Anda di halaman 1dari 3

Nama :Agnes Fretty Sihotang

Kelas :SI-2E

Hari/tanggal :Kamis,17 Februari 2022

Buatlah suatu tulisan yang menceritakan suatu budaya/ kebiasaan masyarakat suku tertentu,
yang mengalami perubahan (pengaruh ) akibat adanya/ masuknya ajaran agama.

Awal peradaban,manusia memulai kehidupan dengan orang-orang disekitarnya dan membentuk


satu kesatuan atau golongan tertentu dengan mereka yang berkumpul dalam satu tempat dan membuat
identitas golongan sendiri yang mana saat ini kita kenal dengan sebutan Suku. Identitas masing masing
suku yang terbentuk tersebut ditandai dengan kebudayaan yang orang-orang jalankan dalam suku mereka.
Kebudayaan atau tradisi inilah yang menjadi pembeda antara satu suku dengan suku lain. Kebudayaan
tersebut pun semakin kental dan sudah menjadi kepercayaan dalam dalam golongan masyarakat pada
zaman dahulu

Ditengah-tengah berjalannya kebudayaan yang terjadi dalam setiap suku,seiring berjalannya


waktu pembauran antar suku atau antar manusia dari tempat-tempat yang berbeda juga semakin marak,hal
ini lah yang membuat masuknya ajaran ajaran baru yang berdasarkan ketuhanan yang disebut agama.
Perkenalan agama tersebut cukup diterima oleh masyarakat pada zaman itu meskipun hanya sekedar
saja,namun setelah beberapa saat mendapatkan pengajaran agama dimana pada saat itu juga budaya atau
tradisi yang ada pada golongan orang-orang juga masih berjalan,ditemukanlah bahwa ada beberapa
budaya atau tradisi yang tidak bersesuaian dengan ajaran agama. Hal ini mengundang perdebatan dan
pertentangan antara yang mendukung dan menolak.

Maka,dalam tulisan kali ini akan dijelaskan contoh-contoh kebudayaan yang mengalami
perubahan akibat masuknya agama

1. Berziarah ke kuburan dan meminta berkat

Budaya/tradisi berikut ini berasal dari suku batak dimana pada zaman dulu masyarakat suku batak
melakukan ziarah kekuburan dan meminta berkat disana kepada roh yang meninggal itu. Sebenarnya
kalau hanya membersihkan atau sekedar melihat kuburan itu tidak jadi masalah, namun yang menjadi
masalah sesuai dengan pengajaran kekristenan adalah perihal meminta berkat dari roh yang meninggal.
Tentu saja ini sangat bertolak belakang dengan pengajaran kekristenan. Bisa dilihat dalam kibat Ulangan
18:11; Luk 8:27; 16:19 19-31, dalam nats-nats itu bisa disimpulkan bahwa segala bentuk penyembahan
dan meminta berkat dari arwah atau roh adalah “kekejian” bagi Tuhan.

Namun seiring berjalannya waktu,manusia semakin memodernisasi kebudayaannya mengikuti


perkembangan zaman,sekarang pun pemikiran manusia juga ikut berkembang dan lebih mengikuti apa
yang sesuai dengan agama bukan dengan tradisi yang bertentangan dengan ajaran agama,sehingga orang-
orang yang melakukan tradisi ini pun berkurang.

2. Tradisi memanggil hujan

Tradisi ini menjadi salah satu tradisi yang paling banyak dilakukan oleh beberapa suku yang ada di
Indonesia. Inilah delapan ritual ‘memanggil’ hujan di beberapa daerah di Nusantara hingga saat ini masih
lestarikan.
1)Tradisi Cambuk Badan Tiban, Tulungagung

2)Tradisi Ujungan, Purbalingga  

3)Tari Sintren, Cirebon

4)Tari Gundala-Gundala, Karo

 5)Tradisi Gebug Ende, Karangasem

6)Tradisi Ojung, Bondowoso

7)Tradisi Cowongan, Banyumas

 8)Tarian Suling Dewa, Bayan

Tradisi ini dilakukan karena mengharapkan turunnya hujan. Sebenarnya tidak ada yang salah
dengan mengharapkan turunnya hujan,karena hujan memang menjadi kebutuhan untuk bertani,ataupun
memenuhi kebutuhan akan air,namun proses yang dilakukan dalam tradisi inilah yang salah,kegiatan-
kegiatan yang dilakukan tidak mengandung nilai kemanusiaan dan nilai nilai keagamaan sama sekali.
Contohnya tradisi cambuk badan Tiban,Tulungagung dimana Para pria dengan bertelanjang dada, satu
lawan satu, saling cambuk tubuh mereka di tengah lapang. Makna di balik darah yang keluar akibat
cambukan dipercaya bakal mendatangkan hujan.

Tradisi yang satu ini bertentangan dengan ajaran agama islam. Islam sudah memiliki tuntunan
bagaimana memohon hujan kepada Sang Khalik. Ketua Komisi Dakwah Majlis Ulama Indonesia Cholil
Nafis menjelaskan, sejatinya upaya untuk memanggil hujan telah diajarkan sejak masa Rasulullah SAW.
Ketika itu, Rasulullah SAW meng seluruh sahabat untuk menunaikan shalat Istisqa guna meminta kepada
Allah SWT untuk menurunkan hujan.

Kiai Cholil juga menyayangkan masih banyaknya masyarakat yang percaya dengan mitos atau tradisi
yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, sesajen. Itu sama saja dengan membuang-buang
makanan dan itu jelas tidak baik.

"Sebaiknya cobalah bersedekah atau berinfak dengan tujuan un tuk menolak bala dari musibah ke ke
ringan, kata Kiai Cholil saat di hubungi Republika.co.id, belum lama ini. Menurut dia, pencampuran
unsur agama dan ritual kebuda yaan memang banyak ditemui di banyak daerah, di mana tradisi turun
temurun leluhur dibuka de ngan lantunan shalawat.

Kiai Cholil menilai, bacaan shalawat dalam upaya kebudayaan sangat dibolehkan dan mendatangkan
pahala bagi yang mengucapkan-nya. Namun, jika inti dari tradisi tersebut justru bersinggungan dengan
nilai agama, kata dia, sebaiknya dihilangkan atau dialihkan dengan kegiatan lain. Dan sekarang pun
memang tradisi memanggil hujan ini.

Anda mungkin juga menyukai