Anda di halaman 1dari 102

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini perkembangan prasarana dan infrasktuktur pembangunan sudah
terlihat pesat kemajuannya. Baik secara arsitektur, fisik, maupun dari segi
teknologi. Pada awalnya, proses pembangunan hanya memanfaatkan apa yang ada
di alam sekitar, seperti kayu ataupun batu. Namun seiring berjalannya waktu dan
semakin majunya teknologi, kini sudah banyak ditemukan berbagai bahan
tambang yang dapat menunjang pembangunan agar menjadi lebih kuat, kokoh,
dan juga tahan lama.
Salah satu wujud dari perkembangan dalam pembangunan itu sendiri
adalah mulai banyak digunakannya beton dalam pembangunan. Beton memiliki
kelebihan tersendiri dalam perspektif pembangunan ini, selain lebih kuat dan
mudah didapatkan bahan-bahan pembuatnya, bentuk dari beton juga lebih
fleksibel, penggunaan betonpun juga dapat disesuaikan dengan keperluan. Beton
sendiri merupakan campuran dari semen portland, pasir, kerikil dan juga air,
dimana sebelum dilakukan pencampuran dari keempat bahan tersebut harus
dilakukan pengecekan terhadap jenis maupun kualitas bahan pembuat beton agar
nantinya sesuai dengan perencanaan pembangunan. Oleh karena itu, dalam Teknik
Sipil diperlukan juga mempelajari Teknologi Bahan Konstruksi dimana di
dalamnya mempelajari materi dan praktek mengenai bahan bangunan untuk
menghasilkan bangunan yang kuat, kokoh, serta tahan lama, seperti mempelajari
agregat halus, agregat kasar, semen, air, besi, baja, kayu, dan zat-zat lain yang
dapat menunjang proses pembangunan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Agar kelompok kami dapat mengetahui ilmu dasar tentang bahan
bangunan dan penggunaannya dalam bidang konstruksi bangunan sipil secara
umum.
2

1.3 MANFAAT
Manfaat dari pembelajaran teknologi bahan konstruksi adalah sebgai berikut :
1) Dapat mengetahui ilmu dan pengetahuan mengenai bahan-bahan
konstruksi.
2) Dapat mengetahui tentang bahan-bahan konstruksi yang baik.
3

BAB 2
BAHAN PENYUSUN BETON

2.1. PENDAHULUAN
Beton merupakan hasil pencampuran dari Semen Portland (PC), agregat
halus (pasir), agregat kasar (kerikil), dan air dengan atau tanpa bahan tambah
(admixtures) dalam proporsi masing-masing bahan tertentu. Bahan tambah atau
admixtures sendiri adalah bahan bukan air, agregat ataupun semen yang
ditambahkan ke dalam campuran beton saat atau selama pencampuran untuk
memberikan pengaruh tersendiri terhadap beton, seperti untuk mengubah sifat-
sifat beton agar sesuai untuk suatu pekerjaan tertentu atau menjadi ekonomis, atau
untuk tujuan lain.
Kelebihan beton dibanding dengan bahan-bahan bangunan yang lain,
diantaranya adalah harganya yang relatif lebih murah, bahan-bahan penyusun
beton mudah didapat, mudah ducetak sesuai keinginan, dan beton mempunyai
kuat tegang tinggi.
Untuk mendapatkan beton yang baik, salah satu diantaranya adalah dengan
menggunakan bahan penyusun yang baik. Karena itu perlu dilakukan pengujian
dan pemeriksaan bahan di laboratorium.

2.2. AGREGAT HALUS


2.2.1. Pendahuluan
Agregat halus merupakan agregat yang lolos saringan No.4
(4,75 mm). Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam
penyelidikan quarry agregat, campuran dan pengendalian mutu beton,
serta campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.
2.2.2. Pengujian Berat Jenis Agregat Halus
1. Maksud dan Tujuan
Maksud : metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian
untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan
jenuh (SSD), berat jenis semu dan angka penyerapan air dalam
agregat halus (pasir).
4

Tujuan : tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami


tentang kondisi dan klasifikasi agregat serta cara mencari data untuk
mendapatkan angka untuk berat jenis curah, berat jenis kering
permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu dan angka penyerapan air
dalam agregat halus (pasir).
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0,1
gram
b. Piknometer kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung, diameter atas (40±3) mm, diameter bawah
(90±3) mm dan dan tinggi (75±3) mm, terbuat dari logam dengan
tebal minimum 0,8 mm
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat
(340±15) gram dan diameter permukaan penumbuk (25±3) mm.
e. Saringan no.4 (4,75 mm)
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110±5)⁰ C.
g. Pengukur suhu sampel dengan ketelitian pembacaan 1⁰ C.
h. Talam
i. Bejana Tempat Air
j. Desikator
3. Bahan
Bahan adalah agregat yang lolos saringan no.4 (4,75 mm)
diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat (quatering)
sebanyak 100 gram.
4. Prosedur Pengujian
1. Terlebih dahulu, timbang pan yang akan digunakan.
2. Ambil pasir SSD 500 gram, lalu masukkan ke dalam pan.
3. Timbang pan dan pasir tersebut hingga mencapai berat pan
ditambahkan 500 gram, untuk mencari berat bersih pasir
sebanyak 500 gram.
4. Ambil piknometer kosong, kemudian ditimbang.
5

5. Selanjutnya isi piknometer dengan air, lalu timbang kembali.


6. Masukkan pasir SSD 500 gram yang sudah didapatkan tadi, ke
dalam piknometer dengan hati-hati agar gelembung dalam
piknometer dapat keluar.
7. Timbang berat piknometer berisi air dan pasir tersebut.
8. Keluarkan pasir dari piknometer dan letakkan di dalam pan.
9. Selanjutnya masukkan pan berisi pasir tadi ke dalam oven untuk
dikeringkan.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.1 Pengujian Berat Jenis Agregat Halus
Uraian Contoh 1
Berat pasir kering mutlak (Bk) 494,5 gram
Berat pasir kondisi jenuh kering muka (SSD) 500 gram
Berat piknometer berisi pasir dan air (Bt) 998 gram
Berat piknometer berisi air (B) 682,1 gram

6. Analisis Pengujian
1. Berat jenis curah
= Bk / ( B + 500 – Bt)
= 494,5 / (682,1 + 500 – 998 )
= 2,686
2. Berat jenis jenuh kering muka
= 500 / ( B + 500 – Bt)
= 500 / (682,1 + 500 – 998 )
= 2,716
3. Berat jenis semu
= Bk / ( B + Bk – Bt)
= 494,5 / (682,1 + 494,5 – 998 )
= 2,768
4. Penyerapan air
= ( 500 – Bk ) / Bk x 100 %
= ( 500 - 494,5 ) / 494,5 x 100 %
6

= 1,112 %
Tabel 2.2 Perhitungan Berat Jenis Agregat Halus
Uraian Contoh 1
Berat jenis curah
2,686 gram/ cm3
Bk / ( B + 500 – Bt )…………………………..(1)
Berat jenis jenuh kering muka
2,716 gram/ cm3
500 / ( B + 500 – Bt )……………………….…(2)
Berat jenis semu
2,768 gram/ cm3
Bk / ( B + Bk – Bt )….....…………………..…(3)
Penyerapan air
1,112 %
( 500 – Bk ) / Bk x 100%..................................(4)

7. Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis agregat kasar yang telah dilakukan
diperoleh berat jenis curah sebesar 2,686, berat jenis jenuh kering
sebesar 2,716, berat jenis semu sebesar 2,768, dan penyerapan air
sebesar 1,112 %.

2.2.3. Pengujian Modulus Halus Butir Agregat Halus


1. Maksud dan Tujuan
Maksud : metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian
menentukan gradasi agregat halus dengan saringan.
Tujuan : tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
tentang cara pengujian serta klasifikasi agregat halus berdasarkan
butirannya.
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih dengan ketelitian 0,2%
dari berat contoh.
b. Satu set saringan : 9,5 mm (3/8”) , 4,7 mm (No.4) , 2,36 mm
(No.8) , 1,18 mm (No.16) , 0,60 mm (No.30) , 0,30 mm (No.50) ,
0,15 mm (No.100) , pan , dan tutup saringan.
c. Alat pemisah contoh.
7

d. Mesin pengguncang / penggertar saringan.


e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110±5)⁰ C.
f. Kain lap, talam, sikat kawat kuningan halus, kuas, dan lain-lain.
3. Bahan
Bahan adalah agregat yang lolos saringan no.4 (4,75 mm).
Bahan disiapkan berdasarkan standar yang berlaku, kecuali apabila
butiran yang lolos saringan No.200 tidak perlu diketahui jumlahnya
dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan pan yang akan digunakan, kemudian timbang terlebih
dahulu.
2. Masukkan pasir kering ke dalam pan, lalu timbang hingga berat
pasir kering bersih mencapai 1 kilogram.
3. Susun saringan dengan lubang ayakan paling besar berada di
paling atas dan berurutan sampai terbawah yang paling kecil.
4. Masukkan pasir kering tadi ke dalam saringan, kemudian ayak
menggunakan mesin pengguncang selama 10 menit.
5. Keluarkan pasir dari saringan dan timbang satu persatu pada tiap
saringan.
6. Catat hasil yang diperoleh.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.3 Pengujian Modulus Halus Butir Agregat Halus
Berat Persen
Lubang Berat Berat
Tertinggal Lolos
Ayakan Tertinggal Tertinggal
Kumulatif Kumulatif
(mm) (gram) (%)
(%) (%)
40,00 - - - -
20,00 - - - -
10,00 0 0 0 100
4,80 1 0,10 0,10 99,9
2,40 22,9 2,29 2,39 97,61
8

1,20 109,8 10,99 13,38 86,62


0,60 335,9 33,61 46,99 53,01
0,30 315,5 31,57 78,56 21,44
0,15 180,1 18,02 96,58 3,42
Sisa 34,1 3,42 100 0
Jumlah 999,3 100 - -

6. Analisis Pengujian
a. Berat Tertinggal (gram)
 Lubang ayakan 10,0 mm : 0 gram
 Lubang ayakan 4,80 mm : 1 gram
 Lubang ayakan 2,40 mm : 22,9 gram
 Lubang ayakan 1,20 mm : 109,8 gram
 Lubang ayakan 0,60 mm : 335,9 gam
 Lubang ayakan 0,30 mm : 315,5 gram
 Lubang ayakan 0,15 mm : 180,1 gram
 Sisa agregat halus : 34,1 gram
 Jumlah seluruh agregat halus : 999,3
b. Berat Tertinggal (%)
0
 Lubang ayakan 10,0 mm : x 100% = 0 %
999,3
1
 Lubang ayakan 4,80 mm : x 100% = 0,10 %
999,3
22,9
 Lubang ayakan 2,40 mm : x 100% = 2,29 %
999,3
109,8
 Lubang ayakan 1,20 mm : x 100% = 10,99 %
999,3
335,9
 Lubang ayakan 0,60 mm : x 100% = 33,61 %
999,3
315,5
 Lubang ayakan 0,30 mm : x 100% = 31,57 %
999,3
180,1
 Lubang ayakan 0,15 mm : x 100% = 18,02%
999,3
9

34,1
 Sisa agregat halus : x 100% = 3,41%
999,3
 Jumlah seluruh agregat halus : 100%
c. Berat Tertinggal Kumulatif (%)
 Lubang ayakan 10,0 mm :0%
 Lubang ayakan 4,80 mm : 0,10 %
 Lubang ayakan 2,40 mm : 2,39 %
 Lubang ayakan 1,20 mm : 13,38%
 Lubang ayakan 0,60 mm : 46,99%
 Lubang ayakan 0,30 mm : 78,56%
 Lubang ayakan 0,15 mm : 96,58%
 Sisa agregat halus : 100 %
 Jumlah seluruh agregat halus : 338,009 %
 Jumlah agregat tanpa sisa : 238,009 %
d. Persen Lolos Kumulatif (%)
 Lubang ayakan 10,0 mm : 100 %
 Lubang ayakan 4,80 mm : 99,9 %
 Lubang ayakan 2,40 mm : 97,61 %
 Lubang ayakan 1,20 mm : 86,62 %
 Lubang ayakan 0,60 mm : 53,01 %
 Lubang ayakan 0,30 mm : 21,44 %
 Lubang ayakan 0,15 mm : 3,42 %
 Sisa agregat halus :0%
e. Modulus Halus Butir
= Jumlah Berat Tertinggal Kumulatif tanpa sisa / 100
238,009
=
100
= 2,38
10

Gambar 2.1 Grafik Analisa Saringan Agregat Halus


7. Kesimpulan
Dari pengujian modulus halus butir agregat halus, diperoleh
berat tertinggal, berat tertinggal dalam persen, berat tertinggal
kumulatif dalam persen, dan persen lolos kumulatif. Sehingga besar
modulus butir didapatkan 2,38 dengan gradasi pasir merupakan pasir
agak kasar.

2.2.4. Pengujian Berat Volume Gembur Agregat Halus


1. Maksud dan Tujuan
Maksud : metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian
untuk menentukan berat volume gembur agregat halus.
Tujuan : tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
tentang cara pengujian serta klasifikasi agregat halus berdasarkan
berat volume.
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih dengan ketelitian 0,1%
dari berat contoh.
b. Silinder / tabung kapasitas 5 liter.
c. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110 5)⁰ C.
e. Talam, sekop, dan lain-lain.
11

3. Bahan
Bahan adalah agregat halus / pasir dan sejenisnya yang telah
dikeringkan sebelumnya.
4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan silinder kemudian timbang berat silinder tersebut.
2. Masukkan pasir SSD ke dalam silinder hingga penuh, tanpa
ditumbuk terlebih dahulu.
3. Timbang silinder berisi agregat halus tersebut untuk mengetahui
berat bersih pasir dalam silinder.
4. Hitung volume silinder tersebut.
5. Kemudian catat hasil yang diperoleh.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.4 Pengujian Berat Isi Gembur Agregat Halus
Sampel 1
Berat Tabung (W1) 11500 gram
Berat Tabung + Agregat kering tungku (W2) 19000 gram
Berat Agregat (W3) 7500 gram
Diameter dalam tabung (d) 15 cm
Tinggi Tabung (t) 30 cm
Volume Tabung ( V ) 5298,75 cm3
Berat Volume Gembur ( W3/V ) 1,415 gram / cm3

6. Analisis Pengujian
a. Volume Tabung (V)
1
= x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x (15)2 x 30
4
= 5298,75 cm3
b. Berat Volume Gembur
= W3 / V
= 7500 / 5298,75
= 1,415 gram / cm3
12

7. Kesimpulan
Dari pengujian berat isi gembur agregat halus didapatkan berat
agregat bersih 7500 gram dan volume tabung 5298,75 cm 3 dari
perhitungan dengan tinggi tabung 30 cm dan diameter tabung 15 cm.
Sehingga didapatkan berat volume gembur sebesar 1,415 gram / cm3.

2.2.5. Pengujian Berat Volume Padat Agregat Halus


1. Maksud dan Tujuan
Maksud : metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian
untuk menentukan berat volume padat agregat halus.
Tujuan : tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
tentang cara pengujian serta klasifikasi agregat halus berdasarkan
berat volume.
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih dengan ketelitian 0,1%
dari berat contoh.
b. Silinder / tabung kapasitas 5 liter.
c. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110 5)⁰ C.
e. Talam, sekop, dan lain-lain.
3. Bahan
Bahan adalah agregat halus / pasir dan sejenisnya yang telah
dikeringkan.
4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan silinder kemudian timbang berat silinder tersebut.
2. Masukkan pasir SSD ke dalam silinder hingga penuh, dan tumbuk
terlebih dahulu tiap 1/3, ½, dan ¾ bagian, lalu ratakan.
3. Timbang silinder berisi agregat halus tersebut untuk mengetahui
berat bersih pasir dalam silinder.
4. Hitung volume silinder tersebut.
5. Kemudian catat hasil yang diperoleh.
13

5. Hasil Pengujian
Tabel 2.5 Pengujian Berat Isi Padat Agregat Halus
Sampel 1
Berat Tabung (W1) 11500 gram
Berat Tabung + Agregat kering tungku (W2) 20200 gram
Berat Agregat (W3) 8700 gram
Diameter dalam tabung (d) 15 cm
Tinggi Tabung (t) 30 cm
Volume Tabung ( V ) 5298,75 cm3
Berat Volume Padat ( W3/V ) 1,641 gram / cm3

6. Analisis Pengujian
a. Volume Tabung (V)
1
= x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x (15)2 x 30
4
= 5298,75 cm3
b. Berat Volume Padat
= W3 / V
= 8700 / 5298,75
= 1,641 gram / cm3
7. Kesimpulan
Dari pengujian berat isi padat agregat halus didapatkan berat
agregat bersih 8700 gram dan volume tabung 5298,75 cm 3 dari
perhitungan dengan tinggi tabung 30 cm dan diameter tabung 15 cm.
Sehingga didapatkan berat volume padat sebesar 1,641 gram / cm3.

2.2.6. Pengujian Butiran Lolos Ayakan No. 200


1. Maksud dan Tujuan
Maksud : metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian
untuk menentukan persentase kandungan lumpur dalam pasir sebagai
syarat untuk bahan konstruksi bangunan.
14

Tujuan : tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami


tentang cara pengujian serta klarifikasi agregat halus sebagai syarat
untuk bahan konstruksi serta mencari data angka kandungan lumpur
dalam pasir yang dinyatakan dalam persen.
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih dengan ketelitian 0,1%
dari berat contoh.
b. Silinder / tabung kapasitas 5 liter.
c. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110 5)⁰ C.
e. Talam, sekop, dan lain-lain.
3. Bahan
Bahan uji adalah agregat kering tungku yang lolos saringan No.4
(4,75 mm) dengan ukuran benda uji.
 Maksimum 2,35 mm, berat contoh minimum = 100 gram.
 Minimum 4,75 mm, berat contoh minimum = 500 gram.
4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan pan dan timbang pan terlebih dahulu.
2. Ambil pasir kering dengan pan dan timbang berat pan berisi pasir
tersebut, untuk mengetahui berat bersih pasir, yaitu 500 gram.
3. Masukkan pasir tersebut ke dalam saringan dengan mengalirkan
air diatasnya.
4. Gerakkan pasir dalam saringan dan alirkan air hingga bagian yang
halus menembus saringan no. 200 dan bagian yang kasar
tertinggal di atasnya.
5. Ulangi langkah diatas sampai air pencucian tetap jernih.
6. Keringkan pasir dengan oven pada suhu (110±5)οC
7. Kemudian catat hasil yang diperoleh.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.6 Tabel Butiran Lolos Ayakan No.200
Sampel 1
15

Berat Agregat Kering Oven ( W1 ) 500 gram


Berat Agregat Kering Oven setelah di cuci ( W2 ) 495,7 gram
Berat yang Lolos Ayakan No.200
0,86 %
[ (W1-W2) / W1 ] x 100%

6. Analisis Pengujian
Berat yang lolos ayakan No.200
= [ (W1-W2) / W1 ] x 100%
= [ (500-495,7) / 500 ] x 100 %
= 0,86 %

7. Kesimpulan
Dari pengujian lolos ayakan No.200 didapatkan berat yang
lolos ayakan No.200 sebesar 0,86 % dari perhitungan pada analisis
pengujian.

2.3. AGREGAT KASAR


2.3.1. Pendahuluan
Agregat kasar merupakan agregat yang memiliki ukuran4,80
mm sampai 40,00 mm yang sering disebut kerikil. Fungsi agregat
kasar pada beton adalah bahan pengisi beton, memberikan stabilitas
volume dan keawetan, serta memberikan kekuatan.
2.3.2. Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar
1. Maksud dan Tujuan
Maksud : Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian
untuk menentukan jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh,
berat jenis semu dan angka penyerapan air dalam agregat kasar.
Tujuan : Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami tentang kondisi klarifikasi agregat serta cara
mendapatkan angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan
16

jenuh, berat jenis semu dan angka penyerapan air dalam agregat
kasar.
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih, dengan ketelitian 0,1
gram dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
b. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No.6) atau 2,36 (No.8) dengan
kapasitas ± 5000 gram.
c. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan, tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air tetap.
d. Alat pemisah contoh.
e. Saringan no.4 (4,75 mm)
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110 5)⁰ C.
g. Pengukur suhu sampel dengan ketelitian pembacaan 1⁰ C.
h. Kain lap, sekop kecil, dan lain-lain.
3. Bahan
Bahan adalah agregat yang lolos saringan no.4 (4,75 mm)
diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat (quatering)
sebanyak 5000 gram.
4. Prosedur Pengujian
a. Terlebih dahulu, timbang pan yang akan digunakan.
b. Ambil kerikil SSD 500 gram, lalu masukkan ke dalam pan.
c. Timbang kembali pan dan pasir tersebut di dalam air
d. Selanjutnya masukkan pan berisi pasir tadi ke dalam oven untuk
dikeringkan.
e. Setelah kering, lakukan penimbangan kerikil kering tersebut dan
catat hasil yang diperoleh.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.7 Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar
Uraian Contoh 1
Berat kerikil kering mutlak 4932,5 gram
(Bk)
Berat pasir kondisi jenuh kering muka 5000 gram
17

(Bj)
Berat kerikil dalam air 3196 gram
(Ba)

6. Analisis Pengujian
a. Berat jenis curah
= Bk / ( Bj - Ba )
= 4932,5 / (5000 – 3196 )
= 2,734
b. Berat jenis jenuh kering muka
= Bj / ( Bj - Ba )
= 5000 / ( 5000 – 3196 )
= 2,771

c. Berat jenis semu


= Bk / ( Bk - Ba )
= 4932,5 / (4932,5 – 3196 )
= 2,840
d. Penyerapan air
= ( Bj - Bk ) / Bk x 100 %
= ( 5000 - 4932,5 ) / 4932,5 x 100 %
= 1,368 %
Tabel 2.8 Perhitungan Berat Jenis Agregat Kasar
Uraian Contoh 1
Berat jenis curah
2,734
Bk/(B+500–Bt)…….………………………….(1)
Berat jenis jenuh kering muka
500/(B+500–Bt)….…………………………… 2,771
(2)
Berat jenis semu
Bk/(B+Bk–Bt)….….………………………..… 2,840
(3)
18

Penyerapan air
1,368 %
( 500 – Bk ) / Bk x100%..................................(4)

7. Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis agregat kasar yang telah dilakukan
diperoleh berat jenis curah sebesar 2,734, berat jenis jenuh kering
sebesar 2,771, berat jenis semu sebesar 2,840, dan penyerapan air
sebesar 1,368 %.

2.3.3. Pengujian Modulus Halus Butir Agregat Kasar


1. Maksud dan Tujuan
Maksud : Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian
untuk menentukan pembagian butir agregat kasar dengan saringan.
Tujuan : Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami tentang tata cara pengujian serta klarifikasi agregat kasar
berdasarkan butirannya.

2. Alat
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih dengan ketelitian
0,2% dari berat contoh.
b. Satu set saringan: 75 mm (3”), 63,5 mm ( 2½” ), 50,8 mm (2”),
38,1 mm ( 1½” ), 19 mm (¾”), 9,5 mm (3/8”), 4,75 mm (No.4),
2,36 mm (No.8), 1,18 mm (No.16), 0,60 mm (No.30), 0,30 mm
(No.50), 0,15 mm (No.100) pan , dan tutup saringan.
c. Alat pemisah contoh.
d. Mesin pengguncang / penggertar saringan.
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110 5)⁰ C.
f. Kain lap, talam, sikat kawat kuningan halus, kuas, dan lain-lain.
3. Bahan
Bahan uji adalah agregat kasar/kerikil dan sejenisnya yang
butirannya kasar. Agregat kasar disiapkan berdasarkan standar yang
berlaku dan terkait kecuali apabila butiran yang melalui saringan
19

No.200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat


ketelitian tidak menghendaki rincian.
4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan pan yang akan digunakan, dan timbang pan tersebut.
2. Masukkan kerikil kering ke dalam pan, lalu timbang hingga berat
pasir kering bersih mencapai 5 kilogram.
3. Susun saringan dengan lubang ayakan paling besar berada di
paling atas dan berurutan sampai terbawah yang paling kecil.
4. Masukkan kerikil kering tadi ke dalam saringan, kemudian ayak
menggunakan mesin pengguncang selama 4 menit.
5. Keluarkan kerikil dari saringan dan timbang satu persatu pada tiap
saringan.
6. Catat hasil yang diperoleh.

5. Hasil Pengujian
Tabel 2.9 Pengujian Modulus Halus Butir Agregat Kasar
Berat Persen
Lubang Berat Berat
Tertinggal Lolos
Ayakan Tertinggal Tertinggal
Kumulatif Kumulatif
(mm) (gram) (%)
(%) (%)
40,00 - - - -
20,00 1803,4 37,090 37,090 62,91
10,00 2953,4 60,742 97,832 2,168
4,80 93,4 1,921 99,753 0,247
2,40 0,9 0,019 99,772 0,228
1,20 0,5 0,010 99,782 0,218
0,60 0 0 99,782 0,218
0,30 0 0 99,782 0,218
0,15 0 0 99,782 0,218
Sisa 10,6 0,218 100 0
20

Jumlah 4862,2 100 - -

6. Analisis Pengujian
a. Berat Tertinggal (gram)
 Lubang ayakan 20,0 mm : 1803,4 gram
 Lubang ayakan 10,0 mm : 2953,4 gram
 Lubang ayakan 4,80 mm : 93,4 gram
 Lubang ayakan 2,40 mm : 0,9 gram
 Lubang ayakan 1,20 mm : 0,5 gram
 Lubang ayakan 0,60 mm : 0 gram
 Lubang ayakan 0,30 mm : 0 gram
 Lubang ayakan 0,15 mm : 0 gram
 Sisa agregat kasar : 10,6 gram
 Jumlah seluruh agregat kasar : 4862,2 gram
b. Berat Tertinggal (%)
1803,4
 Lubang ayakan 20,0 mm : x 100% = 37,090 %
4862,2
2953,4
 Lubang ayakan 10,0 mm : x 100% = 60,742 %
4862,2
93,4
 Lubang ayakan 4,80 mm : x 100% = 1,921%
4862,2
0,9
 Lubang ayakan 2,40 mm : x 100% = 0,019%
4862,2
0,5
 Lubang ayakan 1,20 mm : x 100% = 0,010%
4862,2
0
 Lubang ayakan 0,60 mm : x 100% = 0 %
4862,2
0
 Lubang ayakan 0,30 mm : x 100% = 0 %
4862,2
0
 Lubang ayakan 0,15 mm : x 100% = 0 %
4862,2
10,6
 Sisa agregat kasar : x 100% = 0,218%
4862,2
 Jumlah seluruh agregat kasar : 100%
21

c. Berat Tertinggal Kumulatif (%)


 Lubang ayakan 20,0 mm : 37,090 %
 Lubang ayakan 10,0 mm : 37,090 + 60,742 = 97,832 %
 Lubang ayakan 4,80 mm : 97,832 + 1,921 = 99,753%
 Lubang ayakan 2,40 mm : 99,753 + 0,019 = 99,772%
 Lubang ayakan 1,20 mm : 99,772 + 0,010 = 99,782%
 Lubang ayakan 0,60 mm : 99,782 + 0 = 99,782%
 Lubang ayakan 0,30 mm : 99,782 + 0 = 99,782%
 Lubang ayakan 0,15 mm : 99,782 + 0 = 99,782%
 Sisa agregat kasar : 99,782 + 0,218 = 100 %
 Jumlah seluruh agregat kasar : 833,575 %
 Jumlah agregat tanpa sisa : 733,575 %
d. Persen Lolos Kumulatif (%)
 Lubang ayakan 20,0 mm : 62,91 %
 Lubang ayakan 10,0 mm : 2,168 %
 Lubang ayakan 4,80 mm : 0,247 %
 Lubang ayakan 2,40 mm : 0,228 %
 Lubang ayakan 1,20 mm : 0,218 %
 Lubang ayakan 0,60 mm : 0,218 %
 Lubang ayakan 0,30 mm : 0,218 %
 Lubang ayakan 0,15 mm : 0,218 %
 Sisa agregat kasar :0%
e. Modulus Halus Butir
= Jumlah Berat Tertinggal Kumulatif tanpa sisa / 100
733,575
=
100
= 7,336
22

Gambar 2.2 Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar


7. Kesimpulan
Dari pengujian modulus halus butir agregat kasar, diperoleh
berat tertinggal, berat tertinggal dalam persen, berat tertinggal
kumulatif dalam persen, dan persen lolos kumulatif. Sehingga besar
modulus butir didapatkan 7,336 dengan gradasi kerikil merupakan
kerikil dengan besar butiran maksimum 40 mm.

2.3.4. Pengujian Berat Isi Gembur Agregat Kasar


1. Maksud dan Tujuan
Maksud : Metode ini dimaksud sebagai acuan dalam pengujian
untuk menentukan berat volume gembur agregat kasar.
Tujuan : Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami tentang tata cara pengujian serta klasifikasi agregat
kasar berdasarkan berat volume.
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih dengan ketelitian
0,1% dari berat contoh.
23

b. Silinder / tabung kapasitas 5 liter.


c. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110 5)⁰ C.
e. Talam, sekop, dan lain-lain.
3. Bahan
Bahan adalah agregat kasar / kerikil dan sejenisnya yang telah
dikeringkan sebelumnya.
4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan silinder kemudian timbang berat silinder tersebut.
2. Masukkan kerikil SSD ke dalam silinder hingga penuh, tanpa
ditumbuk terlebih dahulu.
3. Timbang silinder berisi agregat kasar tersebut untuk mengetahui
berat bersih kerikil dalam silinder.
4. Hitung volume silinder tersebut.
5. Kemudian catat hasil yang diperoleh.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.10 Pengujian Berat Isi Gembur Agregat Kasar
Sampel 1
Berat Tabung (W1) 11600 gram
Berat Tabung + Agregat kering tungku (W2) 18800 gram
Berat Agregat (W3) 7200 gram
Diameter dalam tabung (d) 15 cm
Tinggi Tabung (t) 30 cm
Volume Tabung ( V ) 5298,75 cm3
Berat Volume Gembur ( W3/V ) 1,359 gram / cm3

6. Analisis Pengujian
Volume Tabung (V)
1
= x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x (15)2 x 30
4
24

= 5298,75 cm3
Berat Volume Gembur
= W3 / V
= 7200 / 5298,75
= 1,359 gram / cm3
7. Kesimpulan
Dari pengujian berat isi gembur agregat kasar didapatkan berat
agregat bersih 7200 gram dan volume tabung 5298,75 cm 3 dari
perhitungan dengan tinggi tabung 30 cm dan diameter tabung 15 cm.
Sehingga didapatkan berat volume gembur 1,359 gram/cm3.

2.3.5. Pengujian Berat Isi Padat Agregat Kasar


1. Maksud dan Tujuan
Maksud : Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian
untuk menentukan berat volume padat agregat kasar.
Tujuan : Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami tentang cara pengujian serta klarifikasi agregat kasar
berdasarkan berat volume.
2. Alat
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih dengan ketelitian
0,1% dari berat contoh.
b. Silinder / tabung kapasitas 5 liter.
c. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai suhu (110 5)⁰ C.
e. Talam, sekop, dan lain-lain.

3. Bahan
Bahan adalah agregat kasar / kerikil dan sejenisnya yang telah
dikeringkan sebelumnya.
4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan silinder kemudian timbang berat silinder tersebut.
25

2. Masukkan kerikil SSD ke dalam silinder hingga penuh, dan


tumbuk terlebih dahulu tiap 1/3, ½, dan ¾ bagian, lalu ratakan.
3. Timbang silinder berisi agregat kasar tersebut untuk mengetahui
berat bersih kerikil dalam silinder.
4. Hitung volume silinder tersebut.
5. Kemudian catat hasil yang diperoleh.
5. Hasil Pengujian
Tabel 2.11 Pengujian Berat Isi Padat Agregat Kasar
Sampel 1
Berat Tabung (W1) 11600 gram
Berat Tabung + Agregat kering tungku (W2) 19200 gram
Berat Agregat (W3) 7600 gram
Diameter dalam tabung (d) 15 cm
Tinggi Tabung (t) 30 cm
Volume Tabung ( V ) 5298,75 cm3
Berat Volume Padat ( W3/V ) 1,434 gram / cm3

6. Analisis Pengujian
Volume Tabung (V)
1
= x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x (15)2 x 30
4
= 5298,75 cm3
Berat Volume Gembur
= W3 / V
= 7600 / 5298,75
= 1,434 gram / cm3

7. Kesimpulan
Dari pengujian berat isi padat agregat kasar didapatkan berat
agregat bersih 7600 gram dan volume tabung 5298,75 cm 3 dari
26

perhitungan dengan tinggi tabung 30 cm dan diameter tabung 15 cm.


Sehingga didapatkan berat volume padat sebesar 1,434 gram/cm3.

2.4. SEMEN
Semen merupakan bahan ikat yang banyak dipergunakan dalam
pembangunan fisik. Dalam beton, prosentase semen biasanya pada kisaran
10% dari volume beton. Tetapi, meskipun prosentase semen dalam beton
sangat kecil, Fungsi semen memiliki pengaruh besar terhadap beton, yaitu
untuk merekatkan butiran agregat-agregat seperti pasir dan kerikil karena
semen dapat mengisi celah atau rongga yang kosong pada butiran-butiran
agregat tersebut. Sedangkan fungsi dari pasta semen itu sendiri sebagai
pengikat butiran-butiran agregat agar saling terikat dan kuat. Selain itu pasta
semen juga berfungsi memisahkan antar butiran-butiran agregat agar tidak
terjadi kontak langsung santara butiran yang satu dengan butiran yang lain.

2.5. AIR
Air adalah bahan dasar pembuat beton paling murah karena bisa
mudah didapatkan di berbagai tempat. Fungsi air sendiri untuk membuat
pasta semen. Apalila tidak ada air, semen tidak akan menjadi pasta semen
yang bisa merekatkan butiran agregat. Secara umum, air yang dapat diminum
merupakan air yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat beton,
sedangkan air yang kotor akan mengganggu proses perkerasan dan ketahanan
beton karena dalam air tersebut sudah tercampur berbagai zat-zat yang tidak
diketahui. Pada umumnya, kotoran tersebut akan menyebabkan perubahan
volume, korosi pada baja tulangan, dan bercak-bercak pada permukaan beton.

2.6. BAHAN TAMBAH


Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan ke dalam adukan beton
selain bahan utama agregat, semen, dan air yang dimaksudkan untuk
27

mengubah sifat-sifat dari beton itu sendiri. Biasanya jumlah bahan tambah
yang diberikan pun relatif sedikit.
Bahan tambah pada umumnya adalah bahan kimia ataupun bahan
alami. Macam-macam bahan tambah diantaranya adalah:
a. Water-Reducing Admixtures yang berfungsi untuk mengurai jumlah
air.
b. Retarting Admixtures untuk memperlambat waktu ikat beton.
c. Accelerating Admixtures berfungsi untuk mempercepat waktu ikat dan
pengembangan kekuatan beton.
d. Water Reducing and Retarting Admixtures yang berfungsi mengurangi
jumlah air campuran dan memperlambat waktu ikat.
e. Water Reducing and Accelerating Admixtures berfungsi mengurangi
jumlah air campuran dan mempercepat watu ikat.
f. Pozolan yang merupakan bahan alam atau buatan yang sebagian besar
terdiri dari unsur silikat atau aluminat.
g. Abu Terbang (Fly Ash) adalah butiran halus hasil residu pembakaran
batubara.
h. Terak Tanur Tinggi yang merupakan produk non-logam yang terdiri
dari silikat dan alumino silikat.
i. Silika Fume adalah material pozolan halus.

BAB 3
BETON
28

3.1 PENDAHULUAN
Beton adalah campuran dari agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil),
air dan semen ataupun bisa juga ditambahkan bahan tambah. Beton sendiri
merupakan bahan struktur bangunan yang sudah sangat umum digunakan dalam
bidang konstruksi bangunan sipil. Dipilihnya beton dalam struktur ditentukan oleh
beberapa faktor yang diantaranya :
a. Beton dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan kita.
b. Bahan dasar pembuat beton banyak tersedia di berbagai tempat.
c. Beton awet terhadap cuaca dan juga terhadap api
d. Dari segi biaya, pembuatan beton bisa dibilan ekonomis karena relatif
lebih murah.
Pada penerapannya, penggunaan beton dalam bidang konstruksi sering di
gabungkan dengan bahan yang lainnya seperti baja yang sering di sebut dengan
beton bertulang. Beberapa aspek yang di bahas dalam teknologi beton adalah :
a. Komponen-komponen utama pembentuk beton yang terdiri dari semen,
agregat halus, agregat kasar dan juga air.
b. Perencanaan pencampuran atau mix design.
c. Cara mencampur, menuang, dan memelihara beton.
d. Pengujian kualitas beton.
e. Beton yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus
dan perubahan volume.

3.2 PERENCANAAN CAMPURAN BETON


Perencanaan campuran beton merupakan proses merancang dan memilih
bahan yang cocok dan menentukan proporsi relatif dengan tujuan memproduksi
beton dengan kekuatan tertentu, daya tahan tertentu dan seekonomis mungkin.
Rancangan campuran beton bukanlah tugas sederhana karena sifat yang beragam
dari material penyusunnya, kondisi yang ada di tempat kerja, khususnya kondisi
eksposur, dan kondisi yang dituntut untuk pekerjaan tertentu.
Desain campuran beton membutuhkan pengetahuan lengkap dari berbagai
properti bahan-bahan penyusunnya, ini membuat tugas perencanaan campuran
yang lebih kompleks dan sulit. Desain campuran beton tidak hanya membutuhkan
29

pengetahuan tentang sifat material dan sifat beton dalam kondisii plastik, tetapi
juga membutuhkan pengetahuan yang luas dan pengalaman dari perkerasan.
Bahkan proporsi bahan beton di labolatorium memerluka penyesuaian modifikasi
dan kembalik disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Dalam pemahaman yang lebih baik dari sifat ini, beton menjadi bahan
yang lebih tepat daripada dimasa lalu. Perancangan stuktur menentukan kekuatan
mininmum dan daya tahan yang baik.
3.2.1. Maksud & Tujuan
Maksud : untuk mengetahui jumlah elemen-elemen yang akan di
gunakan dalam pembuatan beton sesuai kuat tekan maupun kuat tarik
yang di inginkan.
Tujuan : agar kelompok kami dapat mengetahui dan dapat
merencanakan nilai fas dan jumlah komposisi elemen-elemen
penyusun dan pembuatan beton, seperti agregat halus, agregat kasar,
semen dan air.
3.2.2. Data perencanaan
Diketahui data-data sebagai berikut :
1. Kuat tekan beton yang direncanakan (F’c) pada umur 28 hari : 22
Mpa
2. Pengedalian mutu : Jelek
3. Faktor pengali : 1
4. Slump : 75-150 mm
5. Ukuran maksimum agregat : 40mm
6. Pasir : Gradasi II
7. Semen : Portland tipe I
8. Agregat halus : Alami
9. Agregat kasar : batu pecah
10. BJ jenuh kering permukaan :
11. Agregat halus : 2,716
12. Agregat kasar : 2,771
13. Beton digunakan untuk pelat, balok, kolom, dinding.
3.2.3. Prosedur perencanaan
30

Langkah-langkah perencanaan :
1. Tentukan kuat beton yang di targetkan
2. Hitung deviasi standard dimana tergantung pada volume
pembetonan yang akan dibuat
3. Tentukan nilai tambah margin (M)
4. Tentukan kuat tekan beton rata-rata (F’cr) yang ditargetkan
5. Tentukan jenis semen yang digunakan
6. Tentukan agregat yang akan di gunakan
7. Tentukan grafik faktor air semen karakteristik agregat diketahui
maupun tidak
8. Tentukan faktor air semen (fas), gunakan nilai fas yang terkecil
9. Tentukan slump yang digunakan sebagai syarat perencanaan
campuran beton
10. Tentukan ukuran agregat maksimumnya
11. Tentukan kadar air bebas, tergantung nilai slump dan ukuran
agregat maksimum yang di gunakan
12. Tentukan kadar semen dengan cara membagi kadar air bebas dan
faktor air semen yang digunakan
13. Tentuakan kadar semen maksimum, dimana hal ini tidak
ditetapkan untuk praktikum kali ini.
14. Tentukan kadar semen minimum, untuk perencanaan campuran
beton kali ini.beton di luar ruangan bangunan tidak terlindungai
dari hujan dan terik matahari langsung, berarti jumlah semen
minimum 335 kg/m3.
15. Tentukan kadar semen yang di gunakan yang terbesar.
16. Tentukan penyesuaian fas
17. Tentukan zona susunan butir agregat halus, dengan melihat nilai
slump dan fas nya.
18. Tentukan zona susunan butir agregat kasar
19. Tentukan persen agregat halus terhadap agregat gabungan.
20. Tentukan berat jenis relative SSD dari pasir,kerikil, dan gabungan
31

21. Tentukan berat isi beton, sesuai dengan berat jenis agregat
gabungan dan kadar air bebas. Lihat gambar 3.1

Gambar 3.1 Berat Isi Beton


22. Tentukan kadar agregat gabungan, dimana berat isi beton
dikurangi kadar semen dan kadar air.
23. Tentukan kadar agregat halus, dimana presentasi agregat halus
dikali kadar agregat gabungan.

Gambar 3.2 Kadar Agregat Halus


24. Tentukan kadar agregat kasar, dimana kadar agregat gabungan
dikurangi kadar agregat halus.
32

25. Tentukan proporsi campuran teoritis (agregat dalam kondisi SSD)


yaitu kadar semen, air, agregat halus, agregat kasar yang di
rencanakan.
26. Tentukan koreksi proporsi campuran yang akan digunakan sebagai
campuran uji perlu dilakukan koreksi dengan memperhitungkan
jumlah air bebas yang terdapat dalam agregat.
3.2.4. Analisis perencanaan
Perencanaan campuran :
1. Kuat tekan beton yang direncanakan (F’c) : 22 Mpa
2. Devisiasi standard (SD) tabel 1.C (nilai devisiasi standar untuk
berbagai mutu pekerjaan) pada metodo SNI 03-2834-1993 pilih
tingkat pengendalian jelek dengan nilai sd : 7 Mpa
3. Nilai tambah atau margin (M)
M = k x 1,64 x 7
= 1 x 1,64 x 7
= 11,84 = 12 Mpa
4. Kuat tekan beton rata-rata yang di targetkan
F’cr = F’c + M
= 22 + 12
= 12 Mpa
5. Jenis semen tipe I
6. Agregat halus alami dan agregat kasar batu pecah
7. Faktor air semen
 Cara a : di gunakan apabila belum diketahui karakteristik jenis
agregatnya, pada praktikum kali jenis agregatnya telah
diketahui sehingga cara a tidak digunakan
 Cara b : grafik 2 “ hubungan antara kuat tekan dan faktor air
semen (Fas)” pada metode SNI 03-2834-1993. Didapat fas
sebesar 0,52.
 Faktor air semen maksimum : tabel 4a “persyaratan fas dan
jumlah semen minimum untuk berbagai pembetonan dan
lingkungan khusus” pada metode SNI 03-2834-1993 di pilih
33

beton luar bangunan, tidak terlindung dari hujan dan terik


matahari langsung, maka fas maksimumnya adalah 0,55
8. Faktor Air Semen yng di gunakan
Fas yang digunakan ialah pas terkecil dari langkah 7, maka
didapat fas nya adalah 0,52
9. Nilai slump 12 cm
10. Ukuran agregat maksimum adalah 40m mm
11. Kadar air dapat dicari pada tabel 3 “(perkiraan kebutuhan air
permeter kubik beton” pada metode SNI 03-2834-1993
Kadar air = 2/3 WH + 1/3 WK
= 2/3 . 175 + 1/3 . 205
= 185 kg = 185 liter
12. Kadar semen yang diperlukan
jumlah air 185
Kadar semen = = =355,769 kg
fas 0,52
13. Kadar semen maksimum : tidak ditetapkan
14. Kadar semen minimum
Dapat dilihat pada tabel 4 “persyaratan fas dan jumlah semen
minimum untuk berbagai pembetonan dan lingkungan khusus”
pada metode 03-2834-1993. Kadar semen minimum adalah 325 kg
15. Kadar semen yang digunakan adalah 355,769 kg
16. Pemyesuaian Fas
kadar air 185
= =0,52
jumlah semen 355,769
17. Susunan butir agregat halus
 Tabel C.2 menurut hasil praktikum pada bab 2
 Gambar C.3 : batas atas dan bawah pada form dengan
mengeplotkan maka di dapat zona gradasi II
18. Susunan butir agregat kasar

19. Presentase agregat terhadap agregat gabungan


42+33
 Persen agregat halus ¿ =37,5 %
2
34

 Persen agregat kasar = 100 % - 37,5 % = 62,5 %


20. Berat jenis SSD :
 Agregat halus = 2,716
 Agregat kasar = 2,771
Berat jenis gabungan :
= (persen agregat halus x berat jenis pasir) + (persen agregat kasar
x berat jenis kerikil)

= ( 37,5
100
× 2,716) + (
62,5
100
×2,771 )

= 1,0285 + 1,73187 = 2,75037 %


21. Berat isi beton, dapat dilihat pada grafik 6
Berat isi beton = 2375 kg/m3
22. Kadar agregat gabungan
Kadar = berat isi beton–jumlah semen-kadar air
= 2375 – 355,769 – 185
= 1834,231 kg/m3
23. Kadar agregat halus
Kadar agregat = % pasir x berat campuran
= 37,5 % x 1834,231
= 687,836 kg/m3
24. Kadar agregat kasar
Kadar agregat = B.agregat gabungan – B. Agregat halus
= 1834,231 – 687,836
= 1146,395 kg/m3
25. Proporsi jumlah campuran teoritis (agregat kondisi SSD) setiap m3
Semen : 355,769 kg
Air : 185 liter
Agregat Halus: 687,836 kg/m3
Agregat Kasar: 1146,395 kg/m3
Benda uji 3 buah silinder (d=15 cm dan t = 30 cm), 1 buah balok
(40cm x 10cm x 10 cm), 1 buah kubus (15cm x 15cm x 15cm).
35

 Volume 3 silinder = 3 ×( 14 π r t ) presentase koreksi


2

=3 × ( ×3,14 × 0,15 × 0,3 ) 115 %


1 2
4
= 18,289 x 10-3 m3
 Volume 1 balok = panjang ×lebar × tinggi
= 0,4 m×0,1 m× 0,1 m
= 4,0 × 10-3 m3
 Volume 1 kubus = sisi × sisi × sisi
= 0,15 m× 0,15 m× 0,15 m
= 3,375 × 10-3m3
 Volume total = V 3 silinder + V balok + V kubus
= 18,2899.10−3 +4,0. 10−3 +3,375. 10−3
= 26,7 × 10-3m3
26. Proporsi campuran W115%
Proporsi semen = Volume total × kadar semen
= 0,0267 ×355,769
= 9,499 kg
Proporsi air = Volume total × kadar air
= 0,0267 ×185
= 4,939 kg
Proporsi Agregat halus = Volume total × berat agregat halus
= 0,0267 × 687,836
= 18,365 kg
Proporsi Agregat kasar = Volume total × berat agregat kasar
= 0,0267 ×1146,395
= 30,608 kg

3.2.5. Hasil perencanaan


36

Tabel 3.1 Pengamatan Campuran Beton


No Uraian Nilai
1 Kuat tekan beton yang di syaratkan 22 Mpa
2 Deviasi standar (sd) 7 Mpa
3 Nilai tambah / margin (M) 12 Mpa
4 Kuat tekan beton rata-rata yang di targetkan 34 Mpa
5 Jenis semen Tipe I
6 Jenis agregat kasar Batu pecah
Jenis agregat halus Alami
7 Faktor air semen
- Cara 1b 0,52
- Cara 2 : maksimum 0,55

8 Faktor air semen digunakan 0,52


9 Slump 12 cm
10 Ukuran agregat maksimum 40 mm
11 Kadar air bebas 185 kg
12 Kadar semen 355,769 kg
13 Kadar semen maksimum -
14 Kadar semen minimum 325 kg
15 Kadar semen yang di gunakan 355,769 kg
16 Fas penyesuaian 0,52 kg
17 Susunan butir agregat halus Gradasi 2
18 Susunan butir agregat kasar -
19 Persen agregat
- Agregat halus 37,5 %
- Agregat kasar 62,5 %

20 Berat jenis relative campuran SSD 2,75037 %


21 Kadar isi beton 2375 kg/m3
22 Kadar agregat gabungan 1834,231 kg/m3
23 Kadar agregat halus 687,836 kg/m3
24 Kadar agregat kasar 1146,395 kg/m3
25 Proporsi campuran
- Semen Portland 355,769 kg
- Air 185 liter
37

- Agregat halus (pasir) 687,836 kg/m3


- Agregat kasar (kerikil) 1146,395 kg/m3

26 Proporsi koreksi
- Semen Portland 9,499 kg
- Air 4,939 kg

- Pasir 18,365 kg
30,608 kg
- kerikil

3.2.6. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan komposisi beton yang telah dilakukan adalah :
1. Semen = 9,499 kg
2. Air = 4,939 kg
3. Agregat halus = 18,365 kg
4. Agregat kasar = 30,608 kg

3.3 PEMBUATAN DAN PENGUJIAN CAMPURAN BETON


Pembuatan benda uji beton inidilakukan berdasarkan perhitungan
perencanaan beton yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga diperoleh kadar
antara semen, agregat halus (pasir), agregat kasar(kerikil), dan juga air, yang di
butuhkan sebagai berikut :
1. Semen = 9,499 kg
2. Air = 4,939 kg
3. Agregat halus = 18,365 kg
4. Agregat kasar = 30,608 kg
Dan selanjutnya berat masing-masing unsur tersebut digunakan sebagai
acuan dalam pembuatan beton. Selanjutnya kita menentukan nilai slump, air yang
keluar dalam waktu tertentu dan mengamati hasil pembuatan benda uji beton.

3.3.1 Maksud dan Tujuan


Maksud : untuk menentukan campuran adukan beton yang dapat
dikerjakan, menentukan jumlah air yang keluar dalam satu jam pertama dan
menentukan nilai slump.
38

Tujuan : tujuan praktikum ini agar kelompok kami dapat mengetahui


serta memahami cara pembuatan beton.
3.3.2 Alat
a. Mixer beton
b. Timbangan
c. Gelar ukur
d. Cetakan benda uji (3 silinder, 1 balok, 1 kubus)
e. Talam
f. Alat uji slump
g. Penggaris
h. Sekop
i. Palu karet
j. Pipet penyedot, penumbuk, dan lain-lain
3.3.3 Bahan
Bahan uji yang digunakan adalah semen 9,499 kg, agregat halus
18,365 kg, Agregat kasar 30,608 kg, air 4,939 kg.
3.3.4 Prosedur pengujian
1. Kondisi agregat halus maupun agregat kasar dalam kondisi SSD
2. Timbang masing-masing bahan sesuai perhitungan
3. Timbang masing-masing cetakan benda uji
4. Campur kedalam mixer beton
5. Tuang adukan kedalam ember/talam dengan segera
6. Apabila nilai slump telah memenuhi sesuai rencana, langsung
masukkan adukan beton ke dalam cetakan yang telah disiapkan,
dengan cara isi cetakan setiap 1/3 bagian tinggi cetakan, kemudian
tumbuk 25 kali merata sampai penuh.
7. Ratakan permukaan beton
8. Timbang cetakan beton masih dalam kondisi basar
9. Tunggu sampai 1 jam awal, kemudian ambil air yang keluar dari
beton dengan menggunakan pipet, peristiwa ini disebut
“bleeding”.
10. Catat dalam laporan
39

11. Rawat benda uji dengan cara direndam dalam air, teknik ini
disebut curring selama 28 hari
12. Setelah 28 hari ambil benda uji lalu bersihkan lumpur yang
menempel
13. Keringkan benda uji pada suhu ruangan
3.3.5 Hasil pengujian
 Berat cetakan kosong silinder 1 : 8 kg
 Berat cetakan 1 + beton basah : 20,9 kg
 Berat cetakan kosong silinder 2 : 11,2 kg
 Berat cetakan 2 + beton basah : 24,5 kg
 Berat cetakan kosong silinder 3 : 11,4 kg
 Berat cetakan 3 + beton basah : 24,4 kg
 Berat cetakan kosong kubus : 13,5 kg
 Berat cetakan kubus + beton basah : 21,9kg
 Berat cetakan kosong balok : 9,15 kg
 Berat cetakan balok + beton basah : 19,3 kg
3.3.6 Analisis pengujian
Agregat Kasar : Batu pecah : 30,608 kg
Agregat Halus : Alami : 18,365 kg
Semen : Portland tipe 1 (Holcim) : 9,499 kg
Air : Laboratorium BKT : 4,939 kg
Faktor Air Semen: 0,55
Air Bleeding : 16 ml
Nilai Slump : 10,2 cm
a) Silinder I
Berat beton + cetakan = 20,9 kg
Berat cetakan beton = 8 kg
Berat beton = 12,9 kg
12,9 kg
=¿
Berat volume beton = 1 2 2434,536
π ×(0,15) × 0,3
4
kg/m3
40

b) Silinder II
Berat beton + cetakan = 24,5 kg
Berat cetakan beton = 11,2 kg
Berat beton = 13,3 kg
13,3 kg
=¿
Berat volume beton = 1 2 2510,026
π ×(0,15) × 0,3
4
kg/m3
c) Silinder 3
Berat beton + cetakan = 24,4 kg
Berat cetakan beton = 11,4 kg
Berat beton = 10 kg
10 kg
=¿
Berat volume beton = 1 2 1887,237
π ×(0,15) × 0,3
4
kg/m3
d) Kubus
Berat beton + cetakan = 21,9 kg
Berat cetakan beton = 13,5 kg
Berat beton = 8,4 kg
8,4
Berat volume beton = =¿ 2488,889
0,15× 0,15 ×0,15
kg/m2
e) Balok
Berat beton + cetakan = 19,3 kg
Berat cetakan beton = 9,15 kg
Berat beton = 10,15 kg
10,15
Berat volume beton = =¿ 2537,5 kg/m3
0,4 ×0,1 × 0,1
f) Berat Volume rata-rata
2434,536+2510,026+1887,237+2488,889+2537,5
¿
5
¿ 2371,6376 kg/m2
3.3.7 Kesimpulan
41

Dari hasil percobaan didapatkan rancangan rencana pembuatan beton


yang telah sesuai dengan perhitungan takaran pembuatan beton.
a) Berat Volume beton silinder I : 2434,536 kg/m3
b) Berat volume beton silinder II : 2510,026 kg/m3
c) Berat Volume beton silinder III : 1887,237 kg/m3
d) Berat Volume kubus : 2488,889 kg/m3
e) Berat Volume balok : 2537,5 kg/m3
f) Berat Volume rata-rata : 2371,6376 kg/m3
3.4 PENGUJIAN BETON KERAS
Beton adalah hasil pencampuran semen portland,air,dan agregat. Kadang-
kadang juga ditambah bahan tambahan yang sangat bervariasi. Pada proses
terbentuknya beton, semen, dan air air akan membentuk pasta semen yang
berfungsi sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Pada proses
pengerasan, pasta semen dan agregat halus (pasir) akan membentuk morar yang
akan menuutp rongga-rongga antara agregat kasar (kerikil atau batu pecah).
Sedangkan pori-pori antara agregat halus diisi oleh pasta semen yang merupakan
campuran antara semen dengan air sehingga butiran-butiran agregat saling terikat
dengan kuat dan terbentuklah suatu masa yang kompak/padat.

3.4.1 Pengujian Kuat Desak Beton


Beton adalah material stuktur bangunan yang mempunyai kelebihan
kuat menahan gaya desak. Pengetahuan tentang kuat desak (F’c). Kuat tarik
(Fc) dan kuat lentur (Fct). Beton sangat dibutuhkan, demikian juga nilai
modulus elastic (Fc), serta tata cara pengujian.
Kuat desak/tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang
menyebabkan benda uji beton hancur apabila dibebani dengan gaya tekan
tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan.
Nilai F’c adalah bukan tegangan saat benda uji hancur, tetapi nilai
tegangan maksimum dan umumnya terjadi pada saat tegangan desak beton
'
ε c=± 0,002 dan nilai F’c akan turun sejalan dengan bertambahnya tegangan
sampai benda uji hancur pada nilai regangan ε ' c=0,003−0,005
42

SK-SNI T-15-1991-03 menetapkan nilai tegangan desak hancur beton


sebesar ε ' c=0,003 . Untuk menentukan besarnya kuat beton F’c dapat dilihat
pada formula :
P
F’c =
A
Keterangan :
P = beban makksimum
A = Luas penampang

1 Maksud & Tujuan


Maksud : sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentuakan kuat
tekan ( compressive strength ) beton dengan benda uji berbentuk
silinder, dan kubus yang akan dibuat dan dimatangkan (curring) di
laboratorium maupun di lapangan.
Tujuan : untuk memperoleh nilai kuat tekan beton dengan prosedur
yang benar.
2 Alat
a. Timbangan
b. Jangka sorong
c. Mesin tekan
d. Alat pelapis (capping)
3 Bahan
a. Silinder beton
b. Kubus beton
4 Prosedur pengujian
a. Ambil benda uji yang akan ditentukan kuat tekannya dari bak
perendaman 24 jam sebelum pengujian, kemudian bersihkan dari
kotoran yang menempel dengan sebuah kain lap.
b. Timbangdan ukur benda uji
c. Lapislah permukaan atas dan bawah benda uji silinder dengan
mortar belerang. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu diberi
lapisan mortar belerang.
43

d. Letakkan benda uji pada mesin tekan.


e. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan,
sekitar 2-4 kg/m3 per detik.
f. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catat beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
g. Gambarlah bentuk pecahan dan catat keadaan benda uji.
5 Hasil pengujian
Mutu beton rencana = 22 Mpa
Benda uji dibuat = 22 April 2013
Di uji pada tanggal = 25 mei 2013
Angka konversi benda W1= 28 hari
Tabel 3.2 Dimensi Benda Uji Pengujian Kuat Desak
Silinder I Kubus
Diameter 15 cm 15,75 cm
Tinggi 30 cm 15,75 cm

Tabel 3.3 Data Pengujian Kuat Desak

Silinder I Kubus
Beban Maksimum 411,8 kN 896,4 kN
Lama pengujian 151 detik 126 detik
Kuat Desak

6 Analisis pengujian
a. Silinder I
1000
Beban maksimum (P) = × 411,8 kN=41977,574 kg
9,81
1 2
Luas Tampang (A) = π ( D)
4
1
= ×3,14 ×(15)2
4
= 176,625 cm 2
P 41977,574 kg
Kuat desak = =
A 176,625 cm 2
= 237,665 kg/cm2
44

1N/mm2 = 1 Mpa
411,8 kN 411800 N
F’c = 2
= 2
=23,315 Mpa
176,625 cm 17662,5 mm
b. Kubus
1000
Beban Maksimum (P) = ×896,4 kN=91376,15 kg
9,81
Luas Tampang (A) = s×s
= 15,75 ×15,75
= 248,06 cm2
P 91376,15
Kuat Desak (F’c) = = =368,36 kg /cm2
A 248,06
1N/mm2 = 1 Mpa
896,4 kN 896400 N
F’c = 2
= 2
=36,14 Mpa
248,06 cm 24806 mm
Dikonversi dari kubus ke silinder
Kubus = 36,14 × 0,83=29,996 Mpa
' '
F c Silinder I+ F c Kubus
Kuat Desak Rata-Rata=
2
23,315 Mpa +29,996 Mpa
=
2
= 26,655 Mpa
7 Kesimpulan
Dalam pengujian ini didapatkan nilai kuat desak benda uji :
a. Silinder I = 23,315 Mpa
b. Kubus = 29,996 Mpa
c. Kuat Desak Rata-Rata= 26,655 Mpa

3.4.2 Pengujian Modulus Elastis Statis Beton


Modulus elastisitas beton adalah nilai tegangan di bagi regangan beton
dalam kondisi elastis, dimana tegangan mencapai 40% dari kuat tekan
maksimum.
Kompresometer adalah alat pengukur deformasi longitudinal dari
benda uji yang terdiri dari dua bahan elemen lingkaran, batang pengunci,
batang indikator, dan alat ukur (dialogue). Regangan longitudinal adalah
45

deformasi total pada arah memanjang dibagi panjang ukur benda uji. Kaping
adalah pelapis perata permukaan bidang tekan benda uji beton. Metode ini
menvakup ketentuan dan cara uji.
Rumus-rumus formula yang dipakai dalam perhitungan pada
praktikum ini dapat dilihat pada formula berikut ini :
σ 2−σ 1
Modulus Elastis Beton (Ec) =
ε 2−ε 1
Keterangan :
Ec = Modulus elastis beton
σ1 = kuat tekan pada saat 40% dan beban maksimum (Mpa)
σ2 = kuat tekan pada saat regangan longitudinal mencapai ε1
ε2 = regangan longitudinal yang dihasilkan pada saat σ2
Menurut Nawy, jika tegangan 0,40 F’c maksimum kurva regangan-
regangan masih linier, dan nilai modulus elastisitas beton dihitung dengan
rumus :
0,4 × F ' c
EC =
ε .0,4
Keterangan :
F’c : tegangan tekan maksimum (Mpa)
ε0,4 : regangan pada saat tegangan tekan mencapai 0,4 tegangan tekan
maksimum

1. Maksud & Tujuan


Maksud : sebagai acuan dan pegangan dalam melaksanakan uji
modulus elastisitas statis.
Tujuan : untuk mendapatkan nilai modulus elastisitas untuk
keperluan struktur beton.
2. Alat
a. Mesin uji yang dapat menghasilkan beban dengan kecapatan
penambahan beban kontinu dalam satu gerak tanpa menimbulkan
efek dan mempunyai ketelitian pembacaan maksimum 10 kN.
b. Kompresormeter-Ekstensiometer yang mampu mengukur sampai
ketelitian 0.635 UM, terdiri dari 2 elemen lingkaran yang
46

dipasang dekat ujung bawah dan ujung atas benda uji yang
jaraknya ditetapkan sesuai panjang indikator seperti gambar
pemasangan elemen lignkaran halus simetris terhadap bidang
lingkran benda uji agar kedudukan batang alat pengukur
deformasi tidak terjadi eksentrisitas.
3. Bahan
Benda uji adalah silinder beton yang dibuat dan dimatangkan di
laboratorium atau dilapangan.
4. Prosedur pengujian
a. Ukur diameter benda uji dengan jangka sorong pada 3 posisi, lalu
dari hasil pengukuran diameter dijumlahkan lalu dibagi 3 untuk
mengetahui rata-rata diameter benda uji.
b. Panjang benda uji termasuk kaping harus diukur sampai
pembacaan 1mm.
c. Timbang benda uji.
d. Suhu dan kelembapan benda uji selama pengujian dijaga konstan.
e. Pasang alat kompresormeter-ekstensiometer pada benda uji
dengan benar dan kokoh. Kemudian pasang alat pengukur
deformasi pada mesin uji tekan dengann kedudukan simetris.
f. Letakkan benda uji yang telah diberi alat ukur deformasi pada
mesin uji tekan dengan kedudukan simetris.
g. Jalankan mesin uji tekan dan berikan pembebanan secara terus-
menerus secara teratur dengan kecepatan pembebanan antara 207
s/d 275 kpa/detik sampai benda uji hancur atau sampai mesin uji
tidak memberikan beban lagi.
h. Catatlah regangan/deformasi setiap peningkatan beban 10 kN, dan
catat regangan yang dicapai pada saat pembebanan mencapai
40%.
5. Hasil pengujian
Untuk hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat di bawah ini.
Silinder I
Diameter : 15 cm
47

Tinggi : 30 cm
Lo : 200 mm
6. Analisis Pengujian
Luas penampang silinder (A) = 1/4.π.D2
= ¼.π.225 cm
= 176,625 cm2
=17662,5 mm2
Dari hasil pengujian pembacaan dial dihitung regangan dan tegangan.
Perhitungan tegangan regangan
a. Beban = 10 kN = 10000N
Pembacaan Dial = 4 mm × 10-3 = 0,004
ΔL sebenarnya = ½.ΔL = ½.0,004 = 0.002
P 10000 N
Tegangan = = =0,566
A 17662,5 mm 2
∆ L 0,002
Regangan = = =0,00001
Lo 200
b. Beban = 20 kN = 20000N
Pembacaan dial = 10,2 mm × 10-3 = 0,0102
ΔL sebenarnya = ½.ΔL =½.0,0102 = 0,0051
P 20000 N
Tegangan = = =1,132
A 17662,5 mm 2
∆ L 0,0051
Regangan = = =0,0000255
Lo 200

Tabel 3.4 Tegangan-Reganan Kuat Desak Beton


ΔL
Pembacaan
Beban Beban sebenarny Lo Ao Koreksi Regangan
dial Tegangan Regangan
(kN) (N) a (1/2 ΔL) (mm) (mm²) (x) terkoreksi
silinder 1
mm
10 10000 4 2 200 17663 0,566 0,0100000 0,11956 0,12956
20 20000 10,2 5,1 200 17663 1,132 0,0255000 0,11956 0,14506
30 30000 10,7 5,35 200 17663 1,699 0,0267500 0,11956 0,14631
40 40000 20,5 10,25 200 17663 2,265 0,0512500 0,11956 0,17081
50 50000 30 15 200 17663 2,831 0,0750000 0,11956 0,19456
60 60000 30,8 15,4 200 17663 3,397 0,0770000 0,11956 0,19656
70 70000 40,5 20,25 200 17663 3,963 0,1012500 0,11956 0,22081
80 80000 50,3 25,15 200 17663 4,529 0,1257500 0,11956 0,24531
90 90000 50,8 25,4 200 17663 5,096 0,1270000 0,11956 0,24656
100 100000 60,8 30,4 200 17663 5,662 0,1520000 0,11956 0,27156
110 110000 70,8 35,4 200 17663 6,228 0,1770000 0,11956 0,29656
120 120000 80,7 40,35 200 17663 6,794 0,2017500 0,11956 0,32131
48

130 130000 100 50 200 17663 7,360 0,2500000 0,11956 0,36956


140 140000 115 57,5 200 17663 7,926 0,2875000 0,11956 0,40706
150 150000 125 62,5 200 17663 8,493 0,3125000 0,11956 0,43206
160 160000 132 66 200 17663 9,059 0,3300000 0,11956 0,44956
170 170000 144 72 200 17663 9,625 0,3600000 0,11956 0,47956
180 180000 150 75 200 17663 10,191 0,3750000 0,11956 0,49456
190 190000 160 80 200 17663 10,757 0,4000000 0,11956 0,51956
200 200000 168 84 200 17663 11,323 0,4200000 0,11956 0,53956
210 210000 173 86,5 200 17663 11,890 0,4325000 0,11956 0,55206
220 220000 184 92 200 17663 12,456 0,4600000 0,11956 0,57956
230 230000 195 97,5 200 17663 13,022 0,4875000 0,11956 0,60706
240 240000 305 152,5 200 17663 13,588 0,7625000 0,11956 0,88206
250 250000 318 159 200 17663 14,154 0,7950000 0,11956 0,91456
260 260000 322,5 161,25 200 17663 14,720 0,8062500 0,11956 0,92581
270 270000 335 167,5 200 17663 15,287 0,8375000 0,11956 0,95706
280 280000 348 174 200 17663 15,853 0,8700000 0,11956 0,98956
290 290000 359 179,5 200 17663 16,419 0,8975000 0,11956 1,01706
17662.
300 300000 369 184.5 200
5 16.985 0.9225000 0.11956 1.04206
17662.
310 310000 379 189.5 200
5 17.551 0.9475000 0.11956 1.06706
17662.
320 320000 390 195 200
5 18.117 0.9750000 0.11956 1.09456
17662.
330 330000 405 202.5 200
5 18.684 1.0125000 0.11956 1.13206
17662.
340 340000 415 207.5 200
5 19.250 1.0375000 0.11956 1.15706
17662.
350 350000 423 211.5 200
5 19.816 1.0575000 0.11956 1.17706
17662.
360 360000 442 221 200
5 20.382 1.1050000 0.11956 1.22456
Beban ΔL
Pembacaan
(kN) Beban sebenarnya Lo Ao
dial silinder Koreksi Regangan
(N) (1/2 ΔL) (mm) (mm²)
1
mm Tegangan Regangan (x) terkoreksi
17662.
370 370000 455 227.5 200
5 20.948 1.1375000 0.11956 1.25706
17662.
380 380000 464 232 200
5 21.515 1.1600000 0.11956 1.27956
17662.
390 390000 488 244 200
5 22.081 1.2200000 0.11956 1.33956
17662.
400 400000 504 252 200
5 22.647 1.2600000 0.11956 1.37956
17662.
410 410000 520 260 200
5 23.213 1.3000000 0.11956 1.41956
17662.
420 420000 530 265 200
5 23.779 1.3250000 0.11956 1.44456
17662.
430 430000 545 272.5 200
5 24.345 1.3625000 0.11956 1.48206
17662.
440 440000 567 283.5 200
5 24.912 1.4175000 0.11956 1.53706
17662.
450 450000 590 295 200
5 25.478 1.4750000 0.11956 1.59456
17662.
460 460000 620 310 200
5 26.044 1.5500000 0.11956 1.66956
17662.
470 470000 670 335 200
5 26.610 1.6750000 0.11956 1.79456
17662.
474 474000 780 390 200
5 26.837 1.9500000 0.11956 2.06956
17662.
470 470000 810 405 200
5 26.610 2.0250000 0.11956 2.14456
17662.
460 460000 850 425 200
5 26.044 2.1250000 0.11956 2.24456
17662.
450 450000 901 450.5 200
5 25.478 2.2525000 0.11956 2.37206
17662.
440 440000 920 460 200
5 24.912 2.3000000 0.11956 2.41956
17662.
430 430000 980 490 200
5 24.345 2.4500000 0.11956 2.56956
49

17662.
420 420000 1010 505 200
5 23.779 2.5250000 0.11956 2.64456
17662.
410 410 1040 520 200
5 0.023 2.6000000 0.11956 2.71956

Dari tabel diatas didapatkabn kurva kuat tekan beton

Kuat Tekan Beton


30.000

25.000

20.000
Kuat Tekan Beton
15.000

10.000

5.000

0.000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

Gambar 3.3 Grafik Kuat Tekan Beton


Dari kurva tegangan rengangan beton diatas boton diatas didapat nilai:
σ2 = 5,096
σ1 = 10,734
ε2 = 0,127
ε1 = 0,4
Perhitungan :
a. Perhitungan Modulus Elastis
0,4 × σ maks
E ¿ −3
ε ×10
10,734
¿ =26836,53 Mpa
0,4 ×10−3
b. Perhitungan koreksi
σ 1−σ 2 σ
= 1
ε 1−ε 2 ε 1+ x
10,734−5,096 10,73
=
0,4−0,127 0,4 + x
x=0,11956
50

7. Kesimpulan
Dalam pengujian modulus elastis silinder beton di dapatkan hasil
sebagai berikut :
Modulus elastis :26836,53Mpa
Nilai Koreksi :0,11956

3.4.3 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton


Pengujian ini mencakup cara penentuan kuat tarik belah benda uji
yang dicetak yang berbentuk silinder termasuk ketentuan peralatan
dan prosedur pengujian serta perhitungan kekuatan tarik belahnya,
pengujian kuat tarik belah digunakan untuk mengevaluasi ketahanan
geser dari komponen yang terbuat dari beton yang menggunakan
agregta ringan.
Rumus-rumus formula yang dipakai pada pengujian ini
dapat di lihat dibawah ini :
2P
Kuat tarik belah (Fct) =
πLD
Keterangan :
Fct : kuat tarik belah (Mpa)
P : beban maksimum (N)
L : panjang benda uji silinder (mm)
D : diameter benda uji silinder (mm)
1. Maksud dan Tujuan
Maksud : Sebagai pegangan dalam melaksanakan pengujian kuat
tarik belah beton.
Tujuan : Untuk memperoleh nilai kuat tarik beton normal guna
keperluan perancangan dan pelaksanaan.
2. Alat
a. Mesin uji tekan
b. Pelat atau batang penekan tambahan
c. Bantalan bantu pembebanan
d. Jangka sorong
e. timbangan
51

3. Bahan
Benda uji berbentuk silinder, dibuat dengan memenuhi persyaratan
ukuran, pencetakan dan perawatan yang ditetapkan benda uji yang
dibuat di lapangan (SNI 03-4810-1998)
4. Prosedur pengujian
a. Ukur diameter dan tinggi benda uji, kemudian timbang beratnya
b. Pemberian tanda pada benda uji, tarik garis tengah pada setiap sisi
ujung benda uji dengan menggunakan alat bantu yang sesuai,
sehingga dapat memastikan bahwa kedua garis tengah tadi berada
didalam aksial yang sama.
c. Letakkan pelat atau barang penekan tambahan (bila digunakan)
diatas meja, tekan bagian bawah mesin uji tekan secara simetris .
d. Letakkan satu dari dua buah bantalan bantu pembebanan yang
terbuat dari kayu lapis meja tekan bagian bawah dari mesin uji
tekan atau diatas pelat atau barang penekan tambahan bila
digunakan yang terletak di atas meja tekan baian bawah dari
mesin uji tekan pada tengah-tengahnya.
e. Letakkan benda uji diatas bantalan batu pembebanan yang terbuat
dari kayu lapis. Sedemikian rupa hingga tanda garis tengah pada
benda uji terlihat tegak lurus terhadap titik tengah bentalan bantu
pembebanan tersebut.
f. Letakkan bantalan bantu pembebanan yang terbuat dari kayu lapis
ke dua diatas benda uji, sedemikian rupa dengan titik tengahnya
berpotongan dengan garis tengah benda uji yang ada pada ujung
silinder. Kemudian letakkan diatas benatalan tersebut pelat atau
barang penekan tambahan bila digunakan.
g. Atur posisi pengujian hingga tercapai kondisi : proyeksi dari
bidang yang ditandai oleh garis tengah pada kedua ujung benda
uji tepat berpotongan dengan titik tengah meja penekanan bagian
atas dari mesin uji.
h. Jalankan mesin uji tekan dengan pemberian beban dilakukan
secara terus-menerus, tanpa sentakanm dengan kecepatan
52

pembebanan konstan yang bekisar antara 0,7 hingga 1,4 Mpa per
detik sampai benda uji hancur atau terbelah. Kecepatan
pembebanan untuj benda uji berbentuk silinder dengan ukuran
panjang 300mm dan diameter 150mm berkisar antara 50-
100kN/menit
5. Hasil Pengujian
Hasil pengujain dapat dilihat pada tabel 3.5
Tabel 3.5 hasil pengamatan dimensi kuat tarik belah beton
Silinder I
Diameter 15,2 cm
Tinggi 30,09 cm

Tabel 3.6 hasil pengamatan kuat tarik belah beton


Silinder I
269,4 kN
Beban maksimum
27461,77 kg
Lama pengujian 67 detik
38,24 Mpa
Kuat tarik belah
390,048 kg/cm2

6. Analisis pengujian
a. Luas tampang = π× D×L
= 3,14 ×15,2 ×30,09
= 1436,1355 cm2
b. Beban maksimum = 269,4 kN
1000
= ×269,4
9,81
= 27461,77 kg
2. Pmaksimum
c. Kuat tarik =
π .D . L
53

2× 27461,77
=
3,14 ×15,2 ×30,09
= 38,24 kg/cm2
= 3,74 Mpa
7. Kesimpulan
Dalam pengujian ini didapatkan nilai beban maksimum yang dapat
diterima oleh beton adalah sebesar 269,4 kN dan nilai kuat tarik
betonnya sebesr 38,24 kg/cm2.

3.4.4 Pengujian Kuat Lentur Beton


Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi antara 2200
sampai 2500 kg/m3 dengan bahan penyusun air, agregat halus, agregat
kasar baik yang dipecah atau tidak pecah dan semen portland dengan
atau tanpa bahan tambah sesuai SNI 03-2834-1992.
Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan
pada dua perletakkan untuk menahan gaya dengan arah gaya tegak
lurus sumbu benda uji adalah garis yang melalui pusat berat benda uji
pada arah panjangnya.
Tampang lintang benda uji adalah penampang benda uji
apabila dipotong arah tegak lurus sumbu panjang. Perletakkan benda
uji adalah dua alas penyangga tumpuan atau penumpu berbentuk
silinder, dari baja yang dapat berputar pada jarak tertentu untuk
meletakkan benda uji.
Titik pembebanan adalah titik (satu atau dua titik
tergantung sistem pembebanan yang digunakan). Pada jarak tertentu
sebagai tempat beban diberikan.
Metode pengujian ini membahas ketentuan dan cara-cara
pengujian dengan menggunakan mesin tekan beton dan berlaku untuk
benda uji beton dapat dilihat dibawah ini :
a. Sistem pembebanan satu titik
1) Bila akibat pengujian patahnya benda uji tepat berada dibawah
beban (ditengah benda uji) maka dihitung menurut persamaan :
54

3. P . L
Flt =
2. B . h2
Keterangan :
Flt : kuat lentur benda uji
P : beban maksimum
L : jarak (bentang) antara dua perletakkan
h : tinggi tampang lintang patah
b : lebar tampang lintang patah
2) Bila akibat pengujian benda uji patah tidak tepat di bawah titik
di bagian tarik beton, dan jarak antara titik patah dan titik
beban kurang dari 10% jarak titik perletakkan, maka kuat lentur
beton dihitung dengan rumus :
3. P . c
Flt = 2
b.h
Keterangan :
Flt : kuat lentur benda uji
P : beban maksimum
c : jarak antara tampang melintang patah pada tumpuan
berdekatan, diukur pada empat sisi titik dari bentang
b : lebar tampang lintang patah
h : tinggi tampang lintang patah

3) Untuk benda uji akibat pengujian patah tidak tepat dibawah


beban pada bagian tarik beton dan jarak antara titik patah dan
titik beban lebih dari 10% bentang, maka hasil pengujian tidak
dipergunakan.
1. Maksud dan Tujuan
Maksud : metode pengujian kuat lentur beton normal dengan sistem
dua titik pembebanan (SNI 03-4431-1997) atau sistem satu titik
pembebanan (SNI 03-4145-1996). Dimaksudkan sebagai acuan dan
pegangan dalam melaksanakan pengujian ini.
55

Tujuan : untuk memperoleh nilai kuat lentur beton normal guna


keperluan perencanaan dan pelaksanaan
2. Alat
a. Mesin uji tekan yang dapat memberikan beban dengan kecepatan
kontinu dalam satu kali gerakan, tanpa memberikan efek kejut dan
mempunyai ketelitian pembacaan beban maksimum 0,5 kN.
b. Dua buah balok tumpuan, satu buah balok beban untuk pengujian
sistem satu beban atau satu balok beban dengan dua titik beban
yang berjarak tertentu (untuk sistem dua beban) untuk menyalurkan
beban terpusat dari mesin uji tekan. Dimana baik blok beban
maupun blok tumpuan yang menempel pada benda uji merupakan
setengah silinder yang sumbunya berhimpit dengan sumbu batang
putar bola blok tumpuan sendi atau blok beban. Atauberhimpit
dengan sumbu putar bola blok tumpuan rol dan dapat berputar
minimal 45o. Ketidakrataan permukaan blok maksimal 0,005 mm.
c. Alat ukur panjang dengan panjang 1000 mm dan ketelitian 1 mm,
dan jangka sorong.
d. Timbangan dengan kapasitas 35 kg dan ketelitian 10 gram.
e. Gerinda
f. Peralatan kaping
3. Bahan
Balok beton dengan ukuran lebar 102,5 mm ,tinggi 102 mm dan
panjang 400mm.
4. Prosedur pengujian
a. Ukur dan catat dimensi penampang benda uji dengan jangka sorong
minimal di tiga tempat.
b. Timbang dan catat berat benda uji.
c. Buat garis-garis melintang pada benda uji sebagai tanda dan
petunjuk letak titik perletakan dan titik pembebanan.
d. Letakkan balok tumpuan diatas meja mesin uji desak bagian bawah
dengan jarak antara kedua blok tumpuan tertentu sesuai dengan
panjang benda uji.
56

e. Tempatkan benda uji yang sudah diketahui berat dan dimensinya


diberi tanda diatas dua balok tumpuan/perletakan, sedemikian
sehingga letak benda uji tepat pada pusat tumpuan dengan
kedudukan sisi benda uji pada waktu pengecoran berada di bagian
samping.
f. Letakkan balok beban pada titik pembebanan pada benda uji sesuai
dengan jumlah beban.
g. Jalankan mesin tekan, atur titik tekan beban benda uji dari mesin.
h. Kecepatan pembebanan harus kontinu.
i. Setelah benda uji patah, hentikan pembebanan dan catat beban
maksimum yang menyebabkan benda uji patah.
5. Hasil pengujian
Hasil pengamatan kuat lentur beton dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.7 Kuat Uji Lentur Beton
Benda Uji Balok
Lebar benda uji mm 102,5
Tinggi benda uji mm 102
Panjang benda uji mm 400
Berat benda uji kg 10,67
Berat volume kg/m3 2537,5
Panjang bentang mm 400
Jarak beban P ke tumpuan mm 150
Beban retak pertama kg -
Beban maksimum kg 1285
Jarak bidang patah ke tumpuan mm 124
Lebar tampang patah mm 100
Tinggi tampang patah mm 100

6. Analisis pengujian
Karena benda uji akibat pengujian patah tidak tepat di bawah beban
bagian tarik beton dengan jarak antara titik patah dan titik beban lebih
dari 10% bentang, maka hasil pengujian tidak dipergunakan.
57

7. Kesimpulan
Dari pengujian kuat lentur beton dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
pengujian tidak dipergunakan.

3.4.5 Pengujian HammerTest


Metode pengujian ini mencakup : ketentuan-ketentuan cara
uji, pengukuran nilai lenting denga alat bantu palu beton (hammer
test), perkiraan besarnya nilai kuat beton pada struktur berdasarkan
benda uji balok.
Alat palu beton adalah palu baja yang digerakkan oleh gaya
pegas yang apabila dilepaskan akan meluncurkan baja kepermukaan
beton. Kekerasan yang ditunjukkan oleh besarnya nilai lenting yaitu
kekerasan permukaan. Nilai lentinf adalah nilai pembacaan yang
ditunjukkan oleh alat setelah peluncuran baja memukul permukaan
beton.
Palu tbeton tipe N adalah alat uji palu beton yang dapat
digunakan untuk pengujian struktur beton normal yang tidak
dilengkapi dengan alat pencatat data (recorder). Sedangkan palu tipe
NR adalah alat yang dapat digunakan untuk pengujian struktur beton
normal yang dilengkapi dengan alat pencatat data.

1. Maksud dan Tujuan


Maksud : metode pengujian ini dengan alat palu beton (hammer
test) tipe N dan tipe NR (SNI 03-4430-1997) ini dimaksudkan sebagai
acuan dan pegangan dalam melaksanakan uji kekerasan permukaan
beton di lapangan.
Tujuan : untuk memperkirakan nilai kuat tekan beton pada suatu
elemen struktur untuk keperluan pengendalian mutu beton di lapangan
begi perencanaan atau pelaksanaan pekerjaan.
2. Alat
Alat palu beton yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :
58

a. Dilengkapi dengan bagian-bagian alat seperti peluncur baja, tabung


pembungkus, petunjuk nilai lenting, knop pada tabung, pegas
penekan, pegas penahan, pegas pemantul, batang besi pengontrol
alat pukul.
b. Pegas baja dapat bergerak pada kecepatan yang ditetapkan dan
berulang-ulang.
c. Nilai lenting dapat dibaca pada garis skala yang terpasang pada
rangka selubung atau lembar pencatat.
3. Bahan
Tebal benda uji elemen struktur pelat dinding minimal 100 mm, dan
balok, kolom minimal 125 nmm.
Benda bidang uji pada elemen struktur harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a. Permukaan beton yang akan diuji harus merupakan permukaan yang
padat, rata, halus dan tidak dilapisi oleh plesteran atau bahan pelapis
lainnya.
b. Bidang uji yang dipilih harus kering dan halus, bebas dari tonjolan-
tonjolan atau lubang-lubang.
c. Lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi
elemen struktur dan jumlah nilai uji yang diperlukan untuk
perhitungan perkiraan kekuatan beton.

4. Prosedur pengujian
a. Sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik dengan posisi tegak
lurus di bidang uji.
b. Secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang
uji sampai terjadi pukulan pada titik uji.
c. Lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak
terdekat antara titik pukulan 25 mm.
d. Catat semua niali pembacaan yang ditunjukkan oleh skala.
e. Hitung nilai rata-rata pembacaan
59

f. Nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap nilai


rata-rata tidak boleh diperhitungkan, kemudian hitung kembali nilai
rata-rata.
g. Semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua atau
lebih nilai pembacaan yang berselisih 5 satuan terhadap nilai rata-
ratanya.
h. Koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inkalsi pukulan bila pukulan
tidak horizontal.
i. Hitung perkiraan nilai kuat tekan balok dengan menggunakan tabel
atau kurva korelasi yang terdpat pada petunjuk pengguanan balok
palu beton yang bersangkutan.
j. Isikan semua nilai lenting pada perkiraan kuat tekan beton dalam
formulir.
5. Hasil Pengujian
Hasilpengamatan kuat tekan beton dengan alat palu beton (hammer test)
dapat dilihat pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Hammer Test
Elemen Struktur Balok Balok
Sudut Pukulan 900 900
Kode Bidang Uji B1 B2
Nilai Lenting Nilai Lenting
Pukulan ke
Palu Beton (R) Palu Beton (R)
1 22 25
2 28 26
3 25 27
4 25 32
5 29 22
6 31 28
7 33 28
8 29 31
9 31 30
10 30 28
60

Jumlah Data 10 10
R maksimum 33 32
R minimum 22 22
R rata-rata 28,3 27,7
Simpangan Baku 3,368 3,013
Koefisien Variasi 11,90 10,877
Perkiraan Kuat Tekan
Beton terkoreksi (Mpa) 26,5 25,8
(kubus/silinder)

6. Analisis pengujian
a. Terhitung jumlah data sebanyak = 10
b. R maksimum kiri = 33
R maksimum kanan = 32
c. R minumin kiri = 22
R minimum kanan = 22

d. R rata-rata kiri =
∑ nilai lenting
∑ data
22+ 28+25+25+29+31+33+ 29+ 31+ 30
¿
10
= 28,3

R rata-rata kanan =
∑ nilai lenting
∑ data
25+26+27+ 32+ 22+ 28+28+31+30+28
=
10
= 27.7

e. Simpangan Baku Kiri


Simpangan baku titik ke-1 = (R ke 1 – nilai rata-rata)2
= (22 – 28,3)2
= 39,69
61

Simpangan baku titik ke-2 = (R ke 2 – nilai rata-rata)2


= (28 – 28,3)2
= 0,09
Simpangan baku titik ke-3 = (R ke 3 – nilai rata-rata)2
= (25 – 28,3)2
= 10,89
Simpangan baku titik ke-4 = (R ke 4 – nilai rata-rata)2
= (25 – 28,3)2
= 10,89
Simpangan baku titik ke-5 = (R ke 5 – nilai rata-rata)2
= ( 29– 28,3)2
= 0,49
Simpangan baku titik ke-6 = (R ke 6 – nilai rata-rata)2
= (31 – 28,3)2
= 7,29
Simpangan baku titik ke-7 = (R ke 7 – nilai rata-rata)2
= (33 – 28,3)2
= 22,09
Simpangan baku titik ke-8 = (R ke 8 – nilai rata-rata)2
= (29 – 28,3)2
= 0,49

Simpangan baku titik ke-9 = (R ke 9 – nilai rata-rata)2


= (31 – 28,3)2
= 7,29
Simpangan baku titik ke-10 = (R ke 10 – nilai rata-rata)2
= ( 30– 28,3)2
= 2,89
Simpangan Baku kanan
Simpangan baku titik ke-1 = (R ke 1 – nilai rata-rata)2
= (25 – 28,3)2
62

= 10,89
Simpangan baku titik ke-2 = (R ke 2 – nilai rata-rata)2
= (26 – 28,3)2
= 5,29
Simpangan baku titik ke-3 = (R ke 3 – nilai rata-rata)2
= (27 – 28,3)2
= 1,69
Simpangan baku titik ke-4 = (R ke 4 – nilai rata-rata)2
= (32 – 28,3)2
= 13,69
Simpangan baku titik ke-5 = (R ke 5 – nilai rata-rata)2
= ( 22– 28,3)2
= 39,69
Simpangan baku titik ke-6 = (R ke 6 – nilai rata-rata)2
= (28 – 28,3)2
= 0,09
Simpangan baku titik ke-7 = (R ke 7 – nilai rata-rata)2
= (28 – 28,3)2
= 0,09
Simpangan baku titik ke-8 = (R ke 8 – nilai rata-rata)2
= (31 – 28,3)2
= 7,29
Simpangan baku titik ke-9 = (R ke 9 – nilai rata-rata)2
= (30 – 28,3)2
= 2,89
Simpangan baku titik ke-10 = (R ke 10 – nilai rata-rata)2
= (28– 28,3)2
= 0,09

f. Simpangan baku kiri =


√ nilai simpangan baku total
n−1

=
√ 102,1
10−1
= 3,368
63

Simpangan baku kanan =


√ nilai simpangan baku total
n−1

=
√ 81,7
10−1
= 3,013
simpangan baku
g. Koefisien Variasi Kiri = ×100
R rata−rata
3,368
= ×100
28,3
= 11,90
simpangan baku
Koefisien Variasi Kiri = ×100
R rata−rata
3,013
= ×100
27,7
= 10,877
h. Perkiraan kuat tekan beton
Untuk mendapatkan nilai perkiraan kuat beton dari hasil hammer
test dengan melihat grafik pengujian hammer.
Dari “Concrete hammer grafic” ditarik nilai R rata-rata keatas
(vertikal) sampai menyentuh kurva α = -90 kemudian ditarik tegak
lurus ke kiri maka didapat nilai perkiraan kuat tekan beton.
Perkiraan kuat tekan beton lenting kiri R rata-rata =28,3
64

Dari gambar diatas didapatkan nilai perkiraan kuat tekan beton


sebesar 26,5
Perkiraan kuat tekan beton lenting kanan
R rata-rata = 27,7

Dari gambar diatas didapatkan nilai perkiraan kuat tekan beton


sebesar 25,8
7. Kesimpulan
Dalam pengujian ini didapatkan nilai perkiraan kuat tekan beton bagian
kiri sebesar 26,5 Mpa dan sebelah kanan 25,8 Mpa dengan simpangan
baku bagian kiri 3,37 dan sebelah kanan 2,95,koefisien variasi sebelah
kiri 11,90 dan sebelah kanan sebesar 10,63
BAB 4
BAJA

4.1 PENDAHULUAN
Besi baja atau sering disebut dengan baja saja merupakan paduan antara
besi dan karbon, dengan kandungan karbon yang lebih sedikit dibandingkan pada
besi tuang, tetapi lebih banyak di banding besi tempa.
Berdasarkan kadar karbonnya, baja terbagi dalam :
- Baja sangat lunak (deed steel) : kandungan karbon ≤ 0,10%
- Baja lunak (low carbon steel) : kandungan karbon 0,10 – 0,25%
65

- Baja sedang (medium carbon steel) : kandungan karbon 0,25 – 0,70%


- Baja keras (high carbon steel) : kandungan karbon 0,70 – 1,50%
Dalam bidang konstruksi, secara umum baja dibagi dalam dua kelompok,
yaitu baja keras dan baja lunak (struktur). Dalam hal ini lebih difokuskan pada
baja tulangan sebagai sarana praktikum di Laboratorium Bahan Teknologi
Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP UII. Baja tulangan atau sering juga disebut
besi beton, berbentuk lonjoran-lonjoran bulat dengan permukaan polos atau
ulir/strip (deform). Simbol yang digunakan untuk baja tulangan polos adalah
BJTP dan untuk baja tulangan ulir adalah BJTD.

4.2 PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA


Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batangan yang dipergunakan
untuk penulangan beton sering disebut juga besi beton. Baja tulangan tidak boleh
mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak, bergelombang dan hanya
boleh berkarat ringan pada permukaan didalam pengujian tarik baja tulangan,
terdapat 7 istilah yaitu :
1. Batas leleh
Batas leleh ialah tegangan yang sedikit diatas elastis yang tampak terjadi
penambahan regangan tanpa adanya tambahan dan pengurangan tegangan.
2. Batas elastisitas
Batas elastisitas ialah tegangan tertinggi yang dapat ditahan oleh bahan
yang elastis, yaitu apabila tegangan yang bekerja dihilangkan bahan masih
dapat kembali kebentuk semula.
3. Batas sebanding
Batas sebanding ialah suatu nilai tegangan tertinggi yang masih berada
pada garis lurus diagram tegangan regangan.
4. Modulus elastisitas
Modulus elastisitas ditunjukkan oleh kemiringan diagram tegangan
regangan pada bagian yang lurus/linier terhadap sumbu horizontal,
besarnya selalu tetap dari tegangan nol sampai batas tertentu pada
diagram.
5. Nilai kuat tarik leleh
66

Nilai kuat tarik leleh besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat benda uji
mencapai leleh pertama.
6. Nilai kuat tarik maksimum
Nilai kuat tarik maksimum ialah besarnya gaya tarik yang bekerja pada
saat benda uji mencapai puncak pembebanan dan sebelum putus.
7. Nilai kuat tarik putus
Nilai kuat tarik putus ialah besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat
benda uji putus.

4.2.1 Maksud & Tujuan


Maksud : metode ini dimaksudkan sebagai panduan dalam
praktikum pengujian tarik baja tulangan di laboratorium.
Tujuan : tujuan pengujian ini adalah dapat memahami tentang cara
pengujian serta mengetahui data yang dihasilkan seperti batas elastis,
batas leleh, kuat tarik, tegangan leleh, batas sebanding, modulus
elastisitas, modulus kenyal, batas regangan pada 0,02 dan 0,02
offset, serta kualitas bahan
4.2.2 Alat
1. Mesin Universal Testing Machine kapasitas 30 ton merk
Shimidzu
2. Timbangan kapasitas 5000 gram atau lebih dengan ketelitian
0,1% dari berat contoh (khusus baja tulangan ulir/defrom).
3. Sketmat/jangka sorong
4. Strainometer
5. Jangka manual
6. Penggaris, spidol, amplas, dan lain-lain
4.2.3 Bahan
Benda uji adalah batang baja beton yang mempunyai bentuk dan
dimensi tertentu (proporsional antara panjang dan luas penampang)
yang di buat/ diambil dari contoh – contoh baja dan beton.
4.2.4 Prosedur pengujian
67

1. Siapkan benda uji, apabila kotor/berkarat bersihkan dengan


amplas atau lap
2. Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong dan tentukan
tanda – tanda sesuai form pengisian data. Untuk menentukan
diameter nominal (dn) baja ulir/deform dipakai rumus :
dn = 12,74√ W (mm)
dengan W = berat (kg) / meter
3. Tentukan panjang awal (Lo) dan diberi tanda, kemudian pasang
alat pembaca regangan (strainometer) pada titik yang telah
ditentukan.
4. Pemberian tanda dapat menggunakan spidol atau penitik.
5. Lakukan pengujian dengan di pandu teknisi/laboran atau asisten
dengan mencatat semua data hasil uji : beban leleh awal, leleh
akhir, beban maksimum, beban patah/putus, regangan setiap
interval beban tertentu, regangan pada saat leleh awal dan leleh
akhir
6. Apabila alat pembaca regangan sebelum pengujian selesai tidak
lagi mampu membaca pertambahan panjang (panjangnya
terbatas hanyasampai 10 mm), maka pembacaan regangan di
ganti dengan jangka manual dengan posisi jangka sama dengan
penempatan strainometer sebagai patokan.
7. setelah benda uji putus, satukan lagi kedua bagian benda uji,
kemudian ukur panjang setelah di uji (Lu), diameter tempat
putus (du) dan amati jensi putusnya.
4.2.5 Hasil Pengujian
1. Beban Leleh Atas (LA) = 3700 kgf
Pembacaan strainometer = 13,125x 10-2 mm2
Waktu = 9 menit 13 detik
2. Beban Leleh Bawah (LB) = 3530 kgf
Pembacaan strainometer = 89 x 10-2 mm2
Waktu = 9 menit 43 detik
3. Beban Maksimum = 51012 kgf
68

4. Beban Patah = 3600 kgf


5. Lama Pengujian = 11 menit 42 detik
6. Bentuk pada bidang patah = Tarik
7. Diameter tempat patah (du)= 0,75 cm
8. Panjang setelah uji (Lu) = 13,1 cm
9. Benda uji mempunyai fy = 382,073 Mpa
Tabel 4.1 Jarak Antara Titik Uji Kuat Tarik Baja
Jarak antar titik Sebelum uji (cm) Setelah uji (cm)
0 -1 1,3 1,45
0-2 2,35 2,6
0-3 3,25 3,6
0-4 4,2 4,6
0-5 5,2 5,75
0-6 6,15 6,9
0-7 7,25 8,05
0-8 8,1 9,2
0-9 9,25 10,25
0-10 9,95 11,95
0-11 10,95 13,1

4.2.6 Analisis pengujian


1. Perhitungan Tegangan dan Regangan
P 36297
Tegangan leleh atas = = = 382,073 Mpa
Ao 95
P 34335
Tegangan leleh bawah = = = 361,421 Mpa
Ao 95
2. Perhitungan Tegangan Tarik Maksimum
P . maks
Tegangan Tarik Maksimum (Fu) =
Ao
51012
=
95
= 536,96842 Mpa
69

3. Perhitungan Regangan Maksimum


Lu. Lo
Regangan Maksimum (∈ Maks) = x 100%
Lo
13,1−10,95
= x 100%
10,95
= 19,634
4. Perhitungan Tarik Leleh
Py
Tarik Leleh (fy) =
Ao
3220
=
5,78
= 557,1 Mpa
5. Perhitungan Konstraksi Penampang
Ao−Au
Kontraksi Penampang = x 100%
Ao
5,78−4,91
= x 100%
5,78
= 15,05%
Tabel 4.2 Tegangan-Regangan Kuat Tarik Baja
Beba
Beba Lo A
n Dial T ε koreksi ε terkoreksi
n (N) (mm) o
(KGf)
100 981 0.5 54.980 95 10.32631579 0.009094216 -0.005 0.004094216
200 1962 0.9 54.980 95 20.65263158 0.016369589 -0.005 0.011369589
300 2943 1 54.980 95 30.97894737 0.018188432 -0.005 0.013188432
400 3924 1.5 54.980 95 41.30526316 0.027282648 -0.005 0.022282648
500 4905 1.5 54.980 95 51.63157895 0.027282648 -0.005 0.022282648
600 5886 2 54.980 95 61.95789474 0.036376864 -0.005 0.031376864
Beba
Beba Lo A
n Dial T ε koreksi ε terkoreksi
n (N) (mm) o
(KGf)
700 6867 2.1 54.980 95 72.28421053 0.038195708 -0.005 0.033195708
800 7848 2.2 54.980 95 82.61052632 0.040014551 -0.005 0.035014551
900 8829 2.5 54.980 95 92.93684211 0.04547108 -0.005 0.04047108
1000 9810 2.75 54.980 95 103.2631579 0.050018188 -0.005 0.045018188
1100 10791 3 54.980 95 113.5894737 0.054565296 -0.005 0.049565296
1200 11772 3.5 54.980 95 123.9157895 0.063659513 -0.005 0.058659513
70

1300 12753 3.75 54.980 95 134.2421053 0.068206621 -0.005 0.063206621


1400 13734 4 54.980 95 144.5684211 0.072753729 -0.005 0.067753729
1500 14715 4.5 54.980 95 154.8947368 0.081847945 -0.005 0.076847945
1600 15696 4.7 54.980 95 165.2210526 0.085485631 -0.005 0.080485631
1700 16677 4.9 54.980 95 175.5473684 0.089123318 -0.005 0.084123318
1800 17658 5 54.980 95 185.8736842 0.090942161 -0.005 0.085942161
1900 18639 5.2 54.980 95 196.2 0.094579847 -0.005 0.089579847
2000 19620 5.5 54.980 95 206.5263158 0.100036377 -0.005 0.095036377
2100 20601 5.6 54.980 95 216.8526316 0.10185522 -0.005 0.09685522
2200 21582 6 54.980 95 227.1789474 0.109130593 -0.005 0.104130593
2300 22563 6.2 54.980 95 237.5052632 0.112768279 -0.005 0.107768279
2400 23544 6.5 54.980 95 247.8315789 0.118224809 -0.005 0.113224809
2500 24525 7 54.980 95 258.1578947 0.127319025 -0.005 0.122319025
2600 25506 7.1 54.980 95 268.4842105 0.129137868 -0.005 0.124137868
2700 26487 7.2 54.980 95 278.8105263 0.130956712 -0.005 0.125956712
2800 27468 7.9 54.980 95 289.1368421 0.143688614 -0.005 0.138688614
2900 28449 8 54.980 95 299.4631579 0.145507457 -0.005 0.140507457
3000 29430 8.1 54.980 95 309.7894737 0.1473263 -0.005 0.1423263
3100 30411 8.5 54.980 95 320.1157895 0.154601673 -0.005 0.149601673
3200 31392 8.8 54.980 95 330.4421053 0.160058203 -0.005 0.155058203
3300 32373 9 54.980 95 340.7684211 0.163695889 -0.005 0.158695889
3400 33354 9.2 54.980 95 351.0947368 0.167333576 -0.005 0.162333576
3500 34335 9.6 54.980 95 361.4210526 0.174608949 -0.005 0.169608949
3600 35316 9.8 54.980 95 371.7473684 0.178246635 -0.005 0.173246635
3700 36297 125 54.980 95 382.0736842 2.27355402 -0.005 2.26855402
3800 37278 135 54.980 95 392.4 2.455438341 -0.005 2.450438341
3900 38259 150 54.980 95 402.7263158 2.728264824 -0.005 2.723264824
4000 39240 161 54.980 95 413.0526316 2.928337577 -0.005 2.923337577
4100 40221 179 54.980 95 423.3789474 3.255729356 -0.005 3.250729356
Beba
Beba Lo A
n Dial T ε koreksi ε terkoreksi
n (N) (mm) o
(KGf)
4200 41202 199 54.980 95 433.7052632 3.619497999 -0.005 3.614497999
4300 42183 220 54.980 95 444.0315789 4.001455075 -0.005 3.996455075
4400 43164 230 54.980 95 454.3578947 4.183339396 -0.005 4.178339396
4500 44145 255 54.980 95 464.6842105 4.6380502 -0.005 4.6330502
4600 45126 290 54.980 95 475.0105263 5.274645326 -0.005 5.269645326
71

4700 46107 320 54.980 95 485.3368421 5.82029829 -0.005 5.81529829


4800 47088 353 54.980 95 495.6631579 6.420516551 -0.005 6.415516551
4900 48069 405 54.980 95 505.9894737 7.366315024 -0.005 7.361315024
5000 49050 480 54.980 95 516.3157895 8.730447435 -0.005 8.725447435
5100 50031 570 54.980 95 526.6421053 10.36740633 -0.005 10.36240633
5200 51012 804 54.980 95 536.9684211 14.62349945 -0.005 14.61849945

Dari tabel diatas didapatkan nilai dari kurva tarik baja tulangan.
1. Perhitungan Modulus Elastis
σ1
Modulus Elastis =
∈1
371,747
=
0,00017825
= 2085537,167 Mpa
2. Perhitungan Koreksi
σ 1 −σ 2 σ1
Koreksi : =
∈1 −∈2 ∈1 ± x
371,747−10,326 371,747
0,178−0,009
= 0,178 ± x

371,747
2138,585 =
0,178 ± x
x = - 0,0050
4.2.7 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah nilai tarik maksimum
sebanyak 861,59 Mpa. Tegangan tarik leleh sebanyak 557,1 Mpa.
N
Modulus elastis adalah 110769,0648 2 dan modulus kenyal
mm
N
adalah 0,373 .
mm2

4.3 PENGUJIAN KUAT GESER BAJA


4.3.1 Maksud & Tujuan
72

Maksud: Sebagai panduan dalam praktikum pengujian geser baja


tulangan di laboratorium
Tujuan: Agar dapat memahami tentang cara pengujian serta
mengetahui kira-kira kondisi di lapangan pada struktur yang
mengalami pembebanan seperti praktikum laboratorium.
4.3.2 Alat
1. Mesin tekan merk ele tipe APR 3000
2. Sketmat / Jangka sorong
3. Alat bantu khusus geser baja
4. Stopwatch dan lain-lain
4.3.3 Bahan
Bahan uji adalah batang baja tulangan bekas dari pengujian tarik
baja tulangan
4.3.4 Prosedur pengujian
1. Siapkan benda uji, apabila kotor/berkarat bersihkan dengan
amplas/lap.
2. Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong. Untuk
menentukan diameter nominal baja tulangan deform/ulir
digunakan formula:
dn = 12,74 √ w (mm)
keterangan: w = berat (kg) / meter panjang
3. Lakukan pengujian dengan dipandu teknisi atau asisten dengan
mencatat semua data hasil uji yaitu beban maksimum dan waktu
pengujian.
4.3.5 Hasil pengujian
1. Data benda uji
a. Diameter baja tulangan = 1,45 cm
b. Luas tampang benda uji = 1,65 cm2

Tabel 4.3 Uji Geser Baja Tulangan


Geser Geser
73

Tunggal Ganda
Beban Maksimum (kn) 102,6 191,3
Lama pengujian (detik) 243 247

4.3.6 Analisis pengujian


1. Geser Tunggal
Kuat Geser Tunggal = 102,6 kn = 102600 kg
102600
=
165
= 621,8 Mpa
Tegangan Geser Tunggal = 0,58 x 621,8
= 360,7
2. Geser Ganda
191300
Kuat Geser Ganda =
2.165
= 579,696 Mpa
Tegangan Geser Ganda = 0,58 x 579,696
= 336,224 Mpa
3. Perhitungan Kuat Geser Rata-Rata
621,8+579,696
Kuat Geser Rata-Rata =
2
= 600,748 Mpa
4. Perhitungan Kuat Tegangan Rata-Rata
360,7+336,224
Tegangan Geser Rata-Rata =
2
= 348,462 Mpa
4.3.7 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah nilai kuat geser rata-rata
sebanyak 600,748 Mpa. Sedangkan nilai tegangan geser rata-rata
sebanyak 348,462 Mpa.

BAB 5
KAYU
74

1.
2.
3.
4.
5.
5.1. PENDAHULUAN
Kayu merupakan suatu elemen konstruksi yang mudah didapat dan
tersedia dalam jumlah yang relatif banyak. Kekuatan kayu unyuk menahan
gaya tarik. Desak maupun geser yang cukup tinggi mengakibatkan kayu
banyak dipergunakan dalam bagian konstruksi. Kayu mempunyai mechanical
property yang sangat bervariasi dan hampir selalu berbeda. Beda untuk kayu
yang berasal dari satu bagian pohon dibandingkan yang berasal dari bagian
lain dari pohon yang sama.
Kayu mempunyai kuat tarik tertinggi untuk arah sejajar (pararel) arah
serat atau arah aksial, dibanding kuat tarik tegak serat. Demikian juga kuat
tekannya. Kemampuan kayu menahan gaya tekan sejajar (pararel) arah serat
juga tergantung kemampuan sel-sel kayu untuk menahan tekuk (buckling) ,
pada saat beban ditingkatkan microscopic buckling yang terjadi pada dinding-
dinding sel akan menentukan titik terjadinya failure atau pecahnya kayu.
Sedangkan dalam menahan gaya geser, kayu mempunyai kekuatan yang tinggi
dalam menahan gaya geser tegak lurus (perpendicular) arah serat. Pada kayu
umumnya terjadi failure sudah terjadi sebelum terjadinya failure karena tegak
lurus arah serat.
1. Rumus yang dipakai
Pmaks
a. Tegangan tarik maksimum =
A
Bo−Bi
b. Kadar air = x 100%
Bo
Bo
c. Berat jenis kering udara =
Vo
B1
d. Berat jenis kering oven =
V1
75

3.P. L
e. Kuat lentur benda uji =
2. b . h2
2. Keterangan :
a. P = Beban uji maksimum
b. L = Jarak tumpuan
c. b = Lebar benda uji
d. h = Tinggi benda uji
e. Pmaks = Beban
f. A = Luas penampang
g. B0 = Berat sebelum oven
h. B1 = Berat setelah oven
i. V0 = Volume sebelum oven
j. V1 = Volume setelah oven

5.2. PENGUJIAN KUAT DESAK KAYU


5.2.1. Maksud dan Tujuan
Maksud : Sebagai pegangan dalam praktikum pengujian desak
kayu searah serat.
Tujuan : Agar dapat mengetahui tentang cara pengujian serta
memahami klarifikasi kelas/mutu yang antara lain dapat
mengetahui kuat desak, modulus elastis, modulus kenyal, kadar
air/kadar legas, berat jenis kering udara, berat jenis kering oven,
presentase kayu teras, kayu gubal, dan garis lingkaran tahun
5.2.2. Alat
1. Mesin uji tekan
2. Jangka sorong
3. Alat khusu desak kayu (ekstensometer)
4. Stopwatch
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
6. Penggaris siku
7. Gergaji
8. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
5.2.3. Bahan
76

Potongan kayu dengan dimensi dan bentuk tertentu yang


sudah dibuat sesuai dengan standar pengujian.

5.2.4. Prosedur Pengujian


1. Siapkan benda uji dan amati apakah terdapat bagian yang cacat.
2. Ukur dimensi benda uji.
3. Beri tanda untuk memudahkan pemasangan alat regangan.
4. Benda uji siap dipasang pada alat uji.
5. Lakukan pengujian dengan dipandu teknisi atau asisten dengan
mencatat semua data hasil uji.
6. Potonglah sebagian benda uji kayu yang tidak rusak, setelah itu
dirapikan dengan amplas untuk memperjelas pengamatan gelang
tahun.
7. Timbang dan ukur dimensi potongan kayu tersebut dan hitunglah
panjang, lebar, tinggi, tangensial, radial dan aksial.
8. Masukkan potongan-potongan kayu ke dalam oven.
9. Setelah 24 jam, keluarkan potongan kayu dan letakkan dalam
desikator untuk mendinginkan agar benda uji tidak berubah
beratnya.
10. Timbang dan ukur benda uji potngan kayu.
5.2.5. Hasil Pengujian
1. Kayu jenis = Kamper
2. Presentase kayu teras = 70%
3. Presentase kayu gubal = 30%
4. Gelang tahun = 3 buah
5. Cacat kayu = tidak ada
6. Panjang benda uji = 23 cm
7. Tinggi benda uji = 6.45 cm
8. Lebar benda uji = 4.55 cm
9. Beban desak maksimal = 134,9 kgf
10. Waktu pengujian = 2 menit 41 detik
77

Tabel 5.1 Ukuran Sampel Uji Kuat Desak Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 6,4 cm 6 cm
Lebar 4,5 cm 4,35 cm
Tinggi 2,25 cm 2 cm
Garis tangensial 4,3 cm 3,9 cm
Garis radial 4,1 cm 3,9 cm
Garis aksial 1,75 cm 1,7 cm
Berat 50 gr 41 gr

Tabel 5.2 Tegangan-Regangan Kuat Desak Kayu


beban beban Lo Ao Tegangan
(Kn) (N) dial ΔL (mm) (mm2) (σ ) Regangan ε Ԑ terkoreksi
5 5000 0 0 100,4 2934,75 1,7037226 0 0,09
10 10000 0 0 100,4 2934,75 3,4074453 0 0,09
15 15000 0 0 100,4 2934,75 5,1111679 0 0,09
20 20000 0 0 100,4 2934,75 6,8148905 0 0,09
25 25000 0 0 100,4 2934,75 8,5186132 0 0,09
0,00996015 0,099960159
30 30000 1 1 100,4 2934,75 10,222334 9
0,01992031 0,109920319
35 35000 2 2 100,4 2934,75 11,926058 9
0,02988047 0,119880478
40 40000 3 3 100,4 2934,75 13,629781 8
0,04482071 0,134820717
45 45000 4,5 4,5 100,4 2934,75 15,333504 7
50 50000 7 7 100,4 2934,75 17,037226 0,06972111 0,159721116
78

6
0,07968127 0,169681275
55 55000 8 8 100,4 2934,75 18,740949 5
0,08964143 0.179641434
60 60000 9 9 100,4 2934,75 20,444672 4
0,10458167 0,194581673
65 65000 10,5 10,5 100,4 2934,75 22,148394 3
0,11952191 0,209521912
70 70000 12 12 100,4 2934,75 23,852117 2
0,12948207 0,219482072
75 75000 13 13 100,4 2934,75 25,555839 2
0,14442231 0.234422311
80 80000 14,5 14,5 100,4 2934,75 27,259562 1
0,18426294 0,274262948
85 85000 18,5 18,5 100,4 2934,75 28,963285 8
0,19422310 0,284223108
90 90000 19,5 19,5 100,4 2934,75 30,667007 8
0,19920318 0,289203187
95 95000 20 20 100,4 2934,75 32,370731 7
0,21912350 0,309123506
100 100000 22 22 100,4 2934,75 34,074453 6
0,23904382 0,329043825
105 105000 24 24 100,4 2934,75 35,778175 5
0,24900398 0,339003984
110 110000 25 25 100,4 2934,75 37,481898 4
0,27888446 0,368884462
115 115000 28 28 100,4 2934,75 39,185621 2
0,28884462 0,378844622
120 120000 29 29 100,4 2934,75 40,889343 2
125 125000 32 32 100,4 2934,75 42,593066 0,3187251 0,4087251
0,34362549 0,433625498
130 130000 34,5 34,5 100,4 2934,75 44,296789 8
79

0,44820717 0,538207171
135 135000 45 45 100,4 2934,75 46,000511 1
130 130000 49 49 100.4 2934.75 44.296788 0.48804780 0.578047809
9
125 125000 49 49 100.4 2934.75 42.593066 0.48804780 0.578047809
9
120 120000 49 49 100.4 2934.75 40.889343 0.48804780 0.578047809
9
115 115000 49 49 100.4 2934.75 39.185621 0.48804780 0.578047809
9
110 110000 49 49 100.4 2934.75 37.481898 0.48804780 0.578047809
9

5.2.6. Analisis Pengujian


1. Perhitungan kuat desak maksimum
Pmaks
Kuat desak maksimum =
A
13490 x 9,81
=
2934,75
= 45,093 Mpa
2. Perhitungan kadar air
Bo−Bi
Kadar air = x 100%
Bo
50−41
= x 100%
50
= 18%
3. Perhitungan berat volume kering udara
Bo
Berat volume kering udara =
Vo
50
=
64.8
= 0,771 kg/cm
4. Perhitungan berat volume kering oven
80

Bi
Berat volume kering oven =
Vi
41
=
52,2
= 0,785 kg/cm2
5. Perhitungan penyusutan tangensial
LTangensialo −LTangensiali
Penyusutan tangensial = x
LTangensial o
100%
4,3−3,9
= x 100%
4,3
= 9,30 %
6. Perhitungan penyusutan Aksial
Laksialo −Laksiali
Penyusutan aksial = x 100%
Laksial o
1,75−1.7
= x 100%
1,75
= 2.85 %
7. Perhitungan tegangan dan regangan
P
Tegangan (τ ) =
Ao
10000
=
2934,75
= 3,407 Mpa
∆L
Regangan (∈) =
Lo
0.005
=
100.4
= 0,00004980 , dan seterusnya
8. Modulus elastis
σ2
Modulus elastis =
∈2
13,629
=
0,029 x 10−2
= 46996,55 Mpa
81

9. Tegangan
σ
2
= τ maks x 0.4
= 54,51912429x 0,4
= 21,80
10. Koreksi
σ 1−σ 2 σ
=
∈1−∈ 2
∈1 ± x
23,852−13,62 23,852
=
0,119−0,029 0,119 ± x
10,223 23,852
=
0,09 0.119 ± x
23,852
113,588 =
0.119 ± x
113,588 ± x = 0,2099
X = 0,090
5.2.7. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah nilai gelang tahun
sebanyak 3 buah, kuar desak maksimum adalah 45,093 Mpa, nilai
kadar air sebanyak 18%, berat volume kering udara sebanyak
0,771 kg/cm2, berat kering oven adalah 0,785 kg/cm2. Perhitungan
nilai modulus elastis adalah 46996,55 Mpa, dan nilai koreksi
adalah 0,090.

5.3. PENGUJIAN KUAT GESER KAYU


5.3.1. Maksud dan Tujuan
Maksud: Sebagai pegangan dalam praktikum pengujian geser kayu
searah serat di laboratorium
Tujuan: Agar dapat mengetahui tentang cara pengujian serta
memahami klasifikasi kelas/mutu kayu yang antara lain dapat
mengetahui kuat geser, kadar air/kadar legas, berat jenis kering
udara, berat jenis kering oven, persentase kayu teras dan kayu
gumbal, serta garis lingkaran tahun.
5.3.2. Alat
82

1. Mesin UTM merk shimadzu kapasitas 30 ton atau mesin tekan


merk Ele tipe ADR 3000 kapasitas 3000 Kn
2. Jangka sorong
3. Alat khusus geser kayu
4. Stopwatch
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu maks. 250oc
6. Penggaris siku
7. Gergaji
8. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
5.3.3. Bahan
Benda uji berupa potongan kayu dengan dimensi dan bentuk
tertentu yang sudah dibuat sesuai dengan standar pengujian.
5.3.4. Prosedur Pengujian
1. Siapkan benda uji dan cermati kayu bila ada yang cacat
2. Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong
3. Potong sebagian benda uji kayu yang tidak rusak, dan dirapikan
dengan amplas untuk memudahkan pengamatan gelang tahun
4. Timbang dan ukur dimensi kayu potong tersebut
5. Masukkan benda uji ke dalam oven selama 24 jam
6. Setelah 24 jam, keluarkan benda uji dan ukur kayu tersebut
5.3.5. Hasil Pengujian
1. Kayu jenis = Kamper
2. Persentase kayu teras = 20%
3. Persentase kayu gumbal = 80%
4. Gelang tahun = 3 buah
5. Cacat-cacat kayu = Tidak ada
6. Panjang benda uji = 6,11 cm
7. Lebar benda uji = 4,83 cm
8. Luas benda uji = 22.275 cm

Tabel 5.3 Ukuran Sampel Uji Kuat Geser Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 5,5 cm 5,3 cm
83

Lebar 1,9 cm 1,8 cm


Tinggi 5,4 cm 5,35 cm
Garis tangensial 3,2 cm 3 cm
Garis radial 1,4 cm 1,2 cm
Garis aksial 5,4 cm 5,3 cm
Berat 46 gr 38,8 gr

5.3.6. Analisis Pengujian


1. Perhitungan kuat geser maksimum
Pmaks
Kuat geser maksimum =
A
1765 x 9,81
=
2227,5
= 7,773 Mpa
2. Perhitungan kadar air
Bo−Bi
Kadar air = x 100%
Bo
46−38.8
= x 100%
46
= 15.65%
3. Perhitungan berat volume kering udara
Bo
Berat volume kering udara =
Vo
46
=
56,43
= 0,815 kg/cm
4. Perhitungan berat volume kering oven
Bi
Berat volume kering oven =
Vi
38,8
=
51,039
= 0,750 kg/cm2
5. Perhitungan penyusutan tangensial
84

LTangensialo −LTangensiali
Penyusutan tangensial = x
LTangensial o
100%
3,2−3
= x 100%
3,2
= 6.25 %

6. Perhitungan penyusutan Aksial


Laksialo −Laksiali
Penyusutan aksial = x 100%
Laksial o
5.4−5.3
= x 100%
5.4
= 1.8 %
5.3.7. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah nilai geser maksimum
adalah 7,773 Mpa. Perhitungan kadar air sebesar 15.65%, nilai
berat jenis kering udara sebesar 0,815 gr/cm 3, nilai berat jenis
kering oven adalah 0,750 gr/cm3. Penyusutan tangensial sebanyak
6.25 %, penyusutan aksial adalah 1.8 %.

5.4. PENGUJIAN KUAT TARIK KAYU


5.4.1. Maksud dan Tujuan
Maksud: Metode ini dimaksudkan sebagai panduan dalam
praktikum tarik kayu di laboratorium
Tujuan: Agar mengetahui tentang cara pengujian serta memahami
klarifikasi kelas/mutu kayu dan dapat mengetahui kuat tarik, kadar
air, berat jenis kering udara, berat jenis kering tungku, persentase
kayu teras dan kayu gubal serta lingkaran tahun (gelang tahun)
5.4.2. Alat
1. Ekstensometer
85

2. Universal Testing Machine kapasitas 30 ton merk shimadzu


3. Kapiler
4. Gergaji
5. Alat khusus tarik kayu
6. Mistar ukur
7. Stopwatch
8. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu maksimal 250oc
9. Timbangan dengan kapasitas 5000 gr atau lebih dengan ketelitian
0,1 gr
10. Spidol
5.4.3. Bahan
Potongan kayu dengan dimensi dan bentuk tertentu yang
sudah dibuat sesuai dengan standar pengujian.
5.4.4. Prosedur Pengujian
1. Alat dan benda uji disiapkan terlebih dahulu.
2. Catat jenis kayu, arah serat, kecacatan pada kayu dan persentase
kayu teras dan gubal.
3. Tentukan ukuran dengan menggunakan kaliper.
4. Kemudian benda uji dipasang pada alat khusus kuat tarik kayu.
5. Setelah itu catat beban maksimal, waktu pengujian sampai patah,
sketsa beban yang patah, arah beban.
6. Potong kayu dan ambil sampel.
7. Lalu amati gelang tahunnya, kemudian timbang potongan kayu
tersebut dan ukur dimensinya dengan kaliper.
8. Masukkan potongan kayu ke dalam oven selama 24 jam.
9. Setelah di oven, keluarkan kayu dan ukur kembali dimensinya.
5.4.5. Hasil Pengujian
1. Kayu jenis = Kamper
2. Persentase kayu teras = 35%
3. Persentase kayu gubal = 65%
4. Gelang tahun = 7 buah
5. Cacat kayu = Tidak ada
86

6. Beban tarik maksimum = 790 kgf


7. Waktu pengujian = 2 menit 22 detik

Tabel 5.4 Ukuran Benda Uji Kuat Tarik Kayu


Garis/Titik Lebar (cm) Tebal (cm) Luas (cm2)
1 2.8 2.29 6.412
2 2.6 1.75 4.55
3 2.3 1.6 3.68
4 2 1.5 3
5 1.8 1.3 2.34
6 1.65 1.3 2.145
7 1.5 1.3 1.95
8 1.3 1.25 1.625
9 1.15 1.15 1.3225
10 1.1 1.1 1.21
11 1.1 1.15 1.265
12 1.25 1.2 1.5
13 1.3 1.25 1.625
14 1.6 1.35 2.16
15 1.7 1.4 2.38
16 2 1.45 2.9
17 2.4 1.55 3.72
18 2.7 1.7 4.59
19 2.8 1.8 5.04
20 2.8 1.8 5.04

Tabel 5.5 Ukuran Sampel Uji Kuat Tarik Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 2.8 cm 2.7 cm
Lebar 1.75 cm 1.6 cm
Tinggi 1,9 cm 1.8 cm
87

Garis tangensial 2.7 cm 2.6 cm


Garis radial 1.5 cm 1.4 cm
Garis aksial 1.7 cm 1.6 cm
Berat 6 gr 5.5 gr

5.4.6. Analisis Pengujian


1. Perhitungan kuat tarik maksimum
Pmaks
Kuat tarik maksimum =
A
790
=
1.125 x 10.2
= 68,84 Mpa
2. Perhitungan kadar air
Bo−Bi
Kadar air = x 100%
Bo
6−5.5
= x 100%
6
= 8.33%
3. Perhitungan berat volume kering udara
Bo
Berat volume kering udara =
Vo
6
=
9.31
= 0,644 kg/cm
4. Perhitungan berat volume kering oven
Bi
Berat volume kering oven =
Vi
5.5
=
7.776
= 0,707 kg/cm2
5. Perhitungan penyusutan tangensial
88

LTangensialo −LTangensiali
Penyusutan tangensial = x
LTangensial o
100%
2.7−2.6
= x 100%
2.7
= 3.70 %
6. Perhitungan penyusutan Aksial
Laksialo −Laksiali
Penyusutan aksial = x 100%
Laksial o
1.7−1.6
= x 100%
1.7
= 5.882 %

7. Perhitungan penyusutan Radial


Lradial o−Lradial i
Penyusutan radial = x 100%
Lradial o
1.5−1.4
= x 100%
1.5
= 6.66 %
5.4.7. Kesimpulan
Kesimpulan dari percbaan ini adalah tegangan tarik
maksimum sebanyak 68,84 Mpa. Nilai kadar air sebanyak 8.33%.
nilai berat volume udara adalah 0,644. Berat volume kering oven
adalah 0,707. Nilai penyusutan tangensial sebanyak 3.70 %. Nilai
penyusutan radial sebanyak 6.66 %. Nilai penyusutan aksial
sebanyak 6.66 %.

5.5. PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU


5.5.1. Maksud dan Tujuan
Maksud: Sebagai pegangan dalam praktikum pengujian lentur kayu
di laboratorium
89

Tujuan: Agar dapat mengetahui tentang cara pengujian serta nilai-


nilai lentur kayu
5.5.2. Alat
1. Mesin uji lentur yang dapat memberikan beban dengan kecepatan
kontinu dalam satu kali gesekan
2. Dua buah balok tumpuan, sebagai tempak peletakan benda uji
3. Penggaris
4. Jangka sorong
5. Stopwatch
6. Amplas/kertas gosok
5.5.3. Bahan
Benda uji adalah berupa kayu berbentuk balok dengan
panjang 760 mm , lebar 50 mm, dan tinggi 50 mm.

5.5.4. Prosedur Pengujian


1. Siapkan benda uji dan amati kecacatan pada benda uji
2. Ukur dimensi benda uji
3. Beri tanda pada benda uji agar dapat memudahkan pemasangan
tumpuan dan letak kayu
4. Lakukan pengujian dengan dipandu teknisi atau asisten dengan
mencatat data hasil pengujian
5. Setelah selesai pengujian, potonglah sebagian benda uji kayu yang
tidak rusak
6. Kemudian rapikan dengan menggunakan amplas untuk
memperjelas pengamatan gelang tahun
7. Timbang dan ukur dimensi kayu yang telah dipotong
8. Setelah itu, masukkan potongan kayu yang sudah ditimbang dan
ukur ke dalam oven selama 24 jam
9. Setelah 24 jam, keluarkan benda uji
10. Kemudian, timbang dan ukur potongan kayu yang telah di oven
5.5.5. Hasil Pengujian
90

1. Kayu jenis = Kamper


2. Persentase kayu teras = 15%
3. Persentase kayu gumbal = 85%
4. Gelang tahun = 11 buah
5. Cacat-cacat kayu = Tidak ada
6. Panjang benda uji = 700 mm
7. Lebar benda uji = 5.5 cm
8. Tinggi benda uji = 4 cm
9. Panjang bentang = 600 mm
10. Berat benda uji = 1.3 kg
11. Jarak beban P ke tumpuan = 300 mm
12. Beban maksimum = 985 kgf
13. Jarak bidang retak ke tumpuan = 288 mm
14. Bentuk retakan setelah pengujian = patah tekan
15. Waktu = 6 menit 20 detik

Tabel 5.6 Ukuran Sampel Uji Kuat Lentur Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 5.4 cm 5.25 cm
Lebar 4 cm 3.9 cm
Tinggi 1.6 cm 1.5 cm
Garis tangensial 4.2 cm 4 cm
Garis radial 4.9 cm 4.7 cm
Garis aksial 1.1 cm 1 cm
Berat 2.2 gr 17.8 gr

5.5.6. Analisis Pengujian


1. Perhitungan kuat lentur
3.P. L
Kuat lentur = 2
2. b . h
3.985. 600 . 9,81
= 2
2. 40 .(55)
91

= 71.87 Mpa
2. Perhitungan penyusutan tangensial
LTangensialo −LTangensiali
Penyusutan tangensial = x
LTangensial o
100%
4.2−4
= x 100%
4.2
= 4.76 %
3. Perhitungan penyusutan Aksial
Laksialo −Laksiali
Penyusutan aksial = x 100%
Lak sial o
1.1−1
= x 100%
1.1
= 9.090 %
4. Perhitungan penyusutan Radial
Lradialo−Lradial i
Penyusutan radial = x 100%
Lradial o
4,9−4,7
= x 100%
4,9
= 4.08 %

5.5.7. Kesimpulan
Kesimpulan dari percbaan ini adalah besar kuat lentur sebesar
71,87 Mpa. Nilai penyusutan tangensial sebesar 4.76 %. Nilai
penyusutan aksial sebesar 9.090 %. Dan nilai penyusutan radial
sebesar 4.08 %.

5.6. PENGUJIAN KUAT SUSUT KAYU


5.6.1. Kadar Air Kayu
1. Maksud dan Tujuan
Maksud : sebagai pegangan dalam praktikum pengujian
susut kayu.
Tujuan : agar dapat mengetahui tentang cara pengujian serta
nilai susut dimensi kayu.
92

2. Alat
1. Gergaji kayu
2. Gergaji besi
3. Penjepit kayu
4. Amplas
5. Talam
6. Oven
7. Bahan
Benda uji yang digunakan adalah kayu.
8. Prosedur Pengujian
1. Siapkan kayu yang telah di uji.
2. Potong sebaian kayu yang masih dalam kondisi baik.Amplas
kayu untuk melihat lingkaran tahun kayu.
3. Ukur dimensi, panjang, lebar, tinggi, garis aksial, garis radial,
dan garis tangensial.
4. Jangan lupa untuk memberikan tanda menggunakan spidol.
5. Kemudian timang beratnya.
6. Setelah selesai, masukkan benda uji ke dalam oven selama 24
jam.
7. Setelah 24 jam, ambil sample benda uji kemudian ukur
kembali dimensi dari kayu tersebut dan kemudian timbang
kembali beratnya.
8. Hasil Pengujian

Tabel 5.7 Pengujian Uji Tarik Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 6,4 cm 6 cm
Lebar 4,5 cm 4,35 cm
Tinggi 2,25 cm 2 cm
Garis tangensial 4,3 cm 3,9 cm
Garis radial 4,1 cm 3,9 cm
Garis aksial 1,75 cm 1,7 cm
Berat 50 gr 41 gr
93

Tabel 5.8 Penguian Uji Geser Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 5,5 cm 5,3 cm
Lebar 1,9 cm 1,8 cm
Tinggi 5,4 cm 5,35 cm
Garis tangensial 3,2 cm 3 cm
Garis radial 1,4 cm 1,2 cm
Garis aksial 5,4 cm 5,3 cm
Berat 46 gr 38,8 gr

Tabel 5.9 Pengujian Uji Desak Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 2.8 cm 2.7 cm
Lebar 1.75 cm 1.6 cm
Tinggi 1,9 cm 1.8 cm
Garis tangensial 2.7 cm 2.6 cm
Garis radial 1.5 cm 1.4 cm
Garis aksial 1.7 cm 1.6 cm
Berat 6 gr 5.5 gr

Tabel 5.10 Pengujian Uji Lentur Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 5.4 cm 5.25 cm
Lebar 4 cm 3.9 cm
Tinggi 1.6 cm 1.5 cm
Garis tangensial 4.2 cm 4 cm
Garis radial 4.9 cm 4.7 cm
Garis aksial 1.1 cm 1 cm
Berat 2.2 gr 17.8 gr
94

9. Analisis Pengujian
1. Pengujian kuat tarik kayu
B o−B1
Kadar air = x 100 %
Bo
6−5,5
= x 100 %
6
= 8,3 %
Bo
Berat jenis kering udara =
Vo
6
=
2,8 x 1,75 x 1,9
= 0,645 gr/cm3
B1
Berat jenis kering oven =
V1
5,5
=
2,7 x 1,6 x 1,8
= 0,71 gr/cm3
2. Pengujian kuat geser kayu
B o−B1
Kadar air = x 100 %
Bo
46−38,8
= x 100 %
46
= 15,65 %

Bo
Berat jenis kering udara =
Vo
46
=
5,5 x 1,9 x 5,4
= 0,815 gr/cm3
B1
Berat jenis kering oven =
V1
38,8
=
5,3 x 1,8 x 5,35
= 0,76 gr/cm3
95

3. Pengujian kuat desak kayu


B o−B1
Kadar air = x 100 %
Bo
50−41
= x 100 %
50
= 18%
Bo
Berat jenis kering udara =
Vo
50
=
6,4 x 4,5 x 2,25
= 0,958 gr/cm3
B1
Berat jenis kering oven =
V1
41
=
6 x 4,35 x 2
= 0,785 gr/cm3
4. Pengujian kuat lentur kayu
B o−B1
Kadar air = x 100 %
Bo
22−17,8
= x 100 %
22
= 19,09%
Bo
Berat jenis kering udara =
Vo
22
=
5,4 x 3 x 1.6
= 0,85 gr/cm3

B1
Berat jenis kering oven =
V1
17,8
=
3,25 x 3,9 x 1,5
= 0,936 gr/cm3

5. Kesimpulan
96

Dari pengujian susut kadar air kayu, didapatkan hasil sebagai


berikut:
a. Pengujian kuat tarik kayu, didapatkan hasil penyusutan
kadar air sebesar 8,3 %, berat jenis kering udara sebesar
0,645 gr/cm3, dan berat jenis kering sebesar 0,71 gr/cm3
b. Pengujian kuat geser kayu, didapatkan hasil penyusutan
kadar air sebesar 15,65 %. berat jenis kering udara sebesar
0,815 gr/cm3, dan berat jenis kering sebesar 0,76 gr/cm3.
c. Pengujian kuat desak kayu, didapatkan hasil penyusutan
kadar air sebesar 18 %,berat jenis kering udara sebesar
0,958 gr/cm3, dan berat jenis kering sebesar 0,785 gr/cm3.
d. Pengujian kuat lentur kayu, didapatkan hasil penyusutan
kadar air sebesar 19,09 %,berat jenis kering udara sebesar
0,85 gr/cm3, dan berat jenis kering sebesar 0,936 gr/cm3.

5.6.2. Dimensi Kayu


1. Maksud dan Tujuan
Maksud : sebagai pegangan dalam praktikum pengujian
susut kayu.
Tujuan : agar dapat mengetahui tentang cara pengujian serta
nilai susut dimensi kayu.
2. Alat
1. Gergaji kayu
2. Gergaji besi
3. Penjepit kayu
4. Amplas
5. Talam
6. Oven
7. Bahan
Benda uji yang digunakan adalah kayu.
8. Prosedur Pengujian
1. Siapkan kayu yang telah di uji.
97

2. Potong sebaian kayu yang masih dalam kondisi baik.Amplas


kayu untuk melihat lingkaran tahun kayu.
3. Ukur dimensi, panjang, lebar, tinggi, garis aksial, garis radial,
dan garis tangensial.
4. Jangan lupa untuk memberikan tanda menggunakan spidol.
5. Kemudian timang beratnya.
6. Setelah selesai, masukkan benda uji ke dalam oven selama 24
jam.
7. Setelah 24 jam, ambil sample benda uji kemudian ukur
kembali dimensi dari kayu tersebut dan kemudian timbang
kembali beratnya.
9. Hasil Pengujian

Tabel 5.11 Pengujian Uji Tarik Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 6,4 cm 6 cm
Lebar 4,5 cm 4,35 cm
Tinggi 2,25 cm 2 cm
Garis tangensial 4,3 cm 3,9 cm
Garis radial 4,1 cm 3,9 cm
Garis aksial 1,75 cm 1,7 cm
Berat 50 gr 41 gr

Tabel 5.12 Pengujian Uji Geser Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 5,5 cm 5,3 cm
Lebar 1,9 cm 1,8 cm
Tinggi 5,4 cm 5,35 cm
Garis tangensial 3,2 cm 3 cm
98

Garis radial 1,4 cm 1,2 cm


Garis aksial 5,4 cm 5,3 cm
Berat 46 gr 38,8 gr

Tabel 5.13 Pengujian Uji Desak Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 2.8 cm 2.7 cm
Lebar 1.75 cm 1.6 cm
Tinggi 1,9 cm 1.8 cm
Garis tangensial 2.7 cm 2.6 cm
Garis radial 1.5 cm 1.4 cm
Garis aksial 1.7 cm 1.6 cm
Berat 6 gr 5.5 gr

Tabel 5.14 Penguian Uji Lentur Kayu


Dimensi Sebelum di oven Sesudah di oven
Panjang 5.4 cm 5.25 cm
Lebar 4 cm 3.9 cm
Tinggi 1.6 cm 1.5 cm
Garis tangensial 4.2 cm 4 cm
Garis radial 4.9 cm 4.7 cm
Garis aksial 1.1 cm 1 cm
Berat 2.2 gr 17.8 gr
L. tangeno−L .tangen 1
Penyusutan tangensial = x 100%
L . tangen0
2.7−2.6
= x 100%
2.7
= 3.70 %
L. radial o−L .radial 1
Penyusutan radial = x 100%
L . radial0
1.5−1.4
= x 100%
1.5
= 6.66 %
99

L. aksial o−L . aksial 1


Penyusutan aksial = x 100%
L .aksial 0
1.7−1.6
= x 100%
1.7
= 5.882 %
2. Pengujian kuat geser kayu
L. tangeno−L .tangen 1
Penyusutan tangensial = x 100%
L . tangen0
3,2−3
= x 100%
3,2
= 6.25 %
L. radial o−L .radial 1
Penyusutan radial = x 100%
L . radial0
1,4−1,2
= x 100%
1.4
= 14,29%
L. aksial o−L . aksial 1
Penyusutan aksial = x 100%
L .aksial 0
5.4−5.3
= x 100%
5.4
= 1.8 %
3. Pengujian kuat desak kayu
L. tangen o−L .tangen 1
Penyusutan tangensial = x 100%
L . tangen0
4,3−3,9
= x 100%
4,3
= 9,30 %

L. radial o−L .radial 1


Penyusutan radial = x 100%
L . radial0
4,1−3,9
= x 100%
4,1
= 4,878%
L. aksial o−L . aksial 1
Penyusutan aksial = x 100%
L .aksial 0
100

1,75−1.7
= x 100%
1,75
= 2.85 %
4. Pengujian kuat lentur kayu
L. tangen o−L .tangen 1
Penyusutan tangensial = x 100%
L . tangen0
4.2−4
= x 100%
4.2
= 4.76 %
L. radial o−L .radial 1
Penyusutan radial = x 100%
L . radial0
4,9−4,7
= x 100%
4,9
= 4.08 %
L. aksial o−L . aksial 1
Penyusutan aksial = x 100%
L .aksial 0
1.1−1
= x 100%
1.1
= 9.090 %
5. Kesimpulan
Dari pengujian susut dimensi kayu, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Pengujian kuat tarik kayu, didapatkan hasil penyusutan
tangensial sebesar 3.70 %, radial sebesar 6.66 %, dan aksial
sebesar 5.882 %.
2. Pengujian kuat geser kayu, didapatkan hasil penyusutan
tangensial sebesar 1.8 %,radial sebesar 14,29%, dan aksial
sebesar 6.25 %.
3. Pengujian kuat desak kayu, didapatkan hasil penyusutan
tangensial sebesar 9,30 %,radial sebesar 4,878%, dan aksial
sebesar 2.85 %.
4. Pengujian kuat lentur kayu, didapatkan hasil penyusutan
tangensial sebesar 4.76 %,radial sebesar 4.08 %, dan aksial
sebesar 9.090 %.
101

BAB 6
SIMPULAN

6.1 SIMPULAN
102

Dari hasil perkuliahan dan pelaksanaan praktikum teknologi bahan konstruksi


(TBK) dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui ilmu dan pengetahuan tentang bahan-bahan
konstruksi.
2. Dapat mengetahui jenis-jenis bahan konstruksi yang baik.
6.2 SARAN
Adapun saran dari kami diantaranya adalah sebgai berikut :
1. Kurangnya peralatan di laboratorium menyebabkan hambatan dalam
pelaksanaan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai