Anda di halaman 1dari 73

TUGAS REPLIKA KARYA AKHIR LUX

Kelompok 1

1.Leni syarah siregar 1901113

2.Fadilla Hanum 1901100

3.Sopia Janani 1901130

Dosen Pengampu Ir.Rosmiati,Msi


PERHITUNGAN JUMLAH METANOL YANG TERKONVERSI
MENJADI GAS HIDROGEN PADA REACTOR 114D1 PADA
SECTION 114 HYDROGEN GENERATION DI PT. DOMAS
AGROINTI PRIMA-KUALA TANJUNG

KARYA AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti ujian akhir guna


mendapatkan gelar Ahlimadya Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan

Oleh:
MERNA ELSA SIMARMATA
NIM. 17 01 031

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

2020
BIODATA MAHASISWA

A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Merna Elsa Simarmata
2. NIM : 17 01 0311
3. NIK : 1276044602000001
4. NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) : 0003736000
5. Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 06 Februari 2000
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Agama : Kristen Protestan
8. Program Studi : Teknik Kimia
9. Jalur Pendaftaran : Bebas Testing
10. Kewarganegaraan : Indonesia
11. Jenis Pendaftaran : Reguler
12. Mulai Semester : I (Satu)
13. Alamat : Jl. DanauToba Gg. Kenari
: Kecamatan Bajenis
Kota Tebing Tinggi
14. No. Telepon : 082273843069
15. Email : mernaelsa5@gmail.com
16. Jenis Tinggal : Kost
17. Alat Transportasi : Jalan Kaki

B. DATA ORANG TUA/WALI


1. AYAH
a. Nama : Hoddin Simarmata
b. NIK : 1276041408670001
c. Tempat, Tanggal Lahir : Simarmata, 14 Agustus 1967
d. Pendidikan : S1
e. Pekerjaan : Gru Swasta
2. IBU
a. Nama : Linnen Sihombing
b. NIK : 1276044312700002
c. Tempat, Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 03 Desember
1970
d. Pendidikan : S1
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3. WALI
a. Nama :-
b. NIK :-
c. Tempat, Tanggal Lahir :-
d. Pendidikan :-
e. Pekerjaan :-
ABSTRAK

Unit reaktor 114D1 adalah tempat terjadinya reaksi antara metanol dengan air
bebas mineral yang akan membentuk gas hidrogen dalam keadaan bercampur
dengan unsur-unsur lainnya. Jenis reaktor yang digunakan yaitu reaktor fixed bed
multitube. Apabila reaktor tidak mampu menghasilkan konversi metanol menjadi
gas hidrogen dengan baik maka hidrogen yang dihasilkan tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah metanol yang
terkonversi menjadi gas hidrogen pada hydrogen plant sebuah pabrik.
Pengambilan data dilakukan dengan metoda observasi di hydrogen plant PT.
Domas Agrointi Prima Kuala Tanjung pada tanggal 09 Juni sampai 09 Agustus
2019. Untuk mengetahui konversi metanol menjadi gas hidrogen, dapat dihitung
dengan cara membandingkan antara jumlah metanol yang bereaksi dengan jumlah
metanol yang masuk. Berdasarkan data pengamatan hasil praktek kerja lapangan
dan dengan melakukan pengolahan data serta perhitungan secara kuantitatif
dengan laju alir campuran antara metanol dan air sebesar 2401,76 L/jam dan
dengan konsentrasi metanol 93,80 %, 93 % dan 91 % maka didapat rata-rata
jumlah metanol yang terkonversi menjadi gas hidrogen adalah sebesar 97,17 %,
rata-rata jumlah H2O yang berlebih adalah sebesar 188,02 % serta rata-rata jumlah
H2O yang terkonversi menjadi gas hidrogen adalah sebesar 34,72 %. Konversi
metanol yang diperoleh sudah cukup baik mengingat banyaknya faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah metanol yang terkonversi menjadi gas hidrogen yaitu
konsentrasi metanol yang masuk, usia katalis, rasio, tekanan, jenis katalis dan
temperatur.

Kata kunci: Reaktor, Fixed Bed Multitube, Konversi, Metanol, Gas Hidrogen

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya yang baru kepada kita semua. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Akhir ini.

Dalam penenlitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Poltak E Hutajulu, MT selaku Direktur Politeknik Teknologi Kimia


Industri Medan.
2. Pembantu Direktur I, II, dan III Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
3. Ibu Mahyana, SE. selaku Ka. Sub Bag. Administrasi Akademik
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
4. Ibu Yenny Sitanggang, ST, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia
dan Ibu Harmileni, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Teknik Kimia.
5. Ibu Donda, ST, M.Si., selaku Pembimbing I dan Bapak Ir. Adil Barus, M.Si
sekaku Pembimbing II yang telah membantu penulis dalam memberikan
arahan dan dukungan sehingga penulisan Karya Akhir ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Ir. Rosmiati, M.Si selaku Dosen Wali.
7. Bapak/Ibu penguji yang memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan
Karya Akhir ini.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Pegawai pada Politeknik Teknologi Kimia
Industri Medan.
9. Pihak Industri PT. Domas Agrointi Prima-Kuala Tanjung yang telah memberi
kesempatan kepada saya sehingga Karya Akhir ini dapat selesai dengan baik.
10. Ayahanda tercinta Hoddin Simarmata dan Ibunda tercinta Linnen Sihombing
serta ketiga saudara/i kandung penulis, Elisabeth, Togi dan Samuel yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materil, semangat dan dukungan
serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.

ii
11. Ibu Darni Paranita, ST, M. Si dan Ibu Mariani Sebayang, M. Si selaku Kepala
Laboratorium Operasi Teknik Kimia dan Laboratorium Satuan Operasi yang
telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.
12. Ibu Nurindah Siregar, ST, Abang Yosua Francisco, ST, MM selaku Staf
Pegawai di Laboratorium Operasi Teknik Kimia dan Laboratorium Satuan
Operasi dan teman-teman Asisten Laboratorium yang telah memberikan
motivasi kepada penulis.
13. Kepada sahabat-sahabat penulis, Meri Kristina Dongoran, Leyli Sagita
Sitinjak, Veronica Hartati Hutabarat, Yeni Yulinar Sianturi yang telah
memberikan bantuan, semangat dan dukungan serta doa kepada penulis.
14. Kepada adik-adik kos penulis Kajelina Sirait dan Desi Samosir yang telah
memberikan semangat dan doa kepada penulis.
15. Mahasiswa/i Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan Stambuk 2017
khususnya Teknik Kimia A (Hidrogen) yang telah memberikan bantuan,
semangat dan doa kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dalam metode maupun penyajian tata bahasa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya
Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga Karya Akhir ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.

Medan, September 2020


Penulis

(Merna Elsa Simarmata)


NIM. 17 01 031

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 4
1.3.1. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
1.3.2. Manfaat Penelitian .......................................................... 4
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1. Hidrogen ...................................................................................... 5
2.1.1. Proses Produksi Hidrogen ................................................. 7
2.1.2. Pembuatan dan Kegunaan Hidrogen ................................. 10
2.1.3. Hidrogen Sebagai Bahan Bakar ........................................ 13
2.1.4. Penyimpanan Hidrogen ..................................................... 15
2.1.5. Manfaat Hidrogen ............................................................. 15
2.2. Sejarah Metanol .......................................................................... 16
2.2.1. Pengertian Metanol ........................................................... 16
2.2.2. Gambaran Metanol ............................................................ 17
2.3. Air (H2O) ...................................................................................... 19
2.3.1. Sifat Air .............................................................................. 21
2.4. Reaktor ....................................................................................... 22
2.5. Katalis......................................................................................... 29
2.6. Stoikiometri ................................................................................ 32

iv
2.7. Jenis-Jenis Reaksi Kimia ........................................................... 34
2.8. Kajian Penelitian Yang Relavan................................................ 37
2.9. Kerangka Konseptual ................................................................ 39

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 40


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 40
3.2. Pengumpulan Data ....................................................................... 40
3.1.1. Alat dan Bahan ................................................................... 40
3.1.2. Metode Kerja ...................................................................... 41
3.1.3. Materi Penelitian................................................................. 43
3.3. Analisa Data ................................................................................. 43

BAB 4 ANALISA DATA .............................................................................. 44


4.1. Data Pegamatan............................................................................ 44
4.2. Perhitungan .................................................................................. 45
4.3. Pembahasan .................................................................................. 50

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 52


5.1. Kesimpulan ................................................................................... 52
5.2. Saran.............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Blok Diagram Alcohol Plant di PT. Domas Agrointi Prima
Kuala Tanjung ............................................................................. 7
Gambar 2.2. Diagram Alir Hydrogen Plant (Hydrogen Generation)
di PT. Domas Agrointi Prima Kuala Tanjung ............................. 8
Gambar 2.3. Adibatic Fixed Bed ...................................................................... 24
Gambar 2.4. Cold Shot or Hot Shot Fixed Bed ................................................ 24
Gambar 2.5. Fixed Bed dengan Pemanas/Pendingin ....................................... 25
Gambar 2.6. Fixed Bed Catalytic Reactors Dengan Pendingin/Pemanas
Tidak Langsung........................................................................... 25
Gambar 2.7. Reaktor Fixed Bed Multitube ...................................................... 27

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Sifat Fisika Gas Hidrogen ............................................................... 6
Tabel 2.2. Perbandingan Kalor......................................................................... 14
Tabel 2.3. Sifat Fisik Metanol .......................................................................... 19
Tabel 2.4. Ketetapan Fisika Air ....................................................................... 20
Tabel 2.5. Sifat Fisika dan Kimia Air .............................................................. 21
Tabel 4.1. Data Pengamatan Kondisi Reaktor 114D1 ..................................... 44
Tabel 4.2. Tabulasi Data Perhitungan Jumlah Metanol Yang Terkonversi
Menjadi Gas Hidrogen Pada Reaktor 114D1 .................................. 49

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Diagram Alir Hydrogen Plant (Hydrogen Generation)
di PT. Domas Agrointi Prima Kuala Tanjung ...................... 56
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan PKL ........... 57
Lampiran 3. Lembar Penilaian PKL ......................................................... 58
Lampiran 4. Lembar Kuisioner PKL ........................................................ 59
Lampiran 4. Lembar Asistensi Karya Akhir ............................................. 60

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hidrogen adalah unsur yang ditemukan Hendry Cavendish (1731-


1810) dan merupakan unsur yang atomnya paling kecil dan ringan. Unsur ini
paling banyak di alam semesta, yaitu sekitar 93 %, karena bintang-bintang
mengandung hidrogen sebagai bahan bakar nuklir untuk menghasilkan
cahaya. Jumlah atom hidrogen dibumi sekitar 3 % atau 0,14 % massa, dalam
bentuk senyawa anorganik (seperti air dan asam) dan organik. Air
mengandung 11 % massa hidrogen karena molekulnya mengandung dua
atom hidrogen dan satu oksigen (Syukri, 1999).
Manfaat penting hidrogen berikutnya (sekitar 38 %) ialah dalam
pemurnian minyak bumi, dimana hidrogen diproduksi dalam beberapa
operasi dan dikonsumsi dalam operasi lainnya. Pada reaksi serupa yang
disebut reaksi hidrogenasi (hydrogenation reaction), atom hidrogen, dengan
bantuan katalis, dapat diadisikan pada ikatan rangkap-dua dan rangkap-tiga
dalam molekul lain. Reaksi yang serupa bertindak sebagai dasar untuk
mengkonversi minyak yang mengandung ikatan rangkap-dua karbon-
karbon, seperti minyak nabati, menjadi lemak padat atau semipadat
(Petrucci, 2011).
Konversi (X) adalah perbandingan antara jumlah mol produk
secara total dengan jumlah mol reaktan persatuan waktu. Selektivitas (S)
adalah perbandingan jumlah mol produk satu komponen dengan jumlah mol
produk total per satuan waktu. Yield (Y) adalah perbandinggan antara
jumlah mol produk satu komponen dengan jumlah mol umpan total
persatuan waktu. Kinerja katalis secara kuantitatif ditinjau dari aktivitas
katalis. Aktivitas dinyatakan oleh konversi, selektivitas dan yield. Kenaikan
konversi sesuai dengan hukum Arrhenius yang menyatakan

1
2

bahwa semakin tinggi temperatur maka laju reaksi semakin tinggi (Husni,
2007).
Pereaksi pembatas adalah zat pereaksi yang habis bereaksi, dan
karenanya menjadi pembatas bagi keberlangsungan reaksi itu. Sedangkan
pereaksi lainnya dikatakan berlebih, karena tidak habis bereaksi atau bersisa.
Untuk keperluan perhitungan zat-zat pereaksi atau zat hasil reaksi yang
didasarkan pada persamaan kimia serta harus dimulai dari jumlah pereaksi
pembatas. Dalam hal ini untuk menentukan pereaksi mana yang merupakan
pembatas, perlu dihitung stoikiometri pereaksi yang terdapat pada
persamaan kimia. Setelah ditentukan mana yang merupakan pereaksi
pembatas, maka dapat dihitung hasil reaksinya (Yayan, 2010).
Di PT. Domas Agrointi Prima Kuala Tanjung ini memiliki
Hydrogen Plant (Hydrogen Generation) yang memproduksi gas hidrogen
murni sebanyak 1800 Nm3/h lewat suatu proses yang disebut Methanol
Steam Reforming. Hidrogen murni yang dihasilkan digunakan untuk proses
Wax Ester Hydrogenation dan proses Carbonyl Conversion pada Alcohol
Plant. Produksi Fatty Alcohol pabrik ini memiliki 5 section atau unit operasi
diantaranya, Wax Ester Preperation (section 110), Wax Ester Hydrogenation
(section 111), Fraksinasi dan Destilasi (section 112), Carbonyl Conversion
(section 113), Hydrogen Generation (section 114) dan Oil Thermal Heater
(section 115).
Pada Hydrogen Plant, metanol yang dicampur dengan air bebas
mineral akan dimasukkan kedalam reaktor yang berisi katalis lalu
dipanaskan hingga mencapai 265˚C dengan tekanan operasi pada 26 bar.
Gas yang terbentuk akan dipisahkan pada alat yang disebut PSA (Pressure
Swing Adsorption) sehingga didapat gas hidrogen dengan kemurnian hingga
99,99 %. Kemurnian dari metanol yang dipergunakan haruslah sesuai
dengan standard yang diinginkan, demikian juga dengan air bebas mineral
yang akan dipakai, serta temperatur pun merupakan hal yang sangat penting.
Setelah beroperasi beberapa waktu, usia katalis juga merupakan hal yang
harus diperhatikan sebab menyangkut dengan efektifitasnya.
3

Unit reaktor 114D1 adalah tempat terjadinya reaksi antara metanol


dengan air bebas mineral yang akan membentuk hidrogen dalam keadaan
bercampur dengan unsur-unsur lainnya. Reaktor yang digunakan jenis fixed-
bed multitube dengan ketinggian 8,567 meter yang memiliki ketebalan 17
cm untuk dapat bertahan dengan reaksi yang dibutuhkan pada tekanan
tinggi. Dalam proses pembuatan hidrogen dibutuhkan suhu yang tinggi
hingga mencapai 265 ˚C dengan tekanan 26 bar. Produk yang dihasilkan
berupa gas yang mudah terbakar serta dapat menimbullkan ledakan. Proses
terjadinya reaksi karena adanya katalis didalam reaktor yaitu berupa copper
40-50 %, zink oxide 25-30 %, aluminium oxide <15 % dan copper oxide 5-
18 %.
Konsentrasi metanol yang masuk yaitu 93,80-91 %. Untuk
menghasilkan jumlah hidrogen yang didapat harus sesuai yang diharapkan
dengan kemurnian 99,99 %, maka harus diperhatikan laju alir massa masuk
ke dalam reaktor agar dapat menghitung konversi metanol. Proses ini juga
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu temperatur, rasio, tekanan dan katalis
yang digunakan.
Dengan demikian Penulis tertarik untuk menghitung jumlah
metanol yang terkonversi menjadi gas hidrogen di PT. Domas Agrointi
Prima Kuala Tanjung. Untuk itu Penulis mempelajari dan membahasnya
dengan mengambil judul:

“PERHITUNGAN JUMLAH METANOL YANG TERKONVERSI


MENJADI GAS HIDROGEN PADA REACTOR 114D1 PADA
SECTION 114 HYDROGEN GENERATION DI PT. DOMAS
AGROINTI PRIMA-KUALA TANJUNG”
4

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penulis mengajukkan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Berapa jumlah CH3OH yang terkonversi menjadi gas hidrogen pada
reaktor 114D1 ?
b. Berapa jumlah kelebihan (excess) H2O pada reaktor 114D1 ?
c. Berapa jumlah H2O yang terkonversi menjadi gas hidrogen pada
reaktor 114D1 ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui jumlah CH3OH yang terkonversi menjadi gas
hidrogen pada reaktor 114D1.
b. Untuk mengetahui jumlah kelebihan (excess) H2O pada reaktor
114D1.
c. Untuk mengetahui jumlah H2O yang terkonversi menjadi gas
hidrogen pada reaktor 114D1.

1.3.2. Manfaat penelitian


a. Dapat mengetahui jumlah CH3OH yang terkonversi menjadi gas
hidrogen pada reaktor 114D1.
b. Dapat mengetahui jumlah kelebihan (excess) H2O pada reaktor
114D1.
c. Dapat mengetahui jumlah H2O yang terkonversi menjadi gas
hidrogen pada reaktor 114D1.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hidrogen
Hidrogen adalah unsur yang ditemukan Hendry Cavendish (1731-
1810) dan merupakan unsur yang atomnya paling kecil dan ringan. Unsur ini
paling banyak di alam semesta, yaitu sekitar 93 %, karena bintang-bintang
mengandung hidrogen sebagai bahan bakar nuklir untuk menghasilkan
cahaya. Jumlah atom hidrogen dibumi sekitar 3 % atau 0,14 % massa, dalam
bentuk senyawa anorganik (seperti air dan asam) dan organik. Air
mengandung 11 % massa hidrogen karena molekulnya mengandung dua
atom hidrogen dan satu oksigen (Syukri, 1999).
Gas Hidrogen adalah merupakan gas yang tidak bewarna, tidak
berbau, memiliki sifat non logam serta merupakan gas diatomik yang mudah
terbakar. Dengan berat atom sebesar 1,00794 gram/mol, hidrogen merupakan
unsur teringan di dunia. Cakupan pemanfaatan hidrogen sangatlah luas,
diantaranya sebagai bahan baku amonia, plastik, polyester dan nylon
digunakan untuk proses desulfurisasi minyak bakar dan bensin, dan untuk
industri makanan digunakan dalam proses hidrogenisasi amines dan fatty
acids (Yudho Sakti, 2018).
Dalam system periodik, hidrogen adalah nomor satu dan terletak
pada golongan IA, karena mempunyai satu elektron. Tetapi
kecenderungannya sama dengan golongan VIIA, yaitu menerima satu
elektron, dan tidak seperti unsur IA lainnya yang cenderung melepas satu
elektron. Selain itu, elektron hidrogen dapat ditarik oleh atom lain sehingga
menjadi ion H+, seperti oleh natrium. Karena itu, hidrogen tidak dapat
dimasukkan baik dalam golongan IA maupun golongan VIIA. Hidrogen
dalam keadaan bebas berupa molekul gas diatom (H2) dengan titik didih dan
titik beku yang sangat rendah (masing-masing -253˚C dan -259˚C), karena
gaya London antara molekul sangat kecil. Akibatnya, cukup sulit membuat

5
6

hidrogen cair dan padat yang makin dibutuhkan dalam teknologi (Syukri,
1999).
Hidrogen yang terdapat dialam ada tiga isotop, yaitu 1H (hidrogen),
2
H (D=deuterium) dan 3H (T=tritium), dengan perbandingan:
H : D : T = 10.000.000 : 2.000 : 1
Air yang terbentuk dari deuterium atau D2O disebut air berat dengan
perbandingan:
H2O : D2O = 5.000 : 1
Artinya, dalam 5.000 liter air terdapat sekitar 1 liter air berat. Tritium
(T) bersifat radioaktif dengan waktu paro 12,3 tahun dan dapat dibuat
dengan reaksi inti (Syukri, 1999).
Hidrogen sangat reaktif sehingga dibumi hidrogen terdapat sebagai
senyawa air mengandung hidrogen sebanyak 11,1 %, hidrokarbon (gas
alam) 25 %, minyak bumi 14 % dan karbohidrat (pati) 6 %. Saat ini
hidrogen dijual sebagai gas dan sebagai zat cair dan dipakai dalam industri
kimia dan migas. Sifat fisika gas hidrogen dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sifat Fisika Gas Hidrogen


Parameter Keterangan

Titk Lebur -259,14˚C

Titik Didih -252,87˚C

Warna Tidak Berwarna

Bau Tidak Berbau

Densitas 0,08988 g/cm3 pada 293 K

Kapasitas Panas 14,304 J/g.K

Sumber: Diaz, 2018.


7

2.1.1. Proses Produksi Hidrogen


Di PT. Agrointi Prima Kuala Tanjung ini memiliki Hydrogen
Plant (Hydrogen Generation) yang memproduksi gas hidrogen murni
sebanyak 1800 Nm3/h. Hidrogen murni yang dihasilkan digunakan
untuk hidrogenasi pada proses Wax Ester Hydrogenation dan proses
Carbonyl Conversion pada Alcohol Plant. Produksi Fatty Alcohol
pabrik ini memiliki 5 section atau unit operasi diantaranya, Wax Ester
Preperation (section 110), Wax Ester Hydrogenation (section 111),
Fraksinasi dan Destilasi (section 112), Carbonyl Conversion (section
113), Hydrogen Generation (section 114) dan Oil Thermal Heater
(section 115).
c

Gambar 2.1. Blok Diagram Alcohol Plant di PT. Domas Agrointi


Prima Kuala Tanjung
8

Gambar 2.2. Diagram Alir Hydrogen Plant (Hydrogen


Generation) di PT. Domas Agrointi Prima Kuala
Tanjung
Metanol dan air bebas mineral dimasukkan kedalam vessel
mixing 114 D2. Dalam vessel mixing tersebut metanol dan air bebas
mineral diukur dan dikendalikan densitasnya sampai mencapai 908
kg/m3. Kemudian metanol dan air bebas mineral dipompa ke dalam
reaktor 114 D1 dengan menggunakan pompa 114 G3, 114 G4 dan
melewati penukar panas 114 E1 dan 114 E2. Penukar panas 114 E1
diumpankan dengan gas proses panas yang berasal dari reaktor 114 D1.
Media pemanas yang digunakan yaitu thermal oil.
Campuran metanol dan air bebas mineral diubah menjadi H2
dalam reaktor 114 D1 menurut persamaan reaksi berikut:

CH3OH = CO + 2H2 (endotherm)


CO + H2O = CO2 + H2 (exotherm)
CH3OH + H2O = CO2 + 3H2 (endotherm) : Reaksi Total

Gas proses terus mengalir melalui 114E1 untuk


menghangatkan campuran air bebas mineral dan metanol yang masuk
9

dan kemudian ke pendingin 114E3. Selama proses pendinginan


kelebihan uap yang tersisa di kondensat gas. Proses kondensat
dipisahkan dalam separator 114D3 dan kondensat dikembalikan ke
proses dalam vessel mixing 114D2. Kemudian gas yang terbentuk akan
dipisahkan pada alat yang disebut PSA (Pressure Swing Adsorption)
sehingga didapat gas hidrogen dengan kemurnian hingga 99,99 %.
Dalam unit PSA, hidrogen dipisahkan dari pengotor seperti H2O, CO2
dan CH3OH yang belum dikonversi yang masih tersisa dalam gas yang
dikonversi. Unit PSA terdiri dari 4 adsorber 114D4 - 114D7 yang diisi
dengan adsorben. Pengotor diserap oleh adsorben di bawah tekanan
produk hidogen. Operasi adsorber terdiri dari langkah-langkah berikut:
Adsorpsi, Regenerasi, Pembersihan, dan Peningkatan Tekanan.
Kemurnian dari metanol yang dipergunakan haruslah sesuai
dengan standard yang diinginkan, demikian juga dengan air bebas
mineral yang akan dipakai, serta temperatur pun merupakan hal yang
sangat penting. Setelah beroperasi beberapa waktu, usia katalis juga
merupakan hal yang harus diperhatikan sebab menyangkut dengan
efektifitasnya. Gas yang dihasilkan yakni hidrogen merupakan gas yang
sangat mudah terbakar dan dapat menimbulkan ledakan dan api.
Karenanya pastikan bahwa semua jalur pipa yang akan dilalui gas ini
demikian juga absorbernya harus benar-benar telah bebas dari udara
maupun oksigen lewat purging dengan Nitrogen yang intensif. Gas
yang masuk kedalam absorber PSA haruslah benar-benar kering, sebab
gas yang basah akan dapat menimbulkan kerusakan yang serius
terhadap molecular sieve yang terdapat didalam absrober, itu sebabnya
pemisahan cairan dari gas harus benar dari gas yang masuk dan yang
keluar dan ini akan sangat mengganggu proses pemurnian gas
hidrogennya (PT. Domas Agrointri Prima Kuala Tanjung).
10

2.1.2. Pembuatan dan Kegunaan Hidrogen


Secara Umum ada 5 cara pembuatan hidrogen secara umum
yaitu steam reforming, gasifikasi batu bara, oksidasi parsial,
elektrolisis air, dan biological process.
1. Steam Reforming
Methane steam reforming merupakan salah satu cara
terbaik untuk memproduksi hidrogen dengan menggunakan bahan
baku berupa gas alam. Secara umum, tahapan proses pada Methane
Steam Reforming (MSR) adalah reaksi reforming, CO shift
reaction, dan pemurnian hasil. Pada Proses reforming ini juga
menghasilkan produk samping berupa gas karbon dioksida (CO2),
karbon monoksida (CO), dan syngas (CO + H2) yang cukup
bernilai untuk beberapa plant sebagai bahan baku. Kekurangan
pada proses ini yaitu ketergantungannya terhadap gas alam yang
kian lama makin menipis dan menghasilkan gas CO2 sebagai gas
efek rumah kaca. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Reforming
CH4 (g) + H2O (l) → CO (g) + 3H2 (g) ΔHr = 206 kJ/gmol
Shift
CO (g) + H2O (l) → CO2 (g) + H2 (g) ΔHr = -41 kJ/gmol
Overall
CH4 (g) + 2H2O (l) → CO2 (g) + 4 H2 (g) ΔHr = 165 kJ/g mol
(Yudho Sakti, 2018)
Metanol Reformer adalah alat yang digunakan dalam
teknik kimia khususnya di bidang teknologi fuel cell, yang dapat
menghasilkan gas hidrogen murni dan karbondioksida dengan
mereaksikan campuran metanol dan air. Metanol diubah menjadi
hidrogen dan karbon dioksida melalui tekanan dan panas serta
interaksi dengan katalis. Katalis yang digunakan pada Methanol
Steam Reforming seperti Cu / ZnO / Al2O3. Katalis berbasis
tembaga sangat aktif dan rendah biaya, meskipun mereka berasal
11

dari konsentrasi yang signifikan karbon monoksida, menunjukkan


stabilitas rendah dan sifat piroforik. ZnO menghasilkan produksi
CO lebih lambat dan konversi metanol lebih tinggi.
Reaksi reformasi metanol terjadi pada suhu yang relatif
rendah 240-260 oC, dibandingkan dengan metana yang biasanya
berkinerja pada 800-1000 oC. Reaksi metanol steam reforming
dapat dijelaskan sebagai berikut:
CH3OH CO + 2H2 ΔH = + 90,7 kJ/gmol
CO + H2O CO2 + H2 ΔH = - 41,2 kJ/gmol
CH3OH + H2O CO2 + 3H2 ΔH = + 49,7 kJ/g mol

Ada dua metode dasar untuk melakukan proses ini yaitu:


a. Campuran air-metanol dimasukkan ke dalam reaktor berbentuk
tabung dimana terjadi kontak dengan katalis. Hidrogen
kemudian dipisahkan dari reaktan dan produk lain di ruang
selanjutnya, baik dengan adsorpsi ayunan tekanan (PSA) atau
melalui penggunaan membran tempat sebagian besar hidrogen
melewatinya.
b. Proses lainnya menampilkan ruang reaksi terintegrasi dan
membran pemisah, sebuah reaktor membran. Dalam
pendekatan yang relatif baru ini, ruang reaksi dibuat berisi
membran permeabel hidrogen bersuhu tinggi yang dapat
dibentuk dari logam tahan api, paduan paladium, atau keramik
berlapis PdAg. Hidrogen dengan demikian dipisahkan keluar
dari ruang reaksi saat reaksi berlangsung. Proses ini
memurnikan hidrogen dan seiring dengan berlanjutnya reaksi,
meningkatkan laju reaksi dan jumlah hidrogen yang diekstraksi
(Iulianelli, 2013).
12

2. Oksidasi Parsial
Proses ini lebih ekonomis dan lebih bersifat eksotermis
sebesar 249 kJ/mol dibandingkan dengan methane steam
reforming. Bahan bakunya adalah gas alam dan fuel oil. Serta
kekurangan yang lain pada proses ini yaitu katalis yang dibutuhkan
seperti logam ruthenium dan rodium yang sangat mahal harganya.
CH4 (g) + ½O2 (g) → CO (g) + 2H2 (g)
3. Elektrolisis Air
Pembuatan hidrogen dengan proses ini berbahan baku air
dengan bantuan energi listrik dan larutan elektrolit NaOH 15 %,
menghasilkan O2 sebagai produk samping.
H2O electricity → H2 (g) + ½O2 (g)
4. Biological Process
Hidrogen bisa juga diproduksi melalui fermentasi dari
biomassa (sekam padi, tongkol jagung cangkang sawit dan kayu
karet) dengan bantuan mikroorganisme diantaranya dari genus
Enterobacter, clostridium, thermotoga, thermoanaerobacter,
pyrococcus, Thermococcus dan caldicellulosiruptor. Kekurangan
dari proses ini yaitu bahan baku yang bersaing dengan bahan
pangan, yield hydrogen yang dihasilkan juga tidak banyak yaitu
10 % - 20 % dan harga mikroorganisme yang mahal membuatnya
tidak cocok digunakan pada skala besar.
C6H10O5 + 7 H2O → 12 H2 + 6 CO2
5. Gasifikasi Batu Bara
Gasifikasi batubara adalah proses dimana karbon dalam
batubara terkonversi menjadi gas (Syngas) dengan menggunakan
media gasifikasi (gasification agent). Zat yang dipakai sebagai
media adalah karbon dioksida dan steam. Gas yang dihasilkan juga
bermacam-macam, yaitu campuran karbon monoksida (CO) dan
hidrogen (H2) sebagai produk utama, serta karbon dioksida (CO2),
hidrogen sulfida, metana dan steam. Ada beberapa proses yang
13

digunakan dalam gasifikasi batubara yang diklasiikasikan


berdasarkan jenis reaktor (gasifier) yang digunakan. Tipe
reaktornya pun dibedakan menjadi 3 yaitu moving-bed gasifier,
fluidized gasifier, dan entrained-flow gasifier, namun reaktor
namun reaktor jenis fluidizedbed gasifier yang paling banyak
digunakan karena dianggap paling menguntungkan. Proses yang
terjadi dalam gasifier jenis ini adalah :
C(s) + H2O(g) → CO(g) + H2(g) ∆H°reaksi = +131.46 kJ/gmol
C(s) + CO2(g) → 2CO(g) ∆Horeaksi = +172.67 kJ/gmol
C(s) + 2H2(g) → CH4(g) ∆Horeaksi = -74.94 kJ/gmol
(Yudho Sakti, 2018).
Hidrogen sebagai gas dapat digunakan berbagai keperluan,
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pengisi balon, karena sangat ringan
2. Bahan untuk sel bahan bakar
3. Bahan bakar yang tidak berpolusi
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l)
4. Bahan pembuat amoniak

N2 (g) + 3H2 (aq) 2NH3 (g)

5. Bahan pembuat methanol

CO2 (g) + 2H2 (aq) CH3OH (Syukri, 1999).

2.1.3. Hidrogen Sebagai Bahan Bakar


Pembakaran hidrogen dapat menghasilkan kalor sebanyak
286 kJ per mol hidrogen. Pada Tabel 2.2. dapat dibandingkan
kalor yang dihasilkan oleh hidrogen dengan kalor yang dihasilkan
oleh bahan bakar lain.
14

Tabel 2.2. Perbandingan Kalor


Kalor yang dihasilakan (kJ)
Bahan Bakar Per gram Per mol Per liter
Gas hidrogen 143 286 12
Hidrogen cair 142 285 9970
Gas metan 55 882 36
LPG 50 2220 25600
Oktana cair 48 5512 3400
Sumber: Arbie, 2010.
Hidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar sebab:
1. Dapat terbakar dalam oksigen membentuk air dan menghasilkan
energi.
2. Bersama oksigen dapat digunakan dalam sel bahan bakar
menghasilkan energi listrik (Arbie, 2010).

Keuntungan jika hidrogen digunakan sebagai bahan bakar yaitu:


1. Suatu cuplikan hidrogen jika dibakar akan menghasilkan
energi sebanyak kira-kira tiga kali energi yang dihasilkan
bensin dengan berat yang sama.
2. Dalam mesin kendaraan bermotor hidrogen akan terbakar
lebih efisien jika dibandingkan dengan bahan bakar lain.
3. Pembakaran hidrogen kurang menghasilkan polusi. Polutan
yang terjadi hanya oksida nitrogen yang terjadi jika suhu
pembakaran sangat tinggi.
4. Mesin yang menggunakan hidrogen mudah diubah agar dapat
menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar.
` Alasan utama mengapa hidrogen masih belum digunakan
secara besar-besaran sebagai sumber energi yaitu:
1. Produksi hidrogen masih cukup mahal.
2. Kesukaran dalam menyimpan (Arbie, 2010).
15

2.1.4. Penyimpanan Hidrogen


Hidrogen dapat disimpan dengan cara berikut:
o
1. Hidrogen dicairkan dan disimpan pada suhu -253 C. Dalam
hal ini memerlukan tangki khusus dan mahal. Hidrogen cair
perlahan-lahan menguap dan dapat meledak. Energi untuk
mencairkan hidrogen kira-kira 40 % energi yang dihasilkan
pada pembakaran.
2. Dapat disimpan dalam tangki berukuran tinggi kira-kira 30
kali dibandingkan tangki berisi bensin yang menghasilkan
energi yang sama.
3. Dapat disimpan dalam aliasi logam. Hidrogen dapat
menempati rongga diantara atom aliasi logam dan
membentuk hidrida. Hidrida logam ini aman untuk pengisian
hidrogen karena tidak meledak jika gas dibakar (Arbie,
2010).

2.1.5. Manfaat Hidrogen


Hidrogen tidak termasuk dalam daftar teratas bahan kimia
yang diproduksi, sebab hanya sedikit yang dijual ke pelanggan.
Sebagian besar hidrogen diproduksi dan digunakan ditempat. Dari
segi ini manfaat terpenting hidrogen (sekitar 42 %) ialah dalam
manufaktur NH3. Manfaat penting H2 berikutnya (sekitar 38 %) ialah
dalam pemurnian minyak bumi, dimana H2 diproduksi dalam
beberapa operasi dan dikonsumsi dalam operasi lainnya. Pada reaksi
serupa yang disebut reaksi hidrogenasi (hydrogenation reaction),
atom hidrogen, dengan bantuan katalis, dapat diadisikan pada ikatan
rangkap-dua dan rangkap-tiga dalam molekul lain. Proses manufaktur
kimia penting lainnya yang memanfaatkan hidrogen ialah sintesis
metil alkohol (metanol), suatu bahan bakar alternatif (Petrucci, 2011).
16

2.2. Sejarah Metanol


Dalam proses pengawetan mayat, orang Mesir kuno menggunakan
berbagai macam campuran, termasuk di dalamnya metanol, yang mereka
peroleh dari pirolisis kayu. Metanol murni, pertama kali berhasil diisolasi
tahun 1661 oleh Robert Boyle, yang menamakannya spirit of box, karena
menghasilkannya melalui distilasi kotak kayu. Nama itu kemudian lebih
dikenal sebagai pyroxylic spirit (spritus). Pada tahun 1834, ahli kimia Prancis
Jean-Baptiste Dumas dan Eugene Peligot menentukan komposisi kimianya.
Jean-Baptiste Dumas dan Eugene Peligot juga memperkenalkan nama
methylene untuk kimia organik, yang diambil dari bahasa Yunani methy =
anggur + hwl = kayu (bagian dari pohon). Kata itu semula dimaksudkan
untuk menyatakan “alkohol dari (bahan) kayu”. Kata metil pada tahun 1840
diambil dari methylene, dan kemudian digunakan untuk mendeskripsikan
“metil alkohol”. nama ini kemudian disingkat menjadi “metanol” tahun 1892
oleh International Conference on Chemical Nomenclature. Pada tahun 1923,
ahli kimia Jerman, Matthias Pier, yang bekerja untuk BASF mengembangkan
cara mengubah gas sintesis (syngas / campuran dari karbon dioksida dan
hidrogen) menjadi metanol. Proses ini menggunakan katalis zinc chromate
(seng kromat) Penggunaan metanol sebagai bahan bakar mulai mendapat
perhatian ketika krisis minyak bumi terjadi di tahun 1970-an karena ia mudah
tersedia dan murah. Masalah timbul pada pengembangan awalnya untuk
campuran metanol-bensin. (Stephanie, 2008).

2.2.1. Pengertian Metanol


Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol adalah senyawa
kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan bentuk
alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer metanol berbentuk
cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar,
dan beracun dengan bau yang khas. Metanol digunakan sebagai bahan
pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditif bagi
industri etanol (Rosdiana, 2017).
17

Metanol yang dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol


atau spiritus adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH.
Metanol mempunyai berat molekul 32,043 g/mol dan berwujud cair
pada suhu lingkungan dan tekanan atmosferis. Titik didih metanol
sebesar 64,7 Cdan mempunyai titik lebur sebesar -98,68 C. Metanol
mempunyai sifat mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar,
dan beracun dengan bau yang khas (Wasti, 2018).

2.2.2. Gambaran Metanol


Senyawa alkohol yang paling sederhana dan umum
digunakan adalah metanol. Metanol yang juga dikenal sebagai metil
alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia yang dapat
disusun dari tiga unsur kimia yaitu unsur oksigen, karbon, dan
hidrogen dengan rumus kimia CH3OH.
Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena
metanol dahulu merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini
metanol dihasilkan melului proses multi tahap. Secara singkat, gas
alam dan uap air dibakar dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen
dan karbon monoksida. Kemudian, gas hidrogen dan karbon
monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan katalis
untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya adalah
endotermik dan tahap sintesisnya adalah eksotermik (Stephanie, 2008).
Saat ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang
merupakan komponen dari gas alam. Terdapat tiga proses yang
dipraktekkan secara komersial, yaitu:
1. Pada tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (10-20 atm) dan temperatur
tinggi (sekitar 850 °C), metana bereaksi dengan uap air (steam)
dengan katalis nikel untuk menghasilkan gas sintesis menurut reaksi
kimia berikut:
CH4 + H2O → CO + 3 H2
18

Reaksi ini, umumnya dinamakan steam-methane reforming atau


SMR, merupakan reaksi endotermik dan limitasi perpindahan
panasnya menjadi batasan dari ukuran reaktor katalitik yang
digunakan.
2. Metana juga dapat mengalami oksidasi parsial dengan molekul
oksigen untuk menghasilkan gas sintesis melalui reaksi kimia
berikut:
2 CH4 + O4 → 2 CO2 + 4 H2
Reaksi ini adalah eksotermik dan panas yang dihasilkan dapat
digunakan secara in-situ untuk menggerakkan reaksi steam-methane
reforming.
3. Ketika dua proses tersebut dikombinasikan, proses ini disebut
sebagai autothermal reforming. Rasio CO and H2 dapat diatur
dengan menggunakan reaksi perpindahan air-gas (the water-gas
shift reaction):
CO + H2O → CO2 + H2,
untuk menghasilkan stoikiometri yang sesuai dalam sintesis
metanol. Karbon monoksida dan hidrogen kemudian bereaksi
dengan katalis kedua untuk menghasilkan metanol. Saat ini, katalis
yang umum digunakan adalah campuran tembaga, seng oksida, dan
alumina, yang pertama kali digunakan oleh ICI di tahun 1966. Pada
5-10 MPa (50-100 atm) dan temperatur 250 °C, ia dapat
mengkatalisis produksi metanol dari karbon monoksida dan
hidrogen dengan selektifitas yang tinggi:
CO + 2 H2 → CH3OH
Sangat perlu diperhatikan bahwa setiap produksi gas
sintesis dari metana menghasilkan 3 mol hidrogen untuk setiap mol
karbon monoksida, sedangkan sintesis metanol hanya memerlukan 2
mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida. Salah satu cara
mengatasi kelebihan hidrogen ini adalah dengan menginjeksikan
karbon dioksida ke dalam reaktor sintesis metanol, dimana karbon
19

dioksida akan bereaksi membentuk metanol sesuai dengan reaksi


kimia berikut:
CO2 + 3 H2 → CH3OH + H2O (Stephanie, 2008).

Tabel 2.3. Sifat Fisik Metanol


Rumus Molekul CH3OH

Berat Molekul 32 kg/mol

Wujud Liquid

Warna Tidak Berwarna

Spgr 792 kg/m3

Titik Didih 64,7 C

Titik Leleh -97,9 C

Temperatur Kritis 513,20 C

Tekanan Kritis 78,5 Atm

Sumber: (Wasti, 2018).

2.3. Air (H2O)


Air murni merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat
sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu
atom oksigen (O). Secara simbolik air dinyatakan sebagai H2O.
(Sumanwidjaya, 1974)
Kekentalan (viskositas) air merupakan sifat fisik yang juga tidak
boleh diabaikan. Kekentalan adalah suatu sifat yang dipakai sebagai
pengukur besarnya daya yang diperlukan untuk memisahkan molekul-
molekul zat cair agar dapat dilewati. Ini merupakan akibat dari tekanan
gesekan yang ditimbulkan oleh suatu zat cair pada benda-benda yang
bergerak. Besarnya sebanding dengan luas permukaan yang berhubungan
20

dengan air, kecepatan, dan konstanta yang bergantung pada suhu dan sifat zat
cair. Pengaruh suhu sangat besar, jika suhu naik maka kekentalan berkurang.
Kekentalan air pada 0 adalah dua kali lebih besar daripada 25 (Ghufran
M, 2010).
Air merupakan pelarut yang paling penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-
garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak molekul organik.
Ketetapan fisika serta sifat fisika dan kimia air dapat dilihat pada Tabel 2.4
dan Tabel 2.5.

Tabel 2.4. Ketetapan Fisika Air


Parameter 0˚C 20˚C 50˚C 100˚C
Massa Jenis (g/cm3) 0,99987 0,99823 0,9981 0,9584
Panas Jenis (kal/g˚C) 1,0074 0,9988 0,9985 1,0069
Kalor Uap (kal/g) 597,3 586 569 539
Kondiktifitas Thermal 1,39 × 10-3 1,40 × 10- 1,52 × 10-3 1,63 ×
(kal/cm-1s-1˚C) 3
10-3

Tegangan 75,64 72,75 67,91 58,8


Permukaan
(dyne/cm)

Laju Viskositas 178,34 × 100,9 × 54,9 × 10-4 28,4 ×


-4 -4
(g/cm s) 10 10 10-4

Tetapan Dielektrik 87,825 80,8 69,725 55,355


Sumber: Diaz, 2018.
21

Tabel 2.5. Sifat Fisika dan Kimia Air


Sifat Fisika Sifat Kimia
Bersifat polar karena adanya Tidak berwarna, tidak berasa,
perbedaan muatan tidak berbau
Sebagai pelarut yang baik karena Dapat menyerap sejumlag kalor
kepolarannya karena memiliki kalor jenis yang
tinggi
Bersifat netral (pH=7) dalam keadaan Tekanan kritis sebesar 22,1 × 106
murni Pa
Keberadaan pasanga electron bebas Kapasitas kalor sebesar 4,22 kJ/kg
pada atom oksigen K
Sumber: Diaz, 2018.

2.3.1. Sifat Air


Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki
oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0˚C (32˚F) -
100˚C, air berwujud cair. Suhu˚C merupakan titik beku (freezing
point) dan pada suhu 100˚C merupakan ttik didih (boiling point)
air.
2. Perubahan suhu air berlangsuung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini
memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam
seketika.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan.
Penguapan (evaporasi) adalah perubahan air menjadi uap. Proses
ini memerlukan energy panas dalam jumlah yang besar.;
Sebaiknya, proses perubahan air menjadi cairan (kondensasi)
melepaskan energy panas yang besar.
22

4. Air merupakan pelarut yang baik. air mampu melarutkan berbagai


jenis senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam
jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung
senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan
dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tegangan
antar-molekul ciran tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang
tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan
secara baik (higher wetting ability).
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika
membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es
memiliki nilai densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada
air (Hefni, 2003).

2.4. Reaktor
Reaktor dapat secara luas diklasifikaskan sebagai kimia atau
biokimia. Sebagian besar reaktor baik kimia atau biokimia memiliki katalis.
Strateginya adalah dalam memilih katalis, jika digunakan dan karakteristik
ideal serta kondisi operasi yang diperlukan untuk sistem reaksi. Masalah yang
harus diatasi untuk mendesain reaktor yaitu:
1. Tipe Reaktor
2. Katalis
3. Ukuran Reaktor
4. Kondisi Operasi (temperatur dan tekanan)
5. Fase
6. Kondisi Umpan (konsentrasi dan temperatur) (Robbin Smith, 2005).
Desain reaktor baik operasi maupun peralatan dapat dilakukan
dengan mengetahui terlebih dahulu tentang kinerja reaktor yang meliputi pola
kontak material, reaksi serta persamaan yang menggambarkan kinerja reaktor
yang berkaitan dengan aliran masuk dan keluar reaktor. Reaktor merupakan
peralatan yang didalamnya terjadi reaksi kimia, sehingga untuk dapat
23

melakukan desain reaktor perlu ada pemahaman yang baik terkait reaksi
kimia (Rama Oktavian, 2017).
Beberapa jenis-jenis konfigurasi reaktor dan penggunaanya adalah
sebagai berikut:
1. Reaktor Fixed-Bed
Reaktor Fixed Bed merupakan suatu reaktor yang mana katalis
berdiam didalam reaktor bed. Di dalam reaktor, katalis ditopang oleh suatu
struktur catalyst support berupa perforated tray dengan tambahan lapisan
inert semacam ceramic balls dengan diameter bervariasi sesuai dengan
ukuran partikel katalis baik di sisi terbawah maupun di lapisan atas bed
katalisator. Secara spesifik, reaktor fixed bed yang ada di unit pengolahan
minyak bumi dirancang oleh vendor berdasarkan kebutuhan proses.
Struktur internal reaktor pun berbeda dari vendor satu dengan lainnya.
Karena sifatnya yang sangat spesifik, perancangan reaktor itu sendiri
biasanya juga terkait dengan prosesnya, misalnya perancangan reaktor
fixed bed untuk unit cracking akan berbeda dengan perancangan reaktor
fixed bed untuk MSDW Lube Catalytic Dewaxing. Hal ini terkait dengan
kebutuhan proses, terutama terkait dengan kebutuhan katalis yang sangat
spesifik tergantung pada vendornya masing-masing. Meskipun demikian,
secara umum bagian-bagian internal reaktor tetap sama, hanya saja tiap
lisensor proses maupun vendor reaktor tersebut memiliki tipikal desain
masing-masing yang diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi dari
reaktor tersebut (Muhammad Yasir, 2019).
Reaktor dikemas dengan partikel-partikel katalis padat. Sebagian
besar desain mendekati perilaku plug-flow. Bentuk paling sederhana dari
reaktor katalitil fixed-bed menggunakan pengaturan adiabatik, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.3.
24

Gambar 2.3. Adibatic Fixed Bed


(Robbin Smith, 2005).

Jika operasi adiabatik tidak dapat diterima karena kenaikan suhu


yang besar untuk reaksi eksotermik atau penurunan besar untuk reaksi
endotermik maka tembakan dingin atau tembahan panas dapat digunakan
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Cold Shot or Hot Shot Fixed Bed


Sumber: Robbin Smith, 2005.

Sebagai alternatif serangkaian adiabatic beds dengan pendinginan


dan pemanasan menengah dapat digunakan untuk mempertahankan
kontrol suhu, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5.
25

Gambar 2.5. Fixed Bed Dengan Pemanas/Pendingin


Sumber: Robbin Smith, 2005.

Pemanasan atau pendinginan dapat dicapai oleh penukar panas


internal atau eksternal. Media pemanas atau pendingin bersirkulasi
disekitar bagian luar tabung. Reaktor berbentuk tabung yang mirip dengan
penukar panas shell dan tube dapat digunakan, dimana tabung dikemas
dengan katalis seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Fixed Bed Catalytic Reactors Dengan


Pendingin/Pemanas Tidak Langsung
Sumber: Robbin Smith, 2005.

Adapun kelebihan dan kekurangan reaktor fixed bed sebagai


berikut:
26

Kelebihan Reaktor Fixed Bed:


1. Dapat digunakan untuk mereaksikan dua macam gas sekaligus.
2. Kapasitas produksi cukup tinggi.
3. Pemakaian tidak terbatas pada kondisi reaksi tertentu (eksoterm atau
endoterm) sehingga pemakaian lebih fleksibel.
4. Aliran fluida mendekati plug flow sehingga dapat diperoleh hasil
konversi yang tinggi.
5. Fixed rendah.
6. Oleh karena adanya hold-up yang tinggi, maka
menghasilkanpencampuran radial yang lebih baik dan tidak ditemukan
pembentukansaluran (channeling).
7. Pemasokan katalis per unit volume reaktor besar.
8. Hold up liquid tinggi, katalis benar-benar dibasahi, kontrol temperatur
lebih baik.
9. Transfer massa gas-liquid lebih tinggi daripada reaktor lainnya karena
interaksi gas-liquid lebih besar.

Kekurangan Reaktor Fixed Bed:


1. Resistansi difusi intra partikel sangat besar.
2. Nilai transfer massa dan transfer panas rendah.
3. Pemindahan katalis sangat sulit dan memerlukan shut down alat.
4. Konversi lebih rendah, ada kemungkinan terjadi reaksi samping
homogen pada liquid (Muhammad Yasir, 2019).

Bentuk reaktor fixed bed dapat dibagi menjadi :


1. Single Bed
Sebagai penyangga katalisator dipakai butir-butir alumunia
(bersifat inert terhadap zat pereaksi) dan pada dasar reaktor disusun dari
butir yang besar makin keatas makin kecil, tetapi pada bagian atas
katalisator disusun dari butir kecil makin keatas makin besar.
2. Multitube
27

Katalisator diisi lebih dari satu tumpuk katalisator fixed bed


dengan katalisator lebih dari satu tumpuk banyak dipakai dalam proses
adiabatik. Jika reaksi yang terjadi sangat eksotermis pada konversi yang
masih kecil suhu gas sudah naik sampai lebih tinggi dari suhu
maksimum yang diperbolehkan untuk katalisator, maka gas harus di
dinginkan terlebih dahulu kedalam alat penukar panas diluar reaktor
untuk di dinginkan dan selanjutnya dialirkan kembali ke reaktor melalui
tumpukan katalisator kedua, jika konversi gas yang keluar dari
tumpukan kedua belum mencapai yang direncanakan, tetapi suhu gas
sudah lebih tinggi dari yang diperbolehkan maka dilakukan pendinginan
lagi dengan mengalirkan gas kealat penukar panas kedua kemudian di
kembalikan ke reaktor yang masuk melalui tumpukan katalisator ketiga
dan seterusnya sampai diperoleh konversi yang diinginkan. Jika reaksi
bersifat endotermis maka penukar panas diluar reaktor dapat digunakan
untuk pemanas gas reaksi (Muhammad Yasir, 2019).

Gambar 2.7. Reaktor Fixed Bed Multitube


Sumber: Muhammad Yasir, 2019.
2. Reaktor Tangki Berpengaduk
28

Reaktor tangki berpengaduk dapat dioperasikan dalam mode batch,


semi-batch atau kontinu.

3. Reaktor Nonkatalitik Fixed-bed


Reaktor nonkatalitik fixed-bed dapat digunakan untuk bereaksi gas
dan padatan. Misalnya, hidrogen sulfida dapat dihilangkan dari gas bahan
bakar melalui reaksi dengan oksida besi.

4. Reaktor Katalitik Moving-Bed


Jika katalis padat mengalami penurunan kinerja, laju degradasi
dalam hed tetap mungkin tidak dapat diterima. Dalam hal ini, reaktor
unggun bergerak dapat digunakan. Katalis digerakkan oleh umpan ke
reaktor dan produk. Ini memungkinkan untuk menghilangkan katalis
secara terus menerus untuk regenerasi.

5. Reaktor Katalitik Fluidized-Bed


Dalam reaktor fluidized-bed, bahan padat dalam bentuk partikel
halus ditahan dalam suspensi oleh aliran ke atas fluida yang bereaksi. Efek
dari gerak cepat partikel adalah perpindahan panas yang baik dan
keseragaman suhu. Ini mencegah pembentukan hot spot yang dapat terjadi
dengan reaktor unggun tetap. Kinerja reaktor unggun terfluidisasi tidak
diperkirakan oleh model ideal aliran campuran atau plug-aliran.

6. Reaktor Nonkatalitik Fluidized-Bed.


Lapisan terfluidisasi juga cocok untuk reaksi nonkatalitik gas-
padatan. Semua keuntungan yang dijelaskan sebelumnya untuk reaksi
katalitik gas-padat berlaku di sini. Sebagai contoh, batu kapur (terutama,
kalsium karbonat) dapat dipanaskan untuk menghasilkan kalsium oksida
dalam reaktor unggun terfluidisasi menurut panas reaksi untuk
menghasilkan suhu tinggi yang diperlukan untuk reaksi.

7. Kiln
29

Reaksi yang melibatkan bahan padatan, pasta, dan bubur yang


mengalir bebas dapat dilakukan dalam tanur. Dalam rotary kiln, shell
silinder dipasang dengan sumbunya membuat sudut kecil ke horizontal dan
diputar perlahan. Bahan padat yang akan direaksikan diumpankan ke ujung
kiln yang ditinggikan dan jatuh ke kiln sebagai hasil rotasi. Perilaku
reaktor biasanya mendekati aliran plug. Reaksi suhu tinggi membutuhkan
baja berlapis refraktori (Robbin Smith, 2005).

2.5. Katalis
Reaksi kimia dapat berjalan apabila kondisi operasi telah tercapai.
Suatu reaksi kimia yang memiliki suatu barrier energi-energi pengaktifan
yang besar baru dapat memulai reaksinya bila barrier energi itu telah
terlampaui. Salah satu cara melampaui barrier energi tersebut adalah dengan
menaikkan temperatur reaksi. Suatu cara untuk menurunkan barrier energi
adalah dengan menggunakan katalis. Suatu katalis dapat mempercepat reaksi
kimia tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen. Disamping
itu keberadaan katalis akan menyebabkan suatu reaksi kimia dapat berjalan di
bawah kondisi temperatur operasinya dan sangat penting untuk mengurangi
rendemen dari produk-produk yang tidak diinginkan (Fajar, 2013).
Katalis merupakan suatu zat yang dapat meningkatkan kecepatan
reaksi terhadap suatu kesetimbangan tanpa adanya zat katalis yang
dikonsumsi, setelah proses selesai katalis dapat diperoleh kembali. Katalis
bersifat mempengaruhi kecepatan reaksi, tanpa mengalami perubahan secara
kimiawi pada akhir reaksi. Katalis berperan untuk meningkatkan selektivitas
suatu reaktan agar menghasilkan produk sesuai yang diinginkan. Peristiwa /
fenomena / proses yang dilakukan oleh katalis ini disebut katalisis. Adapun
parameter yang perlu diperhatikan untuk menilai kualitas katalis yang baik
sebagai berikut :
1. Aktivitas yang tinggi, yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi
reaktan menjadi produk yang diinginkan.
30

2. Selektivitas yang baik, yaitu kemampuan mempercepat suatu reaksi


sehingga menghasilkan produk yang diinginkan (dalam jumlah tinggi)
dan produk samping seminimal mungkin.
3. Stabilitas atau lifetime, yaitu kemampuan menahan hal-hal yang dapat
mengarahkan terjadinya deaktivitas katalis (Mukhamad, 2017).
Sebagian besar proses kimia menggunakan katalis dimana katalis
untuk mengetahui suatu reaksi. Pemilihan dari katalis sangat penting dalam
sebuah reaksi. Katalis meningkatkan laju reaksi tetapi idealnya tidak
mengubah dalam jumlah dan komposisi kimia pada akhir reaksi. Jika katalis
digunakan untuk mempercepat reaksi reversibel, katalis tidak dengan
sendirinya mengubah posisi kesetimbangan. Katalis dapat diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu:
1. Katalis Homogen
Katalis homogen merupakan katalis yang memiliki fasayang
sama dengan bahan pereaksi dan produk reaksinya. Karena fasa katalis dan
pereaksinya sama, proses pemisahan yang dilakukan untuk memperoleh
kembali katalis di akhir reaksi cukup rumit. Sehingga penggunaan katalis
homogen kurang menguntungkan apabila diaplikasikan di industri karena
diperlukan biaya yang cukup tinggi untuk proses pemisahan katalis,
reaktan, dan produk. Sistem katalis homogen hanya dijumpai pada
industri-industri tertentu saja, misalnya industri bahan kimia, obat-obatan,
dan makanan. Beberapa industri petrokimia seperti produksi asam asetat,
hidroformilasi juga menggunakan sistem katalis. Selain itu terdapat sifat-
sifat katalis homogen, yaitu sebagai berikut :
1. Aktivitas dan selektivitasnya tinggi
2. Tidak mudah teracuni oleh keberadaan pengotor
3. Mudah dioperasikan
4. Mudah dimodifikasi
5. Sulit dipisahkan dari campuran reaksi
6. Kurang stabil bila dioperasikan pada suhu tinggi
7. Penggunaannya yang terbatas di bidang industry (Mukhamad, 2017).
31

Dalam katalis homogen, reaksi berlangsng seluruhnya dalam fase


uap atau cair. Katalis dapat memodifikasi mekanisme reaksi dengan
berpartisipasi dalam reaksi tetapi diregenerasi dalam langkah berikutnya.
Katalis kemudian bebas untuk mendorong reaksi lebih lanjut (Robin
Smith, 2005).
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen merupakan katalis yang memiliki fasa yang
berbeda dengan bahan pereaksi dan produk reaksinya. Pada umumnya
katalis heterogen terdiri atas komponen aktif dan bahan penyangga
(support). Mekanisme yang terjadi pada katalis heterogen, melibatkan
proses adsorpsi dan desorpsi. Katalis biasanya di aktivasi terlebih dahulu
sebelum digunakan. Katalis heterogen ini banyak diaplikasikan pada
industri karena katalis dalam bentuk pelet mudah di buat, sehingga
konstruksi sederhana. Penyimpanan katalis dalam tabung reaktor juga
mudah diletakkan sehingga katalis dapat beradaptasi dengan reaktan yang
mengalir di reaktor. Sifat – sifat katalis heterogen, yaitu sebagai berikut:
1. Tahan dan stabil pada suhu yang relatif tinggi
2. Mudah dipisahkan dari campuran reaksi
3. Konstruksinya sederhana
4. Umur katalis yang panjang
5. Mudah teracuni apabila terdapat sedikit kotoran (Mukhamad, 2017).
Dalam katalis heterogen, katalis berada dalam jenis yang berada
dalam dari fase yang bereaksi. Paling sering, katalis heterogen adalah
padatan, jenis yang bertindak dalam fase cair atau fase gas. Katalis padat
dapat berupa salah satu dari yang berikut ini
a. Bahan katalitik curah, dimana komposisi kotor tidak berubah secara
signifikan melalui bahan wire mesh platinum.
b. Katalis yang didukung, dimana bahan katalitik aktif didispersikan
diatas permukaan zat berpori.
32

3. Katalis Biokimia
Beberapa reaksi dapat dikatalisis oleh enzim. Daya tarik dalam
menggunakan enzim daripada mikroorganisme dalam peningkatan laju
yang sangat besar yang dapat diperoleh tanpa adanya mikroorganisme.
Selain itu reaksi kimia tidak harus memenuhi persyaratan khusus sel
hidup. namun sama seperti mikroorganisme, enzim adalah sensitif, dan
perawatan harus dilakukan dalam kondisi di mana enzim digunakan
(Robin Smith, 2005).

2.6. Stoikiometri
Stoikiometri (stoichiometry) adalah ilmu yang mempelajari
kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Meskipun satuan yang
digunakan untuk reaktan (atau produk) adalah mol, gram dan liter (untuk gas)
atau satuan lainnya. Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan
menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan
kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan lain. Untuk menghitung
jumlah produk yang terbentuk dalam reaksi kimia menggunakan satuan mol.
Pendekatan ini disebut metode mol (mole method), yang berarti bahwa
koefisien stoikiometri dalam persamaan kimia dapat diartikan sebagai jmlah
mol dari setiap zat. Metode mol terdiri dari beberapa tahap:
1. Tulis rumus yang benar untuk semua reaktan dan produk, dan setarakan
persamaan kimianya.
2. Konversi kuantitas dari sebagian atau semua zat yang diketahui (biasanya
reaktan) menjadi mol.
3. Gunakan koefisien-koefisien dalam persamaan yang sudah setara untuk
menghitung jumlah mol dari kuantitas yang dicari atau yang tidak
diketahui (biasanya kuantitas produk).
4. Dengan menggunakan jumlah mol yang telah dihitung serta massa
molarnya konversi kuantitas zat yang tidak diketahui menjadi satuan yang
diperlukan (biasanya gram).
33

5. Tulis rumus yang benar untuk semua reaktan dan produk, dan setarakan
persamaan kimianya.
6. Konversi kuantitas dari sebagian atau semua zat yang diketahui (biasanya
reaktan) menjadi mol.
7. Gunakan koefisien-koefisien dalam persamaan yang sudah setara untuk
menghitung jumlah mol dari kuantitas yang dicari atau yang tidak
diketahui (biasanya kuantitas produk).
8. Dengan menggunakan jumlah mol yang telah dihitung serta massa
molarnya konversi kuantitas zat yang tidak diketahui menjadi satuan yang
diperlukan (biasanya gram) (Raymond, 2005).
Pereaksi pembatas adalah zat pereaksi yang habis bereaksi, dan
karenanya menjadi pembatas bagi keberlangsungan reaksi itu. Sedangkan
pereaksi lainnya dikatakan berlebih, karena tidak habis bereaksi atau bersisa.
Untuk keperluan perhitungan zat-zat pereaksi atau zat hasil reaksi yang
didasarkan pada persamaan kimia serta harus dimulai dari jumlah pereaksi
pembatas. Dalam hal ini untuk menentukan pereaksi mana yang merupakan
pembatas, perlu dihitung stoikiometri pereaksi yang terdapat pada persamaan
kimia. Setelah ditentukan mana yang merupakan pereaksi pembatas, maka
dapat dihitung hasil reaksinya (Yayan, 2010).
Reaktan berlebih adalah reaktan yang melebihi reaktan pembatas.
Persentase kelebihan reaktan didasarkan pada jumlah reaktan berlebih diatas
jumlah yang diperluhan untuk bereaksi dengan reaktan pembatas sesuai
dengan persamaan kimia atau dimana mol berlebih dapat dihitung sebagai
total mol yang tersedia dari reaktan kurang dari mol diperlukan untuk
bereaksi dengan reaktan pembatas.

% excess = × 100 %

(David, 1982).
34

Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah


stoikiometri terkecil. Reaktan ini membatasi jumlah produk yang dapat
dibentuk. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi (hasil
sebenarnya) mungkin lebih kecil daripada jumlah maksimum yang mungkin
diperoleh (hasil teoritis). Perbandingan keduanya dinyatakan sebagai persen
hasil. Pereaksi berlebih adalah pereaksi yang terdapat dalam jumlah lebih
besar daripada yang diperlukan untuk bereaksi dengan sejumlah tertentu
pereaksi pembatas (Raymond, 2005).
Konversi (X) adalah perbandingan antara jumlah mol produk secara
total dengan jumlah mol reaktan persatuan waktu. Selektivitas (S) adalah
perbandingan jumlah mol produk satu komponen dengan jumlah mol produk
total per satuan waktu. Yield (Y) adalah perbandinggan antara jumlah mol
produk satu komponen dengan jumlah mol umpan total persatuan waktu.
Konversi, selektivitas, dan yield ditentukan dengan menggunakan persamaan-
persamaan berikut:
a. Penentuan konversi metana:
XCH4 = × 100 %

b. Penentuan selektivitas i:
Sproduk i = × 100 %

c. Penentuan yield produk i:


Yproduk i = × 100 %

(Husni, 2007).

2.7. Jenis–Jenis Reaksi Kimia


Reaksi kimia dapat dikasifikasikan menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Reaksi Homogen dan Reaksi Heterogen
a. Reaksi homogen adalah reaksi yang hanya terdiri dari satu fase, pada
umumnya fase gas dan fase cair.
35

Contoh: N2 + O2 2 NO
b. Reaksi heterogen adalah reaksi yang melibatkan lebih dari satu fase dan
reaksi terjadinya pada antar muka diantara fase tersebut.
Contoh: NO2 + H2O HNO3 + NO
2. Reaksi Searah dan Reaksi Bolak-Balik
a. Reaksi searah adalah reaksi yang hanya berlangsung kearah produk.
Contoh: CH3CHO CH4 + CO
b. Reaksi bolak-balik adalah reaksi yang berlangsung ke arah produk dan
reaktan, sehingga konsentrasi kesetimbangan relatif terhadap
konsentrasi reaktan dan produk.
Contoh: 2 NO2 2 NO + O2
3. Reaksi Molekular
a. Reaksi Unimolekular adalah reaksi yang hanya ,elibatkan satu atom, ion
atau molekul yang saling berinteraksi atau bertumbukan di dalam
tahapan reaksi.
Contoh: PCl5 PCl3 + Cl2
b. Reaksi Bimolekular adalah reaksi yang melibatkan dua atom, ion atau
molekul yang saling berinteraksi atau bertumbukan di dalam tahapan
reaksi. Reaksi bimolekular yang sesungguhnya adalah reaksi yang
melibatkan radikal bebas.
Contoh: 2 HI + O2 2 NO2
c. Reaksi Termolekular adalah reaksi yang melibatkan tiga atom, ion atau
molekul yang sering berinteraksi atau bertumbukan di dalam tahapan
reaksi. Kemungkinan terjadnya reaksi termolekuler hampir tidak ada dan
pada sebagian besar contoh reaksi mengikuti mekanisme reaksi
bimolekular.
Contoh: 2 NO + O2 2 NO2
4. Reaksi Elementer dan Reaksi Non Elementer
a. Reaksi elementer adalah reaksi yang memiliki persamaan laju reaki
sesuai dengan stoikiometri reaksi.
Contoh: C2H6 C2H4 + H2 -r C2H6 = k [C2H6]
36

b. Reaksi non elementer adalah reaksi yang memiliki persamaan laju reaksi
tidak sesuai dengan stoikiometri reaksi
Contoh: CH3CHO CH4 + CO -r CH3CHO = k [CH3CHO]3
Selain jenis reaksi diatas terdapat beberapa jenis reaksi lain,
diantaranya adalah reaksi katalitik, reaksi berantai, reaksi enzimatis, reaksi
seri dan reaksi paralel (Rama Oktaviana, 2017).
2.8. Kajian Penelitian Yang Relevan
Judul : Sintesis dan Pengujian Katalis Nanokristallin Cu/ZnO/Al2O3
Dengan Metode Pemanasan Dalam Larutan Polimer Untuk
Aplikasi Konversi Metanol Menjadi Hidrogen
Tahun : 2008
Peneliti : Mikrajuddin Abdullah, Dkk
Hasil Pembahasan :
Katalis Cu/Zn/Al2O3 untuk steam reforming
metanol telah dibuat menggunakan metoda pemanasan
sederhana dalam larutan polimer. Karakterisasi
menggunkan XRD menandakan kristalinitas sampel yang
dibuat pada suhu 800 ˚C dan 1000 ˚C tidak jauh berbeda.
Namun kristalinitas sampel yang dibuat pada suhu 600˚C
jauh lebih rendah. Dengan demikian peningkatan
temperatur pembuatan hingga 800 ˚C meningkatkan
kristalinitas sampel, namun peningkatan suhu lebih lanjut
diatas 800 ˚C tidak mengubah kristalinitas secara berarti.
Suhu 800 ˚C dapat dianggap sebagai suhu sintesis
maksimum, yaitu suhu sintesis terendah untuk
mendapatkan kristalinitas yang baik. Hasil uji aktifitas
katalis menunjukan bahwa sampel yang dibuat pada suhu
800 ˚C memiliki aktifitas yang lebih baik dari sampel
lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh persentasi
Zn dalam sampel tersebut lebih banyak daripada yang
berada dalam sampel lainyya seperti ditunjukkan oleh
data EDX. Pada suhu reforming 500 ˚C, konversi
methanol menjadi hidrogen mendekati 100 %
menggunakan katalis sampel yang dibuat pada suhu 800
˚C.
38

Judul : Penentuan Jumlah Metanol Yang Terkonversi Menjadi


Formalin Pada Reaktor R-1 Di PT. Belawan Deli
Chemical Industri
Tahun : 2016
Peneliti : Fajar Saputra
Hasil Pembahasan : Formalin yang diproduksi merupakan hasil reaksi antara
metanol dan oksigen yang terkandung di udara bebas
dengan menggunkan katalis oksida logam pada wujud
gas. Dalam reaksi pembentukan formalin, metanol yang
terkonversi sebesar 98,4 % menjadi formalin dengan
menggunakan katalis oksida logam. Dari data yang
didapat berdasarkan hasil praktek kerja lapangan dan
dengan melakukan pengolahan data serta perhitungan
secara kwantitatif didapat besarnya metanol yang
terkonversi menjadi formalin rata-rata sebesar 96 %.
Oksigen yang terkonversi untuk membentuk formalin
didapat rata-rata sebesar 17,8 %. Serta oksigen berlebih
rata-rata sebesar 440,82 % kiranya sudah cukup baik,
mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi
tingkat konversi. Dimana faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya konversi metanol menjadi
formalin adalah kinerja katalis, banyaknya udara yang
dignakan, kestabilan tekanan dalam reaktor, jenis
katalis yang digunakan dan kestabilan suhu yang
digunakan.
39

2.9. Kerangka Konseptual

Mulai

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data Pada Proses

Metanol Air

Reaktor 114D1

Perhitungan Jumlah Metanol Perhitungan Jumlah Perhitungan Jumlah


yang Terkonversi Menjadi Excess H2O H2O yang Terkonversi
Gas Hidrogen Menjadi Gas Hidrogen

Analisa Data

Hasil dan Pembahasan

Selesai
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

PT. Domas Agrointi Prima adalah pabrik yang bergerak pada


bidang oleokimia dengan memproduksi fatty acid, fatty alcohol dan glycerin.
PT. Domas Agrointi Prima juga mengoperasikan hydrogen plant yang
memproduksi hidrogen murni. Hidrogen murni yang dihasilkan dari pabrik
ini digunakan untuk proses hidrogenasi wax ester dan proses carbonyl
conversion pada fatty alcohol plant. PT. Domas Agrointi Prima berlokasi di
Jl. Raya Acces Road INALUM Km. 15 Desa Lalang, Kuala Tanjung,
Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengalaman,
pengetahuan dan pemahaman atas masalah-masalah yang terjadi di lapangan
sehingga memiliki keterampilan yang optimal dalam aspek pembahasan,
kesimpulan dan saran serta kemampuan menyampaikan dalam bentuk
tulisan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan pada tanggal tanggal 09 Juni
s/d 09 Agustus 2019. Penelitian ini dilakukan dikawasan industri PT.
Domas Agrointi Prima, Kuala Tanjung.

3.2. Pengumpulan Data


3.2.1. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Reactor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya reaksi
secara berlangsung baik itu reaksi kimia atau reaksi nuklir dan
bukan secara fisik.
b. Deoxo adalah alat yang berfungsi untuk menurunkan kandungan
O2 yang terdapat pada sistem maupun yang terdapat pada N 2 yang
dilengkapi dengan katalis palladium.

40
41

c. PSA (Pressure Swing Adsortion) adalah alat yang digunakan untuk


memurnikan gas H2 pada tekanan tinggi dan membuang gas yang
tidak murni pada tekanan rendah.
d. Separator adalah untuk memisahkan metanol dan air berdasarkan
berat jenis.
e. Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan suatu
fluida dari suatu tempat ketempat lain.
f. Vessel Mixing adalah untuk menghomogen proses mixing.
g. Heat Exchanger adalah alat yang digunakan sebagai pemanas
maupun sebagai pendingin.
2. Bahan
a. Metanol
b. Air Bebas Mineral
c. Katalis copper 40-50 %, zink oxide 25-30 %, aluminium oxide
<15 % dan copper oxide 5-18 %.
d. Utility
a. OTH (Oil Thermal Heater)
b. Gas Nitrogen (N2)
c. Energi (Power)

3.2.2. Metode Kerja

1. Melakukan pengamatan langsung ke lapangan bersama pembimbing


dengan memperoleh informasi dan data-data yang dibutuhkan
sehubungan dengan permasalahan.
2. Mempelajari proses yang terjadi pada unit reaktor 114D1 dari awal
mulanya CH3OH dan H2O masuk hingga proses keluarnya gas
hidrogen dengan komposisi penyusun lainnya.
3. Melakukan diskusi dengan pembimbing lapangan dan pihak operator
untuk pengambilan data-data yang dibutuhkan baik dari proses
maupun dari laboratorium.
42

4. Memperhatikan peralatan pengolahan dan perpipaan (jalur


perpipaan) yang terkait dengan pengoperasian serta utilitas pabrik
yang mendukung dalam keadaan baik.
5. Mencatat variabel-variabel proses yang terkait pada proses
pengolahan untuk mengetahui kondisi yang sedang berlangsung.
6. Pengambilan data yang hendak diambil sesuai dengan judul karya
akhir.
7. Pengambilan data yang meliputi :
a. Laju alir
b. Tekanan
c. Temperatur
8. Untuk menghitung jumlah metanol yang terkonversi menjadi gas
hidrogen pada reaktor 114D1 dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
a. Perhitungan CH3OH mula-mula

n CH3OH masuk =

b. Perhitungan CH3OH keluar

n CH3OH keluar = kadar CH3OH keluar x jumlah produk

Dari keseluruhan perhitungan, maka dapat di tentukan


neraca massa total menggunakan rumus :

XCH3OH = × 100 %

9. Penyusunan Karya Akhir


43

3.2.3. Materi Penelitian

a. Fixed Bed ReactorMultitube

1. Tinggi reaktor = 8,567 meter

2. Tebal tangki = 0,17 cm

3. Diameter reaktor = 1,1 meter

4. Diameter dalam = 0,93 meter

5. Diameter dalam tube = 4,23 mm

6. Tebal tube = 2,65 mm

3.3. Analisa Data


Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah metanol
yang terkonversi menjadi gas hidrogen pada reaktor 114D1 dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Perhitungan CH3OH mula-mula

n CH3OH masuk =

b. Perhitungan CH3OH keluar

n CH3OH keluar = kadar CH3OH keluar x jumlah produk

Dari keseluruhan perhitungan, maka dapat di tentukan neraca massa


total menggunakan rumus :

XCH3OH = × 100 %
BAB 4

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan kerja praktek lapangan diperoleh data-data sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Pengamatan Kondisi Reaktor 114D1

Masuk

Laju Alir Density % Temperatur Tekanan Jumlah Temperatur


Konsentrasi Campuran Campuran Volume Campuran Campuran Produk Yang Oil Thermal
No
CH3OH (CH3OH (CH3OH (CH3OH (CH3OH Dihasilkan (°C)
CH3OH H2O
Mula-Mula dan H2O) dan H2O) dan H2O) dan H2O) (kg/jam)
(%) (%)
(%) (L/jam) (kg/L) (°C) (Bar)
1. 93,80 2401,76 0,908 40 60 263 26 2126,7112 280

2. 93 2401,76 0,908 40 60 263 26 2126,7112 280

3. 91 2401,76 0,908 40 60 263 26 2126,7112 280

44
45

4.2. Perhitungan

1. Menghitung Laju Alir Massa CH3OH dan H2O Berdasarkan Laju Alir
Massa Campuran Yang Masuk ke Dalam Reaktor 114D1

Laju Massa Campuran = Density Campuran × Laju Alir Campuran

= 0,908 kg/L × 2401,76 L/jam

= 2180,7980 kg/jam

a. Laju Massa CH3OH = % CH3OH × Laju Massa Campuran

= 40 % × 2180,7980 kg/jam

= 872,3190 kg/jam

b. Laju Massa H2O = % H2O × Laju Massa Campuran

= 60 % × 2180,7980 kg/jam

= 1308,4788 kg/jam

2. Menghitung Kmol dari Bahan Baku Yang Masuk Data Diambil Dari Tabel
No. 1 dengan Konsentrasi CH3OH 93,08 %

a. Jumlah CH3OH Masuk = Kadar CH3OH × Laju Massa CH3OH

= 93,80 % × 872,3190 kg/jam

= 818,2352 kg/jam

Kmol CH3OH Masuk =

= 25,5698 kmol/jam
46

b. Kmol H2O Masuk =

= 72,6932 kmol/jam

3. Menghitung CH3OH Yang Terkonversi Menjadi Gas Hidrogen


Dalam kondisi pabrik diasumsikan metanol sisa sebesar 1,06 %
dari jumlah produk yang dihailkan.

Jumlah CH3OH Sisa = 1,06 % × Jumlah Produk Yang Dihasilkan

= 1,06 % × 2126,7112 kg/jam

= 22,5431 kg/jam

Kmol CH3OH Sisa =

= 0,7044 kmol/jam

Konversi CH3OH = × 100 %

= × 100 %

= 97,24 %
47

4. Menghitung % excess H2O Berdasarkan Stoikiometri

CH3OH (g) + H2O (l) CO2 (g) + 3H2 (g)

(Metanol) (Air) (Karbon Dioksida) (Hidrogen)

Kmol CH3OH Masuk = 25,7435 kmol/jam

Kmol H2O Masuk = 72,6932 kmol/jam

Kmol H2O yang Bereaksi = × kmol CH3OH Masuk

= × 25,5698 kmol/jam

= 25,5698 kmol/jam

Berdasarkan perhitungan tersebut maka CH3OH merupakan reaktan


pembatas dan H2O merupakan reaktan berlebih.

Kmol H2O Berlebih = kmol H2O Masuk – kmol H2O yang Bereaksi

= 72,6932 kmol/jam – 25,5698 kmol/jam

= 47,1234 kmol/jam

% excess H2O =

× 100%

= × 100 %

= 184,29 %
48

5. Mengitung H2O Yang Terkonversi Menjadi Gas Hidrogen

CH3OH (g) + H2O (l) CO2 (g) + 3H2 (g)

(Metanol) (Air) (Karbon Dioksida) (Hidrogen)

Kmol CH3OH Masuk = 25,5698 kmol/jam

Kmol H2O yang Bereaksi = × kmol CH3OH Masuk

= × 25,5698 kmol/jam

= 25,5698 kmol/jam

Kmol H2O yang Tidak Bereaksi (Sisa) = Kmol H2O Masuk – Kmol H2O
yang Bereaksi

= (72,6932 – 25,5698) kmol/jam

= 47,1234 kmol/jam

Konversi H2O = × 100 %

= × 100 %

= 35,17 %
49

Dengan cara yang sama hasil perhitungan konversi metanol menjadi gas hidrogen beriktnya terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Tabulasi Data Perhitungan Jumlah Metanol Yang Terkonversi Menjadi Gas Hidrogen Pada Reaktor 114D1

Masuk
Jumlah
No
Laju Alir Density % Temperatur Tekanan Produk Temperatur Konversi % excess Konversi
Konsentrasi Campuran Campuran Volume Campuran Campuran Yang Oil Thermal CH3OH H2O H2O
CH3OH (CH3OH (CH3OH (CH3OH (CH3OH Dihasilkan (°C) (%) (%) (%)
CH3OH H2O
Mula-Mula dan H2O) dan H2O) dan H2O) dan H2O) (kg/jam)
(%) (%)
(%) (L/jam) (kg/L) (°C) (Bar)
1. 93,80 2401,76 0,908 40 60 263 26 2126,7112 280 97,21 184,29 35,17

2. 93 2401,76 0,908 40 60 263 26 2126,7112 280 97,19 186,73 34,87

3. 91 2401,76 0,908 40 60 263 26 2126,7112 280 97,13 193,04 34,12

Rata-Rata 97,17 188,02 34,72


50

4.3. Pembahasan
Konversi adalah perbandingan antara jumlah mol produk secara
total dengan jumlah mol reaktan persatuan waktu. Kinerja katalis secara
kuantitatif ditinjau dari aktivitas katalis. Aktivitas dinyatakan oleh
konversi, selektivitas dan yield. Unit reaktor 114D1 adalah tempat
terjadinya reaksi antara metanol dengan air bebas mineral yang akan
membentuk hidrogen dalam keadaan bercampur dengan unsur-unsur
lainnya. Jenis reaktor yang digunakan yaitu reaktor fixed bed multitube.
Apabila reaktor tidak mampu menghasilkan konversi metanol menjadi
gas hidrogen dengan baik maka hidrogen yang dihasilkan tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan. Proses terjadinya reaksi karena adanya katalis
didalam reaktor yaitu berupa copper 40-50 %, zink oxide 25-30 %,
aluminium oxide <15 % dan copper oxide 5-18 %. Konsentrasi metanol
yang masuk yaitu 93,80-91 %.
Berdasarkan data pengamatan hasil praktek kerja lapangan dan
dengan melakukan pengolahan data serta perhitungan secara kuantitatif
dengan laju alir campuran antara metanol dan air sebesar 2401,76 L/jam
dan dengan konsentrasi metanol 93,80 %, 93 % dan 91 % maka didapat
rata-rata jumlah metanol yang terkonversi menjadi gas hidrogen adalah
sebesar 97,17 %, rata-rata H2O yang berlebih adalah sebesar 188,02 %,
serta rata-rata jumlah H2O yang terkonversi menjadi gas hidrogen adalah
sebesar 34,72 %. Konversi metanol yang diperoleh sudah cukup baik
mengingat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah metanol
yang terkonversi menjadi gas hidrogen yaitu konsentrasi metanol yang
masuk, usia katalis, rasio, tekanan, jenis katalis dan temperatur. Rasio
perbandingan antara metanol dan air yaitu 2 : 3 dengan laju massa
metanol yaitu 872,3190 kg/jam dan laju massa air yaitu 1308,4788
kg/jam sehingga kmol air lebih besar dari kmol metanol maka rata-rata
H2O yang berlebih > 100 %. Jumlah H2O yang berlebih yang keluar dari
reaktor akan masuk ke separator kemudian akan di recycle kembali ke
dalam vessel mixing. Kemurnian dari metanol yang digunakan sebagai
51

bahan baku haruslah sesuai dengan standard yang diinginkan, demikian


juga dengan air bebas mineral yang akan dipakai, serta temperatur pun
merupakan hal yang sangat penting. Setelah beroperasi beberapa waktu,
usia katalis juga merupakan hal yang harus diperhatikan sebab
menyangkut dengan efektifitasnya. Katalis berbasis tembaga sangat aktif
dan rendah biaya, meskipun mereka berasal dari konsentrasi yang
signifikan karbon monoksida, menunjukkan stabilitas rendah dan sifat
piroforik. ZnO menghasilkan produksi CO lebih lambat dan konversi
metanol lebih tinggi.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari data pengamatan hasil praktek kerja lapangan dan dengan
melakukan pengolahan data serta perhitungan secara kuantitatif, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata jumlah CH3OH yang terkonversi menjadi gas hidrogen pada
reaktor 114D1 adalah sebesar 97,17 %
2. Rata-rata jumlah kelebihan (excess) H2O pada reaktor 114D1 adalah
sebesar 188,02 %
3. Rata-rata Jumlah H2O yang terkonversi menjadi gas hidrogen pada reaktor
114D1 adalah sebesar 34,72 %

5.2. Saran
1. Dengan hasil pengamatan dan pembahasan data yang didapat, diharapkan
kedepannya dapat meningkatkan kinerja serta hasil produksi dengan
memperhatikan faktor-faktor dan penyebab terjadinya konversi metanol
menjadi produk yang sedikit.

2. Perlu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap kualitas bahan baku


metanol karena kualitas metanol dengan konsentrasi yang rendah juga akan
mengakibatkan menurunnya jumlah metanol yang terkonversi menjadi gas
hidrogen dan diharapakan melakukan perawatan reaktor serta katalis yang
digunakan agar metanol yang terkonversi menjadi sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin, dkk. 2008. Sintesis dan Pengujian Katalis Nanokristallin


Cu/ZnO/Al2O3 Dengan Metode Pemanasan Dalam Larutan Polimer
Untuk Aplikasi Konversi Metanol Menjadi Hidrogen. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Afif, Mukhamad Deny Reza dan Teresia Dyah 2017). Pembuatan Dietil Eter
Dengan Katalis Berbasis γ-Al2O3 Dipromote Dengan Logam Cr Dan Co
Dalam Reaktor Fixed Bed. Surabaya: Institut Teknologi Sepulh
November.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kansius.
Fahreza, Diaz. 2018. Tugas Akhir Pengaruh Konsentrasi Larutan KOH Dan
Bentuk Elektroda Stainless Steel Terhadap Produksi Gas Hidrogen Dan
Gas Oksigen Pada Proses Elektrolisis. Fakultas Teknik: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Ghufran, M, dkk. 2010. Pengolahan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan.
Jakarta: Rineka Cipta.
H, Ralph Petrucci, dkk. 1985. Kimia Dasar Prinsi-Prinsip & Aplikasi Modern
Edisi Kesembilan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Husin, Husni , dkk. 2007. Oksidasi Parsial Metana Menjadi Metanol dan
formaldehida Menggunakan Katalis CuMoO3/SiO2 : Pengarh Rasio
Cu:Mo, Temperatur Reaksi dan Waktu Tinggal. Laboratorium Teknik
Reaksi Kimia dan Katalisis: Universitas Syiah Kuala.
Iswahyudhi, Fajar, dkk. 2013. Pra-Rancangan Pabrik Formaldehid Dengan
Proses Haldor Topsoe Kapasitas 50.000 Ton/Tahun. Fakultas Teknologi
Industri: Universitas Jayabaya.
Iulianelli, A. 2013. Methanol steam reforming for hydrogen generation via
conventional and membrane reactors: A review. Italy: University of
Calabria.
M, David Himmelblau. 1982. Basic Priciples And Calculations In Chemical
Engineering. Amerika: Prentice Hall.
Marwan, Arbie Putra, 2010. Pengaruh Konsentrasi Larutan KOH Dan Betuk
Elektroda Stainless Steel Terhadap Produksi Gas Hidrogen Dan Gas
Oksigen Pada Proses Pada Proses Elektrolisis. Malang: UIN.
Moeksin, Rosdiana, dkk. 2017. Pengaruh Rasio Metanol Dan Tegangan Arus
Elektrolisis Terhadap Yield Biodiesel Dari Minyak Jelanta. Fakultas
Teknik: Universitas Sriwijaya.
Oktavian, Rama dan Dwi Saptati. 2017. Aplikasi Spreadsheet Untuk Perhitungan
Teknik Kimia Sederhana. Malang: UB Press.
PT. Domas Agrointi Prima Kuala-Tanjung.
S, Syukri, 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB.
Saing, Wasti dan Caroima. 2018. Pra Rencana Pabrik Pembuatan Metanol
Kapasitas Produksi 355.000 Ton/Tahun. Fakultas Teknik: Universitas
Sriwijaya.
Sakti, Yudho dan Bobby Erwin Putra. 2018. Pra Rancangan Pabrik Hidrogen
Dari Syngas Batu Bara Kapasitas 20.000 Ton/Tahun. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Saputra, Fajar. 2016. Penentuan Jumlah Metanol Yang Terkonversi Menjadi
Formalin Pada Reaktor R-1 Di PT. Belawan Deli Chemical Industri.
Medan: Politeknik Teknologi Kimia Industri
Smith, Robbin. 2005. Chemical Process Design And Integration. Australia:
British Library.
Stephanie. 2008. Pra Rancangan Pabrik Metanol Dengan Proses Gasifikasi Batu
Bara. Fakultas Teknik: Sumatera Utara.
Sumanwidjaya, Kusman. 1974. Limnologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar 1 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia
Terkini. Bandung: CV. Yrama Widya.
Yasir, Muhammad 2019. Skripsi Reactor Design Pada Pabrik Sorbitol Melalui
Proses Hidrogensi Katalitik Dengan Bantuan Katalis Nikel. Fakultas
Teknik: Universitas Negeri Semarang.
Lampiran 1. Diagram Alir Hydrogen Plant (Hydrogen Generation)
di PT. Domas Agrointi Prima Kuala Tanjung

Anda mungkin juga menyukai