Kelompok 1
KARYA AKHIR
Oleh:
MERNA ELSA SIMARMATA
NIM. 17 01 031
2020
BIODATA MAHASISWA
A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Merna Elsa Simarmata
2. NIM : 17 01 0311
3. NIK : 1276044602000001
4. NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) : 0003736000
5. Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 06 Februari 2000
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Agama : Kristen Protestan
8. Program Studi : Teknik Kimia
9. Jalur Pendaftaran : Bebas Testing
10. Kewarganegaraan : Indonesia
11. Jenis Pendaftaran : Reguler
12. Mulai Semester : I (Satu)
13. Alamat : Jl. DanauToba Gg. Kenari
: Kecamatan Bajenis
Kota Tebing Tinggi
14. No. Telepon : 082273843069
15. Email : mernaelsa5@gmail.com
16. Jenis Tinggal : Kost
17. Alat Transportasi : Jalan Kaki
Unit reaktor 114D1 adalah tempat terjadinya reaksi antara metanol dengan air
bebas mineral yang akan membentuk gas hidrogen dalam keadaan bercampur
dengan unsur-unsur lainnya. Jenis reaktor yang digunakan yaitu reaktor fixed bed
multitube. Apabila reaktor tidak mampu menghasilkan konversi metanol menjadi
gas hidrogen dengan baik maka hidrogen yang dihasilkan tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah metanol yang
terkonversi menjadi gas hidrogen pada hydrogen plant sebuah pabrik.
Pengambilan data dilakukan dengan metoda observasi di hydrogen plant PT.
Domas Agrointi Prima Kuala Tanjung pada tanggal 09 Juni sampai 09 Agustus
2019. Untuk mengetahui konversi metanol menjadi gas hidrogen, dapat dihitung
dengan cara membandingkan antara jumlah metanol yang bereaksi dengan jumlah
metanol yang masuk. Berdasarkan data pengamatan hasil praktek kerja lapangan
dan dengan melakukan pengolahan data serta perhitungan secara kuantitatif
dengan laju alir campuran antara metanol dan air sebesar 2401,76 L/jam dan
dengan konsentrasi metanol 93,80 %, 93 % dan 91 % maka didapat rata-rata
jumlah metanol yang terkonversi menjadi gas hidrogen adalah sebesar 97,17 %,
rata-rata jumlah H2O yang berlebih adalah sebesar 188,02 % serta rata-rata jumlah
H2O yang terkonversi menjadi gas hidrogen adalah sebesar 34,72 %. Konversi
metanol yang diperoleh sudah cukup baik mengingat banyaknya faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah metanol yang terkonversi menjadi gas hidrogen yaitu
konsentrasi metanol yang masuk, usia katalis, rasio, tekanan, jenis katalis dan
temperatur.
Kata kunci: Reaktor, Fixed Bed Multitube, Konversi, Metanol, Gas Hidrogen
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya yang baru kepada kita semua. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Akhir ini.
ii
11. Ibu Darni Paranita, ST, M. Si dan Ibu Mariani Sebayang, M. Si selaku Kepala
Laboratorium Operasi Teknik Kimia dan Laboratorium Satuan Operasi yang
telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.
12. Ibu Nurindah Siregar, ST, Abang Yosua Francisco, ST, MM selaku Staf
Pegawai di Laboratorium Operasi Teknik Kimia dan Laboratorium Satuan
Operasi dan teman-teman Asisten Laboratorium yang telah memberikan
motivasi kepada penulis.
13. Kepada sahabat-sahabat penulis, Meri Kristina Dongoran, Leyli Sagita
Sitinjak, Veronica Hartati Hutabarat, Yeni Yulinar Sianturi yang telah
memberikan bantuan, semangat dan dukungan serta doa kepada penulis.
14. Kepada adik-adik kos penulis Kajelina Sirait dan Desi Samosir yang telah
memberikan semangat dan doa kepada penulis.
15. Mahasiswa/i Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan Stambuk 2017
khususnya Teknik Kimia A (Hidrogen) yang telah memberikan bantuan,
semangat dan doa kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dalam metode maupun penyajian tata bahasa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya
Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga Karya Akhir ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 4
1.3.1. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
1.3.2. Manfaat Penelitian .......................................................... 4
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1. Hidrogen ...................................................................................... 5
2.1.1. Proses Produksi Hidrogen ................................................. 7
2.1.2. Pembuatan dan Kegunaan Hidrogen ................................. 10
2.1.3. Hidrogen Sebagai Bahan Bakar ........................................ 13
2.1.4. Penyimpanan Hidrogen ..................................................... 15
2.1.5. Manfaat Hidrogen ............................................................. 15
2.2. Sejarah Metanol .......................................................................... 16
2.2.1. Pengertian Metanol ........................................................... 16
2.2.2. Gambaran Metanol ............................................................ 17
2.3. Air (H2O) ...................................................................................... 19
2.3.1. Sifat Air .............................................................................. 21
2.4. Reaktor ....................................................................................... 22
2.5. Katalis......................................................................................... 29
2.6. Stoikiometri ................................................................................ 32
iv
2.7. Jenis-Jenis Reaksi Kimia ........................................................... 34
2.8. Kajian Penelitian Yang Relavan................................................ 37
2.9. Kerangka Konseptual ................................................................ 39
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Blok Diagram Alcohol Plant di PT. Domas Agrointi Prima
Kuala Tanjung ............................................................................. 7
Gambar 2.2. Diagram Alir Hydrogen Plant (Hydrogen Generation)
di PT. Domas Agrointi Prima Kuala Tanjung ............................. 8
Gambar 2.3. Adibatic Fixed Bed ...................................................................... 24
Gambar 2.4. Cold Shot or Hot Shot Fixed Bed ................................................ 24
Gambar 2.5. Fixed Bed dengan Pemanas/Pendingin ....................................... 25
Gambar 2.6. Fixed Bed Catalytic Reactors Dengan Pendingin/Pemanas
Tidak Langsung........................................................................... 25
Gambar 2.7. Reaktor Fixed Bed Multitube ...................................................... 27
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sifat Fisika Gas Hidrogen ............................................................... 6
Tabel 2.2. Perbandingan Kalor......................................................................... 14
Tabel 2.3. Sifat Fisik Metanol .......................................................................... 19
Tabel 2.4. Ketetapan Fisika Air ....................................................................... 20
Tabel 2.5. Sifat Fisika dan Kimia Air .............................................................. 21
Tabel 4.1. Data Pengamatan Kondisi Reaktor 114D1 ..................................... 44
Tabel 4.2. Tabulasi Data Perhitungan Jumlah Metanol Yang Terkonversi
Menjadi Gas Hidrogen Pada Reaktor 114D1 .................................. 49
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Diagram Alir Hydrogen Plant (Hydrogen Generation)
di PT. Domas Agrointi Prima Kuala Tanjung ...................... 56
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan PKL ........... 57
Lampiran 3. Lembar Penilaian PKL ......................................................... 58
Lampiran 4. Lembar Kuisioner PKL ........................................................ 59
Lampiran 4. Lembar Asistensi Karya Akhir ............................................. 60
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
bahwa semakin tinggi temperatur maka laju reaksi semakin tinggi (Husni,
2007).
Pereaksi pembatas adalah zat pereaksi yang habis bereaksi, dan
karenanya menjadi pembatas bagi keberlangsungan reaksi itu. Sedangkan
pereaksi lainnya dikatakan berlebih, karena tidak habis bereaksi atau bersisa.
Untuk keperluan perhitungan zat-zat pereaksi atau zat hasil reaksi yang
didasarkan pada persamaan kimia serta harus dimulai dari jumlah pereaksi
pembatas. Dalam hal ini untuk menentukan pereaksi mana yang merupakan
pembatas, perlu dihitung stoikiometri pereaksi yang terdapat pada
persamaan kimia. Setelah ditentukan mana yang merupakan pereaksi
pembatas, maka dapat dihitung hasil reaksinya (Yayan, 2010).
Di PT. Domas Agrointi Prima Kuala Tanjung ini memiliki
Hydrogen Plant (Hydrogen Generation) yang memproduksi gas hidrogen
murni sebanyak 1800 Nm3/h lewat suatu proses yang disebut Methanol
Steam Reforming. Hidrogen murni yang dihasilkan digunakan untuk proses
Wax Ester Hydrogenation dan proses Carbonyl Conversion pada Alcohol
Plant. Produksi Fatty Alcohol pabrik ini memiliki 5 section atau unit operasi
diantaranya, Wax Ester Preperation (section 110), Wax Ester Hydrogenation
(section 111), Fraksinasi dan Destilasi (section 112), Carbonyl Conversion
(section 113), Hydrogen Generation (section 114) dan Oil Thermal Heater
(section 115).
Pada Hydrogen Plant, metanol yang dicampur dengan air bebas
mineral akan dimasukkan kedalam reaktor yang berisi katalis lalu
dipanaskan hingga mencapai 265˚C dengan tekanan operasi pada 26 bar.
Gas yang terbentuk akan dipisahkan pada alat yang disebut PSA (Pressure
Swing Adsorption) sehingga didapat gas hidrogen dengan kemurnian hingga
99,99 %. Kemurnian dari metanol yang dipergunakan haruslah sesuai
dengan standard yang diinginkan, demikian juga dengan air bebas mineral
yang akan dipakai, serta temperatur pun merupakan hal yang sangat penting.
Setelah beroperasi beberapa waktu, usia katalis juga merupakan hal yang
harus diperhatikan sebab menyangkut dengan efektifitasnya.
3
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hidrogen
Hidrogen adalah unsur yang ditemukan Hendry Cavendish (1731-
1810) dan merupakan unsur yang atomnya paling kecil dan ringan. Unsur ini
paling banyak di alam semesta, yaitu sekitar 93 %, karena bintang-bintang
mengandung hidrogen sebagai bahan bakar nuklir untuk menghasilkan
cahaya. Jumlah atom hidrogen dibumi sekitar 3 % atau 0,14 % massa, dalam
bentuk senyawa anorganik (seperti air dan asam) dan organik. Air
mengandung 11 % massa hidrogen karena molekulnya mengandung dua
atom hidrogen dan satu oksigen (Syukri, 1999).
Gas Hidrogen adalah merupakan gas yang tidak bewarna, tidak
berbau, memiliki sifat non logam serta merupakan gas diatomik yang mudah
terbakar. Dengan berat atom sebesar 1,00794 gram/mol, hidrogen merupakan
unsur teringan di dunia. Cakupan pemanfaatan hidrogen sangatlah luas,
diantaranya sebagai bahan baku amonia, plastik, polyester dan nylon
digunakan untuk proses desulfurisasi minyak bakar dan bensin, dan untuk
industri makanan digunakan dalam proses hidrogenisasi amines dan fatty
acids (Yudho Sakti, 2018).
Dalam system periodik, hidrogen adalah nomor satu dan terletak
pada golongan IA, karena mempunyai satu elektron. Tetapi
kecenderungannya sama dengan golongan VIIA, yaitu menerima satu
elektron, dan tidak seperti unsur IA lainnya yang cenderung melepas satu
elektron. Selain itu, elektron hidrogen dapat ditarik oleh atom lain sehingga
menjadi ion H+, seperti oleh natrium. Karena itu, hidrogen tidak dapat
dimasukkan baik dalam golongan IA maupun golongan VIIA. Hidrogen
dalam keadaan bebas berupa molekul gas diatom (H2) dengan titik didih dan
titik beku yang sangat rendah (masing-masing -253˚C dan -259˚C), karena
gaya London antara molekul sangat kecil. Akibatnya, cukup sulit membuat
5
6
hidrogen cair dan padat yang makin dibutuhkan dalam teknologi (Syukri,
1999).
Hidrogen yang terdapat dialam ada tiga isotop, yaitu 1H (hidrogen),
2
H (D=deuterium) dan 3H (T=tritium), dengan perbandingan:
H : D : T = 10.000.000 : 2.000 : 1
Air yang terbentuk dari deuterium atau D2O disebut air berat dengan
perbandingan:
H2O : D2O = 5.000 : 1
Artinya, dalam 5.000 liter air terdapat sekitar 1 liter air berat. Tritium
(T) bersifat radioaktif dengan waktu paro 12,3 tahun dan dapat dibuat
dengan reaksi inti (Syukri, 1999).
Hidrogen sangat reaktif sehingga dibumi hidrogen terdapat sebagai
senyawa air mengandung hidrogen sebanyak 11,1 %, hidrokarbon (gas
alam) 25 %, minyak bumi 14 % dan karbohidrat (pati) 6 %. Saat ini
hidrogen dijual sebagai gas dan sebagai zat cair dan dipakai dalam industri
kimia dan migas. Sifat fisika gas hidrogen dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2. Oksidasi Parsial
Proses ini lebih ekonomis dan lebih bersifat eksotermis
sebesar 249 kJ/mol dibandingkan dengan methane steam
reforming. Bahan bakunya adalah gas alam dan fuel oil. Serta
kekurangan yang lain pada proses ini yaitu katalis yang dibutuhkan
seperti logam ruthenium dan rodium yang sangat mahal harganya.
CH4 (g) + ½O2 (g) → CO (g) + 2H2 (g)
3. Elektrolisis Air
Pembuatan hidrogen dengan proses ini berbahan baku air
dengan bantuan energi listrik dan larutan elektrolit NaOH 15 %,
menghasilkan O2 sebagai produk samping.
H2O electricity → H2 (g) + ½O2 (g)
4. Biological Process
Hidrogen bisa juga diproduksi melalui fermentasi dari
biomassa (sekam padi, tongkol jagung cangkang sawit dan kayu
karet) dengan bantuan mikroorganisme diantaranya dari genus
Enterobacter, clostridium, thermotoga, thermoanaerobacter,
pyrococcus, Thermococcus dan caldicellulosiruptor. Kekurangan
dari proses ini yaitu bahan baku yang bersaing dengan bahan
pangan, yield hydrogen yang dihasilkan juga tidak banyak yaitu
10 % - 20 % dan harga mikroorganisme yang mahal membuatnya
tidak cocok digunakan pada skala besar.
C6H10O5 + 7 H2O → 12 H2 + 6 CO2
5. Gasifikasi Batu Bara
Gasifikasi batubara adalah proses dimana karbon dalam
batubara terkonversi menjadi gas (Syngas) dengan menggunakan
media gasifikasi (gasification agent). Zat yang dipakai sebagai
media adalah karbon dioksida dan steam. Gas yang dihasilkan juga
bermacam-macam, yaitu campuran karbon monoksida (CO) dan
hidrogen (H2) sebagai produk utama, serta karbon dioksida (CO2),
hidrogen sulfida, metana dan steam. Ada beberapa proses yang
13
Wujud Liquid
dengan air, kecepatan, dan konstanta yang bergantung pada suhu dan sifat zat
cair. Pengaruh suhu sangat besar, jika suhu naik maka kekentalan berkurang.
Kekentalan air pada 0 adalah dua kali lebih besar daripada 25 (Ghufran
M, 2010).
Air merupakan pelarut yang paling penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-
garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak molekul organik.
Ketetapan fisika serta sifat fisika dan kimia air dapat dilihat pada Tabel 2.4
dan Tabel 2.5.
2.4. Reaktor
Reaktor dapat secara luas diklasifikaskan sebagai kimia atau
biokimia. Sebagian besar reaktor baik kimia atau biokimia memiliki katalis.
Strateginya adalah dalam memilih katalis, jika digunakan dan karakteristik
ideal serta kondisi operasi yang diperlukan untuk sistem reaksi. Masalah yang
harus diatasi untuk mendesain reaktor yaitu:
1. Tipe Reaktor
2. Katalis
3. Ukuran Reaktor
4. Kondisi Operasi (temperatur dan tekanan)
5. Fase
6. Kondisi Umpan (konsentrasi dan temperatur) (Robbin Smith, 2005).
Desain reaktor baik operasi maupun peralatan dapat dilakukan
dengan mengetahui terlebih dahulu tentang kinerja reaktor yang meliputi pola
kontak material, reaksi serta persamaan yang menggambarkan kinerja reaktor
yang berkaitan dengan aliran masuk dan keluar reaktor. Reaktor merupakan
peralatan yang didalamnya terjadi reaksi kimia, sehingga untuk dapat
23
melakukan desain reaktor perlu ada pemahaman yang baik terkait reaksi
kimia (Rama Oktavian, 2017).
Beberapa jenis-jenis konfigurasi reaktor dan penggunaanya adalah
sebagai berikut:
1. Reaktor Fixed-Bed
Reaktor Fixed Bed merupakan suatu reaktor yang mana katalis
berdiam didalam reaktor bed. Di dalam reaktor, katalis ditopang oleh suatu
struktur catalyst support berupa perforated tray dengan tambahan lapisan
inert semacam ceramic balls dengan diameter bervariasi sesuai dengan
ukuran partikel katalis baik di sisi terbawah maupun di lapisan atas bed
katalisator. Secara spesifik, reaktor fixed bed yang ada di unit pengolahan
minyak bumi dirancang oleh vendor berdasarkan kebutuhan proses.
Struktur internal reaktor pun berbeda dari vendor satu dengan lainnya.
Karena sifatnya yang sangat spesifik, perancangan reaktor itu sendiri
biasanya juga terkait dengan prosesnya, misalnya perancangan reaktor
fixed bed untuk unit cracking akan berbeda dengan perancangan reaktor
fixed bed untuk MSDW Lube Catalytic Dewaxing. Hal ini terkait dengan
kebutuhan proses, terutama terkait dengan kebutuhan katalis yang sangat
spesifik tergantung pada vendornya masing-masing. Meskipun demikian,
secara umum bagian-bagian internal reaktor tetap sama, hanya saja tiap
lisensor proses maupun vendor reaktor tersebut memiliki tipikal desain
masing-masing yang diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi dari
reaktor tersebut (Muhammad Yasir, 2019).
Reaktor dikemas dengan partikel-partikel katalis padat. Sebagian
besar desain mendekati perilaku plug-flow. Bentuk paling sederhana dari
reaktor katalitil fixed-bed menggunakan pengaturan adiabatik, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.3.
24
7. Kiln
29
2.5. Katalis
Reaksi kimia dapat berjalan apabila kondisi operasi telah tercapai.
Suatu reaksi kimia yang memiliki suatu barrier energi-energi pengaktifan
yang besar baru dapat memulai reaksinya bila barrier energi itu telah
terlampaui. Salah satu cara melampaui barrier energi tersebut adalah dengan
menaikkan temperatur reaksi. Suatu cara untuk menurunkan barrier energi
adalah dengan menggunakan katalis. Suatu katalis dapat mempercepat reaksi
kimia tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen. Disamping
itu keberadaan katalis akan menyebabkan suatu reaksi kimia dapat berjalan di
bawah kondisi temperatur operasinya dan sangat penting untuk mengurangi
rendemen dari produk-produk yang tidak diinginkan (Fajar, 2013).
Katalis merupakan suatu zat yang dapat meningkatkan kecepatan
reaksi terhadap suatu kesetimbangan tanpa adanya zat katalis yang
dikonsumsi, setelah proses selesai katalis dapat diperoleh kembali. Katalis
bersifat mempengaruhi kecepatan reaksi, tanpa mengalami perubahan secara
kimiawi pada akhir reaksi. Katalis berperan untuk meningkatkan selektivitas
suatu reaktan agar menghasilkan produk sesuai yang diinginkan. Peristiwa /
fenomena / proses yang dilakukan oleh katalis ini disebut katalisis. Adapun
parameter yang perlu diperhatikan untuk menilai kualitas katalis yang baik
sebagai berikut :
1. Aktivitas yang tinggi, yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi
reaktan menjadi produk yang diinginkan.
30
3. Katalis Biokimia
Beberapa reaksi dapat dikatalisis oleh enzim. Daya tarik dalam
menggunakan enzim daripada mikroorganisme dalam peningkatan laju
yang sangat besar yang dapat diperoleh tanpa adanya mikroorganisme.
Selain itu reaksi kimia tidak harus memenuhi persyaratan khusus sel
hidup. namun sama seperti mikroorganisme, enzim adalah sensitif, dan
perawatan harus dilakukan dalam kondisi di mana enzim digunakan
(Robin Smith, 2005).
2.6. Stoikiometri
Stoikiometri (stoichiometry) adalah ilmu yang mempelajari
kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Meskipun satuan yang
digunakan untuk reaktan (atau produk) adalah mol, gram dan liter (untuk gas)
atau satuan lainnya. Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan
menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan
kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan lain. Untuk menghitung
jumlah produk yang terbentuk dalam reaksi kimia menggunakan satuan mol.
Pendekatan ini disebut metode mol (mole method), yang berarti bahwa
koefisien stoikiometri dalam persamaan kimia dapat diartikan sebagai jmlah
mol dari setiap zat. Metode mol terdiri dari beberapa tahap:
1. Tulis rumus yang benar untuk semua reaktan dan produk, dan setarakan
persamaan kimianya.
2. Konversi kuantitas dari sebagian atau semua zat yang diketahui (biasanya
reaktan) menjadi mol.
3. Gunakan koefisien-koefisien dalam persamaan yang sudah setara untuk
menghitung jumlah mol dari kuantitas yang dicari atau yang tidak
diketahui (biasanya kuantitas produk).
4. Dengan menggunakan jumlah mol yang telah dihitung serta massa
molarnya konversi kuantitas zat yang tidak diketahui menjadi satuan yang
diperlukan (biasanya gram).
33
5. Tulis rumus yang benar untuk semua reaktan dan produk, dan setarakan
persamaan kimianya.
6. Konversi kuantitas dari sebagian atau semua zat yang diketahui (biasanya
reaktan) menjadi mol.
7. Gunakan koefisien-koefisien dalam persamaan yang sudah setara untuk
menghitung jumlah mol dari kuantitas yang dicari atau yang tidak
diketahui (biasanya kuantitas produk).
8. Dengan menggunakan jumlah mol yang telah dihitung serta massa
molarnya konversi kuantitas zat yang tidak diketahui menjadi satuan yang
diperlukan (biasanya gram) (Raymond, 2005).
Pereaksi pembatas adalah zat pereaksi yang habis bereaksi, dan
karenanya menjadi pembatas bagi keberlangsungan reaksi itu. Sedangkan
pereaksi lainnya dikatakan berlebih, karena tidak habis bereaksi atau bersisa.
Untuk keperluan perhitungan zat-zat pereaksi atau zat hasil reaksi yang
didasarkan pada persamaan kimia serta harus dimulai dari jumlah pereaksi
pembatas. Dalam hal ini untuk menentukan pereaksi mana yang merupakan
pembatas, perlu dihitung stoikiometri pereaksi yang terdapat pada persamaan
kimia. Setelah ditentukan mana yang merupakan pereaksi pembatas, maka
dapat dihitung hasil reaksinya (Yayan, 2010).
Reaktan berlebih adalah reaktan yang melebihi reaktan pembatas.
Persentase kelebihan reaktan didasarkan pada jumlah reaktan berlebih diatas
jumlah yang diperluhan untuk bereaksi dengan reaktan pembatas sesuai
dengan persamaan kimia atau dimana mol berlebih dapat dihitung sebagai
total mol yang tersedia dari reaktan kurang dari mol diperlukan untuk
bereaksi dengan reaktan pembatas.
% excess = × 100 %
(David, 1982).
34
b. Penentuan selektivitas i:
Sproduk i = × 100 %
(Husni, 2007).
Contoh: N2 + O2 2 NO
b. Reaksi heterogen adalah reaksi yang melibatkan lebih dari satu fase dan
reaksi terjadinya pada antar muka diantara fase tersebut.
Contoh: NO2 + H2O HNO3 + NO
2. Reaksi Searah dan Reaksi Bolak-Balik
a. Reaksi searah adalah reaksi yang hanya berlangsung kearah produk.
Contoh: CH3CHO CH4 + CO
b. Reaksi bolak-balik adalah reaksi yang berlangsung ke arah produk dan
reaktan, sehingga konsentrasi kesetimbangan relatif terhadap
konsentrasi reaktan dan produk.
Contoh: 2 NO2 2 NO + O2
3. Reaksi Molekular
a. Reaksi Unimolekular adalah reaksi yang hanya ,elibatkan satu atom, ion
atau molekul yang saling berinteraksi atau bertumbukan di dalam
tahapan reaksi.
Contoh: PCl5 PCl3 + Cl2
b. Reaksi Bimolekular adalah reaksi yang melibatkan dua atom, ion atau
molekul yang saling berinteraksi atau bertumbukan di dalam tahapan
reaksi. Reaksi bimolekular yang sesungguhnya adalah reaksi yang
melibatkan radikal bebas.
Contoh: 2 HI + O2 2 NO2
c. Reaksi Termolekular adalah reaksi yang melibatkan tiga atom, ion atau
molekul yang sering berinteraksi atau bertumbukan di dalam tahapan
reaksi. Kemungkinan terjadnya reaksi termolekuler hampir tidak ada dan
pada sebagian besar contoh reaksi mengikuti mekanisme reaksi
bimolekular.
Contoh: 2 NO + O2 2 NO2
4. Reaksi Elementer dan Reaksi Non Elementer
a. Reaksi elementer adalah reaksi yang memiliki persamaan laju reaki
sesuai dengan stoikiometri reaksi.
Contoh: C2H6 C2H4 + H2 -r C2H6 = k [C2H6]
36
b. Reaksi non elementer adalah reaksi yang memiliki persamaan laju reaksi
tidak sesuai dengan stoikiometri reaksi
Contoh: CH3CHO CH4 + CO -r CH3CHO = k [CH3CHO]3
Selain jenis reaksi diatas terdapat beberapa jenis reaksi lain,
diantaranya adalah reaksi katalitik, reaksi berantai, reaksi enzimatis, reaksi
seri dan reaksi paralel (Rama Oktaviana, 2017).
2.8. Kajian Penelitian Yang Relevan
Judul : Sintesis dan Pengujian Katalis Nanokristallin Cu/ZnO/Al2O3
Dengan Metode Pemanasan Dalam Larutan Polimer Untuk
Aplikasi Konversi Metanol Menjadi Hidrogen
Tahun : 2008
Peneliti : Mikrajuddin Abdullah, Dkk
Hasil Pembahasan :
Katalis Cu/Zn/Al2O3 untuk steam reforming
metanol telah dibuat menggunakan metoda pemanasan
sederhana dalam larutan polimer. Karakterisasi
menggunkan XRD menandakan kristalinitas sampel yang
dibuat pada suhu 800 ˚C dan 1000 ˚C tidak jauh berbeda.
Namun kristalinitas sampel yang dibuat pada suhu 600˚C
jauh lebih rendah. Dengan demikian peningkatan
temperatur pembuatan hingga 800 ˚C meningkatkan
kristalinitas sampel, namun peningkatan suhu lebih lanjut
diatas 800 ˚C tidak mengubah kristalinitas secara berarti.
Suhu 800 ˚C dapat dianggap sebagai suhu sintesis
maksimum, yaitu suhu sintesis terendah untuk
mendapatkan kristalinitas yang baik. Hasil uji aktifitas
katalis menunjukan bahwa sampel yang dibuat pada suhu
800 ˚C memiliki aktifitas yang lebih baik dari sampel
lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh persentasi
Zn dalam sampel tersebut lebih banyak daripada yang
berada dalam sampel lainyya seperti ditunjukkan oleh
data EDX. Pada suhu reforming 500 ˚C, konversi
methanol menjadi hidrogen mendekati 100 %
menggunakan katalis sampel yang dibuat pada suhu 800
˚C.
38
Mulai
Identifikasi Masalah
Metanol Air
Reaktor 114D1
Analisa Data
Selesai
BAB 3
METODE PENELITIAN
40
41
n CH3OH masuk =
XCH3OH = × 100 %
n CH3OH masuk =
XCH3OH = × 100 %
BAB 4
Masuk
44
45
4.2. Perhitungan
1. Menghitung Laju Alir Massa CH3OH dan H2O Berdasarkan Laju Alir
Massa Campuran Yang Masuk ke Dalam Reaktor 114D1
= 2180,7980 kg/jam
= 40 % × 2180,7980 kg/jam
= 872,3190 kg/jam
= 60 % × 2180,7980 kg/jam
= 1308,4788 kg/jam
2. Menghitung Kmol dari Bahan Baku Yang Masuk Data Diambil Dari Tabel
No. 1 dengan Konsentrasi CH3OH 93,08 %
= 818,2352 kg/jam
= 25,5698 kmol/jam
46
= 72,6932 kmol/jam
= 22,5431 kg/jam
= 0,7044 kmol/jam
= × 100 %
= 97,24 %
47
= × 25,5698 kmol/jam
= 25,5698 kmol/jam
Kmol H2O Berlebih = kmol H2O Masuk – kmol H2O yang Bereaksi
= 47,1234 kmol/jam
% excess H2O =
× 100%
= × 100 %
= 184,29 %
48
= × 25,5698 kmol/jam
= 25,5698 kmol/jam
Kmol H2O yang Tidak Bereaksi (Sisa) = Kmol H2O Masuk – Kmol H2O
yang Bereaksi
= 47,1234 kmol/jam
= × 100 %
= 35,17 %
49
Dengan cara yang sama hasil perhitungan konversi metanol menjadi gas hidrogen beriktnya terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Tabulasi Data Perhitungan Jumlah Metanol Yang Terkonversi Menjadi Gas Hidrogen Pada Reaktor 114D1
Masuk
Jumlah
No
Laju Alir Density % Temperatur Tekanan Produk Temperatur Konversi % excess Konversi
Konsentrasi Campuran Campuran Volume Campuran Campuran Yang Oil Thermal CH3OH H2O H2O
CH3OH (CH3OH (CH3OH (CH3OH (CH3OH Dihasilkan (°C) (%) (%) (%)
CH3OH H2O
Mula-Mula dan H2O) dan H2O) dan H2O) dan H2O) (kg/jam)
(%) (%)
(%) (L/jam) (kg/L) (°C) (Bar)
1. 93,80 2401,76 0,908 40 60 263 26 2126,7112 280 97,21 184,29 35,17
4.3. Pembahasan
Konversi adalah perbandingan antara jumlah mol produk secara
total dengan jumlah mol reaktan persatuan waktu. Kinerja katalis secara
kuantitatif ditinjau dari aktivitas katalis. Aktivitas dinyatakan oleh
konversi, selektivitas dan yield. Unit reaktor 114D1 adalah tempat
terjadinya reaksi antara metanol dengan air bebas mineral yang akan
membentuk hidrogen dalam keadaan bercampur dengan unsur-unsur
lainnya. Jenis reaktor yang digunakan yaitu reaktor fixed bed multitube.
Apabila reaktor tidak mampu menghasilkan konversi metanol menjadi
gas hidrogen dengan baik maka hidrogen yang dihasilkan tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan. Proses terjadinya reaksi karena adanya katalis
didalam reaktor yaitu berupa copper 40-50 %, zink oxide 25-30 %,
aluminium oxide <15 % dan copper oxide 5-18 %. Konsentrasi metanol
yang masuk yaitu 93,80-91 %.
Berdasarkan data pengamatan hasil praktek kerja lapangan dan
dengan melakukan pengolahan data serta perhitungan secara kuantitatif
dengan laju alir campuran antara metanol dan air sebesar 2401,76 L/jam
dan dengan konsentrasi metanol 93,80 %, 93 % dan 91 % maka didapat
rata-rata jumlah metanol yang terkonversi menjadi gas hidrogen adalah
sebesar 97,17 %, rata-rata H2O yang berlebih adalah sebesar 188,02 %,
serta rata-rata jumlah H2O yang terkonversi menjadi gas hidrogen adalah
sebesar 34,72 %. Konversi metanol yang diperoleh sudah cukup baik
mengingat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah metanol
yang terkonversi menjadi gas hidrogen yaitu konsentrasi metanol yang
masuk, usia katalis, rasio, tekanan, jenis katalis dan temperatur. Rasio
perbandingan antara metanol dan air yaitu 2 : 3 dengan laju massa
metanol yaitu 872,3190 kg/jam dan laju massa air yaitu 1308,4788
kg/jam sehingga kmol air lebih besar dari kmol metanol maka rata-rata
H2O yang berlebih > 100 %. Jumlah H2O yang berlebih yang keluar dari
reaktor akan masuk ke separator kemudian akan di recycle kembali ke
dalam vessel mixing. Kemurnian dari metanol yang digunakan sebagai
51
5.1. Kesimpulan
Dari data pengamatan hasil praktek kerja lapangan dan dengan
melakukan pengolahan data serta perhitungan secara kuantitatif, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata jumlah CH3OH yang terkonversi menjadi gas hidrogen pada
reaktor 114D1 adalah sebesar 97,17 %
2. Rata-rata jumlah kelebihan (excess) H2O pada reaktor 114D1 adalah
sebesar 188,02 %
3. Rata-rata Jumlah H2O yang terkonversi menjadi gas hidrogen pada reaktor
114D1 adalah sebesar 34,72 %
5.2. Saran
1. Dengan hasil pengamatan dan pembahasan data yang didapat, diharapkan
kedepannya dapat meningkatkan kinerja serta hasil produksi dengan
memperhatikan faktor-faktor dan penyebab terjadinya konversi metanol
menjadi produk yang sedikit.