Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata Kuliah. Disamping
itu, makalah ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
“Oligohidramnion”
Akhir kata, segala kritik dan saran dari pembaca sangat penulis perlukan untuk perbaikan pada
penulisan makalah berikutnya dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Pengertian .................................................................................................................................. 3
B. Epidemiologi .............................................................................................................................. 4
C. Etiologi ....................................................................................................................................... 4
E. Patofisiologi ............................................................................................................................... 5
G. Gambaran klinis.................................................................................................................... 7
H. Komplikasi ............................................................................................................................. 7
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
Kesimpulan ...................................................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cairan amnion diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin . Cairan ini
berguna sebagai bantalan agar janin terhindar dari trauma fisik. Selain itu memungkinkan
cairan amnion berguna untuk pertumbuhan paru janin dan penghalang terhadap infeksi .
Volume air ketuban yang normal bervariasi . Volume rata-rata meningkat dengan usia
kehamilan , memuncak pada 800-1000 mL , yang bertepatan dengan usia kehamilan 36-
37 minggu . Volume yang tidak memadai dari cairan ketuban , oligohidramnion , akan
berakibat buruk pada jaringan paru-paru dan dapat menyebabkan kematian janin.
Karena cairan amnion mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan janin, maka kekurangan jumlah cairan amnion oleh sebab apapun akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari oligohidramnion
2) Bagaimana etiologi dari oligohidramnion ?
3) Bagaimana patofisiologi dari oligohidramnion ?
4) Sebutkan factor resiko oligohidramnion
5) Sebutkan pencegahan dari oligohidramnion
1
6) Bagaimana pengaruh oligohidramnion pada kehamilan ?
C. Tujuan Pembahasan
1) Untuk mengetahui pengertian dari oligohidramnion
2) Untuk mengetahui etiologi dari oligohidramnion
3) Untuk mengetahui patofisiologi dari oligohidramnion
4) Untuk mengetahui factor resiko oligohidramnion
5) Untuk mengetahui pencegahan dari oligohidramnion
6) Untuk mengetahui pengaruh oligohidramnion pada kehamilan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini
ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin.
Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan
bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu air seni janin. Sejak usia kehamilan 12
minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air
seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran atau siklus yang berulang.
Cairan amnion biasanya diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki
peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion
sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya usia
kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi
membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas,
ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion. Pada
kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di - dari urin janin dan 200 ml
berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi
pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion pada kondisi
terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan
oligohidramnion.
Normal volume cairan amnion bertambah dari50 ml pada saat usia kehamilan 12
minggu sampai 400 ml pada pertengahangestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada
kehamilan postterm jumlahcairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.
Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1 liter, pada
multigravida sebanyak 1,5 liter, dan sebanyak – banyaknya yang masih dalam batas
normal adalah 2 liter. Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal, yaitu kurang dari 500 cc (manuaba, 2007), atau juga didefinisikan dengan
indeks cairan amnion 5 cm atau kurang dari 12% dari 511 kehamilan dengan usia
kehamilan 41 minggu atau lebih. (Dexa Media no.3 tahun 2007)
Fungsi air ketuban
3
a) Media janin untuk tumbuh dan berkembang normal dapat bergerakbebas
b) Melindungi janin daritrauma
c) Menjaga stabilitas suhu tubuh janin
d) Berperan dalam proses pembesaran rongga ketuban danrahim
e) Berperan dalam proses pembukaan leher rahim pada waktu persalinan (Wallenburg
HCS, 1977).
B. Epidemiologi
C. Etiologi
Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis
janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya
dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini ( premature rupture of
the membrane = PROM).
Penyebab sekunder biasanya dikaitkan dengan :
1. Pecahnya membranketuban
2. Penurunan fungsi ginjal atau terjadinya kelinan ginjal bawaan pada janin sehingga
produksi urin janin berkurang, padahal urin janin termasuk salah satu sumber
terbentuknya airketuban
3. Kehamilan post-term sehingga terjadinya penurunan fungsiplasenta.
4. Gangguan pertumbuhanjanin
5. Penyakit yang diderita ibu seperti Hipertensi, Dibetes mellitus, gangguan pembekuan
darah, serta adanya penyakit autoimmune seperti Lupus.
Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil
yang mengalami tidak tau pastia papenyebabnya. Penyebab oligohidramnion yang telah
terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung / membran cairan ketuban
yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami
4
oligohidramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih
karena jumlah urin yang diproduksi janinberkurang.
Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion adalah
tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah padaplasenta. Serangkaian pengobatan
yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan nama
angiotensin-converting enxyme inhibitor (miscaptopril), dapat merusak ginjal janin dan
menyebabkan oligohidramnion parah dan kematian janin.
Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya
berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan kehamilan
untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan yang
mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka.
Jika dilihat dari segi Fetal, penyebabnya bisa karena :
1. Kelainan Kromosom
2. Cacat kongenital
3. Hambatan pertumbuhan janin dalam Rahim
4. Kehamilan postterm
D. Tanda dan Gejala
1. Uterus tampak lenih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen
2. Janin dapat diraba dengan mudah
3. Tidak ada efek pantul pada janin
4. Bila ketuban pecah air ketuban sedikit sekali bahkan hampir tidak ada yang keluar
Tanda dan gejala tersebut didasarkan pda fakta bahwa cairan amnion yang diteukan
berada di bawah jumlah yang normal untuk usia kehamilan tertentu. Pada kehamilan
normal, cairan amnion wanita bervariasi dan dapat mengalami fluktuasi. Umunya caira
amnion meningkat hingga mencapai 1000 ml pada trimester 3 kehamilan. Menginjak
usia kehamilan 34 minggu julah tersebut mulai berkurang secara bertahap dan
menyisakan sekitar 800 ml pada usia cukup bulan. Pengukuran volume cairan amnion
dilakukan dengan cara ultrasonografi dan ini merupakan komponen standar pada
pemeriksaan ultrasonografi lengkap dengan profil biofisik.
E. Patofisiologi
5
Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatkan resiko
keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan.
Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin
berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn,
oligohydramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran,
termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan
menyebabkan kematian janin.
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan
dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban
yang sedikit).Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim.
Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter).
Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi
abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru ( paru-paru
hipoplastik ), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik
karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit
lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.Dalam keadaan normal, ginjal
membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban
menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
F. Faktor resiko
4) Sindroma paskamaturitas
6
G. Gambaran klinis
1) Uterus lebih kecil dari usia kehamilan.
2) Tidak ada ballottement.
3) Nyeri perut pada setiap pergerakan anak.
5) Bunyi jantung anak sudah terdengar jelas sejak usia kehamilan 5 bulan.
7
kembang janin intrauteri. Dapat dijumpai ekstremitas terputus oleh karena
hubungan atau ikatan denganmembrannya.
I. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
1) USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal
yang sangatabnormal) Cara memeriksanya yaitu dengan memeriksa indeks cairan
amnion, yakni jumklah pengukuran kedalaman air ketuban di empat sisi kuadran
perut ibu. Nilai normal adalah antara 10 – 20 cm. bila kurang dari 10 cm disebut air
ketuban telah berkurang, jika kurang dari 5 cm maka inilah yang disebut dengan
oligohidramnion.
2) CTG
3) Rontgen perut bayi
4) Rontgen paru-paru
Telaah artikel 1
What : Hubungan Hipertensi Dan Gestsi Dengan Kejadian Oligohidramnion Pada Ibu
Hamil Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018
When : 2018
How : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan Cross
Sectional Study untuk mengetahui hubungan Hipertensi dan Gestasi dengan kejadian
Oligohidramnion di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa tahun 2018.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan hasil analisis hubungan antara hipertensi
dan Oligohidramnion. Ibu yang tidak hipertensi yang mengalami oligohidramnion
sebanyak 14 atau (7,9%) dan yang tidak mengalami oligohidramnion adalah 163 orang
(92,1%) sedangkan ibu dengan hipertensi yang mengalami oligohidramnion yaitu 11 orang
(40,7%) dan yang tidak mengalami oligohidramnion 16 orang (59,3%). Responden yang
8
tidak hipertensi yang mengalami oligohidramnion sebanyak 14 orang dimana
Oligohidramnion bukan hanya disebabkan oleh kondisi ibu yang mengalami hipertensi
saja tetapi ada kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya Oligohidramnion seperti
kondisi janin, placenta dan idiopatik
Telaah artikel 2
What : Dampak Dehidrasi saat Masa Kehamilan
When : 2020
Why : penelitia ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
dehidrasi selama masa kehamilan
How : penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan pencarian kata kunci
“kehamilan’, “dehidrasi”, “status hidrasi”. Pencarian artikel dibatasai dalam 10 tahun
terakhir yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2020
Hasil penelitian : Dampak yang dapat timbul apabila terjadi dehidrasi saat kehamilan
adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin, penurunan volume ketuban,
infeksi saluran kemih, dan konstipasi. Peningkatan konsumsi air merupakan alternatif
untuk perilaku dan gaya hidup yang lebih sehat. Perubahan fisiologis selama masa
kehamilan menyebabkan asupan zat gizi dan cairan meningkat. Apabila ibu hamil tidak
memenuhi kebutuhan cairan selama gestasi maka akan terjadi dehidrasi atau
ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Pencegahan akan kekurangan cairan harus
dilakukan dengan cara konsumsi air yang cukup yaitu 3 L/hari, membatasi konsumsi
makanan dan minuman berkafein karena dapat memicu peningkatan frekuensi berkemih.
9
Telaah artikel 3
What : Hubungan Asupan Cairan Ibu Hamil terhadap Indeks Cairan Amnion
When : penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2014. Dan di publikasi
tahun 2018
Why : penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran asupan cairan pada ibu
hamil dan mengetahui perbedaan rerata indeks cairan amnion pada asupan cairan cukup
dibandingkan asupan cairan kurang
Hasil penelitian :
1. Gambaran rerata asupan cairan ibu hamil trimester tiga di Yogyakarta adalah cukup
(2078 ml/hari).
2. Ada perbedaan bermakna indeks cairan amnion ibu hamil dengan asupan cairan
cukup dibanding asupan cairan kurang.
Telaah artikel 4
What : Gambaran Kebiadaan Minum Air Putih pada Ibu Hamil dan Ibu Menyusui di
Poli BKIA RS Bhakti Rahayu
Who : Widiharti, Amanda Rochima Hadi
Where : RS Bhakti Rahayu, Surabaya
When : 2017
Why : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan minum air
putih pada ibu hamil dan ibu menyusui
How : penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode dekskriptif
dengan metode metode kualitatif (in depth interview) sebagai pelengkap data. Penelitian
10
ini mengambil sampel ibu hamil dan ibu menyusui di RS Bhakti Rahayu Surabay sebanyak
50 orang.
Hasil penelitian :
1. Jika dilihat dari jumlah responden ibu menyusui, kebiasaan minum air pada ibu
menyusui yang masuk dalam kategori kebiasaan kurang konsumsi air putih
sebanyak 4%, kategori kebiasaan cukup sebanyak 60%, dan kategori kebiasaan
baik sebanyak 56%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden telah
memiliki kebiasaan minum air putih yang cukup baik
2. Berbeda dengan hasil wawancara ibu hamil, hasil wawancara ibu didapatkan
bahwa mereka lebih mempercayai saran dari orang tua untuk tidak mengkonsumsi
terlalu banyak cairan, bahkan minum air putih. Alasannya sederhana: minum air
dapat mempengaruhi lama proses kesembuhan luka perenium. Dengan demikian
ibu enggan untuk mengkonsumsi banyak air putih
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini
ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin. Cairan
ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah
dengan produksi cairan janin, yaitu air seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin
mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola
berbentuk lingkaran atau siklus yang berulang.
12
DAFTAR PUSTAKA
13