BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 MANFAAT
Manfaat dari pembelajaran teknologi bahan konstruksi adalah sebgai berikut :
1) Dapat mengetahui ilmu dan pengetahuan mengenai bahan-bahan
konstruksi.
2) Dapat mengetahui tentang bahan-bahan konstruksi yang baik.
3
BAB 2
BAHAN PENYUSUN BETON
2.1. PENDAHULUAN
Beton merupakan hasil pencampuran dari Semen Portland (PC), agregat
halus (pasir), agregat kasar (kerikil), dan air dengan atau tanpa bahan tambah
(admixtures) dalam proporsi masing-masing bahan tertentu. Bahan tambah atau
admixtures sendiri adalah bahan bukan air, agregat ataupun semen yang
ditambahkan ke dalam campuran beton saat atau selama pencampuran untuk
memberikan pengaruh tersendiri terhadap beton, seperti untuk mengubah sifat-
sifat beton agar sesuai untuk suatu pekerjaan tertentu atau menjadi ekonomis, atau
untuk tujuan lain.
Kelebihan beton dibanding dengan bahan-bahan bangunan yang lain,
diantaranya adalah harganya yang relatif lebih murah, bahan-bahan penyusun
beton mudah didapat, mudah ducetak sesuai keinginan, dan beton mempunyai
kuat tegang tinggi.
Untuk mendapatkan beton yang baik, salah satu diantaranya adalah dengan
menggunakan bahan penyusun yang baik. Karena itu perlu dilakukan pengujian
dan pemeriksaan bahan di laboratorium.
6. Analisis Pengujian
1. Berat jenis curah
= Bk / ( B + 500 – Bt)
= 494,5 / (682,1 + 500 – 998 )
= 2,686
2. Berat jenis jenuh kering muka
= 500 / ( B + 500 – Bt)
= 500 / (682,1 + 500 – 998 )
= 2,716
3. Berat jenis semu
= Bk / ( B + Bk – Bt)
= 494,5 / (682,1 + 494,5 – 998 )
= 2,768
4. Penyerapan air
= ( 500 – Bk ) / Bk x 100 %
= ( 500 - 494,5 ) / 494,5 x 100 %
6
= 1,112 %
Tabel 2.2 Perhitungan Berat Jenis Agregat Halus
Uraian Contoh 1
Berat jenis curah
2,686 gram/ cm3
Bk / ( B + 500 – Bt )…………………………..(1)
Berat jenis jenuh kering muka
2,716 gram/ cm3
500 / ( B + 500 – Bt )……………………….…(2)
Berat jenis semu
2,768 gram/ cm3
Bk / ( B + Bk – Bt )….....…………………..…(3)
Penyerapan air
1,112 %
( 500 – Bk ) / Bk x 100%..................................(4)
7. Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis agregat kasar yang telah dilakukan
diperoleh berat jenis curah sebesar 2,686, berat jenis jenuh kering
sebesar 2,716, berat jenis semu sebesar 2,768, dan penyerapan air
sebesar 1,112 %.
6. Analisis Pengujian
a. Berat Tertinggal (gram)
Lubang ayakan 10,0 mm : 0 gram
Lubang ayakan 4,80 mm : 1 gram
Lubang ayakan 2,40 mm : 22,9 gram
Lubang ayakan 1,20 mm : 109,8 gram
Lubang ayakan 0,60 mm : 335,9 gam
Lubang ayakan 0,30 mm : 315,5 gram
Lubang ayakan 0,15 mm : 180,1 gram
Sisa agregat halus : 34,1 gram
Jumlah seluruh agregat halus : 999,3
b. Berat Tertinggal (%)
0
Lubang ayakan 10,0 mm : x 100% = 0 %
999,3
1
Lubang ayakan 4,80 mm : x 100% = 0,10 %
999,3
22,9
Lubang ayakan 2,40 mm : x 100% = 2,29 %
999,3
109,8
Lubang ayakan 1,20 mm : x 100% = 10,99 %
999,3
335,9
Lubang ayakan 0,60 mm : x 100% = 33,61 %
999,3
315,5
Lubang ayakan 0,30 mm : x 100% = 31,57 %
999,3
180,1
Lubang ayakan 0,15 mm : x 100% = 18,02%
999,3
9
34,1
Sisa agregat halus : x 100% = 3,41%
999,3
Jumlah seluruh agregat halus : 100%
c. Berat Tertinggal Kumulatif (%)
Lubang ayakan 10,0 mm :0%
Lubang ayakan 4,80 mm : 0,10 %
Lubang ayakan 2,40 mm : 2,39 %
Lubang ayakan 1,20 mm : 13,38%
Lubang ayakan 0,60 mm : 46,99%
Lubang ayakan 0,30 mm : 78,56%
Lubang ayakan 0,15 mm : 96,58%
Sisa agregat halus : 100 %
Jumlah seluruh agregat halus : 338,009 %
Jumlah agregat tanpa sisa : 238,009 %
d. Persen Lolos Kumulatif (%)
Lubang ayakan 10,0 mm : 100 %
Lubang ayakan 4,80 mm : 99,9 %
Lubang ayakan 2,40 mm : 97,61 %
Lubang ayakan 1,20 mm : 86,62 %
Lubang ayakan 0,60 mm : 53,01 %
Lubang ayakan 0,30 mm : 21,44 %
Lubang ayakan 0,15 mm : 3,42 %
Sisa agregat halus :0%
e. Modulus Halus Butir
= Jumlah Berat Tertinggal Kumulatif tanpa sisa / 100
238,009
=
100
= 2,38
10
3. Bahan
Bahan adalah agregat halus / pasir dan sejenisnya yang telah
dikeringkan sebelumnya.
4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan silinder kemudian timbang berat silinder tersebut.
2. Masukkan pasir SSD ke dalam silinder hingga penuh, tanpa
ditumbuk terlebih dahulu.
3. Timbang silinder berisi agregat halus tersebut untuk mengetahui
berat bersih pasir dalam silinder.
4. Hitung volume silinder tersebut.
5. Kemudian catat hasil yang diperoleh.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.4 Pengujian Berat Isi Gembur Agregat Halus
Sampel 1
Berat Tabung (W1) 11500 gram
Berat Tabung + Agregat kering tungku (W2) 19000 gram
Berat Agregat (W3) 7500 gram
Diameter dalam tabung (d) 15 cm
Tinggi Tabung (t) 30 cm
Volume Tabung ( V ) 5298,75 cm3
Berat Volume Gembur ( W3/V ) 1,415 gram / cm3
6. Analisis Pengujian
a. Volume Tabung (V)
1
= x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x (15)2 x 30
4
= 5298,75 cm3
b. Berat Volume Gembur
= W3 / V
= 7500 / 5298,75
= 1,415 gram / cm3
12
7. Kesimpulan
Dari pengujian berat isi gembur agregat halus didapatkan berat
agregat bersih 7500 gram dan volume tabung 5298,75 cm 3 dari
perhitungan dengan tinggi tabung 30 cm dan diameter tabung 15 cm.
Sehingga didapatkan berat volume gembur sebesar 1,415 gram / cm3.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.5 Pengujian Berat Isi Padat Agregat Halus
Sampel 1
Berat Tabung (W1) 11500 gram
Berat Tabung + Agregat kering tungku (W2) 20200 gram
Berat Agregat (W3) 8700 gram
Diameter dalam tabung (d) 15 cm
Tinggi Tabung (t) 30 cm
Volume Tabung ( V ) 5298,75 cm3
Berat Volume Padat ( W3/V ) 1,641 gram / cm3
6. Analisis Pengujian
a. Volume Tabung (V)
1
= x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x (15)2 x 30
4
= 5298,75 cm3
b. Berat Volume Padat
= W3 / V
= 8700 / 5298,75
= 1,641 gram / cm3
7. Kesimpulan
Dari pengujian berat isi padat agregat halus didapatkan berat
agregat bersih 8700 gram dan volume tabung 5298,75 cm 3 dari
perhitungan dengan tinggi tabung 30 cm dan diameter tabung 15 cm.
Sehingga didapatkan berat volume padat sebesar 1,641 gram / cm3.
6. Analisis Pengujian
Berat yang lolos ayakan No.200
= [ (W1-W2) / W1 ] x 100%
= [ (500-495,7) / 500 ] x 100 %
= 0,86 %
7. Kesimpulan
Dari pengujian lolos ayakan No.200 didapatkan berat yang
lolos ayakan No.200 sebesar 0,86 % dari perhitungan pada analisis
pengujian.
jenuh, berat jenis semu dan angka penyerapan air dalam agregat
kasar.
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih, dengan ketelitian 0,1
gram dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
b. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No.6) atau 2,36 (No.8) dengan
kapasitas ± 5000 gram.
c. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan, tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air tetap.
d. Alat pemisah contoh.
e. Saringan no.4 (4,75 mm)
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110 5)⁰ C.
g. Pengukur suhu sampel dengan ketelitian pembacaan 1⁰ C.
h. Kain lap, sekop kecil, dan lain-lain.
3. Bahan
Bahan adalah agregat yang lolos saringan no.4 (4,75 mm)
diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat (quatering)
sebanyak 5000 gram.
4. Prosedur Pengujian
a. Terlebih dahulu, timbang pan yang akan digunakan.
b. Ambil kerikil SSD 500 gram, lalu masukkan ke dalam pan.
c. Timbang kembali pan dan pasir tersebut di dalam air
d. Selanjutnya masukkan pan berisi pasir tadi ke dalam oven untuk
dikeringkan.
e. Setelah kering, lakukan penimbangan kerikil kering tersebut dan
catat hasil yang diperoleh.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.7 Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar
Uraian Contoh 1
Berat kerikil kering mutlak 4932,5 gram
(Bk)
Berat pasir kondisi jenuh kering muka 5000 gram
17
(Bj)
Berat kerikil dalam air 3196 gram
(Ba)
6. Analisis Pengujian
a. Berat jenis curah
= Bk / ( Bj - Ba )
= 4932,5 / (5000 – 3196 )
= 2,734
b. Berat jenis jenuh kering muka
= Bj / ( Bj - Ba )
= 5000 / ( 5000 – 3196 )
= 2,771
Penyerapan air
1,368 %
( 500 – Bk ) / Bk x100%..................................(4)
7. Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis agregat kasar yang telah dilakukan
diperoleh berat jenis curah sebesar 2,734, berat jenis jenuh kering
sebesar 2,771, berat jenis semu sebesar 2,840, dan penyerapan air
sebesar 1,368 %.
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih dengan ketelitian
0,2% dari berat contoh.
b. Satu set saringan: 75 mm (3”), 63,5 mm ( 2½” ), 50,8 mm (2”),
38,1 mm ( 1½” ), 19 mm (¾”), 9,5 mm (3/8”), 4,75 mm (No.4),
2,36 mm (No.8), 1,18 mm (No.16), 0,60 mm (No.30), 0,30 mm
(No.50), 0,15 mm (No.100) pan , dan tutup saringan.
c. Alat pemisah contoh.
d. Mesin pengguncang / penggertar saringan.
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110 5)⁰ C.
f. Kain lap, talam, sikat kawat kuningan halus, kuas, dan lain-lain.
3. Bahan
Bahan uji adalah agregat kasar/kerikil dan sejenisnya yang
butirannya kasar. Agregat kasar disiapkan berdasarkan standar yang
berlaku dan terkait kecuali apabila butiran yang melalui saringan
19
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.9 Pengujian Modulus Halus Butir Agregat Kasar
Berat Persen
Lubang Berat Berat
Tertinggal Lolos
Ayakan Tertinggal Tertinggal
Kumulatif Kumulatif
(mm) (gram) (%)
(%) (%)
40,00 - - - -
20,00 1803,4 37,090 37,090 62,91
10,00 2953,4 60,742 97,832 2,168
4,80 93,4 1,921 99,753 0,247
2,40 0,9 0,019 99,772 0,228
1,20 0,5 0,010 99,782 0,218
0,60 0 0 99,782 0,218
0,30 0 0 99,782 0,218
0,15 0 0 99,782 0,218
Sisa 10,6 0,218 100 0
20
6. Analisis Pengujian
a. Berat Tertinggal (gram)
Lubang ayakan 20,0 mm : 1803,4 gram
Lubang ayakan 10,0 mm : 2953,4 gram
Lubang ayakan 4,80 mm : 93,4 gram
Lubang ayakan 2,40 mm : 0,9 gram
Lubang ayakan 1,20 mm : 0,5 gram
Lubang ayakan 0,60 mm : 0 gram
Lubang ayakan 0,30 mm : 0 gram
Lubang ayakan 0,15 mm : 0 gram
Sisa agregat kasar : 10,6 gram
Jumlah seluruh agregat kasar : 4862,2 gram
b. Berat Tertinggal (%)
1803,4
Lubang ayakan 20,0 mm : x 100% = 37,090 %
4862,2
2953,4
Lubang ayakan 10,0 mm : x 100% = 60,742 %
4862,2
93,4
Lubang ayakan 4,80 mm : x 100% = 1,921%
4862,2
0,9
Lubang ayakan 2,40 mm : x 100% = 0,019%
4862,2
0,5
Lubang ayakan 1,20 mm : x 100% = 0,010%
4862,2
0
Lubang ayakan 0,60 mm : x 100% = 0 %
4862,2
0
Lubang ayakan 0,30 mm : x 100% = 0 %
4862,2
0
Lubang ayakan 0,15 mm : x 100% = 0 %
4862,2
10,6
Sisa agregat kasar : x 100% = 0,218%
4862,2
Jumlah seluruh agregat kasar : 100%
21
6. Analisis Pengujian
Volume Tabung (V)
1
= x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x (15)2 x 30
4
24
= 5298,75 cm3
Berat Volume Gembur
= W3 / V
= 7200 / 5298,75
= 1,359 gram / cm3
7. Kesimpulan
Dari pengujian berat isi gembur agregat kasar didapatkan berat
agregat bersih 7200 gram dan volume tabung 5298,75 cm 3 dari
perhitungan dengan tinggi tabung 30 cm dan diameter tabung 15 cm.
Sehingga didapatkan berat volume gembur 1,359 gram/cm3.
3. Bahan
Bahan adalah agregat kasar / kerikil dan sejenisnya yang telah
dikeringkan sebelumnya.
4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan silinder kemudian timbang berat silinder tersebut.
25
6. Analisis Pengujian
Volume Tabung (V)
1
= x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x (15)2 x 30
4
= 5298,75 cm3
Berat Volume Gembur
= W3 / V
= 7600 / 5298,75
= 1,434 gram / cm3
7. Kesimpulan
Dari pengujian berat isi padat agregat kasar didapatkan berat
agregat bersih 7600 gram dan volume tabung 5298,75 cm 3 dari
26
2.4. SEMEN
Semen merupakan bahan ikat yang banyak dipergunakan dalam
pembangunan fisik. Dalam beton, prosentase semen biasanya pada kisaran
10% dari volume beton. Tetapi, meskipun prosentase semen dalam beton
sangat kecil, Fungsi semen memiliki pengaruh besar terhadap beton, yaitu
untuk merekatkan butiran agregat-agregat seperti pasir dan kerikil karena
semen dapat mengisi celah atau rongga yang kosong pada butiran-butiran
agregat tersebut. Sedangkan fungsi dari pasta semen itu sendiri sebagai
pengikat butiran-butiran agregat agar saling terikat dan kuat. Selain itu pasta
semen juga berfungsi memisahkan antar butiran-butiran agregat agar tidak
terjadi kontak langsung santara butiran yang satu dengan butiran yang lain.
2.5. AIR
Air adalah bahan dasar pembuat beton paling murah karena bisa
mudah didapatkan di berbagai tempat. Fungsi air sendiri untuk membuat
pasta semen. Apalila tidak ada air, semen tidak akan menjadi pasta semen
yang bisa merekatkan butiran agregat. Secara umum, air yang dapat diminum
merupakan air yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat beton,
sedangkan air yang kotor akan mengganggu proses perkerasan dan ketahanan
beton karena dalam air tersebut sudah tercampur berbagai zat-zat yang tidak
diketahui. Pada umumnya, kotoran tersebut akan menyebabkan perubahan
volume, korosi pada baja tulangan, dan bercak-bercak pada permukaan beton.
mengubah sifat-sifat dari beton itu sendiri. Biasanya jumlah bahan tambah
yang diberikan pun relatif sedikit.
Bahan tambah pada umumnya adalah bahan kimia ataupun bahan
alami. Macam-macam bahan tambah diantaranya adalah:
a. Water-Reducing Admixtures yang berfungsi untuk mengurai jumlah
air.
b. Retarting Admixtures untuk memperlambat waktu ikat beton.
c. Accelerating Admixtures berfungsi untuk mempercepat waktu ikat dan
pengembangan kekuatan beton.
d. Water Reducing and Retarting Admixtures yang berfungsi mengurangi
jumlah air campuran dan memperlambat waktu ikat.
e. Water Reducing and Accelerating Admixtures berfungsi mengurangi
jumlah air campuran dan mempercepat watu ikat.
f. Pozolan yang merupakan bahan alam atau buatan yang sebagian besar
terdiri dari unsur silikat atau aluminat.
g. Abu Terbang (Fly Ash) adalah butiran halus hasil residu pembakaran
batubara.
h. Terak Tanur Tinggi yang merupakan produk non-logam yang terdiri
dari silikat dan alumino silikat.
i. Silika Fume adalah material pozolan halus.
BAB 3
BETON
28
3.1 PENDAHULUAN
Beton adalah campuran dari agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil),
air dan semen ataupun bisa juga ditambahkan bahan tambah. Beton sendiri
merupakan bahan struktur bangunan yang sudah sangat umum digunakan dalam
bidang konstruksi bangunan sipil. Dipilihnya beton dalam struktur ditentukan oleh
beberapa faktor yang diantaranya :
a. Beton dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan kita.
b. Bahan dasar pembuat beton banyak tersedia di berbagai tempat.
c. Beton awet terhadap cuaca dan juga terhadap api
d. Dari segi biaya, pembuatan beton bisa dibilan ekonomis karena relatif
lebih murah.
Pada penerapannya, penggunaan beton dalam bidang konstruksi sering di
gabungkan dengan bahan yang lainnya seperti baja yang sering di sebut dengan
beton bertulang. Beberapa aspek yang di bahas dalam teknologi beton adalah :
a. Komponen-komponen utama pembentuk beton yang terdiri dari semen,
agregat halus, agregat kasar dan juga air.
b. Perencanaan pencampuran atau mix design.
c. Cara mencampur, menuang, dan memelihara beton.
d. Pengujian kualitas beton.
e. Beton yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus
dan perubahan volume.
pengetahuan tentang sifat material dan sifat beton dalam kondisii plastik, tetapi
juga membutuhkan pengetahuan yang luas dan pengalaman dari perkerasan.
Bahkan proporsi bahan beton di labolatorium memerluka penyesuaian modifikasi
dan kembalik disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Dalam pemahaman yang lebih baik dari sifat ini, beton menjadi bahan
yang lebih tepat daripada dimasa lalu. Perancangan stuktur menentukan kekuatan
mininmum dan daya tahan yang baik.
3.2.1. Maksud & Tujuan
Maksud : untuk mengetahui jumlah elemen-elemen yang akan di
gunakan dalam pembuatan beton sesuai kuat tekan maupun kuat tarik
yang di inginkan.
Tujuan : agar kelompok kami dapat mengetahui dan dapat
merencanakan nilai fas dan jumlah komposisi elemen-elemen
penyusun dan pembuatan beton, seperti agregat halus, agregat kasar,
semen dan air.
3.2.2. Data perencanaan
Diketahui data-data sebagai berikut :
1. Kuat tekan beton yang direncanakan (F’c) pada umur 28 hari : 22
Mpa
2. Pengedalian mutu : Jelek
3. Faktor pengali : 1
4. Slump : 75-150 mm
5. Ukuran maksimum agregat : 40mm
6. Pasir : Gradasi II
7. Semen : Portland tipe I
8. Agregat halus : Alami
9. Agregat kasar : batu pecah
10. BJ jenuh kering permukaan :
11. Agregat halus : 2,716
12. Agregat kasar : 2,771
13. Beton digunakan untuk pelat, balok, kolom, dinding.
3.2.3. Prosedur perencanaan
30
Langkah-langkah perencanaan :
1. Tentukan kuat beton yang di targetkan
2. Hitung deviasi standard dimana tergantung pada volume
pembetonan yang akan dibuat
3. Tentukan nilai tambah margin (M)
4. Tentukan kuat tekan beton rata-rata (F’cr) yang ditargetkan
5. Tentukan jenis semen yang digunakan
6. Tentukan agregat yang akan di gunakan
7. Tentukan grafik faktor air semen karakteristik agregat diketahui
maupun tidak
8. Tentukan faktor air semen (fas), gunakan nilai fas yang terkecil
9. Tentukan slump yang digunakan sebagai syarat perencanaan
campuran beton
10. Tentukan ukuran agregat maksimumnya
11. Tentukan kadar air bebas, tergantung nilai slump dan ukuran
agregat maksimum yang di gunakan
12. Tentukan kadar semen dengan cara membagi kadar air bebas dan
faktor air semen yang digunakan
13. Tentuakan kadar semen maksimum, dimana hal ini tidak
ditetapkan untuk praktikum kali ini.
14. Tentukan kadar semen minimum, untuk perencanaan campuran
beton kali ini.beton di luar ruangan bangunan tidak terlindungai
dari hujan dan terik matahari langsung, berarti jumlah semen
minimum 335 kg/m3.
15. Tentukan kadar semen yang di gunakan yang terbesar.
16. Tentukan penyesuaian fas
17. Tentukan zona susunan butir agregat halus, dengan melihat nilai
slump dan fas nya.
18. Tentukan zona susunan butir agregat kasar
19. Tentukan persen agregat halus terhadap agregat gabungan.
20. Tentukan berat jenis relative SSD dari pasir,kerikil, dan gabungan
31
21. Tentukan berat isi beton, sesuai dengan berat jenis agregat
gabungan dan kadar air bebas. Lihat gambar 3.1
= ( 37,5
100
× 2,716) + (
62,5
100
×2,771 )
26 Proporsi koreksi
- Semen Portland 9,499 kg
- Air 4,939 kg
- Pasir 18,365 kg
30,608 kg
- kerikil
3.2.6. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan komposisi beton yang telah dilakukan adalah :
1. Semen = 9,499 kg
2. Air = 4,939 kg
3. Agregat halus = 18,365 kg
4. Agregat kasar = 30,608 kg
11. Rawat benda uji dengan cara direndam dalam air, teknik ini
disebut curring selama 28 hari
12. Setelah 28 hari ambil benda uji lalu bersihkan lumpur yang
menempel
13. Keringkan benda uji pada suhu ruangan
3.3.5 Hasil pengujian
Berat cetakan kosong silinder 1 : 8 kg
Berat cetakan 1 + beton basah : 20,9 kg
Berat cetakan kosong silinder 2 : 11,2 kg
Berat cetakan 2 + beton basah : 24,5 kg
Berat cetakan kosong silinder 3 : 11,4 kg
Berat cetakan 3 + beton basah : 24,4 kg
Berat cetakan kosong kubus : 13,5 kg
Berat cetakan kubus + beton basah : 21,9kg
Berat cetakan kosong balok : 9,15 kg
Berat cetakan balok + beton basah : 19,3 kg
3.3.6 Analisis pengujian
Agregat Kasar : Batu pecah : 30,608 kg
Agregat Halus : Alami : 18,365 kg
Semen : Portland tipe 1 (Holcim) : 9,499 kg
Air : Laboratorium BKT : 4,939 kg
Faktor Air Semen: 0,55
Air Bleeding : 16 ml
Nilai Slump : 10,2 cm
a) Silinder I
Berat beton + cetakan = 20,9 kg
Berat cetakan beton = 8 kg
Berat beton = 12,9 kg
12,9 kg
=¿
Berat volume beton = 1 2 2434,536
π ×(0,15) × 0,3
4
kg/m3
40
b) Silinder II
Berat beton + cetakan = 24,5 kg
Berat cetakan beton = 11,2 kg
Berat beton = 13,3 kg
13,3 kg
=¿
Berat volume beton = 1 2 2510,026
π ×(0,15) × 0,3
4
kg/m3
c) Silinder 3
Berat beton + cetakan = 24,4 kg
Berat cetakan beton = 11,4 kg
Berat beton = 10 kg
10 kg
=¿
Berat volume beton = 1 2 1887,237
π ×(0,15) × 0,3
4
kg/m3
d) Kubus
Berat beton + cetakan = 21,9 kg
Berat cetakan beton = 13,5 kg
Berat beton = 8,4 kg
8,4
Berat volume beton = =¿ 2488,889
0,15× 0,15 ×0,15
kg/m2
e) Balok
Berat beton + cetakan = 19,3 kg
Berat cetakan beton = 9,15 kg
Berat beton = 10,15 kg
10,15
Berat volume beton = =¿ 2537,5 kg/m3
0,4 ×0,1 × 0,1
f) Berat Volume rata-rata
2434,536+2510,026+1887,237+2488,889+2537,5
¿
5
¿ 2371,6376 kg/m2
3.3.7 Kesimpulan
41
Silinder I Kubus
Beban Maksimum 411,8 kN 896,4 kN
Lama pengujian 151 detik 126 detik
Kuat Desak
6 Analisis pengujian
a. Silinder I
1000
Beban maksimum (P) = × 411,8 kN=41977,574 kg
9,81
1 2
Luas Tampang (A) = π ( D)
4
1
= ×3,14 ×(15)2
4
= 176,625 cm 2
P 41977,574 kg
Kuat desak = =
A 176,625 cm 2
= 237,665 kg/cm2
44
1N/mm2 = 1 Mpa
411,8 kN 411800 N
F’c = 2
= 2
=23,315 Mpa
176,625 cm 17662,5 mm
b. Kubus
1000
Beban Maksimum (P) = ×896,4 kN=91376,15 kg
9,81
Luas Tampang (A) = s×s
= 15,75 ×15,75
= 248,06 cm2
P 91376,15
Kuat Desak (F’c) = = =368,36 kg /cm2
A 248,06
1N/mm2 = 1 Mpa
896,4 kN 896400 N
F’c = 2
= 2
=36,14 Mpa
248,06 cm 24806 mm
Dikonversi dari kubus ke silinder
Kubus = 36,14 × 0,83=29,996 Mpa
' '
F c Silinder I+ F c Kubus
Kuat Desak Rata-Rata=
2
23,315 Mpa +29,996 Mpa
=
2
= 26,655 Mpa
7 Kesimpulan
Dalam pengujian ini didapatkan nilai kuat desak benda uji :
a. Silinder I = 23,315 Mpa
b. Kubus = 29,996 Mpa
c. Kuat Desak Rata-Rata= 26,655 Mpa
deformasi total pada arah memanjang dibagi panjang ukur benda uji. Kaping
adalah pelapis perata permukaan bidang tekan benda uji beton. Metode ini
menvakup ketentuan dan cara uji.
Rumus-rumus formula yang dipakai dalam perhitungan pada
praktikum ini dapat dilihat pada formula berikut ini :
σ 2−σ 1
Modulus Elastis Beton (Ec) =
ε 2−ε 1
Keterangan :
Ec = Modulus elastis beton
σ1 = kuat tekan pada saat 40% dan beban maksimum (Mpa)
σ2 = kuat tekan pada saat regangan longitudinal mencapai ε1
ε2 = regangan longitudinal yang dihasilkan pada saat σ2
Menurut Nawy, jika tegangan 0,40 F’c maksimum kurva regangan-
regangan masih linier, dan nilai modulus elastisitas beton dihitung dengan
rumus :
0,4 × F ' c
EC =
ε .0,4
Keterangan :
F’c : tegangan tekan maksimum (Mpa)
ε0,4 : regangan pada saat tegangan tekan mencapai 0,4 tegangan tekan
maksimum
dipasang dekat ujung bawah dan ujung atas benda uji yang
jaraknya ditetapkan sesuai panjang indikator seperti gambar
pemasangan elemen lignkaran halus simetris terhadap bidang
lingkran benda uji agar kedudukan batang alat pengukur
deformasi tidak terjadi eksentrisitas.
3. Bahan
Benda uji adalah silinder beton yang dibuat dan dimatangkan di
laboratorium atau dilapangan.
4. Prosedur pengujian
a. Ukur diameter benda uji dengan jangka sorong pada 3 posisi, lalu
dari hasil pengukuran diameter dijumlahkan lalu dibagi 3 untuk
mengetahui rata-rata diameter benda uji.
b. Panjang benda uji termasuk kaping harus diukur sampai
pembacaan 1mm.
c. Timbang benda uji.
d. Suhu dan kelembapan benda uji selama pengujian dijaga konstan.
e. Pasang alat kompresormeter-ekstensiometer pada benda uji
dengan benar dan kokoh. Kemudian pasang alat pengukur
deformasi pada mesin uji tekan dengann kedudukan simetris.
f. Letakkan benda uji yang telah diberi alat ukur deformasi pada
mesin uji tekan dengan kedudukan simetris.
g. Jalankan mesin uji tekan dan berikan pembebanan secara terus-
menerus secara teratur dengan kecepatan pembebanan antara 207
s/d 275 kpa/detik sampai benda uji hancur atau sampai mesin uji
tidak memberikan beban lagi.
h. Catatlah regangan/deformasi setiap peningkatan beban 10 kN, dan
catat regangan yang dicapai pada saat pembebanan mencapai
40%.
5. Hasil pengujian
Untuk hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat di bawah ini.
Silinder I
Diameter : 15 cm
47
Tinggi : 30 cm
Lo : 200 mm
6. Analisis Pengujian
Luas penampang silinder (A) = 1/4.π.D2
= ¼.π.225 cm
= 176,625 cm2
=17662,5 mm2
Dari hasil pengujian pembacaan dial dihitung regangan dan tegangan.
Perhitungan tegangan regangan
a. Beban = 10 kN = 10000N
Pembacaan Dial = 4 mm × 10-3 = 0,004
ΔL sebenarnya = ½.ΔL = ½.0,004 = 0.002
P 10000 N
Tegangan = = =0,566
A 17662,5 mm 2
∆ L 0,002
Regangan = = =0,00001
Lo 200
b. Beban = 20 kN = 20000N
Pembacaan dial = 10,2 mm × 10-3 = 0,0102
ΔL sebenarnya = ½.ΔL =½.0,0102 = 0,0051
P 20000 N
Tegangan = = =1,132
A 17662,5 mm 2
∆ L 0,0051
Regangan = = =0,0000255
Lo 200
17662.
420 420000 1010 505 200
5 23.779 2.5250000 0.11956 2.64456
17662.
410 410 1040 520 200
5 0.023 2.6000000 0.11956 2.71956
25.000
20.000
Kuat Tekan Beton
15.000
10.000
5.000
0.000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000
7. Kesimpulan
Dalam pengujian modulus elastis silinder beton di dapatkan hasil
sebagai berikut :
Modulus elastis :26836,53Mpa
Nilai Koreksi :0,11956
3. Bahan
Benda uji berbentuk silinder, dibuat dengan memenuhi persyaratan
ukuran, pencetakan dan perawatan yang ditetapkan benda uji yang
dibuat di lapangan (SNI 03-4810-1998)
4. Prosedur pengujian
a. Ukur diameter dan tinggi benda uji, kemudian timbang beratnya
b. Pemberian tanda pada benda uji, tarik garis tengah pada setiap sisi
ujung benda uji dengan menggunakan alat bantu yang sesuai,
sehingga dapat memastikan bahwa kedua garis tengah tadi berada
didalam aksial yang sama.
c. Letakkan pelat atau barang penekan tambahan (bila digunakan)
diatas meja, tekan bagian bawah mesin uji tekan secara simetris .
d. Letakkan satu dari dua buah bantalan bantu pembebanan yang
terbuat dari kayu lapis meja tekan bagian bawah dari mesin uji
tekan atau diatas pelat atau barang penekan tambahan bila
digunakan yang terletak di atas meja tekan baian bawah dari
mesin uji tekan pada tengah-tengahnya.
e. Letakkan benda uji diatas bantalan batu pembebanan yang terbuat
dari kayu lapis. Sedemikian rupa hingga tanda garis tengah pada
benda uji terlihat tegak lurus terhadap titik tengah bentalan bantu
pembebanan tersebut.
f. Letakkan bantalan bantu pembebanan yang terbuat dari kayu lapis
ke dua diatas benda uji, sedemikian rupa dengan titik tengahnya
berpotongan dengan garis tengah benda uji yang ada pada ujung
silinder. Kemudian letakkan diatas benatalan tersebut pelat atau
barang penekan tambahan bila digunakan.
g. Atur posisi pengujian hingga tercapai kondisi : proyeksi dari
bidang yang ditandai oleh garis tengah pada kedua ujung benda
uji tepat berpotongan dengan titik tengah meja penekanan bagian
atas dari mesin uji.
h. Jalankan mesin uji tekan dengan pemberian beban dilakukan
secara terus-menerus, tanpa sentakanm dengan kecepatan
52
pembebanan konstan yang bekisar antara 0,7 hingga 1,4 Mpa per
detik sampai benda uji hancur atau terbelah. Kecepatan
pembebanan untuj benda uji berbentuk silinder dengan ukuran
panjang 300mm dan diameter 150mm berkisar antara 50-
100kN/menit
5. Hasil Pengujian
Hasil pengujain dapat dilihat pada tabel 3.5
Tabel 3.5 hasil pengamatan dimensi kuat tarik belah beton
Silinder I
Diameter 15,2 cm
Tinggi 30,09 cm
6. Analisis pengujian
a. Luas tampang = π× D×L
= 3,14 ×15,2 ×30,09
= 1436,1355 cm2
b. Beban maksimum = 269,4 kN
1000
= ×269,4
9,81
= 27461,77 kg
2. Pmaksimum
c. Kuat tarik =
π .D . L
53
2× 27461,77
=
3,14 ×15,2 ×30,09
= 38,24 kg/cm2
= 3,74 Mpa
7. Kesimpulan
Dalam pengujian ini didapatkan nilai beban maksimum yang dapat
diterima oleh beton adalah sebesar 269,4 kN dan nilai kuat tarik
betonnya sebesr 38,24 kg/cm2.
3. P . L
Flt =
2. B . h2
Keterangan :
Flt : kuat lentur benda uji
P : beban maksimum
L : jarak (bentang) antara dua perletakkan
h : tinggi tampang lintang patah
b : lebar tampang lintang patah
2) Bila akibat pengujian benda uji patah tidak tepat di bawah titik
di bagian tarik beton, dan jarak antara titik patah dan titik
beban kurang dari 10% jarak titik perletakkan, maka kuat lentur
beton dihitung dengan rumus :
3. P . c
Flt = 2
b.h
Keterangan :
Flt : kuat lentur benda uji
P : beban maksimum
c : jarak antara tampang melintang patah pada tumpuan
berdekatan, diukur pada empat sisi titik dari bentang
b : lebar tampang lintang patah
h : tinggi tampang lintang patah
6. Analisis pengujian
Karena benda uji akibat pengujian patah tidak tepat di bawah beban
bagian tarik beton dengan jarak antara titik patah dan titik beban lebih
dari 10% bentang, maka hasil pengujian tidak dipergunakan.
57
7. Kesimpulan
Dari pengujian kuat lentur beton dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
pengujian tidak dipergunakan.
4. Prosedur pengujian
a. Sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik dengan posisi tegak
lurus di bidang uji.
b. Secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang
uji sampai terjadi pukulan pada titik uji.
c. Lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak
terdekat antara titik pukulan 25 mm.
d. Catat semua niali pembacaan yang ditunjukkan oleh skala.
e. Hitung nilai rata-rata pembacaan
59
Jumlah Data 10 10
R maksimum 33 32
R minimum 22 22
R rata-rata 28,3 27,7
Simpangan Baku 3,368 3,013
Koefisien Variasi 11,90 10,877
Perkiraan Kuat Tekan
Beton terkoreksi (Mpa) 26,5 25,8
(kubus/silinder)
6. Analisis pengujian
a. Terhitung jumlah data sebanyak = 10
b. R maksimum kiri = 33
R maksimum kanan = 32
c. R minumin kiri = 22
R minimum kanan = 22
d. R rata-rata kiri =
∑ nilai lenting
∑ data
22+ 28+25+25+29+31+33+ 29+ 31+ 30
¿
10
= 28,3
R rata-rata kanan =
∑ nilai lenting
∑ data
25+26+27+ 32+ 22+ 28+28+31+30+28
=
10
= 27.7
= 10,89
Simpangan baku titik ke-2 = (R ke 2 – nilai rata-rata)2
= (26 – 28,3)2
= 5,29
Simpangan baku titik ke-3 = (R ke 3 – nilai rata-rata)2
= (27 – 28,3)2
= 1,69
Simpangan baku titik ke-4 = (R ke 4 – nilai rata-rata)2
= (32 – 28,3)2
= 13,69
Simpangan baku titik ke-5 = (R ke 5 – nilai rata-rata)2
= ( 22– 28,3)2
= 39,69
Simpangan baku titik ke-6 = (R ke 6 – nilai rata-rata)2
= (28 – 28,3)2
= 0,09
Simpangan baku titik ke-7 = (R ke 7 – nilai rata-rata)2
= (28 – 28,3)2
= 0,09
Simpangan baku titik ke-8 = (R ke 8 – nilai rata-rata)2
= (31 – 28,3)2
= 7,29
Simpangan baku titik ke-9 = (R ke 9 – nilai rata-rata)2
= (30 – 28,3)2
= 2,89
Simpangan baku titik ke-10 = (R ke 10 – nilai rata-rata)2
= (28– 28,3)2
= 0,09
=
√ 102,1
10−1
= 3,368
63
=
√ 81,7
10−1
= 3,013
simpangan baku
g. Koefisien Variasi Kiri = ×100
R rata−rata
3,368
= ×100
28,3
= 11,90
simpangan baku
Koefisien Variasi Kiri = ×100
R rata−rata
3,013
= ×100
27,7
= 10,877
h. Perkiraan kuat tekan beton
Untuk mendapatkan nilai perkiraan kuat beton dari hasil hammer
test dengan melihat grafik pengujian hammer.
Dari “Concrete hammer grafic” ditarik nilai R rata-rata keatas
(vertikal) sampai menyentuh kurva α = -90 kemudian ditarik tegak
lurus ke kiri maka didapat nilai perkiraan kuat tekan beton.
Perkiraan kuat tekan beton lenting kiri R rata-rata =28,3
64
4.1 PENDAHULUAN
Besi baja atau sering disebut dengan baja saja merupakan paduan antara
besi dan karbon, dengan kandungan karbon yang lebih sedikit dibandingkan pada
besi tuang, tetapi lebih banyak di banding besi tempa.
Berdasarkan kadar karbonnya, baja terbagi dalam :
- Baja sangat lunak (deed steel) : kandungan karbon ≤ 0,10%
- Baja lunak (low carbon steel) : kandungan karbon 0,10 – 0,25%
65
Nilai kuat tarik leleh besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat benda uji
mencapai leleh pertama.
6. Nilai kuat tarik maksimum
Nilai kuat tarik maksimum ialah besarnya gaya tarik yang bekerja pada
saat benda uji mencapai puncak pembebanan dan sebelum putus.
7. Nilai kuat tarik putus
Nilai kuat tarik putus ialah besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat
benda uji putus.
Dari tabel diatas didapatkan nilai dari kurva tarik baja tulangan.
1. Perhitungan Modulus Elastis
σ1
Modulus Elastis =
∈1
371,747
=
0,00017825
= 2085537,167 Mpa
2. Perhitungan Koreksi
σ 1 −σ 2 σ1
Koreksi : =
∈1 −∈2 ∈1 ± x
371,747−10,326 371,747
0,178−0,009
= 0,178 ± x
371,747
2138,585 =
0,178 ± x
x = - 0,0050
4.2.7 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah nilai tarik maksimum
sebanyak 861,59 Mpa. Tegangan tarik leleh sebanyak 557,1 Mpa.
N
Modulus elastis adalah 110769,0648 2 dan modulus kenyal
mm
N
adalah 0,373 .
mm2
Tunggal Ganda
Beban Maksimum (kn) 102,6 191,3
Lama pengujian (detik) 243 247
BAB 5
KAYU
74
1.
2.
3.
4.
5.
5.1. PENDAHULUAN
Kayu merupakan suatu elemen konstruksi yang mudah didapat dan
tersedia dalam jumlah yang relatif banyak. Kekuatan kayu unyuk menahan
gaya tarik. Desak maupun geser yang cukup tinggi mengakibatkan kayu
banyak dipergunakan dalam bagian konstruksi. Kayu mempunyai mechanical
property yang sangat bervariasi dan hampir selalu berbeda. Beda untuk kayu
yang berasal dari satu bagian pohon dibandingkan yang berasal dari bagian
lain dari pohon yang sama.
Kayu mempunyai kuat tarik tertinggi untuk arah sejajar (pararel) arah
serat atau arah aksial, dibanding kuat tarik tegak serat. Demikian juga kuat
tekannya. Kemampuan kayu menahan gaya tekan sejajar (pararel) arah serat
juga tergantung kemampuan sel-sel kayu untuk menahan tekuk (buckling) ,
pada saat beban ditingkatkan microscopic buckling yang terjadi pada dinding-
dinding sel akan menentukan titik terjadinya failure atau pecahnya kayu.
Sedangkan dalam menahan gaya geser, kayu mempunyai kekuatan yang tinggi
dalam menahan gaya geser tegak lurus (perpendicular) arah serat. Pada kayu
umumnya terjadi failure sudah terjadi sebelum terjadinya failure karena tegak
lurus arah serat.
1. Rumus yang dipakai
Pmaks
a. Tegangan tarik maksimum =
A
Bo−Bi
b. Kadar air = x 100%
Bo
Bo
c. Berat jenis kering udara =
Vo
B1
d. Berat jenis kering oven =
V1
75
3.P. L
e. Kuat lentur benda uji =
2. b . h2
2. Keterangan :
a. P = Beban uji maksimum
b. L = Jarak tumpuan
c. b = Lebar benda uji
d. h = Tinggi benda uji
e. Pmaks = Beban
f. A = Luas penampang
g. B0 = Berat sebelum oven
h. B1 = Berat setelah oven
i. V0 = Volume sebelum oven
j. V1 = Volume setelah oven
6
0,07968127 0,169681275
55 55000 8 8 100,4 2934,75 18,740949 5
0,08964143 0.179641434
60 60000 9 9 100,4 2934,75 20,444672 4
0,10458167 0,194581673
65 65000 10,5 10,5 100,4 2934,75 22,148394 3
0,11952191 0,209521912
70 70000 12 12 100,4 2934,75 23,852117 2
0,12948207 0,219482072
75 75000 13 13 100,4 2934,75 25,555839 2
0,14442231 0.234422311
80 80000 14,5 14,5 100,4 2934,75 27,259562 1
0,18426294 0,274262948
85 85000 18,5 18,5 100,4 2934,75 28,963285 8
0,19422310 0,284223108
90 90000 19,5 19,5 100,4 2934,75 30,667007 8
0,19920318 0,289203187
95 95000 20 20 100,4 2934,75 32,370731 7
0,21912350 0,309123506
100 100000 22 22 100,4 2934,75 34,074453 6
0,23904382 0,329043825
105 105000 24 24 100,4 2934,75 35,778175 5
0,24900398 0,339003984
110 110000 25 25 100,4 2934,75 37,481898 4
0,27888446 0,368884462
115 115000 28 28 100,4 2934,75 39,185621 2
0,28884462 0,378844622
120 120000 29 29 100,4 2934,75 40,889343 2
125 125000 32 32 100,4 2934,75 42,593066 0,3187251 0,4087251
0,34362549 0,433625498
130 130000 34,5 34,5 100,4 2934,75 44,296789 8
79
0,44820717 0,538207171
135 135000 45 45 100,4 2934,75 46,000511 1
130 130000 49 49 100.4 2934.75 44.296788 0.48804780 0.578047809
9
125 125000 49 49 100.4 2934.75 42.593066 0.48804780 0.578047809
9
120 120000 49 49 100.4 2934.75 40.889343 0.48804780 0.578047809
9
115 115000 49 49 100.4 2934.75 39.185621 0.48804780 0.578047809
9
110 110000 49 49 100.4 2934.75 37.481898 0.48804780 0.578047809
9
Bi
Berat volume kering oven =
Vi
41
=
52,2
= 0,785 kg/cm2
5. Perhitungan penyusutan tangensial
LTangensialo −LTangensiali
Penyusutan tangensial = x
LTangensial o
100%
4,3−3,9
= x 100%
4,3
= 9,30 %
6. Perhitungan penyusutan Aksial
Laksialo −Laksiali
Penyusutan aksial = x 100%
Laksial o
1,75−1.7
= x 100%
1,75
= 2.85 %
7. Perhitungan tegangan dan regangan
P
Tegangan (τ ) =
Ao
10000
=
2934,75
= 3,407 Mpa
∆L
Regangan (∈) =
Lo
0.005
=
100.4
= 0,00004980 , dan seterusnya
8. Modulus elastis
σ2
Modulus elastis =
∈2
13,629
=
0,029 x 10−2
= 46996,55 Mpa
81
9. Tegangan
σ
2
= τ maks x 0.4
= 54,51912429x 0,4
= 21,80
10. Koreksi
σ 1−σ 2 σ
=
∈1−∈ 2
∈1 ± x
23,852−13,62 23,852
=
0,119−0,029 0,119 ± x
10,223 23,852
=
0,09 0.119 ± x
23,852
113,588 =
0.119 ± x
113,588 ± x = 0,2099
X = 0,090
5.2.7. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah nilai gelang tahun
sebanyak 3 buah, kuar desak maksimum adalah 45,093 Mpa, nilai
kadar air sebanyak 18%, berat volume kering udara sebanyak
0,771 kg/cm2, berat kering oven adalah 0,785 kg/cm2. Perhitungan
nilai modulus elastis adalah 46996,55 Mpa, dan nilai koreksi
adalah 0,090.
LTangensialo −LTangensiali
Penyusutan tangensial = x
LTangensial o
100%
3,2−3
= x 100%
3,2
= 6.25 %
LTangensialo −LTangensiali
Penyusutan tangensial = x
LTangensial o
100%
2.7−2.6
= x 100%
2.7
= 3.70 %
6. Perhitungan penyusutan Aksial
Laksialo −Laksiali
Penyusutan aksial = x 100%
Laksial o
1.7−1.6
= x 100%
1.7
= 5.882 %
= 71.87 Mpa
2. Perhitungan penyusutan tangensial
LTangensialo −LTangensiali
Penyusutan tangensial = x
LTangensial o
100%
4.2−4
= x 100%
4.2
= 4.76 %
3. Perhitungan penyusutan Aksial
Laksialo −Laksiali
Penyusutan aksial = x 100%
Lak sial o
1.1−1
= x 100%
1.1
= 9.090 %
4. Perhitungan penyusutan Radial
Lradialo−Lradial i
Penyusutan radial = x 100%
Lradial o
4,9−4,7
= x 100%
4,9
= 4.08 %
5.5.7. Kesimpulan
Kesimpulan dari percbaan ini adalah besar kuat lentur sebesar
71,87 Mpa. Nilai penyusutan tangensial sebesar 4.76 %. Nilai
penyusutan aksial sebesar 9.090 %. Dan nilai penyusutan radial
sebesar 4.08 %.
2. Alat
1. Gergaji kayu
2. Gergaji besi
3. Penjepit kayu
4. Amplas
5. Talam
6. Oven
7. Bahan
Benda uji yang digunakan adalah kayu.
8. Prosedur Pengujian
1. Siapkan kayu yang telah di uji.
2. Potong sebaian kayu yang masih dalam kondisi baik.Amplas
kayu untuk melihat lingkaran tahun kayu.
3. Ukur dimensi, panjang, lebar, tinggi, garis aksial, garis radial,
dan garis tangensial.
4. Jangan lupa untuk memberikan tanda menggunakan spidol.
5. Kemudian timang beratnya.
6. Setelah selesai, masukkan benda uji ke dalam oven selama 24
jam.
7. Setelah 24 jam, ambil sample benda uji kemudian ukur
kembali dimensi dari kayu tersebut dan kemudian timbang
kembali beratnya.
8. Hasil Pengujian
9. Analisis Pengujian
1. Pengujian kuat tarik kayu
B o−B1
Kadar air = x 100 %
Bo
6−5,5
= x 100 %
6
= 8,3 %
Bo
Berat jenis kering udara =
Vo
6
=
2,8 x 1,75 x 1,9
= 0,645 gr/cm3
B1
Berat jenis kering oven =
V1
5,5
=
2,7 x 1,6 x 1,8
= 0,71 gr/cm3
2. Pengujian kuat geser kayu
B o−B1
Kadar air = x 100 %
Bo
46−38,8
= x 100 %
46
= 15,65 %
Bo
Berat jenis kering udara =
Vo
46
=
5,5 x 1,9 x 5,4
= 0,815 gr/cm3
B1
Berat jenis kering oven =
V1
38,8
=
5,3 x 1,8 x 5,35
= 0,76 gr/cm3
95
B1
Berat jenis kering oven =
V1
17,8
=
3,25 x 3,9 x 1,5
= 0,936 gr/cm3
5. Kesimpulan
96
1,75−1.7
= x 100%
1,75
= 2.85 %
4. Pengujian kuat lentur kayu
L. tangen o−L .tangen 1
Penyusutan tangensial = x 100%
L . tangen0
4.2−4
= x 100%
4.2
= 4.76 %
L. radial o−L .radial 1
Penyusutan radial = x 100%
L . radial0
4,9−4,7
= x 100%
4,9
= 4.08 %
L. aksial o−L . aksial 1
Penyusutan aksial = x 100%
L .aksial 0
1.1−1
= x 100%
1.1
= 9.090 %
5. Kesimpulan
Dari pengujian susut dimensi kayu, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Pengujian kuat tarik kayu, didapatkan hasil penyusutan
tangensial sebesar 3.70 %, radial sebesar 6.66 %, dan aksial
sebesar 5.882 %.
2. Pengujian kuat geser kayu, didapatkan hasil penyusutan
tangensial sebesar 1.8 %,radial sebesar 14,29%, dan aksial
sebesar 6.25 %.
3. Pengujian kuat desak kayu, didapatkan hasil penyusutan
tangensial sebesar 9,30 %,radial sebesar 4,878%, dan aksial
sebesar 2.85 %.
4. Pengujian kuat lentur kayu, didapatkan hasil penyusutan
tangensial sebesar 4.76 %,radial sebesar 4.08 %, dan aksial
sebesar 9.090 %.
101
BAB 6
SIMPULAN
6.1 SIMPULAN
102