Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PRAKTIKUM 2

PREMATURE

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

1. Sisca Anggun Chayani (32101900065)


2. Siti nurjanah (32101900056)
3. Souwwafit khalimah (32101900030)
4. Sutinah (32101900057)
5. Nila Nur Adhilla (32101900026)
6. Nining alkhomah (32101900047)
7. Nissa Aprilia (32101900057)
8. Insan karunia isnaini (32101900040)

SARJANA DAN PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan Hikmah, Hidayah,
kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “PREMATURE”.
Shalawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah membawa umatnya dari alam yang berliku-liku menuju alam yang lurus amin.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh Karen itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa
memeberikan manfaat terutama bagi kami dan bagi pembaca pada umunya.

Semarang, 15 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i

BAB I............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3

BAB III .......................................................................................................................................................16

PENUTUP ..................................................................................................................................................16

A. Kesimpulan .....................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin adalah 280 hari
(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin,
2006). Namun, d alam kehamilan terpadat kelainan lama kehamilan, kelainan tersebut antara
lain, Prematur adalah kehamilan yang lama usianya kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir
pada kehamilan ini disertai dengan keadaan BBLR (berat bayi lahir rendah). Sampai saat ini
mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi prematur masih sangat tinggi. Pelahiran
prematur dan postmatur menyebabkan 65% kasus kematian neonatus dan hampir 50% kasus
gangguan saraf pada masa kanak-kanak. Dalam kondisi-kondisi seperti itu diperlukan asuhan
yang tepat agar morbiditas dan mortalitas dapat dikurangi frekuensinya. Oleh karena itu, kami
menyusun makalah dengan judul Prematur dan Postmatur.
Pada tahun 2016, Indonesia berada di peringkat 7 dengan angka kematian
balita tertinggi yang diakibatkan oleh komplikasi dari kelahiran premature (Chawanpaiboon
et al., 2019). Prematur masih perhatian yang sangat besar karena berkontribusi pada
mortalitas dan mobiditas ibu dan bayi seara signifikan. Selain itu persalinan premature
juga dapat berdampak pada komplikasi yang menyebabkan mortalitas pada usia balita.
Pentingnya penelitian mengenai faktor risiko terjadinya persalinan prematur berfungsi
untuk menganalisis faktor apa saja yang menyebabkan persalinan prematur. Sehingga
tenaga Kesehatan dapat melakukan deteksi dini terhadap penyebab persalinan premature
serta meningkatkan perhatian lebih kepada ibu yang memiliki faktor risiko
terjadinya persalinan prematur. Dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang
menyebabkan persalinan prematur menjadi upaya preventif untuk menurunkan angka kejadian
persalinan premature sehingga diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas pada bayi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi dari prematur?
2. Bagaimanakah etiologi prematur?
3. Bagaimanakah patofisiologis prematur?
4. Bagaimanakah tanda-tanda bayi prematur?
5. Bagaimanakah komplikasi dari persalinan prematur?
6. Bagaimanakah asuhan atau penatalaksanaan pada prematur?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi prematur.
2. Untuk mengetahui etiologi prematur.
3. Untuk mengetahui patofisiologi prematur.
4. Untuk mengetahui tanda-tanda bayi prematur.
5. Untuk mengetahui komplikasi persalinan prematur.
6. Untuk mengetahui asuhan atau penatalaksanaan pada prematur.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian premature
Persalinan prematur merupakan persalinan terlalu dini yang mana terjadi pada
usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum 37 minggu (American College
of Obstetrians and Gynecologist, 2016). Persalinan preterm didefinisikan sebagai
kontraksi uterus yang teratur disertai dilatasi serviks yang progesif sejak kehamilan 20
minggu dan sebelum minggu ke 37. Persalinan prematur dengan pertumbuhan lebih dari
50% kasus yang ditemukan di unit maternitas.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang. Dengan demikian, persalainan
prematur dapat terdiri dari sebuah. Persalinan prematur dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat badan janin sama untuk masa kehamilan (SMK).
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005 menetapkan
bahwa persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37
minggu. Di beberapa tempat lain, persalinan prematur merupakan persalinan dengan berat
bayi kurang dari 2500 gram dengan organ-organ vital belum sempurna sehingga mudah
terjadi infeksi dengan akibat AKP tinggi. Dari semua definisi diatas dapat dikatakan bahwa
persalinan preterm atau prematur adalah persalinan dengan berat bayi kurang dari 2500
gram dan usia kehamilannya antara 22–37 minggu serta dengan organ vital yang belum
sempurna.
B. Etiologi
Banyak teori dan ide yang muncul tentang penyebab persalia prematur. Hal ini sulit
diprediksi karena banyaknya faktor risiko yang mungkin merupakan penyebab utama atau
merupakan kombinasi dari beberapa risiko. Penyebab - penyebab tersebut dapat
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu:
1. Penyebab fisiologis

3
a. Infeksi
Beberapa ibu yang menderita infeksi saluran kemih, pielonefritis dan apendisitis
atau pneumonia, semuanya berkaitan dengan persalinan prematur. Hal itu mungkin
disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui darah langsung ke rongga rahim,
penyebaran tak langsung melalui produk sampingan kimiawi, baik yang berasala
dari mikroorganisme maupun dari peredangan tubuh.Infeksi ruang koriodesidua
dan cairan amnion adalah faktor etiologi lahir prematur spontan yang paling
banyak dijumpai.
b. Distensi berlebihan
Ada dua penyebab utama overdistensi selama kehamilan yaitu kehamilan kembar
dan polihidramnion. Overdistensi dapat menyebabkan ketuban pecah dini
prapersalinan dan juga meregangkan reseptor didalam miometrium, yang dapat
menimbulkan persepsi bahwa kehamilan telah cukup bulan dan bayi siap
dilahirkan.
c. Masalah vaskuler
Hemoraghi antepartum dan solutio merupakan manifestasi yang sering kali
dilaporkan terjadi sebelum pelahiran prematur spontan. Darah dapat mengiritasi
miometrium, menghambat membran, dan akan menybabkan kontraksi rahim.
d. Lemah serviks
Lemah serviks atau yang dulu disebut dalam kompetensi serviks, dapat
menyebabkan terjadinya maupun persalinan prematur. Mungkin akan melebarkan
serviks dengan atau tanpa kontraksi uterus atau pecah ketuban spontan.
e. Penyebab iatrogenic
Hampir 30 % kelahiran prematur disebabkan oleh indikasi persalinan atau melalui
prosedur bedah. Indikasi yang paling sering ditemukan adalah pra-eklamsia, atau
tanda-tanda penghambatan pertumbuhan intrauterus yang serius pada janin tunggal
atau pada salah satu janin kembar. SC ulangan yang dikerjakan terlalu
dini. Pengakhiran ykehamilan yang terlalu dini karena alasan bahwa bayi lebih
baik dirawat dibangsal anak daripada dibiarkan dalam rahim. Termasuk disini

4
adalah keadaan seperti DM, penyakit hipertensi kehamilan, eritroblastosis dan
retardasi pertumbuhan intrauterin.
f. Penyebab idiopatik
Pada hampir 75% persalinan dan kelahiran prematur, tidak diketahui dan
diklasifikasikan sebagai persalinan prematur idiopatik. Akan tetapi ada sejumlah
faktor risiko kausatif lain yang dikenal luas yang dapat mencetuskan kelahiran
prematur. Faktor tersebut meliputi faktor sosio ekonomi, ras dan budaya yang
disebut dengan alasan non-fisiologis.
g. Fibronekstin
Fibrokinetin janin (fFN) adalah sejenis glikoprotein meyerupai lem yang
dihasilkan oleh sel-sel korion yang mengikat lapisan membran desidua. Beberapa
studi menemukan bahwa ibu dengan hasil tes positif dalam waktu 7
h. Kelahiran prematur elektif
Diakibatkan oleh PEB, penyakit ginjal maternal atau IUGR
j. Kelahiran dengan komplikasi kegawat daruratan
Komplikasi meluputi solusio plasenta, eklamsia, resus iso penggunaan, infeksi
maternal/prolapsus tali pusat.

2. Faktor non fisiologis


a. Usia ibu
Ibu yang sangat muda (<17 tahun) terbukti memeiliki insiden persalinan prematur
yang lebiuh tinggi. Penelitian prematur juga melibatkan dengannusia wanita yang
sudah lanjut karena mereka mungkin mengalami berbagai masalah ginekologi dan
masalah medis mendasar, atau mungkin mereka menjalani pembuahan
melalui terapi ferlisasi in-vitro.
b. Faktor sosio ekonomi/ kelas sosial yang rendah
c. Kurang harmonisnya hubungan dengan keluarga dan suami menyebabkan ibu
melahirkan dengan berat lahir rendah
d. Berat badan ibu

5
Ibu yang berat badanya kurang dari anoreksia nervosa yang dialami lebih rentan
mengalami karena persalinan prematur dengan berat badan bayi rendah. Disisi lain
ibu yang termasuk kategori obes juga beresiko mengalami persalinan dan kelahiran
prematur karena mereka cenderung menyandang diabetes gesasional selam
kehamilan
e. Diet ibu
Kebutuhan selama kehamilan akan terjadi kemungkinan cadangan nutrisi ibu dalam
waktu singkat, dan jika ibu tidak mencukupi, janin akan mengalami dan kelahiran
prematur.
f. SPH, penayalahgunaan alkohol dan obat-obatan
g. Persalia prematur sebelumnya
Jika sebelumnya ibu memiliki pekerjaan kembali dan pelahiran prematur yang tidak
jelas penyebabnya, resiko ibu untuk mengalami pelahiran prematur akan meningkat
tajam.
h. RAS
Pada studi observasi kini yang dilakukan oleh field, et.al. (2002), diketahui bahwa
karakteristik populasi dan demografi populasi lokal pada area tertentu
mempengaruhi angka kelahiran prematur dan angka kematian.
i. Pekerjaan
Pada saat ibu bekerja, para ibu kurang bekerja di atas irama dan struktur pekerjaan
mereka serta melakukan tindakan psikologis yang lebih besar sehingga lebih
berisiko mengalami persalinan prematur.
j. Stress dan hasil akhir kelahiran
Peneliti menetapkan bahwa stres maternal dapat mempengaruhi alur
neuroendokrin, yang akan mengaktivasi sistem endokrin dan akan mendorong
paturisi. Alur imun-inflamasi mungkin turut berperan dalam prosa ini. Stres
maternal dapat mempengaruhi imunitas sistemik dan lokal untuk meningkatkan
kerentanan terhadap proses janin dan intrauterin, menyebabkan paturisi melalui
mekanisme pro inflamasi yang telah diidentifikasi sebelumnya. (Wadhwa dkk,
2001)

6
k. Pengaturan jarak kelahiran.
WHO merekomendasikan interval waktu kehamilan minimal 24 bulan agar tubuh
dapat pulih setelah melewati proses kelahiran.
3. Faktor Predisposisi
a. Riwayat prematur sebelumnya atau abortus berulang pada trimester kedua
b. Amnion
c. Bayi kembar
d. Anomali rahim
e. Fibroid
f. Pembedahan perut/ SC
g. Faktor biologis/medis .
h. Umur kurang dari 15 tahun / lebih dari 35 tahun
i. BB Rendah (<50 kg saat konsepsi)
j. Riwayat hipertensi, penyakit ginjal / DM
k. Riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya, abnormalitas uterus, 35% wanita
dengan incompeten serviks akan melahirkan prematur dan 19% wanita dengan
uterus bicornis, unicornis, atau didelphic akan melahirkan sebelum UK 37 minggu
l. Peningkatan berat badan yang tidak adekuat
m. AKDR masih berada dalam rahim
n. Penyakit resus
o. Kematian janin
p. Sosial ekonomi : Sebuah Kemiskinan dan sosial yang rendah persalinan preterm
biasa terjadi pada wanita dari kelompok sosial ekonomi yang rendah
q. Pekerja, meliputi pekerja fisik yang berat
r. Adat istiadat atau kebiasaan
s. Jarak antar kehamilan pendek
t. Terlambat ANC
u. Tidak melakukan ANC

7
4. Berdasarkan Periode Gestasi
a. Kelahiran agak prematur, berlangsung antara usia kehamilan 35 dan 37 (dalam
5,5%)
b. Kelahiran sangat prematur, berlangsung antara usia kehamilan 29 dan 34 minggu
(insiden 0,7%)
c. Kelahiran luar biasa prematur, berlangsung antara usia kehamilan 24 dan 28
minggu (isiden 0,4%) Pelahiran prematur terindikasi adalah kelahiran prematur
yang dilakukan karena tindakan tersebut dianggap paling tepat untuk ibu dan bayi.
5. Berdasarkan Berat Lahir
a. Berat bayi lahir rendah kurang dari 2500 gram
b. Berat bayi lahir sangat rendah kurang dari 1500 gram
c. Berat bayi luar biasa rendah kurang dari 1000 gram

Berat lahir merupakan penentu utama mortalitas neonatus.

C. Tanda-tanda Bayi Prematur


1. Ukuran fisik
a. Usia kehamilan <37 minggu
b. BB < 2500 gram
c. PB < 45 cm
d. LK 33 cm, sedangkan lingkar perut 30 cm, sehingga tampak lebih besar
2. Gambaran fisik
a. Kepala besar
b. Kulit tipis dan transparan sehingga gerakan peristaltik uterus terlihat
c. Otot masih lemah sehingga nafas lemah, masih lemah-merintih dan kemampuan
melemahkan kekurangan
D. Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan yaitu:
1. Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
2. Inflamasi/infeksi
3. Perdarahan plasenta
8
4. Peregangan yang berlebihan pada uterus
a. Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada
primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik maupun
psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-
Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur. Aksis HPA
ini menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi
stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan
pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix
metaloproteinase(MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron
sulfate (DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.
b. Faktor kedua prematuritas menurut Norwitz (2007: 54) yaitu infeksi. Infeksi bisa
disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya ketuban pecah dini (KPD), ibu hamil
dengan penyakit akut (tifus abdominalis atau malaria), ibu dengan infeksi (rubeolla,
toksoplasmosis), ibu yang mempunyai tumor (mioma uteri, sistoma). Faktor-faktor
tersebut dapat merangsang hormon sitokin sebagai respon terhadap stimulus sistem
imun yang kemudian merangsang CRH plasenta dan mengakibatkan timbulnya
hormon PGE2 yang kemudian mengakibatkan kontraksi uterus, lalu menyebabkan
ketuban pecah spontan dan terjadi persalinan prematur.
c. Norwitz (2007: 54) menyebutkan faktor ketiga dari prematuritas yaitu perdarahan.
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi sebab terjadinya perdarahan yaitu trauma
masa kehamilan (jatuh), atau solusio plasenta (lepasnya plasenta sebelum
waktunya). Hal tersebut dapat merangsang protrombin menjadi thrombin yang
dapat mengakibatkan kontraksi uterus, lalu terjadi ketuban pecah spontan dan
terjadi persalinan prematur. Perdarahan juga bisa merangsang PGE2 dan
menyebabkan kontraksi sehingga terjadi ketuban pecah dan terjadi persalina
prematur.
d. Faktor keempat yang menyebabkan prematuritas menurut Norwitz (2007: 54) yaitu
regangan. Regangan yang dimaksud adalah regangan uterus. Hal tersebut bisa
terjadi karena beberapa faktor yaitu grandemultipara, hamil 35 tahun, uterus

9
bikornis, polihidramnion dan hamil kembar. Hal-hal tersebut dapat merangsang
oksitosin dan meningkatkan oksitosin yang kemudian menyebabkan kontraksi dan
mengakibatkan ketuban pecah sehingga terjadi persalinan prematur.

E. Angka Kelangsungan Hidup


Angka hidup bayi prematur pada etiologi, hasil akhir, dan resiko kekambuhan
1. Bayi yang lahir pada usia kehamilan 23 minggu memiliki peluang hidup 17%.
2. Bayi yang lahir pada usia kehamilan 24 minggu memiliki peluang hidup 39%.
3. Bayi yang lahir pada usia kehamilan 25 minggu memiliki peluang hidup 50 %.
4. Diusia kehamilan 32 minggu dan seterusnya, bayi memiliki peluang hidup lebih dari
50%, namun bayi mungkin memerlukan bantuan medis dan teknologi.

F. Diagnosa
Insidensi palsu yang tinggi membuat diagnosis tepat partus prematurus yang sejati. Pada
sepertiga kasus, apa yang disebut persalinan berhenti tanpa tindakan atau setelah
pemberian suatu plasebo.Kriteria partus prematurus yang mencakup.
1. Serviks sedikitnya sudah terbuka 2 cm atau sudah mendatar 75%.
2. Ada perubahan yang progesif pada serviks selama periode observasi.
3. Terjadinya kontraksi yang terasa nyeri, secara teratur dan intervalnya menunjukkan
kurang dari 10 menit bahwa pasien tersebut berada dalam proses persalinan
G. Pencegahan Persalinan Prematur
1. Hidari jarak kehamilan yang terlalu dekat.
2. Mengguanakan kesempatan memeriksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal
yang baik.
3. Anjuran tidak merokok maupun mengkonsumsi obat terlarang (narkotik).
4. usahakan berat dan cukup istirahat.
5. Obat penyakit dengan segera yang dapat menyebabkan persalinan prematur
6. Kenali dan obati infeksi genital/ saluran kencing.
7. Deteksi dan faktor penanganan terhadap persalinan prematur.
8. Dilaksanakan perawatan prenatal, diet, pemberian vitamin dan penjagaan kebersihan. 6

10
9. Keadaan seperti toksemia dan DM memerlukan kontrol yang cermat.
10. Tindakan pembedahan abdomen yang elektif dan tindakan operatif gigi yang berat
harus ditunda.
11. Pasien-pasien dengan kehamilan kembar harus istirahat di tempat tidur sejak minggu
ke-28 hingga ke-36/38.
12. Fibromyoma uteri, jika memberikan keluhan, dirawat dengan istirahat ditempat tidur
dan analgesia. Pembedahan sedapat mungkin dihindari.
13. Plasenta previa dirawat dengan istirahat total dan tranfusi darah untuk menunda
kelahiran bayi sampai mencapai ukuran yang layak. Tentu saja perdarahan yang hebat
pembedahan segera.
14. Inkompetensi serviks harus dijahit dalam bagian pertama trimester ke II selama semua
persyaratannya dipenuhi.
15. SC elektif dan ulangan hanya dilakukan kalau kita yakin bahwa bayi sudah
besar. Bahaya pada pembedahan yang terlalu dini adalah kelahiran bayi kecil yang
tidak bisa bertahan hidup.
16. Obat-obat dapat digunakan untuk menghentikan persalinan

H. Penatalaksanaan Persalinan Prematur

1. Komuikasi
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam perawatan dan penatalaksaan ibu
persalinan prematur. Ibu harus mendapat informasi tentang resiko persalinan prematur.
2. Transfer Dalam Rahim
CEMACH merekomendasikan agar ibu dan bayi ditangani tim pakar spesialis. Jika
tidak ada tim spesialis, transfer in-Utero ke unit yang memiliki fasilitas spesialis
kebidanan dan spesialis neonatus sangat disarankan agar dapat memperbaiki hasil
kelahiran.
3. Analgesia
Penggunaan analgesia epidural bermanfaat dalam penatalaksanaan prematur karena
dapat membantu mencegah dan menghambat upaya ibu untuk mengejan sebelum

11
pembukaan atau mencegah dan menghamba kelahiran yang mencegah dan dramatisasi
yang dapat menyebabkan gangguan pada janin. Selain itu, juga dapat membantu
melemaskan otot dasar panggul dan perineum serta mampu mendorong kelahiran
perabdomen, jika dibutuhkan.
4. Tanda Vital Ibu dan Janin
Pemantauan ketat tanda vital ibu dan janin penting dilakukan untuk menjamin
keselamatan ibu dan bayi, khususnya ibu yang sejak awal memiliki sistem sistem
seperti perdarahan dan infeksi. Hal itu dilakukan karena masalah tersebut dapat terjadi
dan dampak negatif pada ibu dan bayi.
5. Penalaksanaan Membran
Membran sedapat mungkin harus tetap utuh selama persalinan agar cairan ketuban
dapat bekerja sebagai buffer untuk menahan tekanan intrauterin yang ditimbulkan oleh
kontraksi uterus. Cairan ini dapat membantu melindungi tubuh janin yang rapuh dan
khususnya kepala janin dari trauma lahir. Cairan ketuban dapat membantu membantu
kompresi kepala janin guna mencegah hemoragi intraventrikular pasca-pelahiran.
6. Model Pelahiran
Model pelahiran presentasi pada presentasi janin. Seksio sesarea juga diindikasikan
apabila ditemukan ganguan pada ibu atau janin, seperti eklampsi berat yang disertai
konvulsi. Sebagian besar pekerjaan preamtur berlangsung dengan cepat dan dalam
durasi yang singkat, dan banyak kemungkinan akan lahir melalui vagina. Idealnya,
peraslinan dan pelahiran prematur harus berlangsung di unit rumah sakit konsultan
akan tetapi, bidan dapat dipanggil untuk membantu ibu yang akan melahirkan di
komunitas dan tidak mungkin menjalani transfer dalam rahim. Bidan harus meminta
bantuan tenaga bidan tambahan dan layanan para medik, jika dilingkungan tersebut
tidak ada 'regu penyelamat' obstetric. Tawaran mungkin harus meresusitasi dan
mengintubasi bayyi prematur begitu bayi lahir dan mengupayakan pemindahannya
segera ke unit perawatan intensif neonatus.

12
I. Asuhan Kebidanan
Rujuk ibu ke tempat yang memiliki failtitas perawatan neonatus. Jika usia
kehamilan 35 minggu atau lebih persalinan dapat dilanjutkan dan sebagian besar bayi lahir
pada usia ini akan berkembang dengan baik jika perawatan yang diberikan tepat setelah
lahir.Jika UK dibawah 35 minggu, dokter dapat memberikan obat tokolitik jika keadaan
ibu dan janin baik, tidak ada tanda perdarahan pervaginam pada saat ini atau KPD

Prinsip pertolongan prematur :

1. Jika letak kelainan letak termasuk letak bokong dengan berat janin kurang dari 2000
gram dapat dilakukan SC
2. Jika persalinan dilakukan pervaginam, harus diupayakan untuk memeperpendek kala
II dengan jalan :sebuah Episiotomi luas Ekstraksi Forceps
3. Jika terdapat kelainan anatomi alat reproduksi bagian dalam, perawatan bayi prematur
sebaiknya dilakukan di RS tersier, sehingga terjamin mendapat perawatan yang
memadai: NIUC ( neonatal intensive unit care ).
J. Telaah Jurnal
1. Jurnal 1
a. What : Vaginal Progesterone For Preventing Preterm Birth And Adverse
Perinatal Outcomes In Singleton Gestations With A Short Cervix: A Meta-Analysis
Of Individual Patient Data
b. Who : wanita dengan kehamilan tunggal dan panjang serviks sonografi
pertengahan trimester
c. When : 01 February 2019
d. Where : London, Inggris
e. Why : Untuk menentukan apakah progesteron vagina mencegah kelahiran
prematur dan meningkatkan hasil perinatal pada wanita tanpa gejala dengan
kehamilan tunggal dan serviks pendek sonografi pertengahan trimester.
f. How : Tinjauan sistematis dan meta-analisis data pasien individu. Hasil utama
adalah kelahiran prematur <33 minggu kehamilan. Hasil sekunder termasuk hasil
perinatal yang merugikan dan hasil perkembangan saraf dan kesehatan pada usia 2
13
tahun. Data pasien individu dianalisis menggunakan pendekatan dua tahap. Risiko
relatif gabungan (RR) dengan interval kepercayaan 95% (CI) dihitung. Kualitas
bukti dinilai menggunakan metodologi GRADE.
g. Hasil : Data tersedia dari 974 wanita (498 ditugaskan untuk progesteron vagina,
476 ditugaskan untuk plasebo) dengan panjang serviks 25 mm berpartisipasi dalam
lima uji coba berkualitas tinggi. Progesteron vagina dikaitkan dengan penurunan
yang signifikan dalam risiko kelahiran prematur <33 minggu kehamilan (RR 0,62,
95% CI 0,47-0,81,P=0,0006; bukti berkualitas tinggi). Selain itu, progesteron
vagina secara signifikan menurunkan risiko kelahiran prematur <36, <35, <34, <32,
<30 dan <28 minggu kehamilan, kelahiran prematur spontan <33 dan <34 minggu
kehamilan, sindrom gangguan pernapasan, neonatus komposit morbiditas dan
mortalitas, berat lahir <1500 dan <2500 g, dan masuk ke unit perawatan intensif
neonatal (RR dari 0,47 hingga 0,82; bukti berkualitas tinggi untuk semua). Ada
tujuh (1,4%) kematian neonatal pada kelompok progesteron vagina dan 15 (3,2%)
pada kelompok plasebo (RR 0,44, 95% CI 0,18-1,07,P=0,07; bukti berkualitas
rendah). Efek samping ibu, anomali kongenital, dan hasil perkembangan saraf dan
kesehatan yang merugikan pada usia 2 tahun tidak berbeda antar kelompok
h. Kesimpulan : Progesteron vagina menurunkan risiko kelahiran prematur dan
meningkatkan hasil perinatal pada kehamilan tunggal dengan serviks pendek
sonografi pertengahan trimester, tanpa efek merusak yang dapat dibuktikan pada
perkembangan saraf masa kanak-kanak.
2. Jurnal 2
a. What : Faktor Risiko Terjadinya Persalinan Prematur
b. Who : Ibu yang melahirkan secara prematur.
c. When : Januari-Juni 2021
d. Why : Penelitian ini memiliki Tujuan untuk menganalisis hubungan faktor-
faktor risiko terjadinya persalinan prematur di RSUD Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto.
e. Where : Rumah Sakit Umum Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto

14
f. How : Penelitian ini menggunakan Sebuah desain penelitian analitik
Obsevasional rancangan case control Secara “retrospective“. Variabel terikat
(Dependen) yaitu Ibu yang melahirkan secara prematur. Variabel bebas
(Independen) dalam Penelitian ini yaitu usia ibu, anemia, KPD, riwayat prematur
sebelumnya.Pada penelitian yang dilakukan ini Populasi kasus menggunakan ibu
yang melahirkan prematur. Sedangkan, dalam Penelitian ini ibu yang melahirkan
aterm sebagai populasi kontrol selanjutnya.sampel menggunakan Rumus
Lemeshow.
g. Hasil : Hasil penelitian yang dilakukan Dari hasil uji analisa statistika didapatkan
nilai p usia (p = 0,005); anemia (p=0,018); KPD (p=0.009), Riwayat persalinan
premature sebelumnya(p=0,496)
h. Kesimpulan : Bahwa Usia ibu, Anemia, dan KPD meningkatkan risiko lebih
Tinggi menyebabkan terjadinya Persalinan premature. Sedangkan dari Penelitian
ini hasil analisis Menunjukkan bahwa riwayat persalinan Premature sebelumnya
menunjukkan Tidak berhubungan dengan terjadinya Persalinan premature di
kehamilan selanjutnya.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan prematur adalah persalinan dengan berat bayi kurang dari 2500 gram
dan usia kehamilannya antara 22 – 37 minggu serta dengan organ vital yang belum
sempurna. Penyebab persalinan prematur dapat dibagi menjadi dua kelomok, yaitu
penyebab fisiologis dan non fisiologis. Faktor predisposisi dari persalinan prematur antara
lain : riwayat persalinan preterm sebelumnya, amnion, infeksi saluran kencing, bayi
kembar, anomali uterus, fibroid, SC, faktor biologis, riwayat perdarahan, peningkatan BB
tidak adekuat, AKDR masih didalam rahim, kematian janin , sosial ekonomi, psikologi dan
adat istiadat. Klasifikasi persalinan prematur dibagi berdasarkan periode gestasi dan
berdasarkan berat lahir. Penampilan bayi prematur dapat dilihat dari ukuran fisik dan
penampilan fisik. Angka hidup bayi prematur pada etiologi, hasil akhir, dan resiko
kekambuhan. Akan tetapi, kelahiran prematur dapat terjadi. Penatalaksanaan persalinan
fasilitas prematur harus berada di tempat yang memiliki perawatan neonatus. Model
pelahiran presentasi pada presentasi janin. Seksio sesarea juga diindikasikan apabila
ditemukan ganguan pada ibu atau janin.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri & Ginekologi Universitas Padjajaran Bandung.1984. Patologi


Obstetri . Bandung : ELSTAR OFFSET
2. Holmes, Debi. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan . Jakarta : EGC
3. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
4. Manuaba, Ida Bagus Gde,dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri . Jakarta : EGC
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
6. Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi . Jakarta :
EGC
7. Oxorn, Hary. 1990. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta :
Yayasan Essentia Medika

17

Anda mungkin juga menyukai