DISUSUN OLEH :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat
dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Anotomi Fisiologi Sistem Respirasi, Sistem Kardiovaskuler, Sistem
Pencernaan Dan Sistem Muskuloskeletal”
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
pengampuh Ns. Neni Triana, M. kep yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan pengarahan dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat dalam rangka proses
pembelajaran sekaligus untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatn 1.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari
semua pihak. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Respirasi...........................................................3
B. Pengertian Sistem Kardiovaskuler ..............................................10
C. Pengertian Sistem Pencernaan.....................................................13
D. Pengertian Sistem Muskuloskeletal.............................................19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anatomi adalah salah satu dasar ilmu kedokteran. Ilmu tentang
struktur morfologis dari organisme hidup ini mempelajari berbagai bagian,
posisi mereka, serta saling keterkaitan satu sama lain. Kita sebagai tenaga
medis KSR-PMI tentunya mempelajari anatomi manusia.
Sedangkan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal atau pekerjaan dari
tiap-tiap jaringan tubuh atau bagian bagian dari alat-alat tubuh dan
sebagainya. Tubuh manusia memiliki lebih dari 10 sistem anatomi. Kata
anatomy berasal dari bahasa yunani (Greek) yang secara literatur diartikan
sebagai “membuka suatu potongan”. Antomi adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagian dalam (internal) dan luar (external) dari struktur tubuh
manusia dan hubungan fisiknya dengan bagian tubuh yang lainnya.
Contoh: mempelajari organ jantung dan posisinya dalam tubuh. Kata
physiology juga juga berasal dari bahasa yunani (Greek) yaitu ilmu yang
mempelajari bagaimana suatu organisme melakukan fungsi utamanya.
Contoh: seseorang yang ingin mempelajari fisiologi tentang bagaimana
jantung bisa memompa darah. Anatomi fisiologi adalah dua hal yang
berkaitan erat satu dengan yang lainnya baik secara teoritis maupun secara
praktikal, sehingga muncul suatu konsep: “semua fungsi yang spesifik
dibentuk dari struktur yang spesifik”.
Anatomi dan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari urai tubuh
beserta fungsinya. Sebagai pun calon tenaga kesehatan sudah menjadi
keharusan bahwa setiap pelayanan kesehatan yang dilakukan harus
mengerti terhadap keilmuan dasar. Anatomi perlu dimengerti karena
menjadi dasar pertimbangan dalam setiap tindakan asuhan kepada pasien.
Demikian juga, anatomi fisiologi tubuh manusia , terutama terkait kulit,
rambut dan kuku menjadi suatu ilmu pendukung bagi mahasiswa AKS-
AKK prodi tatarias, karena penting untuk memhami anantomi fisiologi ini
iv
sebagai ilmu yang memperkuat keterampilan dalam pemberian perawatan
pada manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sistem Respirasi ?
2. Apa Pengertian Sistem Kardiovaskuler ?
3. Apa Pengertian Sistem Pencernaan ?
4. Apa Pengetian Sistem Muskuloskeletal ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Respirasi
2. Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Kardiovaskuler
3. Untuk Mngetahui Pengertian Sistem Pencernaan
4. Untuk Mengetahui Pengetian Sistem Muskuloskeletal
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
menjalankan fungsinya, baik yang disebabkan oleh infeksi baik yang
disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya dengan gejala klasik asma ada tiga
yaitu mengi, batuk, dan sensasi napas tak normal atau dispnea. (Petrina et
al., 2012). Asma disebabkan oleh berbagai faktor dimulai dari faktor
genetic, karena alergi, infeksi saluran nafas, obat-obatan, perubahan cuaca,
lingkungan kerja, olahraga dan stress. Asma biasanya akan ditandai
dengan adanya spasme otot bronchus dan akan mengakibatkan obstruksi
saluran nafas dan akan mengakibatkan penyempitan jalan nafas yang pada
akhirnya akan meningkatkan kerja pernapasan yang selanjutnya akan
meningkatkan kebutuhan oksigen pada tubuh dan akan menyebabkan
hiperventilasi. Pemeriksaan penunjang pada penderita asma diantaranya
yaitu dilakukan pemeriksaan Spirometri, Uji Provokasi Bronkus,
pemeriksaan sputum, pemeriksaan cosinofit total, uji kulit, pemeriksaan
kadar igE total dan igE spesifik dalam sputum, foto dada, dan analisis gas
darah (Padila, 2013). Tanda dan gejala asma dibedakan menjadi dua
stadium yakni stadium dini dan stadium lanjut atau kronis, biasanya tanda
dan gejala pada stadium dini yakni batuk dengan dahak bisa saat pilek
ataupun tidak, wheezing belum ada, rochi basah halus pada serangan
kedua atau ketiga dan sifatnya hilang timbul, belumadanya kelainan
bentuk thorak belum patologis, adapun juga tanda dan gejala stadium
lanjut atau kronis yakni adanya batuk dan diiringi dengan ronchi, sesak
nafas berat dan merasakan adanya tekanan pada dada, dahak lengket dan
sulit untuk dikeluarkan, thorak seperti barel chest, tampak tarikan otot
sternokleidomastoideus, dan biasanya akan terjadi sianosis.
Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau kekurangan
oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus-
kapiler (T. P. DPP PPNI, 2016). Penyebab dari terjadinya gangguan
pertukaran gas merupakan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan
perubahan membrane alveolus-kapiler. Tanda dan gejala Mayor dari
vii
subyektif adalah dispnea, sedangkan tanda dan gejala Minor dari
obyektifnya yakni PCO2 meningkat/menuru, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan. Tanda dan gejala mayor
dari subjektifnya adalah pusing dan penglihatan kabur, sedangkan tanda
dan gejala minor adalah sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping
hidung, pola napas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun.
Kondisi klinis terkait dari gangguan pertukaran gas adalah penyakit paru
obstruksi kronis (PPOK), gagal jantung kongestif, asma, pneumonia,
tuberkolosis paru, penyakit membrane hialin, asfiksia, persisten pulmonary
hypertension of newborn (PPHN) prematuritas, dan infeksi saluran napas
(T. P. DPP PPNI, 2016).
Pada penderita asma terjadi penyempitan saluran pernafasan yang
disebabkan akibat dari spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa
dan adanya hipersekresi yang kental. Terjadinya penyempitan pada saluran
nafas ini menimbulkan adanya gangguan ventilasi (hipoventilasi), dimana
distribusi ventilasi tidak merata pada sirkulasi darah pulmonal dan
terjadinya gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Akhirnya akan
berkembang menjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat
lanjut (Nelson & Pery, 2001) Menurut (Wong, D, 2009) Inflamasi
berperan dalam peningkatan reaktifitas jalan napas. Mekanisme ini
mengakibatkan inflamasi jalan napas menjadi cukup beragam, dimana
peran setiap mekanisme tersebut bervariasi dari satu anak ke anak selama
perjalanan penyakit. Faktor yang menyebabkan hal tersebut diantaranya
adalah bakteri, virus, parasite, jamur, alergi, cuaca, kegiatan jasmani serta
psikis akan merangsang reaksi hiper reaktivitas bronkus dalam saluran
pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin
E (IgE). Plasma IgE selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast
yaitu sel mast tersensitisasi. Pada sel mast yang tersensitisasi akan
mengalami degranulasi, dan sel mast yang degranulasi akan mengeluarkan
sejumlah mediator yang disebut histamin dan bradikinin. Kedua mediator
ini nantinya akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
viii
sehingga menimbulkan edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan
kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan mengakibatkan adanya
proliferasi sehingga terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan
nafas maka proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat sehingga
menyababkan terjadi gangguan ventilasi. Menurunnya masukan O2 ke
paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang
akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2
dalam kapiler 9 (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis
respiratorik. Hal ini dapat berdampak pada paru- paru, sehingga paru-paru
tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yakni
membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam
alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, gangguan difusi
menyebabkan gangguan perfusi dimana dalam hal ini oksigenisasi ke
jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia
yang menimbulkan berbagai manifestasi klinis. (Setyono, 2014).
Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di
Negara berkembang maupun Negara maju. Prevalensi penyakit asma
menurut (Global Initiative for Asthma, 2018) diperkirakan ada 300 juta
penduduk dunia di seluruh dunia menderita penyakit asma. Angka
kejadian asma di Indonesia menurut (Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2018) rata-rata penduduk Indonesia yang menderita penyakit
asma sampai 2,4%, angka ini mengalami penurunan dari tahun 2013 yang
rata-rata mencapai 4,5%, penderita asma ini tersebar dari perkotaan sampai
pedesaan, tidak membedakan laki-laki ataupun perempuan semua
kalangan bisa terkena penyakit asma ini, dari umur kurang dari 1 tahun
sampai lebih dari 75 tahun. Indonesia memiliki 34 provinsi dan provinsi
yang paling tertinggi masyarakatnya terkena penyakit asma yakni Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan angka kejadian 4.5% dan provinsi yang
terendah masyarakatnya terkena asma yakni Sumatera Utara dengan angka
kejadian 1%. Bali menduduki peringkat ke tiga dalam penderita penyakit
ix
asma di Indonesia, dengan angka kejadian kejadian diatas 2,4%, dari
tahun 2013 sampai 2018 Bali terus berada diatas rata-rata angka kejadian
di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Moewandi
Surakarta didapatkan data pasien asma rawat inap berjumlah 318 orang
dan tahun berikutnya meningkat menjadi 360 orang pasien rawat inap
dengan asma (Safitri & Andriyani, 2011). Sedangkan penelitian yang
dilakukan di IGD RS Bangli didapatkan data bahwa dalam sehari-hari
didapatkan 2-3 orang datang dengan asma akut dan didapatkan data 65
orang penderita asma dalam sebulannya (Rasdini, n.d.). Berdasarkan studi
kasus yang dilakukan peneliti didapatkan hasil angka prevalensi angka
kejadian asma di BRSU Tabanan sebanyak 228 kasus pada tahun 2018-
2019 yang tersebar di enam ruangan.
x
Gambar 1. Mekanisme respirasi inspirasi dan ekspirasi
xi
bergerak keluar dalam setiap eskpirasi. Hanya kira-kira 350 ml volume
tidal/tidal volume (TV) benar-benar mencapai alveoli, sedangkan 150 ml
tetap berda di hidung, faring, trachea, dan bronki disebut sebagai volume
udara mati (dead space). Udara total yang diambil selama satu menit
disebut volume menit respirasi/respiratory minute volume (RMV), yang
dihitung dengan perkalian udara tidal dan laju pernapasan normal setiap
menit. Volume rata-rata = 500 ml x 12 respirasi setiap menit = 6.000
ml/menit dalam keadaan istirahat. Apabila bernapas kuat, maka jumlah
udara yang masuk ke dalam saluran napas dapat melebihi 500 ml udara.
Kelebihan udara tersebut disebut volume udara cadangan inspiratori, rata-
rata 3.100 ml. Dengan demikian sistem pernapasan normal dapat menarik
3.100 ml (volume udara cadangan respiratori) + 500 ml (volume udara
tidal) = 3.600 ml. Namun dalam kenyataan, lebih banyak lagi udara yang
dapat ditarik bila inspirasi mengikuti eskpirasi kuat. Selanjutnya apabila
seseorang melakukan inspirasi normal dan kemudian melakukan ekspirasi
sekuat-kuatnya, maka akan dapat mendorong keluar 1.200 ml udara,
volume udara tersebut adalah volume udara cadangan eskpiratori. Setelah
volume udara cadangan eskpiratori dihembuskan, sejumlah udara masih
tetap berada dalam paru-paru, karena tekanan intrapleural lebih rendah
sehingga udara yang tinggal tersebut dipakai untuk mempertahankan agar
alveoli tetap sedikit menggembung, dan juga sejumlah udara masih tetap
ada pada saluran udara pernapasan. Udara yang masih berada pada saluran
pernapasan tersebut adalah udara residu yang jumlahnya kira-kira 1.200
ml.
Respirasi eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara paru dan kapiler darah paru. Selama inspirasi, udara atmosfer
mengandung oksigen memasuki alveoli. Darah terdeoksigenasi dipompa
dari ventrikel kanan melalui arteri pulmonaslis menuju kapiler pulmonalis
yang menyelubungi alveoli. PO2 alveolar 105 mmHg, pO2 darah
teroksigenasi yang memasuki kapiler pulmonalis hanya 40 mmHg.
Sebagai akibat perbedaan tekanan tersebut, oksigen berdifunsi dari alveoli
xii
ke dalam darah terdeoksigenasi sampai keseimbangan tercapai, dan pO2
darah terdeoksigenasi sekarang 105 mmHg. Ketika oksigen difusi dari
alveoli ke dalam darah terdeoksigenasi, karbondioksida berdifusi dengan
arah berlawanan. Sampai di paru, pCO2 darah terdeoksigenasi 46 mmHg,
sedang di alveoli 40 mmHg. Oleh karena perbedaan pCO2 tersebut
karbondioksida berdifusi dari darah terdeoksigenasi ke dalam alveoli
sampai pCO2 turun menjadi 40 mmHg. Dengan demikian pO2 dan pCO2
darah terdeoksigenasi yang meninggalkan paru sama dengan udara dalam
alveolar. Karbondioksida yang berdifusi ke alveoli dhembuskan keluar
dari paru selama ekspirasi (Soewolo, et al. 1999).
xiii
Jantung Sebagai Pusat Kardiovaskuler dan Sistem kardiovaskuler
xiv
b. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler
Anatomi Jantung
xv
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah
berpindah tempat. Penyokong jantung utama adalah paru yang
menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari bawah,
pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga jantung
tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi kedudukan
jantung adalah:
xvi
a) Mulut: Proses Pengunyahan
b) Tenggorokan (Faring) dan Kerongkongan (esofagus): Gerakan
Peristaltik
c) Lambung: Otot atas lambung relaksasi agar makanan bisa masuk,
otot bawah lambung mencampur makanan dengan zat pencernaan
d) Usus Halus: Gerakan Peristaltis.
e) Usus Besar: Gerakan Peristaltik
Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia
1. Mulut
xvii
pencernaan mekanik. Bagian mulut seperti lidah, gigi, dan kelenjar
air liur membantu proses pengunyahan agar makanan lebih mudah
dicerna Air liur mengandung enzim dengan fungsi memecah
molekul makanan agar mudah diserap oleh tubuh.
2. Tenggorokan (Faring) dan Kerongkongan (Esofagus)
xviii
dinding kerongkongan terjadi gerakan peristaltik, yaitu gerakan
meremas-remas yang mendorong makanan menuju lambung.
3. Lambung
xix
dalam getah lambung yang dihasilkan oleh sel kelenjar dinding
lambung. Getah lambung terdiri dari:
xx
Fungsi utama vili adalah memperluas permukaan usus
untuk penyerapan makanan. Hampir 90% penyerapan nutrisi
terjadi di bagian usus halus ini dan selanjutnya diedarkan ke dalam
aliran darah dan limpa. Ileum (Usus penyerapan): Bagian akhir
pada saluran pencernaan usus halus. Nutrisi, seperti vitamin B12,
garam empedu, air, dan elektrolit, yang belum diserap oleh
jejunum akan diserap oleh bagian usus halus ileum. Seperti
jejunum, usus ileum juga memiliki vili. Gerakan kontraksi
peristaltik pada usus halus mendorong makanan dari satu bagian ke
bagian lain. Sisa kim yang berupa limbah diteruskan ke sistem
pencernaan manusia berikutnya yaitu usus besar.
5. Usus Besar
xxi
sumber gambar: nursingtimes
xxii
kerjasama antara sistem muskuloskeletal dengan sistem tubuh yang
lainnya.
a) Deskripsi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri dari kata muskulo yang berarti otot
dan kata skeletal yang berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah
jaringan otot-otot tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau
jaringan otot-otot tubuh adalah myologi. Skeletal atau osteo adalah
tulang kerangka tubuh, yang terdiri dari tulang dan sendi. Ilmu yang
mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah
osteologi.
b) Definisi Sistem Muskulus (Muscle)
Muskulus (muscle) otot merupakan organ tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik atau
gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka,
sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Fungsi sistem muskuler/otot yaitu:
Otot rangka/lurik
Otot polos
Otot jantung.
Otot
Tendon
Ligamen.
xxiii
c) Definisi Sistem Rangka (Skeletal)
Sinartrosis (Suture) yaitu hubungan antara dua tulang yang tidak dapat
digerakkan sama sekali dan strukturnya terdiri atas fibrosa.
Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara terbatas.
Diartosis yaitu hubungan antara dua tulang yang dapat digerakkan
secara leluasa atau tidak terbatas, terdiri dari struktur synovial. Untuk
xxiv
melindungi bagian ujung-ujung tulang sendi, di daerah persendian
terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan synovial yang
berfungsi sebagai pelumas sendi.
xxv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian anotomi (susunan tubuh) adalah ilmu yang mempelajari
susunan tubuh dan bentuk tubuh makhluk hidup. Sejarah autonomi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari kronoligi mulai dari kejadian
pemeriksaan kurban persembahan pada masa purba hingga analisi rumit
kan bagian-bagian tubuh oleh para ilmuan modern. Dalam
perkembangannya, manusia kan memahami fungsi-fungsi dan struktur
tubuh melalui ilmu anatomi. Metodi pemeriksan selalu berkembang, dari
pemeriksaan tubuh hewan, perbedaan mayat, sampai ke teknik-teknik
kompleks yang dikembangkan pada satu abad terakhir.
Dalam posisi ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian
oleh 3 buah bidng khayal:
1. Bidang medial, yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang fontal, yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan kiri
(posterior)
3. Bidang trasversal, yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan
bawah (inferior).
Cabang-cabang anotomi di bagi menjad 2 bagian besar, yaitu:
1. Anotomi makroskopik
2. Anotomi mikroskopik.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan mengenaianotomi
fisiologi sistem respirasi, sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan dan
sistem mukuloskeletal. semoga bermanfaat, dan tentunya makalah ini tidak
terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu penulis meminta kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
xxvii