. Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di
tempat yang tidak beresiko kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan
mengeluarkan sisa produksi berupa uap, maka faktor penglihatan dan
sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan
3. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar.
Pakaian yang terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan
penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian
yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas Sepatu dan hak
yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan. Memakai
cincin di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.
4. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung
tangan. Alat pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau
mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi sayangnya, para pekerja
terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan merepotkan
atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan
memang tidak menyediakan alat pelindung diri
5. Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan Udara yang
baik dalam suatu ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas
kerja. Kadar udara tidak boleh terlalu banyak mengandung CO2, ventilasi
dan AC juga harus diperhatikan termasuk sirkulasi pegawai dan
banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin yang
menimbulkan kebisingan, tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan
peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan kebutuhan dan warna
ruang kerja disesuaikan dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet
Saksono, 1988: 104-111).
3. PERENCANAAN K3 PADA KASUS TERSEBUT
Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada
beberapa alternatif pencegahan selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan
tersebut dapat berupa:

1. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk


memilki standarisasi yang berkaitan dengan keselamatan karyawan,
perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung diri, monitoring perlatan dan
2. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan
perusahaan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat
dipatuhi.
3. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan
yang berbahaya, pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya.
Berilah tanda-tanda peringatan beracun atau berbahaya pada alat-alat
tersebut dan letakkan di tempat yang
4. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan serta pemberian diklat tentang
kesehatan dan keselamatan kerja pada
5. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam
asuransi. (Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).

Selain upaya pencegahan juga perlu disediakan sarana untuk


menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yaitu :
1.  Penyediaan P3K
Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang mungkin
terjadi di tempat kerja untuk mengantisipasi kondisi korban menjadi lebih parah
apabila terjadi kecelakaan, peralatan tersebut harus tersedia di tempat kerja dan
mudah dijangkau, petugas yang bertanggung jawab melaksanakan P3K harus
kompeten dan selalu siap apabila terjadi kecelakaan di tempat kerja.

2. Penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat


Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita sadari
seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi
pada kulit / mata atau terjadinya kebakaran, untuk menanggulangi keadaan
tersebut perencanaan dan penyediaan perlatan / perlengkapan tanggap darurat di
tempat kerja sangat diperlukan seperti pemadam kebakaran, hidran, peralatan
emergency shower, eye shower dengan penyediaan air yang cukup, semua
peralatan ini harus mudah dijangkau.

Anda mungkin juga menyukai