Disusun Oleh:
Yunizar Dwi Cahya Nugroho G4A016128
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Yunizar Dwi Cahya Nugroho G4A016128
2
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
3
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang Perempuan
berusia 45 tahun yang datang ke Puskesmas I Sumpiuh. Pasien ini datang dengan
keluhan kepala terasa pusing, leher kaku dan mual.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. H
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Penghasilan/bulan : Rp 1.000.000 s.d. Rp 1.500.000
Alamat : Desa Kuntili RT 01/ RW 02
Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas
Pengantar (Pasien) : Pasien diantar oleh suaminya
Tanggal Periksa : 11 Desember 2018
4
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Perempuan, usia 45 tahun, datang ke Puskesmas I Sumpiuh
karena mengeluh kepala pusing senut-senut yang dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Pasien mengaku keluhan sudah dirasakan sejak 2 tahun terakhir. Kadang
terasa memberat saat beraktivitas dan membaik jika pasien beristirahat. dua
hari terakhir ini pasien mengeluhkan kepala terasa semakin pusing senut-
senut. Pasien juga mengeluhkan leher terasa kaku dan perut terasa mual.
Pasien mengaku BAK dan BAB normal, tidak ada sesak nafas, nyeri dada,
maupun kelemahan anggota gerak.
5
6. Riwayat Sosial dan Exposure
- Community : Pasien dalam kesehariannya tinggal dalam lingkungan
keluarga yang di dalamnya hanya tinggal bersama
dengan 1 orang suaminya, dan 2 orang anaknya.
- Home : Rumah luasnya berukuran 4 x 10 m, memiliki
ventilasi udara seperti lubang angin, cahaya matahari
yang masuk ke rumah kurang, lantai rumah terbuat
dari ubin. Kebersihannya tidak dijaga dengan baik. Atap
rumah terbuat dari genteng, dinding terbuat dari
semen. Tingkat kelembapan rumah dikatakan cukup
lembap. Rumah pasien terdiri dari 3 kamar tidur, 1
WC, dapur, ruang tamu, ruang keluarga. Sumber air
bersih berasal dari sumur di rumah pasien. Antara
rumah pasien dan rumah tetangga cukup dekat
Lingkungan. Pasien didapurnya memasak kompor gas.
- Hobby : Tidak memiliki hobi tertentu
- Occupational : keseharian pasien adalah ibu rumah tangga.
- Personal habit : awalnya pasien senang makan yang berbumbu asin,
goreng-gorengan, sayur bersantan, dan pasien jarang
berolahraga.
- Diet : Pasien masih mengkonsumsi makanan asin, dan
gorengan dengan pola makan 3x sehari.
- Drug : pasien mulai mengkonsumsi obat antihipertensi yaitu
amlodipin 5mg 1x sehari dan obat golongan Selective
Estrogen Reseptor Modulator yaitu tamoxifen 10mg
sehari 2 tablet .
7. Riwayat Gizi :
Pasien setiap harinya selalu makan di rumah. Makanan sehari – hari yaitu
nasi, lauk pauk yang di goreng dan sayur yang seringnya direbus. Pasien
makan teratur 2-3 kali sehari, jarang sekali makan buah-buahan.
6
8. Riwayat Psikologi
Pasien mengaku stress karena ekonomi keluarganya pas-pasan.
9. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah. Pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai supir,
sedangkan anak pertama pasien bekerja sebagai karyawan pabrik. Pasien dan
keluarganya merupakan menggunakan BPJS mengakses pelayanan kesehatan.
10. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya cukup harmonis. Pasien sejak
awal menikah dengan suaminya tinggal dirumah itu hingga sekarang
11. Riwayat Sosial
Pasien masih dapat melakukan aktivitas. Pasien masih aktif mengikuti
kegiatan RT/RW.
12. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : kepala pusing senut-senut
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : pusing
d. Leher : terasa kencang
e. Mata : tidak ada keluhan
f. Hidung : tidak ada keluhan
g. Telinga : tidak ada keluhan
h. Mulut : tidak ada keluhan
i. Tenggorokan : tidak ada keluhan
j. Pernafasan : tidak ada keluhan
k. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
l. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
m. Sistem Saraf : tidak ada keluhan
n. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
o. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
p. Ekstremitas Atas : tidak ada keluhan
7
Bawah : tidak ada keluhan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU/ KES
Sedang, kesadaran compos mentis.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 210/110 mmHg
b. Nadi : 100 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernafasan : 18 x/menit, reguler
d. Suhu : 36,9 oC
3. Status gizi
a. BB : 61 kg
b. TB : 155 cm
c. IMT : 25,4
d. Kesan status gizi : overweight
4. Kulit
Kulit dalam batas normal.
5. Kepala
Kepala dalam batas normal.
6. Mata
Konjungtiva , sklera , kornea, pupil, iris dalam batas normal, suprasilia madarosis.
Visus pasien adalah 6/6.
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), massa
(-)
8. Mulut
Bagian dalam mulut dalam batas normal.
9. Telinga
Telinga luar, tengah, dalam dalam batas normal
10. Tenggorokan
Tonsil , dan pharing dalam batas normal
8
11. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-),
JVP 5+2 cmH2O
12. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-), mammae dekstra post
eksisi (+)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V 1 jari lateral LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo :
1) Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
2) Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen
I : dinding perut cembung
A : bising usus (+) normal
9
Per : timpani
Pal : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
14. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Pal : nyeri tekan (-)
15. Ektremitas: palmar eritema (-/-)
bengkak - -
- -
Sistem genetalia: dalam batas normal
16. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -
17. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Insight : baik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan kolesterol, dan GDS
2. Pemeriksaan urin rutin
3. Pemeriksaan EKG
10
F. RESUME
Pasien Perempuan, usia 45 tahun, datang ke Puskesmas I Sumpiuh
karena mengeluh kepala pusing senut-senut yang dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Pasien mengaku keluhan sudah dirasakan sejak 2 tahun terakhir. Kadang
terasa memberat saat beraktivitas dan membaik jika pasien beristirahat. dua
hari terakhir ini pasien mengeluhkan kepala terasa semakin pusing senut-
senut. Pasien juga mengeluhkan leher terasa kaku dan perut terasa mual.
Pasien mengaku BAK dan BAB normal, tidak ada sesak nafas, nyeri
dada, maupun kelemahan anggota gerak.
Pasien mengaku menderita hipertensi sejak 10 tahun dan tidak rutin
kontrol. Pasien hanya minum obat ketika keluhan dirasa memberat sepulangnya
dari puskesmas.
Pasien memiliki kebiasaan senang makan yang berbumbu asin, goreng-
gorengan, sayur bersantan. Pasien jarang berolahraga.
Pasien mengaku stress karena ekonomi keluarganya pas-pasan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, status gizi overweight. TD : 210/110 mmHg, N : 100 x/menit,
irama regular, RR : 18 x/menit, S : 36,9oC. Mammae dekstra post eksisi.
Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Idea : Pasien ingin memeriksakan dirinya dengan kepala terasa
pusing senut-senut.
Concern : Pasien merasakan penyakitnya sekarang mengganggu
aktivitas sehari-hari dan pekerjaannya
Expectacy : Pasien mempunyai harapan agar keluhannya menghilang dan
tekanan darahnya normal.
Anxiety : Pasien khawatir jika tekanan darah tinggi dapat menimbulkan
penyakit lain seperti stroke dan penyakit jantung.
11
2. Aspek Klinis
Diagnosa : Hipertensi Urgensi
Gejala klinis yang muncul : kepala pusing senut senut, leher belakang
cengeng, mual
Diagnosis Banding : Hipertensi Emergensi
Diagnosis Penyerta : riw CA mammae, overweight
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Ayah kandung pasien
menderita hipertensi
b. Usia pasien 45 tahun
c. Jenis kelamin pasien
perempuan
d. Pasien senang
mengkonsumsi makanan asin, gorengan, makanan ber santan
e. Pasien jarang berolahraga
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pendidikan Ny. H hanya sampai SMP
b. Pasien stress karena ekonomi keluarganya pas-pasan.
c. Rumah pasien tidak memenuhi kriteria rumah sehat
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien dapat merawat diri dan
melakukan pekerjaan ringan.
Kemampuan dalam
menjalani kehidupan
Skala Akltivitas Menjalankan
untuk tidak
Fungsional Fungsi
tergantung pada orang
lain
Skala 1 Mampu melakukan pekerjaan Perawatan diri, bekerja
seperti sebelum sakit (tidak ada di dalam dan di luar
kesulitan) rumah (mandiri)
12
Skala 2 Mampu melakukan pekerjaan Mulai mengurangi
ringan sehari-hari di dalam dan aktivitas kerja
di luar rumah (sedikit kesulitan) (pekerjaan kantor)
Skala 3 Mampu melakukan perawatan Perawatan diri masih
diri, tetapi mampu melakukan bisa dilakukan, hanya
pekerjaan ringan (beberapa mampu melakukan kerja
kesulitan) ringan
Skala 4 Dalam keadaan tertentu, masih Tidak melakukan
mampu merawat diri, namun aktivitas kerja,
sebagian besar pekerjaan hanya tergantung pada
duduk dan berbaring (banyak keluangan
kesulitan)
Skala 5 Perwatan diri dilakukan orang Tergantung pada pelaku
lain, tidak mampu berbuat apa- rawat
apa, berbaring pasif
H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Aspek kuratif
a) Initial Plan
Pemeriksaan profil lipid, dan GDS, GDP, GD2PP,HBA1C
Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan EKG
b) Medikamentosa
p.o amlodipin 5 mg 1x1 tab
p.o furosemid 1x1 tab
p.o betahistin 3x1 tab
c) Non Medikamentosa
Diet rendah garam
Tirah baring
13
Dukungan psikologis keluarga agar pasien tidak stress
d) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
- Edukasi pasien tentang penyebab dan komplikasi hipertensi
- Edukasi bahwa hipertensi penyakit yang tidak dapat disembuhkan
namun dapat dikontrol.
- Edukasi untuk melanjutkan diet pengaturan pola makan.
b. Aspek Preventif
a) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai hipertensi
b) Pola diet sehat (kurangi makanan yang mengandung garam dan
kolesterol)
c) Pola hidup sehat (olah raga) 3 kali seminggu durasi 30 menit.
d) Hindari stress
c. Aspek Promotif
a) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai hipertensi dapat
dikontrol
b) Pola diet sehat (kurangi makanan yang mengandung garam dan
kolesterol)
c) Pola hidup sehat (olah raga)
d) Hindari stress
d. Aspek Rehabilitatif
Monitoring terhadap keadaan umum, tanda vital terutama tekanan darah,
kemajuan terapi kemajuan dan efek samping obat. Selain itu, berikan
informasi diet yang sesuai, hindari stress dan olah raga teratur.
2. Keluarga
a. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai definisi
hipertensi, etiologi, faktor resiko, tanda dan gejala, penatalaksanaan,
pencegahan, komplikasi, prognosis.
b. Melakukan skrining terhadap anggota keluarga tentang penyakit hipertensi
c. Melakukan pola hidup sehat
14
d. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk mengawasi kepatuhan minum
obat pasien
e. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian penyakit pasien.
f. Memberikan edukasi tentang manajemen stress.
3. Komunitas
a. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai definisi
hipertensi, etiologi, faktor resiko, tanda dan gejala, penatalaksanaan,
pencegahan, komplikasi, prognosis
b. Melakukan pola hidup sehat
c. Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis terhadap
pasien mengenai penyakitnya.
d. Memberikan edukasi tentang manajemen stress.
I. FOLLOW UP
Jum’at, 15 Desember 2018 pukul 07.00
S : kepala pusing, leher cengeng , mual berkurang
O :
KU/kesadaran : sedang/komposmentis
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Nadi : 115 x/menit, reguler
Suhu : 36,5 0 C
RR : 20 x/menit
A : Hipertensi Urgensi
P : terapi medikamentosa, non medikamentosa dilanjutkan
15
J. Flow Sheet
Nama : Ny. H
Usia : 45 tahun
Tabel 2.2 Flow Sheet
No Tanggal Problem Tanda Vital Planning Target
1 15/12/2018 Kepala TD:180/110 Pemeriksaan Tekanan
Pukul 07.00 pusing,leher mmHg tekanan darah secara darah turun
cengeng ,pe Nadi:115 berkala
rut mual x/menit Inj Furosemid 1x1 amp
berkurang Suhu:36,5 0 C PO amlodipin 1x5 mg
RR:20 PO betahistin 3x6mg
x/menit
16
K. Master of Problem List
Tabel 2.3. Master Problem List
MASTER PROBLEM LIST
No Approx. Date Active Inactive/ Date
Date of Problem Problems Resolved Resolved
Onset Recorded Problems
1. 15 Desember 15 Hipertensi Kepala pusing, 15
2008 Desember leher cengeng, Desember
2018 perut mual 2018
17
BAB III.
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari suami pasien (Tn. S, 43 tahun), pasien sebagai
istri (Ny. H, 45 tahun), dan 2 anak pasien masing-masing berusia 21 tahun,
dan 14 tahun. Pasien tinggal serumah dengan kedua anaknya. Komunikasi
dengan suami dan anak-anak relatif baik. Pekerjaan pasien keseharian
adalah ibu rumah tangga.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin baik. Pasien
berhubungan baik dengan suami dan kedua anaknya.
3. Fungsi Sosial
Pasien sebagai seorang ibu rumah tangga. Pasien aktif mengikuti
kegiatan RT/RW/ dan Pengajian
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga Ny. H bersumber dari suami pasien yang bekerja
sebagai seorang supir yaitu sebesar <Rp. 1.500.000 dan termasuk ekonomi
menengah kebawah.
Kesimpulan :
Bentuk keluarga Ny. H adalah nuclear family. Keluarga Ny.H adalah
keluarga yang harmonis, dan merupakan keluarga dengan perekonomian
menengah kebawah. Ny.H aktif dilingkunga sekitar rumahnya.
B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan dukungan
berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu masalah pasien
menceritakan kepada suaminya. Terkadang pasien juga menceritakan masalahnya
kepada anak-anaknya.
18
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain. Setiap ada permasalahan didiskusikan
bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan suami dan anggota
keluarga lainnya yaitu anak-anaknya berjalan dengan baik.
GROWTH
Pasien merasa bersyukur masih dapat mengurusi kebutuhan rumah
tangganya. Antar anggota keluarga selalu mendukung pasien.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan suami dan
anak-anaknya berjalan baik. Pasien merasa anak-anaknya perhatian dengan
penyakit yang diderita ibunya.
Pasien cenderung bercerita jika ada sesuatu yang mengganjal dihati.
Pasien selalu menyampaikan keluhan yang dirasakannnya selama ini kepada
suami dan anak anak pasien.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien relatif baik, baik dari
keluarga maupun dari saudara-saudara.
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R
Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata
untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-
4 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian A.P.G.A.R.
Tabel 3.1. Nilai APGAR dari Ny.H (Pasien)
A.P.G.A.R Ny. H Hampir Kadang- Hampir
selalu kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
19
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan √
saya membagi waktu bersama-sama
Total nilai skor APGAR Ny. H adalah 9
20
Dalam komunikasi sehari-hari, pasien dan suaminya termasuk suka
berkomunikasi yang disempatkan setelah suami pulang kerja. Jika ada masalah,
pasien mendiskusikannya dengan suami dan terkadang dengan anak pertama nya.
Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah
18, sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 9. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada dalam
keadaan baik.
21
2. Economic (+) artinya bahwa keluarga pasien kurang memilki penghasilan
yang cukup sehingga berpengaruh terhadap penyakit pasien
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ny. H fungsi patologis yang positif adalah fungsi edukasi
22
D. Family Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: CA otak
: pasien
23
E. Pola Interaksi Keluarga
Tn. S
Ny. H Sdr. A
Sdr. N
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ny. H dinilai baik
24
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
25
Ekonomi :
Faktor ekonomi
didapaptkan
ekonomi keluarga
pasien menengah
kebawah
Lingkungan: Pengetahuan :
Faktor lingkungan Pengetahuan pasien
didapatkan Keadaan dan keluarganya
dan kebersihan Keluarga Ny. H mengenai hipertensi
lingkungan rumah tidak kurang.
sehat
Faktor individu
Pendidikan :
Pasien termasuk dalam
Latar pendidikan
orang yang memiliki
kurang sehingga
stres
mempengaruhi
pengetahuan
Sikap tentang penyakit
Pasien sering
mengkonsumsi makanan
asin, gorengan dan Keturunan:
bersantan Terdapat penyakit
hipertensi pada
keluarga kandung
Tindakan:
pasien (Bapa dan
Aktivitas pekerjaan
saudara perempuan)
pasien sebagai ibu
rumah tangga dan
jarang berolahraga
Keterangan :
= Faktor Perilaku
= Faktor Non-Perilaku
26
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal di Desa Kuntili RT.01/RW.02, Kecamatan Sumpiuh.
Pasien tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari tembok. Luas rumahnya
yaitu 4 x 10 m2. Jumlah penghuni rumah 4 orang. Lantai rumah pasien
terbuat dari lantai ubin dan plester semen. Dinding rumah terbuat dari
tembok, atap menggunakan genteng. Rumah pasien memiliki 3 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, mushola, WC, dapur dan gudang
penyimpanan barang. Sumber air yang didapat berasal dari sumur di
rumah pasien. Rumah yang dihuni keluarga ini memiliki ventilasi udara
yang cukup, sirkulasi udara kurang, pencahayaan kurang baik, dan
kebersihanya juga kurang dijaga dengan baik.
Komponen rumah sehat meliputi:
a. Langit-langit
Pada rumah Ny. H seluruh ruangan sebagian terdapat langit-langit
dan sebagian terbuat langsung dari genteng, sehingga debu mudah
terjatuh langsung ke dalam rumah Ny. H
b. Dinding
Dinding terbuat dari tembok
c. Lantai
Lantai cukup kuat untuk menahan beban di atasnya. Bahan lantai
terbuat dari ubin dan plester semen
d. Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu
Jendela dibuka pada siang hari sehingga cahaya matahari dapat
masuk dan udara dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko
penularan penyakit infeksi.
e. Ventilasi
Ventilasi terdapat di atas beberapa jendela sehingga pertukaran udara
kurang lancar dan rumah pengap.
f. Sarana pembuangan asap dapur
Pasien menggunakan kompor gas untuk memasak makanan sehari-
hari.
27
g. Pencahayaan
Pencahayaan rumah pada pagi sampai sore hari berasal dari sinar
matahari yang masuk ke dalam rumah melalui celah-celah jendela,
ventilasi atau bagian ruangan yang terbuka. Pencahayaan rumah
kurang, sehingga saat membaca huruf kecil akan terlihat samar-
samar. Pencahayaan pada malam hari berasal dari lamp neon.
Kesan: kebersihan lingkungan rumah kurang.
2. Denah Rumah
7
6 8
5 3
3 Keterangan
1. Teras
4 2. R. Tamu
3. Kamar tidur
4. R. Keluarga
5. Mushola
6. Dapur +
3 2 gudang
7. WC
8. sumur
28
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis :
Hipertensi urgensi
B. Masalah nonmedis :
1. Pasien terkadang stres karena memikirkan kebutuhan sehari hari dengan
penghasilan yang pas pasan.
2. Pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi kurang.
3. Pendidikan terakhir pasien SMP.
4. Ekonomi keluarga pasien menengah kebawah.
5. Riwayat penyakit keluarga, terdapat keluarga pasien yang menderita
hipertensi yaitu ayah dan kakak pasien.
6. Lingkungan tempat tinggal pasien dekat dengan jalan raya, sehingga
bising.
Pengetahuan kurang
Ny. H, 45 tahun
Pendidikan SMP dengan Hipertensi
urgensi
Ekonomi menengah
kebawah
29
Gambar 5.1. Diagram Hubungan Penyakit dengan Faktor Risiko
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien).
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks
Keterangan
30
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria Penilaian
1 : Tidak penting
2 : Agak penting
3 : Cukup penting
4 : Penting
5 : Sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Ny. H adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi kurang.
2. Pasien terkadang stres karena memikirkan kebutuhan sehari hari dengan
penghasilan yang pas pasan.
3. Pendidikan terakhir pasien SMP
4. Lingkungan tempat tinggal pasien dekat dengan jalan raya, sehingga
bising.
5. Riwayat penyakit keluarga, terdapat keluarga pasien yang menderita
hipertensi yaitu ayah dan kakak pasien.
6. Ekonomi keluarga pasien menengah kebawah.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi kurang.
31
F. Alternatif pemecahan masalah
1. Pembinaan Keluarga meliputi penyakit hipertensi
dan faktor risikonya, tata cara penatalaksanaan, mengontrol penyakit, serta
mencegah terjadinya komplikasi sedini mungkin dari kedua penyakit
tersebut.
2. Pembagian leaflet mengenai hipertensi.
32
Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
C
V (jumlah biaya
M I
(kecepatan yang diperlukan
Skor (besarnya masalah (kelanggengan
penyelesaian untuk
yang dapat diatasi) selesainya masalah)
masalah) menyelesaikan
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat lambat Sangat murah
langgeng
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal
Prioritas alternatif terpilih dengan menggunakan metode Rinke adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.3 Alternatif Terpilih
Efektivitas Efisiensi Urutan
Daftar Alternatif Jalan MxIxV
No Prioritas
Keluar M I V C C
Masalah
1 Pembinaan Keluarga 4 3 3 2 18 1
meliputi penyakit
hipertensi dan faktor
risikonya, tata cara
penatalaksanaan,
mengontrol penyakit,
serta mencegah terjadinya
komplikasi sedini
mungkin dari kedua
penyakit tersebut
2 Pembagian leaflet 4 2 2 3 5,3 2
mengenai hipertensi
33
BAB VI
RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
34
5. Rencana Evaluasi
a. Input : terdiri dari 1 orang pemberi
(pembina) materi pembinaan keluarga
b. Proses : proses pembinaan diikuti dari awal
sampai dengan akhir oleh anggota keluarga yang ada di rumah (Ny. H
dan Tn. S)
c. Output : Perubahan perilaku dan
penambahan pengetahuan tentang hipertensi yang diukur melalui
pertanyaan yang diberikan oleh pelaksana pembinaan keluarga di
akhir proses pembinaan keluarga.
d. Angka keberhasilan:
>80% : baik
60%-80% : cukup
<60% : kurang
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan 5 pertanyaan berdasarkan materi
yang disampaikan kepada pasien dan anggota keluarga lain yang hadir.
Apabila setiap anggota keluarga dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan, maka dapat disimpulkan sudah mengetahui dan memahami
materi. Ny. H dapat menjawab 4 pertanyaan, sedangkan Tn. S dapat
menjawab 4 pertanyaan. Tingkat keberhasilan Ny. H 80% dan Tn. S 80%.
35
B. Hasil Pembinaan Keluarga
Tabel 6.1 Hasil Pembinaan Keluarga
Anggota
keluarga Hasil
No Tanggal Kegiatan yang dilakukan
yang kegiatan
terlibat
1. 16/12/ a. Perkenalan dan membina Pasien dan Pasien
2018 kepercayaan serta perjanjian keluarga bersedia untuk
untuk kedatangan berikutnya dikunjungi
b. Menganjurkan pasien untuk lebih lanjut
mengurangi stresnya untuk
dipantau
perkembangan
nya
1. 21/12/ a. Menggali pengetahuan dan Pasien dan Pasien dan
2018 pemahaman pasien tentang keluarga keluarga
hipertensi memahami
b. Memberi penjelasan mengenai tentang
hipertensi hipertensi
c. Menggali pengetahuan dan
pemahaman pasien faktor resiko
pada pasien dan bagamana
menghindarinya
36
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
A. Definisi dan Klasifikasi
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah dalam arteri tinggi.
Sebagai batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan sistolik 140-200
mmHg dan tekanan diastolik 90-110 mmHg (Dorland, 2007). Hipertensi
adalah faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung dan gagal ginjal.
Selain itu, hipertensi selalu muncul dengan faktor risiko kardiovaskuler
lainnya seperti, merokok, diabetes, hiperlipidemia, dan obesitas (WHO,
2003). Kejadian hipertensi menjadi perhatian semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkan baik jangka pendek maupun jangka
panjang, sehingga membutuhkan penanggulangan yang menyeluruh dan
terpadu (Irza, 2009).
Diagnosis hipertensi derajat 1 dan derajat 2 ditegakkan dengan
pemeriksaan tekanan darah dan berdasarkan kriteria Join National
Commitee (JNC) 7 (Department of Health and Human Services, 2003).
37
faktor kontribusi yang dapat dikontrol seperti kegemukan, stres, merokok,
dan asupan garam yang berlebihan (Sherwood, 2002).
B. Etiologi
Penyebab dari hipertensi essensial hingga saat ini tidak diketahui
dengan pasti. Hipertensi ini disebabkan oleh faktor yang saling berkaitan.
Faktor-faktor risiko terbagi ke dalam 2 kategori yaitu faktor risiko
terkontrol dan tidak terkontrol. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
antara lain faktor genetik, usia, jenis kelamin dan etnis. Sedangkan faktor
yang terkontrol berupa stres, obesitas, asupan garam, merokok, kurang
aktivitas fisik dan alkohol (Anggraini, 2009).
1. Faktor genetik
Faktor genetik dalam keluarga akan menyebabkan anggota
keluarga mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini terjadi karena
peningkatan kadar Na intraseluler dan rendahnya rasio antara K
38
terhadap Na individu dengan orang tua terdapat hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dibandingkan
dengan orang yang dalam riwayat keluarga tidak ada hipertensi (Wade,
2003).
2. Usia
Bertambahnya usia menyebabkan tekanan darah akan meningkat.
Hal ini terjadi karena dinding arteri mengalami penebalan karena
adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh
darah berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku setelah usia 45
tahun. Peningkatan resistensi dan aktivitas simpatik serta hal yang lain,
kurangnya sensitivitas baroreseptor dan peran ginjal akan aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Kumar, 2005). Menurut
Saeed (2011), penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia
dengan hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi lebih besar terjadi
dengan bertambahnya usia sehingga prevalensi hipertensi dikalangan
usia lanjut cukup tinggi sekitar 57,5 % diatas usia 55 tahun.
Pertambahan usia menyebabkan penebalan dan hilangnya elastisitas
arteri sehingga sebagai faktor meningkatnya tekanan darah.
3. Jenis kelamin
Prevalensi terjadi hipertensi pada wanita dan pria sama, namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
Hormon estrogen melindungi wanita sebelum mengalami menopause
karena berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi sebagai faktor pelindung
terjadinya aterosklerosis. Wanita premenopause mulai kehilangan
hormon estrogen yang melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Hormon estrogen akan berubah kuantitasnya sesuai dengan usia wanita
secara alami, terjadi pada wanita usia 45-55 tahun (Kumar, 2005).
4. Merokok
Merokok menyebabkan aktivitas simpatik, stres oksidatif, dan
efek vasopresor akut yang dihubungkan dengan peningkatan tanda
inflamasi yang menyebabkan hipertensi. Merokok yang sudah lama
39
menyebabkan disfungsi endotel, kerusakan vaskuler, pembentukan plak
dan meningkatnya kekakuan arteri yang menimbulkan adanya
hipertensi (Bowman, 2007). Menurut Saeed (2011), penelitian
menunjukkan adanya hubungan antara merokok dengan hipertensi.
Kadar tar yang rendah dalam rokok berisiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler dibandingkan yang tidak merokok (Ambrose, 2004).
5. Asupan garam
Garam berperan penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi.
Pengaruh konsumsi garam terhadap hipertensi melalui peningkatan
volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini diikuti
oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada
keadaan hemodinamik yang normal. Pada hipertensi essensial
mekanisme ini mengalami gangguan dan ditambah faktor lain yang
berpengaruh (Mohan, 2009). Menurut Alderman (2002), penelitian
menunjukkan terdapat hubungan konsumsi garam dengan hipertensi
pada beberapa individu. Konsumsi garam akan berlebih akan
menyebabkan retensi cairan yang meningkatkan volume darah.
6. Stres
Stres menyebabkan peningkatan aktivitas simpatis dan perubahan
fungsi membran sel dapat menyebabkan konstriksi fungsional dan
hipertrofi struktural. Faktor lain yang berperan adalah endotelin yang
bersifat vasokonstriktor. Berbagai promotor pressor-growth bersama
dengan kelainan fungsi membran sel yang mengakibatkan hipertrofi
vaskular akan menyebabkan tahanan perifer dan peningkatan tekanan
darah (Yusuf, 2008). Menurut Nozoe (2002), penelitian menunjukkan
terdapat hubungan stres dengan hipertensi. Stres diakibatkan oleh
interaksi antara stimulus lingkungan dan kognitif situasional pada
individu terjadi hipertensi pada beberapa individu.
7. Obesitas
Obesitas adalah berat badan mencapai indeks massa tubuh > 25
dimana menggunakan perhitungan berat badan (kg) dibagai kuadrat
tinggi badan (m). Obesitas terjadi akibat keseringan mengkonsumsi
40
makanan yang mengandung tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi yang
tidak obesitas. Peningkatan berat badan normal relatif sebesar 10 %
mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Sheps, 2005).
Menurut Saeed (2011), penelitian menunjukkan adanya hubungan
antara obesitas dengan hipertensi. Hubungan obesitas dengan hipertensi
disebabkan fenotif mutilfaktorial yang disebabkan oleh interaksi gen
dan lingkungan. Obesitas yang berhubungan dengan hipertensi adalah
obesitas viseral karena terjadi resistensi insulin dan dislipidemia
(Kotchen, 2010).
8. Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik seperti olahraga dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah (Yusuf, 2008). Kurangnya
aktivitas fisik menambah profil lipid dalam tubuh. Aktivitas fisik juga
memperbaiki fungsi endotel, dimana meningkatkan fungsi vasodilatasi
dan vasomotor dalam pembuluh darah. Aktivitas fisik juga berperan
dalam pengaturan antithrombotik dengan mengurangi viskositas darah.
9. Alkohol
Konsumsi alkohol berdampak pada peningkatan tekanan darah
terutama pada tekanan darah sistolik, peningkatan kadar kortisol, dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah, berperan
dalam menaikkan tekanan darah. Efek pressor pada pembuluh darah
diduga dari alkohol karena menghambat natrium dan akan memudahkan
kontraksi sel otot (Roslina, 2008). Menurut Skliros (2012), penelitian
menunjukkan terdapat hubungan antara konsumi alkohol dengan
hipertensi. Peminum alkohol berat meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler. Selain itu juga aspek pola minum alkohol juga
menyebabkan peningkatan tekanan darah (Stranges, 2004).
41
C. Diagnosis
Penegakan diagnosis hipertensi dengan anamnesis terhadap
keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu, penyakit keluarga dan riwayat
sosial ekonomi, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. Gejala
klinis pada penderita hipertensi, tingginya tekanan darah tinggi
memunculkan gejala berbeda-beda. Keluhan yang sering dijumpai
dihubungkan dengan hipertensi seperti pusing, cepat marah, dan telinga
berdenging. Gejala lain yang dapat timbul seperti mimisan, sukar tidur,
dan sesak nafas (Yusuf, 2008).
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan memeriksa tekanan
darah. Berdasarkan JNC 7, hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan 42iastolic
sedikitnya 90 mmHg (Price, 2003). Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan seperti tes darah rutin, glukosa darah, kolesterol total serum,
LDL serum, HDL serum, trigliserida serum, asam urat serum, kreatinin
serum, kalium serum, hemoglobin dan elektrokardiogram (Yogiantoro,
2006).
D. Terapi
Pada JNC 7 Tujuan terapi dari hipertensi adalah penurunan tekanan
darah <140/90 mmHg atau <130/80 mmHg pada pasien dengan diabetes
dan penyakit ginjal kronik. Sebagian besar pasien membutuhkan 2 jenis
modulasi terapi untuk mencapai target tekanan darah tersebut. Berikut
adalah algoritma penanganan hipertensi menurut JNC 8 (Paul et all, 2013).
42
Gambar 3.2 Algoritma Penanganan Hipertensi Menurut JNC 8
43
Berikut merupakan compelling indication terapi hipertensi.
44
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. H adalah seorang pasien yang
didiagnosis hipertensi urgensi
1. Aspek Personal
Idea : Pasien ingin memeriksakan dirinya dengan keluhan
kepaala pusing senut senut, leher belakang terasa cengeng
dan mual.
Concern : Pasien merasakan penyakitnya sekarang mengganggu
aktivitas sehari-hari dan pekerjaannya
Expectacy : Pasien mempunyai harapan agar tekanan darahnya normal.
Anxiety : Pasien khawatir jika tekanan darah tinggi dapat
menimbulkan penyakit lain seperti stroke dan penyakit
jantung.
2. Aspek Klinis
Diagnosa : Hipertensi urgensi
Gejala klinis yang muncul : kepala pusing senut-senut, leher belakang
cengeng, mual
Diagnosis Penyerta : riw CA mammae
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
f. Usia pasien 45 tahun
g. Ayah kandung dan
saudara kandung perempuan pasien menderita hipertensi
h. Pasien senang
mengkonsumsi makanan asin, gorengan, sayur bersantan
i. Pasien jarang
berolahraga
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
d. Pendidikan Ny. H hanya sampai SMP
45
e. Pasien terkadang stress karena memikirkan keperluan sehari hari
dengan penghasilan yang pas pasan.
46
f) Monitoring
b. Family Focused
c. Community Focused
DAFTAR PUSTAKA
47
Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah
Tinggi. Jakarta: PT Intisari Mediatama; 26,158
Sherwood, L. 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Skliros, E. A., Papadodima, S. A., Sotiropoulos, A., Xipnitos, C., Kollias, A., &
Spiliopoulou, C. A. 2012. Relationship Between Alcohol Consumption
and Control of Hypertension Among Elderly Greeks. The Nemea
Primary Care Study. Hellenic Journal of Cardiology , 26-32
Stranges, S., Wu, T., Dorn, J. M., Freudenheim, J. L., Muti, P., Farinaro, E., et al.
2004. Relationship of Alcohol Drinking Pattern to Risk of Hypertension :
A Population-Based Study. Hypertension , 813-819
Wade, A., Weir, D., Cameron, A., & Tett, S. 2003. Using a Problem Detection
Study (PDS) to Identify and Compare Health Care Provider and
Consumer Views of Antihypertensive Therapy. Journal of Human
Hypertension , 397-405
Yogiantoro, Mohammad. 2006. Hipertensi Essensial. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
48
Lampiran
49
50