Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB PENDIRI


PERSEROAN TERBATAS (PT) DALAM PROSES
PERJANJIAN KREDIT
DI MAKASSAR

OLEH :

MUHAMMAD RIZAL PRATAMA


NIM. 040 2017 0183

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Proposal


Penelitian Pada Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa proposal penelitian untuk penyusunan skripsi

mahasiswa:

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD RIZAL PRATAMA

NIM : 04020170183
Bagian : Hukum Keperdataan
Judul Skripsi/Penelitian : KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG
JAWAB PENDIRI PERSEROAN TERBATAS
(PT) DALAM PROSES PERJANJIAN
KREDIT
Telah diperiksa dan dapat disetujui untuk diajukan dalam ujian seminar
proposal.
Makassar,18, Maret, 2021

Komisi Pembimbing,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Lauddin Marsuni, Dr. Muhammad Ilyas,SH.,MH.


S.H.,MH.

Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Perdata,

Dr. Hj. Andi Risma, SH.,MH.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

A. Pengertian Perseroan Terbatas................................................................. 8

B. Sifat dan Ciri Perseroan Terbatas (PT) ..................................................... 11

C. Persyaratan dan Prosedur Pengesahan Badan Hukum Perseroan dan

Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Pendaftaran dan

Pengumuman ........................................................................................... 12

1. Persyaratan ........................................................................................ 12

2. Akta Pendirian .................................................................................... 13

3. Pengesahan ........................................................................................ 14

4. Pendaftaran dan Pengumuman .......................................................... 14

5. Anggaran Dasar .................................................................................. 15

D. Pendirian Perseroan Terbatas (PT) ........................................................... 16

E. Organ Perseroan Terbatas…………………………………………………….. 21

1. Rapat Umum Pemegang Saham ........................................................ 21

2. Direksi ................................................................................................. 26

3. Komisaris ............................................................................................ 28

iii
F. Modal Perseroan ....................................................................................... 32

G. Macam-Macam PT………........................................................................... 33

1. Perseroan Tertutup (PT Biasa)………….............................................. 33

2. Perseroan Terbuka…………................................................................ 34

H. Perjanjian Kredit………............................................................................... 34

1. Pengertian Perjanjian Kredit………….................................................. 34

2. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian…………............................................ 36

3. Unsur-Unsur Perjanjian Kredit…………............................................... 37

I. Jaminan Kredit…………………………………………………………………… 39

1. Pengertian Jaminan Kredit................................................................... 39

2. Klasifikasi Jaminan .............................................................................. 40

3. Fungsi dan Tujuan Pengikat Jaminan .................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 41

A. Originalitas Penelitian……......................................................................... 41

B. Tipe Penelitian……………………………..…….......................................... 43

C. Lokasi Penelitian……………….................................................................. 43

D. Populasi dan Sample……………............................................................... 43

E. Jenis dan Sumber Data……….................................................................. 44

F. Teknik Pengumpulan Data…..................................................................... 44

G. Analisis Data ............................................................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

‫علَ ۡي ُك ۡم ا َ َحدا‬ ُ ُ‫عاهَدتُّ ۡم ِمنَ ۡال ُم ۡش ِر ِك ۡينَ ث ُ ام لَ ۡم َي ۡنق‬


َ ‫ص ۡو ُك ۡم ش َۡيـًٔـا اولَ ۡم ُي‬
َ ‫ظا ِه ُر ۡوا‬ َ َ‫ا اَِّل االذ ِۡين‬
َ‫ّٰللا ي ُِحبُّ ۡال ُمتا ِق ۡين‬
َ ‫عهۡ دَه ُۡم ا ِٰلى ُمدا ِت ِه ۡم ا اِن ه‬ َ ‫فَا َ ِت ُّم ۡۤۡوا اِلَ ۡي ِه ۡم‬
Illal laziina 'aahattum minal mushrikiina summa lam yanqusuukum
shai'anw-wa lam yuzaahiruu 'alaikum ahadan fa atimmuuu ilaihim
'ahdahum ilaa muddatihim; innal laaha yuhibbul muttaqiin
’’kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian dengan
kamu dan mereka sedikit pun tidak mengurangi (isi perjanjian) dan tidak
(pula) mereka membantu seorang pun yang memusuhi kamu, maka
terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sungguh,
Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”

Semenjak tahun 1967, ketika pemerintahan mulai memacu

pertumbuhan perekonomian nasional dengan mengeluarkan kebijakan

penanaman modal asing dengan diterbitkan UU No.25 tahun 2007

tentang penanaman Modal banyak pengusaha berlomba-lomba

mendirikan perusahaan Perseroan Terbatas (PT), baik itu perusahaan

joit venture maupun perusahaan nasional. Hal ini mengakibatkan

pertumbuhan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT)

mengalami peningkatan dalam kuantitasnya. UUPM disamping

memberikan ketentuan terhadap investor asing yang menanamkan

modal di Indonesia juga mensyaratkan badan usaha tersebut

berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dalam melakukan aktivitas

1
usahanya. Pemilihan itu tentunya bukan tidak beralasan karena

Perseroan Terbatas (PT) sebagai bentuk badan usaha ternyata

mempunyai banyak kelebihan dibanding bentuk badan usaha lainnya.

Oleh karena itu, di masa mendatang Perseroan Terbatas (PT)

masih akan tetap merupakan pilihan utama bagi pemodal dalam

memilih dan menentukan bentuk badan usaha yang akan

menggerakkan modalnya.

Boediarto mengemukakan alasan sebagai berikut:1

PT pada umumnya mempunyai kemampuan untuk


mengembangkan diri, mampu mengadakan kapitalisasi modal
dan sebagai wahana potensial untuk memperoleh keuntungan
baik bagi instansinya sendiri maupun bagi para pemegang
saham. Oleh karena itu, bentuk badan usaha ini sangat diminati
oleh masyarakat.

Pendapat tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa Perseroan

Terbatas (PT) mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri dan

berpotensi memberikan keuntungan baik bagi instansinya sendiri maupun

bagi para pemegang saham. Ini bisa dilihat dalam realita dimana badan

usaha yang menguasai beberapa sektor perekonomian adalah badan

usaha yang berbentuk PT.

Lebih lanjut Boediarto menyatakan masih terdapat beberapa alasan

praktis antara lain:2

1
Budiarto Agus,(2002), “Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan
Terbatas”: Makassar: Ghalia Indonesia. hal.2.

2
1. Setiap jenis usaha mempunyai jangkauan relatif luas pada izin

operasionalnya selalu menyatakan bahwa perusahaan yang

bersangkutan harus berbentuk badan hukum (pilihan utama pasti

PT).

2. Setiap jenis usaha yang bergerak di bidang keuangan diisyaratkan

dalam bentuk badan hukum, pilihan utama adalah PT.

3. Perusahaan yang berpeluang memanfaatkan pasar modal

hanyalah PT, maka sangat wajar apabila peningkatan jumlah PT di

Indonesia semakin besar.

Alasan tersebut sangat tepat sebab kenyataannya kreditur dalam

hal ini pihak perbankan di dalam menyalurkan dana pinjaman jumlah

besar mensyaratkan bahwa pihak debitur haruslah merupakan badan

usaha yang berbadan hukum dan status badan hukum ini dimiliki oleh

PT. Di samping itu badan usaha yang melakukan kegiatan pengerahan

dana masyarakat harus berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas,

misalnya badan usaha yang menjalankan usaha perbankan. Hal ini

sesuai dengan ketentuan di dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992

tentang pokok-pokok Perbankan yang telah diubah dengan Undang-

undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang

Nomor 7 tahun 1992.

Demikian pula berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Pasar Modal ternyata pihak yang dapat melakukan penawaran

2
Ibid.hal.5.

3
umum melalui pasar modal (emiten) hanyalah PT. Di sini PT mampu

mengadakan kapitalisasi dengan menawarkan sahamnya di bursa efek.

Bila dibandingkan dengan badan usaha lain, maka kedudukan PT adalah

lain sama sekali, karena pendiri PT dapat mengalihkan tanggung jawab

atas perbuatan hukum yang dilakukannya kepada perseroan dan para

pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap

perikatan yang dibuat oleh perseroan. Sebagai badan hukum PT

merupakan subyek hukum yang mampu mendukung hak dan kewajiban

sebagaimana subyek hukum orang. Oleh karena itu, eksistensinya diakui

dalam lalu lintas hukum.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (PT) selanjutnya penulis sebut dengan singkatan

UUPT, menentukan:

Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah


badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang
ini serta peraturan pelaksanaannya.

Rumusan pasal ini memberikan pengertian bahwa modal PT

seluruhnya terbagi dalam saham yang dapat dimiliki oleh beberapa orang

sebagai pemasok modal (pemodal) yang disebut pemegang saham.

Apabila dikaitkan dengan pasal 3 ayat (1) UUPT yang menentukan

bahwa pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab atas

4
kegiatan perseroan melebihi saham yang dimiliki, maka dapat

disimpulkan bahwa pemegang saham tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara pribadi atas segala akibat yang timbul

dari adanya perikatan yang dibuat oleh perseroan dengan pihak ketiga

dan seandainya perseroan mengalami kerugian, maka pemegang saham

tidak bertanggung jawab melebihi nilai saham yang dimilikinya. Inilah

resiko yang ditanggung oleh pemegang saham yang dapat

diperhitungkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, ditinjau dari segi

keamanan bagi para pemegang saham, maka bagi PT dapat lebih

meminimalkan resiko dibanding bentuk badan usaha lainnya.

Di dalam pratek sering terjadi penyimpangan-penyimpangan yang

dilakukan oleh pendiri Perseroan Terbatas (PT) yang tidak konsisten

dengan tujuan PT yang didirikannya. Hal ini selain berakibat menghambat

perkembangan perseroan itu sendiri, juga merugikan pihak kreditur.

Bahkan tidak jarang perseroan menolak tagihan dari pihak kreditur

karena ternyata dana pinjaman tidak digunakan untuk kepentingan

perseroan, melainkan digunakan sebagai kepentingan pribadi pendiri,

oleh karenanya perseroan merasa tidak wajib membayar pinjaman itu.

Akibatnya, timbul perselisihan antara perseroan dengan pihak kreditur.

Hal ini akan merugikan perseroan baik dari segi moril maupun materil.

Dari segi moril dengan adanya perselisihan antara pihak perseroan

dengan pihak kreditur, terlebih lagi bila akhirnya harus diselesaikan lewat

pengadilan, akan menjadikan PT tidak kredibel dan menurunkan

5
kepercayaan dari para kolega yang berakibat pula sangat merugikan dari

segi materil, sehingga tujuan didirikannya perseroan sebagai badan

usaha yang akan mengejar keuntungan atau laba tidak tercapai bahkan

cenderung merugikan pihak kreditur yang seharusnya hal ini tidak perlu

terjadi. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis perlu mengkaji

lebih dalam mengenai: “Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab

Pendiri Perseroan Terbatas (PT) dalam proses Perjanjian Kredit”

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut,

maka untuk membatasi pembahasan selanjutnyamaka penulis

mengangkat beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan dan realisasi pelaksanaan tanggung

jawab pendiri Perseroan Terbatas (PT) dalam suatu perjanjian

kredit?

2. Bagaimanakah akibat hukum yang timbul apabila terjadi

penyalahgunaan pelaksanaan pendirian Perseroan Terbatas (PT)?

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis realisasi pelaksanaan

tanggung jawab pendiri Perseroan Terbatas (PT) dalam suatu

perjanjian kredit.

6
2. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum yang dapat

dilakukan apabila terjadi penyalahgunaan dalam pelaksanaan

pendirian Perseroan Terbatas (PT)

Kegunaan Penelitian yaitu:

1. Diharapkan melalui penulisan ini dapat memberi informasi bagi

masyarakat, khususnya bagi yang berkecimpung dalam dunia

usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

2. Sebagai sarana melatih diri dan pengembangan pengetahuan serta

keterampilan dalam membuat karya ilmiah sesuai bidang ilmu yang

digeluti dan dapat juga diajadikan sebagai sarana informasi bagi

para pembaca khususnya kalangan mahasiswa Fakultas hukum

dalam menyusun karya ilmiah yang lebih baik.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peseroan Terbatas (PT)

PT atau (Perseroan terbatas) adalah perusahaan yang modalnya

terdiri dari saham-saham dan tanggung jawab dari sekutu pemegang

saham terbatas, yang sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.

Istilah perseroan pada perseroan terbatas menunjuk pada cara

penentuan modal pada badan hukum itu yang terdiri dari sero-sero atau

saham-saham dan istilah terbatas menunjukan pada batas tanggung

jawab para persero (pemegang saham) yang dimiliki, yaitu terbatas pada

jumlah nominal dari semua saham-saham yang dimiliki. Bentuk badan

hukum ini, sebagaimana yang ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang

Hukum dagang (selanjutnya disebut KUHD) bernama “Naamloze

vennootschap” atau disingkat NV3. Perseroan terbatas adalah komponen

bisnis yang penting dan banyak terdapat di dunia, termasuk di Indonesia

yang merupakan badan hukum (legal entity) yang memiliki sifat dan ciri

kualitas yang berbeda dari bentuk usaha lain. Salah satu yang

membedakan PT dengan badan usaha lainnya dapat dilihat dari doctrine

of separate legal personality yang intinya menjelaskan bahwa terdapat

3
M.Yahya Harahap,(2011),”Hukum Perseroan Terbatas”,Sinar Grafika,Jakart,Hal.21

8
pemisahan kekayaan antara pemilik atau pemodal (pemegang saham)

dengan kekayaan badan hokum itu sendiri4

Bila ditinjau kembali pada peraturan lama, Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (KUHD), defenisi mengenai Perseroan Trbatas (PT) ini

tidak dijumpai dalam pasal-pasalnya. Namun demikian, menurut Sutantya

dan sumatoro dari pasal 36,40,42 dan 45 KUHD dapat disimpulkan

bahwa suatu PT mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:5

a. Adanya Kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-

masing pesero (pemegang saham) dengan tujuan untuk

membentuk sejumlah dana sebagai jaminan bagi semua perikatan

perseroan;

b. Adanya persero atau pemegang saham yang tanggung jawabnya

terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan

mereka semua di dalam rapat umum pemegang saham (RUPS),

merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi perseroan, yang

berwenang mengangkat dan memberhentikan direksi dan

komisaris, berhak mendapatkan hal-hal yang belum ditetapkan

dalam anggaran dasar dan lain-lain.

4
Ahmad Yani dan Widjaya Gunawan,(2000), Seri Hukum Bisnis : “Perseroan Terbatas”, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Hal. 7.

5
Sutya R. Hadhikusima dan Sumantoro.,(1990), “Pengertian Pokok Hukum Perusahaan”: Jakarta :
Rajawali Pers. Hal.40.

9
c. Adanya pengurus (direksi) dan pengawas (komisaris) yang

merupakan satu kesatuan pengurus dan pengawasan terhadap

perseroan dan tanggung jawabnya terbatas pada tugasnya yang

harus sesuai dengan anggaran dasar dan keputusan RUPS.

Demikian pula setelah berlakunya Undang-Undang No.40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) juga tidak ditemukan secara tegas

di dalam pasal-pasalnya dengan klasifikasi yang bagaimana sehingga

suatu badan usaha itu dapat dikategorikan sebagai Perseroan Terbatas

(PT).

Di dalam Pasal 1 ayat (1) UUPT yang berbunyi:

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan perseroan


terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.

Dalam Pasal tersebut hanya menegaskan bahwa perseroan


terbatas adalah badan hukum. Untuk mendapat status badan inipun
masih harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu setelah akta
pendiriannya mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
sebagaimana ditentukan dalam pasal 7 ayat (6) UUPT yang menyatakan
sebagai berikut:
Perseroan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disahkan oleh menteri.

10
Jadi, untuk sampai pada suatu hal yang disebut sebagai badan

hukum, maka badan usaha tersebut lebih dahulu berbentuk Perseroan

Terbatas.

Berdasarkan Uraian tersebut maka Perseeoan Terbatas (PT)

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Peseroan

Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.

Pengertian diatas menunjukkan adanya lima unsur dalam

pengertian Perseroan Terbatas itu, yakni:

a. PT merupakan badan hukum;

b. PT didirikan berdasarkan perjanjian;

c. PT melakukan kegiatan usaha;

d. Modal dasar PT terbagi dalam saham;

e. PT harus memenuhi persyaratan Undang-undang No. 1 Tahun

1995 serta peraturan pelaksanaanya;

B. Sifat dan ciri Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan Terbatas (PT) merupakan badan hukum (legal enity),

yaitu badan hukum “mandiri” (persona standi in judico), yang memiliki

sifat dan ciri kualitas yang berbeda dari bentuk usaha yang lain, yang

dikenal sebagai karakteristik suatu PT yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai assosiasi modal

11
2. Kekayaan dan utang PT adalah terpisah dari kekayaan dan utang

pemegang saham,

3. Pemegang saham:

a. Bertanggung jawab hanya pada yang disetorkan, atau tanggung

jawab terbatas;

b. Tidak bertanggung jawab atas kerugian (PT) melebihi nilai

saham yang diambilnya;

c. Tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang

dibuat atas nama perseroan.

4. Adanya pemisahan fungsiantara pemegang saham dan pengurus

atau direksi.

5. Memiliki komisaris yang berfungi sebagai pengawas’

6. Kekuasaan tinggi berada pada Rapat Umum pemegang saham

atau RUPS.

C. Persyaratan dan Prosedur Pengesahan Badan Hukum Perseroan

dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Pendaftran dan

Pengumuman

1. Persyaratan

Pasal 7 ayat 1 UUPT secara tegas menentukan bahwa “Perseroan

didirikan oleh 2 (dua) orang lebih dengan akta notaries yang dibuat dalam

bahasa Indonesia”. Dalam defenisi atau persyaratan ini terdapat unsur-

unsur pokok: “oleh dua orang atau lebih”, “adanya akta notaries” dan

“bahasa Indonesia”.

12
Dua Orang maksudnya bahwa pendiri sekurang-kurangnya harus ada

dua, tidak boleh satu. Mengapa? Karena dalam mendirikan perusahaan

(badan hukum) harus didasarkan pada “perjanjian” atau yang disebut

“asas kontraktual”. Kalau orang yang hendak membuat perjanjian

sekurang-kurangnya harus ada dua orang atau dua pihak. Ketentuan ini

menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan undang-undang tersebut

yaitu “prinsip perjanjian”. Kemudian dibuat dengan “Akta Notaris” yang

berarti harus otentik, tidak boleh di bawah tangan melainkan dibuat oleh

pejabat umum, dan dalam “Bahasa Indonesia”

2. Akta Pendirian

Akta pendiri perusahaan adalah dokumen yang disahkan notaris

terkait dengan usaha untuk mendirikan sebuah perusahaan. Dokumen

tersebut berisikan identitas para pendiri lengkap dengan foto dan alamat,

kesepakatan yang terjadi ketikan mendirikan perusahaan tersebut, serta

anggaran dasar yang dipakai sebagai modal awal.

Dalam akta pendirian selain dimuat anggaran dasar yang telah

diperjanjikan, harus dimuat pula keterangan mengenai:

1) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat

tinggal dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama,

tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal

keputusan menteri mengenai pengesahan badan hokum dari

pendiri perseroan;

13
2) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat

tinggal dan kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan

Komisaris yang pertama kali diangkat dan;

3) Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham,

rincian jumlah saham dan nilai nominal atau nilai nominal saham

yang telah di tempatkan dan disetor.

3. Pengesahan

Pasal ayat 7 4 UUPT secara tegas menentukan bahwa perseroan

memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan

menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.

Tata cara pengajuan permohonan pengesahan dan persetujuan

menteri pasal 9 UUPT menentukan:

Hukum Perseroan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (4),


pendiri bersama-sama mengajukan Permohonan melalui jasa teknologi
untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
Informasi system administrasi badan hukum secara Elektronik kepada
Menteri.

4. Pendaftaran dan Pengumuman

Kewajiban direksi untuk mendaftarkan dalam wajib Daftar


perusahaan setelah akta pendirian disahkan dan akta perubahan
anggaran dasar disetujui atau melaporkan kepada menkeh, dinyatakan
secara tegas dalam pasal 30 UUPT, bahkan jangka waktunya ditetapkan
paling lama 14 hari setelah disahkan atau disetujui oleh Mengkeh/Mentri
kehakiman.

14
5. Anggaran Dasar
Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain
berkaitan dengan pendirian Perseroan. Pada prinsipnya selain tunduk
pada Undang-Undang No. 40 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) suatu
perseroan juga harus tunduk pada anggaran dasar Perseroan yang
sudah ditetapkan. Dengan kata lain anggaran dasar merupakan aturan
main dalam suatu perseroan terbatas6
Dalam anggaran dasar hal-hal yang harus dimuat adalah:

1) Nama dan tempat kedudukan perseroan;

2) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;

3) Jangka waktu berdirinya perseroan;

4) Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal

yang disetor;

5) Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada, berikut

jumlah saham untuk tiap klasifikasikan, hal-hal yang melekat

pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

6) Nama jabatan dan jumlah anggota direksi dan Dewan

Komisaris;

7) Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

8) Tata cara pengangkatan, penggantian dan pemberhentian

anggota direksi dan dewan Komisaris;

9) Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden;

6
https://konsultanhukum.web.id/memahami-anggaran-dasar-perseroan-
terbatas/

15
D. Pendirian Perseroan Terbatas (PT)

Seperti yang telah diuraikan di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT) UUPT

memberikan pengertian bahwa perseroan terbatas yang selanjutnya

disebut perseroan adalah “badan hukum yang didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan dengan modal dasar yang seluruhnya

terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan

undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Ditinjau dari prinsip hukum perjanjian maka untuk mendirikan badan

hukum perseroan harus dipenuhi sebagai berikut:7

1. Adanya dua orang atau lebih untuk mendirikan perseroan (pasal 7

ayat 1 (UUPT)

2. Adanya pertanyaan kehendak dari pendiri untuk persetujuan

mendirikan perseroan.

3. Kewajiban setiap pendiri untuk mengambil bagian saham pada saat

perseroan didirikan (pasal 7 ayat 1 UUPT).

Perjanjian pendirian perseroan tersebut dinyatakan dalam notaris

dalam bentuk akta perjanjian perseroan yang memuat sekaligus

anggaran dasar disepakati yang telah dibuat notaries dalam bahasa

Indonesia.

7
https://www.finansialku.com/para-pebisnis-ketahui-dulu-tentang-akta-
pendirian-perusahaan/

16
Sejak ditandatangani akta pendirian perseroan oleh para pendiri

maka perseroan telah berdiri dan hubungan antara pendiri adalah

hubungannya kontraktuktual karena perseroan belum memperoleh status

badan hukum. Status badan hukum perseroan diperoleh setelah akta

pendiriannya disahkan oleh Menteri kehakiman (pasal 7 ayat 4 UUPT

berarti setelah diperoleh status badan hukum, perseroan adalah badan

yang mandiri dan hubungan antara para pendiri tidak lagi merupakan

hubungan kontraktual dan pendiri sebagai pemegang saham perseroan

tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas

nama perseroan melebihi nilai saham yang dimiliki (pasal 3 ayat 1).

Bahwa sebenarnya persoalan perseroan telah memperoleh status

badan hukum atau belum adalah permasalahan pertanggungan jawab

atas perbuatan hukum yang dilakukan atas nama perseroan dan

siapakah yang berhak melakukan perbuatan hukum atas nama

perseroan. Dalam hal ini Pasal 13 UUPT telah mengantisipasinya untuk

mengatur tata cara yang harus ditempuh untuk mengalihkan kepada

perseroan hak dan atau tanggung jawab yang timbul dan perbuatan

hukum pendiri yang dibuat setelah perseroan didirikan tetapi belum

disyahkan menjadi badan hokum yaitu melalui penerimaan secara tegas

oleh perseroan atau pernyataan perseroan untuk mengambil alih semua

hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan

oleh calon pendiri atau kuasanya.

Adapun kewenangan perseroan untuk mengukuhkan perbuatan

hukum sebagaimana dimaksud diatas harusnya merupakan kewenangan

17
pada RUPS, tetapi mengingat untuk menyelenggarakan RUPS belum

dapat segera dilakukan sebelum perseroan disahkan, maka pengukuhan

dilakukan sebelum perseroan disahkan, maka pengukuhan dilakukan

oleh semua anggota direksi bersama-sama semua pendiri serta semua

Dewan Komisaris Perseroan.

Bagi pihak ketiga di luar perseroan apabila akan mengadakan

perbuatan hukum dengan perseroan yang belum disyahkan badan

hukumnya, maka perlu memperhatikan hal-hal tersebut karena hubungan

para pendiri masih dalam hubungan kontraktual. Oleh karena itu

perbuatan hukum tersebut perlu disetujui oleh semua pendiri/pemegang

saham dan direksi perseroan dengan menandatangani semua dokumen

perbuatan hokum yang telah disepakati supaya dikemudian hari tidak

menimbulkan permasalahan.

Seperti telah dikemukakan diatas, UUPT menetapkan bahwa

pendirian perseroan adalah berdasarkan perjanjian, tetapi bagaimana

halnya status badan hokum diperoleh. Dalam Pasal 7 ayat (6) UUPT

menentukan bahwa:

Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5),


pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham
bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian
perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, Pengadilan
Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.

18
Secara konsisten pasal 7 ayat 6 UUPT mempertahankan komposisi

2 orang tersebut, dengan menetapkan bahwa dalam hal setelah

perseroan disahkan pemegang saham menjadi kurang dari dua orang,

maka dalam waktu paling lama enam bulan setelah terhitung sejak

keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib

mengalihkan sebagian saham kepada orang lain (dalam arti yang tidak

satu kesatuan harta) dan apabila setelah lewat enam bulan pemegang

saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau

kerugian perseroan dan atas permohonan pihak yang berkepentingan

Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.

Hal tersebut berbeda dengan prinsip pada masa lampau, pada

waktu itu, pendirian perseroan dianut prinsip perjanjian sedangkan

setelah perseroan memperoleh status badan hokum maka dianut teori

institusi, sehingga pemegang saham dapat satu orang. Sistem pendirian

PT dibeberapa Negra memang berbeda-beda, seperti Belanda menganut

system bahwa perseroan dapat didirikan oleh 1 (satu) orang pendiri dan

sahamnya tetapi Australia, singapura mengharuskan lebih dari 1(satu)

pendiri/pemegang saham.

Adapun pertimbangan pembuat UU mensyaratkan dua atau lebih

pemegang saham:

1. Perseroan didirikan berdasarkan perjanjian yang berarti melibatkan

lebih dari satu pihak.

19
2. Keharusan untuk memiliki lebih dari 1 (satu) pemegang saham

dimaksudkan mencegah kemungkinan pencampuran harta

kekayaan pribadi pemegang saham apabila dimungkinkan

pemegang saham tunggal.

Sementara itu timbul berbagai pendapat bahwa ketentuan yang

mewajibkan pemegang saham perseroan selamanya harus minimal

2(dua) orang akan berakibat menjamunya lembaga “nominee ”, atau

“dummy” untuk selama-lamanya yang akan menambah “overhead cost”,

serta tidak sejalan dengan kecenderungan perkembangan hukum

perseroan yang memungkinkan pendirian perseroan oleh 1 (satu) orang.

Apabila kita tinjau perkembangan kegiatan ekonomi dan

perdagangan yang pesat dewasa ini. Perekonomian Indonesia memang

tidak dapat menutup diri terhadap pengaruh-pengaruh dan tuntutan

globalisasi, namun demikian UUPT yang telah mengalami pembahasan

yang sangat mendalam dan teliti dengan anggota Dewan Perwakilan

Rakyat R.I harus tetap bersumber dan berasaskan pada asas

perekonomian yang dikehendaki pasal 33 UUD 1945, yaitu asas

kekeluargaan yang mampu memenuhi hokum bagi masyarakat dan

bangsa Indonesia menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Sehubungan dengan itu maka UUPT telah menentukan suatu

norma untuk mencegah terjadinya pemegang saham tunggal dalam hal

seseorang menjalankan usaha denga wadah perseroan terbatas,

20
kemudian sebagai upaya untuk menegakkan ketentuan tersebut maka

dalam pasal 7 ayat 6 UUPT diatur secara tegas dalam perseroan yang

pemegang sahamnya kurang dari dua orang setelah lewat waktu enam

bulan tersebut, atas permohonan pihak yang berkepentingan Pengadilan

Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.

Selain itu UUPT telah mengatur perlindungan kepentingan para

pemegang saham minoritas, dengan jelas dalam pasal 54 ayat 2, pasal

55 ayat 1, pasal 75,76,105, dan pasal 110 UUPT, sehingga dapat

diharapkan penggunaan ” nomine” atau “dummy” akan tidak popular lagi.

E. Organ Perseroan Terbatas (PT)

Sebagaimana bunyi pasal 1 ayat (2) UUPT yang menjelaskan:

Organ Perseroan adalah rapat umum pemegang saham direksi dan

komisaris.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa perseroan terbatas mempunyai

organ yang terdiri atas.

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS merupakan organ perseroan yang kedudukannya adalah

sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan

sebagaimana ditentukan dalam pasal 1 butir UUPT yang menyatakan:

Rapat umum pemegang saham yang selanjutnya disebut RUPS

adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam

21
perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan

kepada direksi atau komisaris.

Akan tetapi, bila ditinjau pada bunyi kalimat “memegang segala

wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris”, maka

apa yang dimaksud di dalam pasal 1 butir 3 UUPT tersebut sebenarnya

kekuasaan RUPS adalah tidak mutlak. Artinya, kekuasaan tertinggi yang

diberikan oleh undang-undang kepada RUPS tidak berarti bahwa RUPS

dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah diberikan

undang-undang dan anggaran dasar kepada direksi dan komisaris.

Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh RUPS hanya mengenai wewenang

yang tidak diberikan kepada direksi atau komisaris. Dengan demikian

dapat disimpulkan pula bahwa direksi atau komisaris mempunyai

wewenang yang tidak dapat dipengaruhi oleh RUPS.

RUPS ini terwujud dalam sebuah forum yang membicarakan

agenda yang memang harus sudah ditentukan terlebih dahulu. Dalam

forum ini pemegang saham berhak untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan sepanjang berkaitan dengan perseroan dari direksi dan/atau

dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara RUPS

dan tidak bertentangan dengan kepentingan PT. Sebagaimana catatan

tambahan, RUPS tidak berhak untuk membicarakan apalagi mengambil

keputusan dalam mata acara lain-lain, kecuali semua pemegang saham

hadir untuk diwakilkan dalam RUPS dan menyetujui penambahan mata

22
acara rapat. Dengan demikian, keputusan atas mata acara rapat yang

ditambahkan harus disetujui dengan suara bulat.

Tempat RUPS harus terletak di wilayah Negara Republik Indonesia.

Namun, dalam pasal 77 UU No.40 Tahun 2007 ini memberikan peluang

untuk melaksanakan RUPS dengan cara melalui media telekonferensi,

video konferensi, atau sarana media eloktronik lainnya yang

memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar

secara langsung, serta berpartisipasi dalam rapat.

Rapat Umum Pemegang Saham terdiri dari:

1) RUPS Tahunan

UPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat

enam bulan setelah tahun buku berakhir.

2) RUPS lainnya

RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan

untuk kepentingan PT.

Dalam RUPS tahunan, harus diajukan semua dokumen dari

laporan tahunan PT yang meliputi:

1) Laporan keuangan yang terdiri dari sekurang-kurangnya neraca

akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan

dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi tahun buku

yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan

ekuitas serta catatan atas laporan keuangan tersebut.

2) Laporan mengenai kegiatan PT.

23
3) Laporan pelaksanaan tanggung jawab social dan lingkungan.

4) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang

mempengaruhi kegiatan usaha PT.

5) Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan

oleh dewan komisaris selama tahun buku yang baru lampau.

6) Nama anggota direksi dan anggota dewan komisaris.

7) Gaji dan tunjangan bagi anggota direksi dan gaji atau honorium

dan tunjangan bagi anggota dewan komisaris perseroan untuk

tahun yang baru lampau.

Penyelenggara RUPS adalah Direksi PT dengan terlebih dahulu

memanggilan RUPS. Penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas

permintaan dari:

1) Satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama

mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh

saham dengan hak suara, kecuali Anggaran Dasar menentukan

suatu jumlah yang lebih kecil atau;

2) Permintaan dari dewan komisaris.

Sementara mekanisme pemanggilan RUPS dan tata cara

teknisnya, dapat secara gambling dilihat pada Pasal 75 s.d. pasal

91 UU No.40 Tahun 2007.

24
Kewenangan RUPS ada yang dapat didelegasikan kepada direksi

dan komisaris berdasarkan Undang-Undang, atau ditentukan dalam

anggaran dasar, misalnya:

1) Pengangkatan direksi dan komisaris adalah menjadi wewenang

RUPS demikian juga dengan pemberhatian direksi dan

komisaris;

2) RUPS mempunyai wewenang mengambil keputusan untuk

mengubah anggaran dasar.

3) Wewenang RUPS juga dapat dilihat pada perbuatan

penggabungan/merger dan akuisisi di antara perusahaan.

4) RUPS berwenang membuat peraturan tentang pembagian tugas

dan wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis

penghasilan direksi.Tugas tersebut dalam dilimpahkan kepada

komisaris jika ditentukan demikian dalam anggaran dasar.

5) RUPS berwenang mengangkat satu orang pemegang saham

atau lebih untuk mewakili perseroan dalam keadaan direksi

tidak berwenang mewakili perseroan karena terjadi

perselisihan/perkara antara direksi dengan perseroan atau

terjadi pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan

antara direksi dan perseroan.

6) RUPS berwenang mengambil keputusan jika diminta oleh

direksi untuk memberikan persetujuan guna mengalihkan atau

25
menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian harta

kekayaan perseroan.

Kewenangan RUPS yang menurut UUPT tidak dapat dilimpahkan

kepada orang lain adalah:

1) Keputusan untuk merubah anggaran dasar (Pasal 14 UUPT).

2) Pengurangan modal (Pasal 44 UUPT).

3) Menyetujui laporan tahunan dan mengesahkan perhitungan

tahunan (pasal 66 UUPT).

4) Penepatan penggunaan laba (pasal 70 UUPT).

5) Pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris(pasal

93,111,112 UUPT.

2. Direksi

Direksi atau disebut juga sebagai pengurus perseroan adalah alat

perlengkapan perseroan yang melakukan semua kegiatan perseroan dan

mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dengan

demikian, ruang lingkup tugas direksi ialah mengurus perseroan.

Di dalam penjelasan resmi dari pasal 79 ayat (1) UUPT dikatakan

bahwa tugas direksi dalam mengurus perseroan antara lain meliputi

pengurusan sehari-hari dari perseroan. Di samping itu, pasal 82 UUPT

juga memberikan pedoman kepada direksi agar di dalam mengurus

perseroan selalu berorientasi pada kepentingan dan tujuan perseroan.

Hal ini dapat diduga latar belakang adanya ketentuan itu adalah karena

kepentingan perseroan serta tujuan perseroan di satu pihak suatu saat

26
dapat tidak sejalan dengan kepentingan dan keinginan pemegang

saham.

Jadi untuk mengetahui rincian tugas direksi harus dilihat dalam

anggaran dasar PT dan pada umumnya berkisar pada hal-hal berikut:

1) Mengurus segala urusan;

2) Menguasai harta kekayaan Perseroan;

3) Melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dimaksud dalam

pasal 1796 KUHPdt, yaitu:

a. memindahtangankan hipotik pada barang-barang tetap.

b. membebankan hipotik pada barang-barang tetap.

c. melakukan dading.

d. melakukan perbuatan lain mengenai hak milik.

e. mewakili perseroan di muka dan di luar pengadilan.

4) Dalam hubungannya dengan pihak ketiga, direksi masing-masing

atau bersama-sama mempunyai hak mewakili perseroan

mengenai hal-hal dalam bidang usaha yang menjadi tujuan

perseroan. Direksi bertanggungjawab penuh mengenai

pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan

serta mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan

sebagaimana diatur dalam pasal 82 UU No.40 tahun 2007.

5) Dalam hubungannya dengan harta kekayaan perseroan, direksi

harus mengurus dan menguasai dengan baik, menginventarisasi

secara teliti dan cermat.

27
6) Melaksanakan pendaftaran dan pengumuman.

Uraian tugas tersebut hanya merupakan gambaran umum yang

termuat dalam anggaran dasar perseroan. Dalam hal-hal tertentu seperti

misalnya dalam mengadakan hubungan hokum dengan pihak ketiga, di

samping harus mengacu kepada tujuan perseroan dapat pula ditentukan

harus terlebih dulu mendapat persetujuan dari komisaris yang telah diberi

mandate oleh RUPS. Biasanya perbuatan hokum yang harus mendapat

persetujuan dari komisaris ialah perbuatan hukum yang berkaitan dengan

penguasaan terhadap suatu denda. Di samping itu menyelenggarakan

dan memimpin RUPS tahunan dan juga RUPS lainnya merupakan tugas

direksi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 66 ayat (1) UU No.40

Tahun 2007.

3. Komisaris

Komisaris adalah jabatan tertinggi dalam perusahaan dan terkadang

bisa juga bertindak sebagai pemilik perusahaan/pemilik saham.

Sebelum keluarnya Undang-Undang No.1 Tahun 1995, keberadaan

organ komisaris pada PT tidak merupakan suatu keharusan atau tidak

mutlak harus ada atau bersifat fakultatif. Ada tidaknya komisaris biasanya

ditentukan dalam anggaran dasar PT yang bersangkutan. Hal ini dapat

disimpulkan pada 44 ayat (1) KUHD yang berbunyi:8

8
https://glints.com/id/lowongan/komisaris-adalah/#.YFDM-i7wa1s

28
Perseroan diurus oleh pengurus yang diangkat untuk itu oleh

Persero, sekutu-sekutu atau orang lain yang diangkat untuk itu, dengan

atau tidak menerima upah, dengan atau menerima upah, dengan atau

tidak dengan pengawasan dari komisaris.

Anggota dewan komisaris disebut komisaris. Dewan Komisaris

diangkat dan diberhentikan dalam RUPS, kecuali dalam hal untuk

pertama kalinya, pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh

pendiri dari satu orang atau lebih. Pengaturan mengenai jumlah Dewan

Komisaris harus dicantumkan dalam Anggaran Dasar PT. Dalam hal

terdiri lebih dari seorang maka dewan komisaris merupakan majelis,

berarti bahwa setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak

sendiri-sendiri, tetapi berdasarkan keputusan Dewan Komisaris tersebut.

Orang Perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum

dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris, kecuali dalam waktu

lima tahun sebelum pengangkatannya pernah:

1) Dinyatakan pailit;

2) Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang

dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan

pailit; atau

3) Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan

keuangan Negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor

keuangan, semisal korupsi.

Dalam menjalankan tugas pengawasan, Dewan Komisaris dapat

membentuk komite yang anggotanya seorang atau lebih adalah anggota

29
Dewan Komisaris. Komite ini bertanggung jawab kepada Dewan

Komisaris.

Selanjutnya, bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, selain mempunyai Dewan Komisaris, wajib

pula untuk mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Dewan ini terdiri atas

seorang ahli syariah atau yang lebih diangkat oleh RUPS atas

rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. Dewan Pengawas Syariah ini

bertugas untuk memberikan nasehat dan saran kepada direksi, serta

mengawasi kegiatan PT agar sesuai dengan prinsip syariah (Hukum

Islam).

Jadi, peran Dewan Komisaris dalam garis besarnya sebagai berikut:

1) Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan

pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik

mengenai PT maupun usaha PT, dan memberi nasehat kepada

Direksi;

2) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik,

kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas

pengawasan serta pemberian nasehat kepada Direksi untuk

kepentingan PT dan sesuai dengan maksud serta tujuan PT.

Ketentuan tentang besarnya gaji atau honorium dan tunjangan bagi

anggota Dewan Komisaris ditetapkan oleh RUPS.

Dewan Komisaris berkewajiban melakukan hal-hal sebagai

berikut:

30
1) Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan

salinannya;

2) Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan

sahamnya dan/atau keluarganya pada peseroan tersebut dan

perseroan lain;

3) Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah

dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.

Rincian tugas komisaris biasanya diatur di dalam anggaran dasar,

antara lain;

a. Mengawasi tindakan pengurusan dan pengelolaan

perseroan yang dilakukan oleh direksi.

b. Memeriksa buku-buku, dokumen-dokumen, serta kekayaan

perseroan.

c. Memeriksa teguran-teguran, petunjuk-petunjuk, nasehat-

nasehat kepada direksi.

d. Apabila ditemukan keteledoran direksi yang mengakibatkan

perseroan menderita kerugian, komisaris dapat

memberhentikan sementara direksi yang bersalah tersebut

untuk kemudian dilaporkan kepada RUPS untuk

mendapatkan keputusan lebih lanjut.

Terkait dengan pertanggungjawaban Dewan Komisaris bila terjadi

kepalilitan PT maka Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai

pertanggungjawaban atas kepalilitan PT apabila dapat membuktikan:

31
1) Kepalilitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.

2) Telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan

kehatian-hatian untuk kepentingan PT dan sesuai dengan

maksud serta tujuan PT.

3) Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun

tidak langsung, atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang

mengakibatkan kepalilitan.

4) Telah memberikan nasehat kepada direksi untuk mencegah

terjadinya kepalilitan.

F. Modal Perseroan

Untuk mengelola suatu perseroan diperlukan adanya modal, yang

disebut modal dasar perseroan atau authorized capital. Modal perseroan

dibedakan antara modal dasar, modal ditempatkan atau modal

dikeluarkan, dan modal disetor.

1. Modal dasar (authorized capital) adalah jumlah saham maksimum

yang dapat dikeluarkan oleh perseroan, sehingga modal dasar

terdiri atas seluruh nominal saham. Minimum modal dasar adalah

Rp. 50.000,000- (lima puluh juta rupiah).

2. Modal yang ditempatkan (issued capital atau subscribed capital)

adalah saham yang telah diambil dan sebenarnya telah terjual

kepada para pendiri maupun pemegang saham perseroan. Jadi

para pendiri, demikian juga para pemegang saham perseroan telah

menyanggupi untuk mengambil bagian sebesar atau sejumlah

32
tertentu dari saham perseroan, dan oleh karena itu dia mempunyai

kewajiban untuk membayar atau melakukan penyetoran kepada

perseroan. Dalam modal yang ditempatkan ini biasa termaksud

saham treasury atau treasury stock. Paling sedikit modal

ditempatkan adalah 25% x Rp. 50.000.000 = Rp. 12.500.000, harus

sudah ditempatkan.

3. Modal yang disetor (paid up capital) adalah saham yang telah

dibayar penuh kepada perseroan yang menjadi penyertaan atau

penyetoran modal riil yang telah dilakukan oleh pendiri maupun

para pemegang saham perseroan. Paling sedikit modal setor

adalah 50% x nilai nominal, sisanya harus disetor penuh pada saat

penyetoran.

G. Macam-Macam PT

Macam-macam Perseroan Terbatas (PT) yang disebutkan dalam

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:

1. Perseroan Tertutup (PT Biasa)

Yakni jenis PT sebagaimana diatur oleh Pasal 1 UU No. 40 Tahun

2007 tersebut, yaitu badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan

modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT,

serta peraturan pelaksanaannya. Modal dasar PT Tertutup minimal

sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Namun, Undang-

33
undang atau peraturan pelaksanaan yang mengatur bidang usaha

tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal dasar Fr yang

berbeda dari ketentuan yang telah ditetapkan tersebut.

2. Perseroan Terbuka (PT Tbk)

Yakni perseroan publik atau perseroan yang melakukan

penawaran untuk saham di pasar modal, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Perseroan

terbuka menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal.

Jadi, sahamnya ditawarkan kepada umum, diperjualbelikan melalui bursa

saham dan setiap orang berhak untuk membeli saham perusahaan

tersebut. PT Terbuka diatur oleh UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT dan

UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam Pasal 1 ayat (22)

disebutkan bahwa PT Terbuka adalah PT yang modalnya dimiliki

sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki

modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,- (tiga milyar

rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor dan

modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

H. Perjanjian Kredit

1. Pengertian Perjanjian Kredit

Pemberian kredit perbankan di Indonesia tunduk kepada Ketentuan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah di ubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan peraturan

pelaksanaanya, antara lain yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan

34
peraturan intern masing-masing Bank. Adapun mengenai perjanjian

kreditnya, sebagai salah satu perjanjian, tunduk kepada ketentuan hukum

perikatan dalam hukum positif di Indonesia. Kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

pihak lain yang yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Perjanjian batasannya diatur dalam pasal 1313 KUHP Perdata

menentukan bahwa "Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

atau lebih" atau dapat disimpulakan. Perjanjian adalah persetujuan atau

kesepakatan antara dua orang atau lebih yang memberikan suatu

kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal tertentu atau

khusus.

Menurut Badrulzaman Mariam Darus mengutip pendapat Levy

mengatakan bahwa:9

Kredit adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk


digunakan secara bebas oleh penerima kredit berhak mempergunakan
pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan
jumlah pinjaman itu dibelakang hari.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa

perjanjian kredit merupakan perjanjian pinjam meminjam uang antara

9
Badrulzaman Mariam Darus,(1989),”Perjanjian Kredit Bank” : Alumni : Bndung Hal.21

35
bank dengan nasabah / debitur. Dimana dalam Pasal 1754 KUHP

Perdata menentukan bahwa:

Pinjam meminjam ialah Perjanjian dengan mana pihak yang satu


memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang
yang habis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang
belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam
dan keadaan yang sama pula.

2. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian

Dalam Pasal 1320 KUHP Perdata, disebutkan bahwa ada 4

(empat) syarat yang diperlukan untuk sahnya perjanjian, yaitu :

1) Sepakat mereka yang menggiatkan dirinya.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3) Suatu hal tertentu

4) Suatu sebab yang halal.

Berdasarkan Pasal 1338 KUHP Perdata tentang akibat dari suatu

perjanjian yang menentukan:

Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-


undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat
ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena
alasan-alasan yang oleh Undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Jadi dengan
dipenuhinya keempat syarat di atas, maka dikatakan bahwa perjanjian itu
berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

36
Sedangkan tentang hapusnya perikatan diatur dalam pasal 1381

KUHP perdata, yaitu:

1) Karena pembayaran;

2) Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan

penyimpanan atau penitipan;

3) Karena pembaharuan utang;

4) Karena perjumpaan utang atau kompensasi;

5) Karena pencampuran utang;

6) Karena pembebasan utangnya;

7) Karena musnahnya barang yang terutang

8) Karena kebatalan atau pembatalan;

9) Karena berlakunya suatu syarat batal;

10) Karena lewatnya waktu (kedaluarsa);

3. Unsur-Unsur Perjanjian kredit

Dalam perjanjian kredit dikenal beberapa unsur, antara lain:

1) Adanya Kepercayaan

Yaitu keyakinan bank terhadap debitur bahwa kredit yang

diberikan (bank berupa uang, barang ataupun jasa ) akan

benar-benar dikembalikan tepat pada waktu yang telah

ditentukan di masa yang akan dating.

2) Adanya Kesepakatan

37
Di mana para pihak dalam hal ini bank dan debitur telah

saling sepakat, untuk memenuhi segala sesuatu yang telah

mereka perjanjikan, yang mana masing-masing pihak

mengetahui hak dan kewajibannya.

3) Jangka waktu

Dalam pemberian kredit ada jangka waktu tertentu yang

telah ditentukan, dan telah disepakati oleh kedua pihak, dimana

jangka waktu ini menyangkut masa pembelian kredit. Jangka

waktu tersebut dapat berbentuk jangka panjang.

4) Resiko

Resiko kerugian yang muncul apabila tindak

tertagihnya/macetnya kredit, hal ini dapat disengaja dapat juga

tidak disengaja seperti bencana alam atau bangkrutnya

perusahaan penerima kredit. Semakin lama pula resiko yang

akan mucul.

5) Balas jasa

Merupakan keuntungan yang diperoleh pihak bank atas

pemberian kredit, balas jasa dapat berupa bunga, biaya

administrasi ataupun biaya provisi.

38
I. Jaminan Kredit

1. Pengertian Jaminan Kredit

Pada prinsipnya,dalam pemberian kredit perusahaan pembiayaan

memiliki keyakianan bahwa kredit yang telah dicairkan dapat kembali.

Oleh sebab itu, pemberian kredit wajib didasarkan pada evaluasi secara

menyeluruh terhadap kemampuan dan kesanggupan debitur atau

nasabah guna melunasi kewajibannya sesuai dengan yang di perjanjikan.

Namun demikian, mengingat pemberian kredit dihadapkan pada resiko

kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya dimasa yang akan

datang, maka untuk mengurangi kerugian bila nasabah (debitur)

wanprestasi, perusahaan pembiayaan akan mengisyaratkan nasabah

untuk memberikan jaminan kebendaan sebagai second way.

Jaminan atau anggunan atau collateral adalah barang atau benda

yang diserahkan nasabah sebagai angunan terhadap kredit yang

diterima.

Jaminan atau anggunan kredit merupakan hak dan kekuasaan

terhadap barang jaminan yang diserahkan oleh nasabah kepada pemberi

kredit (dalam hal ini perusahaan pembiayaan), untuk menjamin

pelunasan utangnya apabila peminjam yang telah diterima dapat dilunasi

sesuai waktu yang telah disepakati dalam perjanjian kredit.

39
2. Klasifikasi Jaminan

a. Jaminan kebendaan terdiri dari;

1) Jaminan kebendaan barang bergerak, yaitu barang-barang

yang secara fisik dapat berpindah atau dipindah, contohnya

kendaraan bermotor, piutang dagang, deposito, dan lain-lain.

2) Jaminan kebendaan barang tidak bergerak, yaitu benda atau

barang yang tidak dapat bergerak atau tidak dapat

dipindahan, contohnya tanah dan bangunan, mesin pabrik

yang sudah terpasang, dan sebagainya.

3. Fungsi dan tujuan pengikat Jaminan

1) Untuk mengamankan pemberian kredit dari resiko yang

mungkin akan terjadi.

2) Untuk memberikan hak dan kekuasaan kepada pemberi kredit

(multifinance) guna mendapatkan pelunasan dengan barang-

barang jamianan tersebut, bila nasabah wanprestas.

3) Untuk mendorong nasabah melunasi kewajiaban sesuai dengan

yang diperjanjikan, tanpa harus kehilangan kekayaan yang telah

dijaminkan kepada multifinance (perusahaan pembiayaan)10

10
. https://www.kreditpedia.net/jaminan-atau-agunan-kredit/

40
BAB III

METODE ENELITIAN

A. Originalitas Penelitian

Dalam melakuakan Penelitian skripsi ini, peneliti talah melakukan

penelusuran terhadap berbagai skripsi yang relevan dengan penelitian

yaitu;

1. Penelitian karya ilmiah Agustino Sandy Permana, persamaan

dalam penelitian yaitu memiliki penelitian terkait dengan

Pertanggung jawaban Perseroan Terbatas, perbedaan dari karya

ilmiah ini ialah penelitiannya yang mencangkup mengenai Direksi.

2. Peneliti Karya ilmiah Vidya larasati, persamaan dalam penelitian

yaitu memiliki penelitian terkait dengan tanggung jawab perseroan

terbatas (PT), perbedaan dari karya ilmiah ini ialah melibatkan

pihak ketiga akibat transaksi untuk kepentingan perseroan sebelum

berstatus badan hokum.

Berikut ini merupakan table untuk memudahkan melakukan suatu

penelusuran dan mengidentifikasi hasil studi atau penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian ini;

41
No Ilmiah Karya Judul Persamaan Perbedaan

Pertanggungjawaban Terkait Perbedaan


1. Agus Sandy
Direksi Perseroan dengan dari karya
Permana
Terbatas (PT) yang perseroan ilmiah ini

melakukan terbatas ialah

perbuatan yang penelitiannya

melawan Hukum mengenai

Direksi

Tanggung jawab Tanggung Perbedaan


2. Vidya Larasati
pendiri Perseroan dari karya
jawab
Terbatas terhadap ilmiah ini
perseroan
pihak ketiga akibat ialah
transaksi untuk terbatas melibatkan
kepentingan pihak ketiga
perseroan sebelum akibat
berstatus badan transaksi
hukum untuk
kepentingan
perseroan
sebelum
berstatus
badan
hukum

42
B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian menggunakan aspek empiris dan sosiologis dengan

penjelasan, bahwa tipe penelitian hukum empiris dipergunakan untuk

menjelaskan fakta-fakta tentang objek penelitian, sedangkan tipe

penelitian hukum sosiologis dipergunakan untuk melihat pengaruh suatu

ketentuan hukum dalam kehidupan manusia sebagai subjek hukum,

terutama dalam hubungan hukum perdata bisnis.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan dalam wilayah Kota Makassar yaitu pada

PT Bank BRI Syariah Tbk. Cabang Makassar dengan alasan bahwa pada

instansi tersebut sangat relevan untuk melakukan penelitian sebagai

tempat berlangsungnya kegiatan mengenai perjanjian kredit.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekumpulan subjek maupun objek dari suatu

penelitian yang perlu ditentukan untuk mendapatkan data yang valid dan

dipercaya. Sehubungan dengan penelitian ini, maka populasinya adalah

pihak-pihak yang terkait dalam kasus pendirian PT, dalam hal ini pendiri

PT, bank dan notaries.

Adapun sampel yang diambil yakni berdasarkan pada ciri yang

berhubungan dengan masalah ini. Berdasarkan teknik ini maka peneliti

memilih 1 orang dari pihak bank dan 1 orang dari pemilik PT serta

beberapa informan atau responden kasus tersebut.

43
E. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh

melalui wawancara dengan responden yang telah ditetapkan. Sedangkan

data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis,

yaitu dari dokumen perjanjian kredit dan dokumen-dokumen pendukung

lainnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan cara:

1. Observasi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keadaan daerah

penelitian guna penjajakan dan pengambilan data sekunder

mengenai ha!-hal yang berkaitan dengan cirri-ciri demografi dan

gambaran umum lokasi penelitian.

2. Wawancara, yaitu mendatangi responden kemudian dilakukan Tanya

jawab secara langsung dengan responden. Tipe pertanyaan yang

digunakan dalam wawancara adalah sifatnya teratur yang didasarkan

pada konsep atau pedoman yang sebelumnya telah dipersiapkan

diantaranya:

1) PT di Makassar

2) Masyarakat yang terlibat dalam usaha PT

3. Dokumentasi, yaitu menelaah dokumen-dokumen yang

representative dengan masalah penelitian terutama ketentuan

tentang proses pendirian PT dan ketentuan Perundang-undangan

44
yang menyangkut Perseroan Terbatas.

G. Analisis Data

Setelah tahap pengumpulan data maka dilanjutkan dengan analisis

data yang dilakukan secara kualitatif. Analisis kualitatif yaitu menyusun

data yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumentasi

tersebut secara sistematis untuk selanjutnya hasil analisis tersebut

akan disajikan dalam bentuk penyajian deskriptif.

45
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Terjemahanya

Literatur
Adib Bahari. 2010. Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas.
Suka Buku: Jakarta.
Agus Budiarto. 2002. Kedudukan Hukum dan Tanggung jawab
Pendiri Perseroan Terbatas. Anggota IKAPI: Ghalia Indonesia
Ahmad yani dan Widya Gunawan,2000,Seni Hukum Bisnis:
Perseroan Terbatas, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ali Boediarto. Tanggung Jawab Yuridis Hutang Perseroan
Terbatas. Varia Peradilan No. 149, tahun ke-XIII. Februari1998)
Cornelius Simanjuntak. 2009. Organ Perseroan Terbatas. Sinar
Grafika: Jakarta.
Hadi Sutrisno. 1989. Bimbingan Menulis Skripsi dan Tesis. Andi
Offset: Yogyakarta
Kasmin 2000. Dasar-dasar Perbankan. Raja Carafindo Persada:
Jakarta.
M. Yahya Harahap,2011,Hukum Perseroan Terbatas, Sinar
Grafika,Jakarta.
Mariam Darus Badrilzaman. 1989. Perjanjian kredit Bank.
Alumni:Bandung
Munir Fuady. 2003. Perseroan Terbatas paradigma Baru. Citra
Aditya Bakti: Bandung.
----------, 2003. Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis.
Citra Aditya Bhakti:Bandung
Purwahid patrik. 1994. Dasar-dasar Hukum Perikatan. Mandar
Maju:Bandung
Sembiring Sentosa. 2206. Hukum Perusahaan Tentang Perseroan
Terbatas. Nuansa Aulia:Bandung

46
Soedjono Didjosiswono. 2003. Kontrak Bisnis. Bandar Maju:
Jakarta
Sutantya R. Hadhikusima dan Sumantoro. 1990. Pengertian Pokok
Hukum Perusahaan. Rajawali Pers : Jakarta
Suharnoko 2004. Hukum Perjanjian Teori dan Analisis Kasus.
Peranada Media: Jakarta
Subekti 1992. Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional. Citra
Aditya Bhkati:Bandung
--------1992. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Pranadya
Paramita:Jakarta
Thomas Suyatno. Dkk. 2oo2. Dasar-dasar Perkreditan. Gramedi
Pustaka:Jakarta
Widjaja Gunawan. 2008. Seri Pemahaman Perseroan Terbatas.
Forum Sahabat:Jakarta
https://www.finansialku.com/para-pebisnis-ketahui-dulu-tentang-akta-
pendirian-perusahaan/
https://konsultanhukum.web.id/memahami-anggaran-dasar-perseroan-
terbatas/
https://glints.com/id/lowongan/komisaris-adalah/#.YFDM-i7wa1s
https://www.kreditpedia.net/jaminan-atau-agunan-kredit/
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

47

Anda mungkin juga menyukai