Oleh :
ASWIN SYAWAL HARMIN NUR
B 111 06 745
Oleh :
B 111 06 745
SKIRPSI
Pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
i
PENGESAHAN SKRIPSI
ASWIN SYAWAL.HN
Panitia Ujian
Ketua Sekertaris
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Fakultas : Hukum
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam seminar ujian Skripsi pada
iii
PERSETUJUAN UNTUK MENEMPUH UJIAN SKRIPSI
Dasar 1945
i
ABSTRAK
Aswin Syawal. Harmin Nur, BIII 06745 Tinjauan Hukum Terhadap Pergeseran
Kekuasaan Legislatif Pasca Amandemen UUD 1945,Dibimbing oleh Prof. Dr.
Achmad Ruslan. S.H. M.H selaku Pembimbing I dan Kasman Abdullah. S.H.
M.H selaku Pembimbing II.
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih yang penulis ungkapkan adalah puji syukur kepada
Allah SWT atas karunia dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ Tinjauan Hukum Terhadap
Pergeseran Kekuasaan Legislatif Pasca Amandemen UUD 1945”.
Selesainya skripsi ini juga tidak terlepas dari do’a dan dukungan kedua orang tua.
Harmin Nur.SE, Hj. Hasnah Syukur atas cinta dan perhatiannya penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna yang masih
memiliki banyak kekurangan, karena penulis mengharapkan kritik yang bersifat
membangun.
Penulis juga sadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan para pihak, karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang tidak
terkira kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Achmad Ruslan, S.H, M.H, selaku pembimbing I yang telah
memberikan bantuan dan arahannya hingga selesainya skripsi ini.
2. Bapak Kasman Abdullah, S.H, M.H, selaku pembimbing II yang telah
meluangkan untuk memberikan petunjuk hingga selesainya skripsi ini.
3. Terima kasih kepada kedua orang tua saya untuk motivasinya dan
dukungannya.
4. Kakanda Ashary.HN.S.H. terima kasih atas motivasinya.
5. Kepada Seluruh Keluarga Besar Castle atas dukungan,saran dan kritikannya.
6. Rekan-Rekan KKN Profesi Hukum angkatan X khususnya lokasi Polsekta
Bontoala terima kasih atas kerjasamanya selama dua bulan penuh, banyak
kenangan yang tak terlupakan.
v
7. My girls. Thank’s you’re support and I think you’re the best in my life.
Akhir kata semoga ini bermanfaat bagi semua yang membacanya,
terutama bagi diri penulis sendiri.
PENULIS
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................5
C. Tujuan penelitian..................................................................................5
D. Kegunaan penelitian
a. Manfaat teoritis...............................................................................5
b. Manfaat praktis...............................................................................6
E. Metode Penelitian
a. Lokasi Penelitian............................................................................7
b. Teknik Pengumpulan Data.............................................................7
c. Jenis Dan Sumber Data...................................................................7
d. Analisis Data...................................................................................8
v
b. Ketentuan dan Lembaga Baru.......................................................24
c. Ketentuan dan Lembaga yang di Modifikasi................................24
3. Reformasi Konstitusi dan Reformasi Lembaga Negara....................25
a. Pengertian Lembaga Negara...........................................................25
b. Urgensi Reformasi Lembaga Negara..............................................26
c. Perkembangan dan Macam Lembaga Negara setelah Reformasi
Konstitusi............................................................................................29
B. Pembahasan Analisis Pertama........................................................35
1. Urgensi Perubahan..........................................................................35
2. Metode Perubahan..........................................................................37
i
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................78
B. Saran....................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................80
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
sesuai dengan kehendak dan kemauan rakyat. Kendati dari berbagai pengertian
disimpulkan bahwa ide demokrasi itu dianggap ambigu atau mempunyai arti
lembaga- lembaga atau cara-cara yang dipakai untuk melaksanakan ide, atau
mengenai keadaan cultural serta historic yang mempengaruhi istilah, ide, dan
praktek demokrasi.
1
demokrasi konstitusionil yang secara formil landasannya, dan
presidensial.
2
sebanyak 4 kali, yang dilakukan oleh MPR yang sebelum amandemen,
Peralihan pasal III UUD 1945 disebutkan bahwa untuk pertama kali Presiden
(PPKI). Hasil dari penunjukan oleh PPKI adalah Ir. Soekarno sebagai Presiden
3
…meninggalkan system satu partai dan diganti dengan system multi
perwakilan.
Pada awalnya telah disepakati dalam UUD 1945 bahwa tugas KNIP
oleh KNIP.
legislatifdan menetapkan MPR dan DPR. Perubahan ini juga tidak diikuti
perubahan dalam UUD 1945 sebagai konstitusi yang berlaku pada saat itu.
4
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. KEGUNAAN PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
legislative), baik dalam hal analisis maupun wacana baru dalam teori-teori
5
b. Manfaat Praktis
Bagi Penulis
demokrasi di Indonesia.
Bagi Mahasiswa
Bagi Masyarakat
6
E. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
skripsi serta melakukan wawancara. Wawancara dalam hal ini oleh para
primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan data primer dalam hal
ini yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung penulis
Makassar, sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil
7
media cetak, dokumen-dokumen, internet dan peraturan
d. Analisis Data
mencakup semua data yang telah diperoleh baik itu data primer maupun
kualitatif.
8
BAB II
PERTAMA
A. TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut:
9
3. Philippe C. Schmitter dan Terry Linn Karl dalam artikel mereka, What
dan kerja sama, dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
berikut
1
5. Adanya keanekaragaman
6. Tercapainya keadilan
8. Kebebasan, dan
yang lain
sekali.
lain.
mereka yang diperintah, dan relasi antara keduanya (pemerintah & rakyat).
mengatur pembentukan
1
dan kompetensi dari organ-organ eksekutif dan yudikatif. (dalam Sumali,
2002 : 19)
konstitusi dalam arti luas (wider sense) dan konstitusi dalam arti sempit
kumpulan seluruh aturan legal dan non legal, tetapi lebih pada seleksi
1
b. Konstitusi sebagai bentuk Negara dan yang dimaksud dengan
masyarakat. Dalam arti ini konstitusi dibagi dalam dua sub pengertian :
1
a. Konstitusi sebagai tuntutan dari golongan borjuis liberal agar hak-
tertulis.
nasib rakyat seluruh Jerman, karena Undang- Undang Dasar itu telah
system parlementer.
jaminan bagi rakyat agar hak-hak asasi dilindungi. Cita-cita ini lahir
1
1. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat
disebut “abstraksi”;
1
konstitusi modern biasanya dimuat pula hal yang dianggap penting
seluruhnya.
1. Kekuasaan
dalamnya. Pihak yang lemah dan pihak yang kuat. Kekuasaan biasa
1
Dalam hal ini pihak yang digunakan untuk melaksanakan
a. Pengertian Kekuasaan
lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan
(rulemaking function) ;
1
3. Kekuasaan yudikatif / kekuasaan mengadili atas pelanggaran
undangan ;
1
keseluruhan diikuti oleh para birokrat. Pendapat-pendapat tersebut
hanya pihak eksekutif saja dan biasa muncul pada suatu kerajaan
1
mengkategorikan bentuk ini menjadi regelling, bestuur, dan
rechtsrpaak.
perubahan UUD 1945 ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu :
2
b. Tetap mempertahankan Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
konstitusi dari aspek dri jurnal legislasi Indonesia diterbitkan di Jakarta oleh
lebih besar dari pada naskah aslinya. Yang utama dalam system amandemen
adalah berlakunya konstitusi yang diubah itu tetap di dasarkan pada saat
berlakunya konstitusi asli. karena itu, perubahan redaksi dan atau substansi
atas beberapa pasal atau ketentuan tersebut di jadikan sebagai suatu addendum
atau lampiran dari dalam konstitusi yang diubah bukan merupakan penentuan
UUD 1945 memiliki akibat hukum, bahwa keberlakuan UUD 1945 yang
disandarkan pada Dekrit Presiden 5 juli 1959 masih tetap eksis dan
dipertahankan oleh MPR hasil pemilu demokratis tahun 1999, seperti halnya
yang dilakukan sebelumnya oleh MPR hasil pemilu tahun 1999 yang
2
hasil amandemen itu merupakan suatu keputusan hukum yang demokratis.
1945 atas dasar Dekrit Presiden itu. Apalagi dilihat dari subtansi
beberapa ketentuan ;
dan DPR ;
2
Rakyat. Demikian juga kewenangan Presiden dalam hal pengangkatan
dan penerimaan Duta Besar Negara lain serta pemberian amnesti dan
DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan pengawasan. Hal ini
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan
2
daerah dalam pasal 22D ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 tidak cukup
1. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) diatur dalam Pasal 22C dan Pasal
atau lembaga lama yang diatur dalam perubahan UUD 1945 antara lain:
ketiga.
2
3. Ketentuan hak asasi Manusia sebagai penambahan dari ketentuan dari
hak asasi lama, diatur dalam Pasal 28A sampai dengan pasal 28J
perubahan kedua.
arti yang paling luas, organ Negara mencakup setiap individu yang
applying dan juga mempunyai posisi sebagai atau dalam struktur jabatan
kenegaraan atau jabatan pemerintah. Ketiga, organ Negara dalam arti lebih
sempit, yaitu badan atau organisasi yang menjalankan fungsi law creating
dan law applying dalam kerangka struktur dan system kenegaraan atau
2
Negara itu hanya terbatas pada pengertian lembaga-lembaga Negara yang
dibentuk berdasarkan UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah.
Kelima lembaga-lembaga seperti MPR ,DPR, MA, MK, dan BPK dapat
Negara dalam arti sempit yang dapat disebut sebagai lembaga tinggi
Negara menurut UUD 1945 ada tujuh institusi yaitu : (1) Presiden dan
Wakil Presiden ; (2) DPR ; (3) DPD ; (4) MPR ; (5) Mahkamah
tentu lebih rendah lagi tingkatannya. (dari buku refrensi konstitusi dari
peraturan perundang-undangan).
2
Negara. Satu organ hanya boleh menjalankan satu fungsi dan tidak boleh
Konsepsi yang kemudian disebut Trias Politica tersebut tidak relevan lagi
peraturan perundang-undangan).
2
(authority). sumbernya:(dari buku refrensi konstitusi dari aspek jurnal
undangan).
kriteria dan definisi yang jelas untuk dijadikan acuan pembentukan LNS.
Yang jelas, sebagian besar lembaga yang diidentifikasi LAN itu terbentuk
buku
2
refrensi konstitusi dari aspek jurnal legislasi Indonesia diterbitkan di
Reformasi Konstitusi
1998 yang lalu. Pasca peristiwa itu, dilakukan berbagai agenda reformasi
empat tahun sejak 1999 sampai 2002. Dalam perubahan konstitusi ini
Dari ke-34 lembaga Negara tersebut, ada 28 (dua puluh delapan) lembaga
negara inilah yang dapat disebut sebagai lembaga Negara yang memiliki
2
Dari segi fungsinya, ke-34 lembaga Negara tersebut ada yang
bersifat utama atau primer, dan ada pula yang bersifat sekunder atau
dapat dibedakan ke dalam tiga lapis. Organ lapis pertama dapat disebut
undangan).
3
dekonsentrasi. Salah satu akibatnya, fungsi-fungsi kekuasaan yang
eksekutif, dan bahkan ada juga yang lebih dekat kepada cabang kekuasaan
dan sebagainya. ketiga lembaga terakhir ini belum diatur dalam UUD
mengenai hal ini terkait erat dengan delegasi pengaturan yang ditentukan
oleh Pasal 24 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan : Badan-badan lain
3
ketiga lembaga Negara tersebut dapat dikatakan memiliki constitutional
importance yang setara dengan lembaga lain yang secara eksplisit diatur
undangan).
3
e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
importance seperti :
1) Komisi Yudisial;
6) Kejaksaan Agung;
8) Komnas HAM.
Undang-Undang seperti :
seperti :
3
3) Dewan Pertahanan Nasional;
5) Komisi Kepolisian;
6) Komisi Kejaksaan.
3
6) Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia (KORPRI);
1. Urgensi Perubahan
lainnya.
yang menyeluruh juga tidak mungkin dilakukan tanpa didasari oleh agenda
3
perubahan. Perubahan konstitusi tidak hanya bergantung pada norma
perubahan, tetapi lebih ditentukan oleh kelompok elit politik yang memegang
HAM.
3
1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara
2. Metode Perubahan
Pembaruan UUD dimana pun di dunia ini terutama tidak ditentukan tata
cara resmi (formal) yang harus dilalui. UUD yang tidak selalu
3
menentukan sendiri prosedur perubahan atas dirinya sendiri.perubahan yang
Dalam rapat panitia ad hoc III (PAH) badan pekerja MPR masa siding
Perubahan UUD 1945 memuat dasr filosofis dan dasar normatif yang
3
Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara Indonesia yakni
negara kesatuan adalah bentuk negara ini ditetapkan sejak awal berdirinya
negara dan yang dipandang paling tepat untuk mewadahi ide persatuan
demokratis yang dianut oleh Negara Republik Indonesia dan telah dipilih
oleh pendiri negara pada tahun 1945. kesepakatan perubahan UUD 1945
dalam lembaran negara No. 75 tahun 1959 hasil dekrit Presiden 5 juli 1959
asli.
3
perubahan pertama. Tidak perlu semua anggota MPR
4
BAB III
A. TINJAUAN PUSTAKA
adalah reformasi konstitusi sebagai syarat utama dari sebuah negara demokrasi
sebelum amandemen:
Undang-Undang”.
4
membentuk Undang-Undang. Sebelum amandemen UUD1945
Undang Dasar (Pasal 4 ayat (1) UUD 1945). Wakil Presiden RI adalah
ayat (2) UUD 1945). Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat (Pasal 6 A ayat (1) UUD 1945
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk
4
e.Dewan Pertimbangan Agung
pemerintah.
f. Mahkamah Agung
Undang-Undang.
Amandemen:
Undang-Undang”.
4
b. Dewan Perwakilan Rakyat
Undang.
tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR (Pasal 22 C ayat (1) dan
Undang Dasar (Pasal 4 ayat (1) UUD 1945). Wakil Presiden RI adalah
ayat (2) UUD 1945). Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat (Pasal 6 A ayat (1) UUD 1945
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk
4
e. Badan Pemeriksa Keuangan
f. Mahkamah Agung
g. Komisi Yudisial
amandemen ketiga).
h. Mahkamah Konstitusi
Undang-Undang Dasar,
4
memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang
ketiga).
3. LEMBAGA LEGISLATIF
legislatif adalah suatu badan yang memiliki hak inisiatif untuk membuat
undang-undang. Istilah ini berasal dari bahasa latin, latum yang artinya
memang bervariasi.
yakni :
4
1. Hak Parlementer.
lisan dalam siding umum dan menteri yang bersangkutan atau kadang-
secara tertulis dan dijawab pula secara tertulis oleh Departemen yang
politiknya.
2. Hak Interpelasi
4
negatif, maka hal ini merupakan tanda peringatan bagi pemerintah
angket.
4. Mosi
4
mempunyai hak mosi, tetapi mulai tahun 1959, hak ini ditiadakan.
dalam system ini adalah Kerajaan Inggris, karena Raja atau Ratu hanya
dominan, maka sulit dijatuhkan oleh Parlemen. Andai kata posisi dominan
tidak dimiliki, maka akan terjadi jatuhnya Perdana Menteri dalam waktu
yang relatif singkat. Sebenarnya dalam sistem ini apabila Perdana Menteri
kedudukan Raja atau Ratu yang selama ini hanya memimpin secara
seremonial.
4
Beberapa ciri dari system pemerintahan parlementer yaitu :
dan sekaligus sebagai Perdana Menteri adalah ketua partai politik yang
5
maka kabinet akan terus memerintah. Sebaliknya apabila partai oposisi
sama–sama kuat dan saling mengimbangi satu sama lain. Untuk itu, masing–
masing kamar diusulkan dilengkapi dengan hak veto. Usulan semacam ini
berkaitan erat dengan sifat kebijakan otonomi daerah yang cenderung sangat
luas dan hampir mendekati pengertian system federal. Hal itu dianggap sesuai
ilmuwan politik dan hukum cenderung bersifat federalistik dank arena itu
bicameralism’.
5
mengadopsikan gagasan parlemen ‘bicameral’ yang bersifat ‘soft’. Kedua
sama kuat. Yang lebih kuat tetap Dewan Perwakilan Rakyat, sedangkan
pada hal – hal yang berkaitan langsung dengan kepentingan daerah. Dalam
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
5
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
Pasal 22C ayat (2) Perubahan Ketiga UUD 1945, jumlah anggota Dewan
Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam Bab VII Pasal 19, Pasal 20,
Pasal 21, Pasal 22 UUD 1945. pasal 19 ayat (1) menentukan bahwa susunan
19 yang
5
berisi dua ayat tersebut diubah menjadi terdiri atas tiga ayat, yaitu : “(1)
boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu
(ayat 2). Berdasarkan Perubahan Pertama UUD 1945, Pasal 20 itu diubah
menjadi terdiri atas 4 ayat, dan berdasarkan Perubahan kedua ditambah lagi
dengan ayat (5) sehingga seluruhnya menjadi 5 ayat. Rumusan kelima ayat
Undang
5
(3) Jika Rancangan Undang–Undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan
fungsi pengawasan
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal–pasal
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal–pasal Undang–Undang Dasar ini,
5
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang tatacara pembentukan Undang– Undang
Rakyat, tidak disahkan oleh Presiden, maka rancangan itu tidak boleh
Jika kamar ada dua, tentulah rumahnya tetap ada satu. Untuk itu,
namanya, yaitu untuk menyebut nama rumah parlemen yang terdiri atas dua
kamar itu. Tetapi kedudukannya tidak lagi sebagai lembaga tertinngi Negara
seperti selama ini. Fungsi kekuasaan yang dikaitkan dengan Majelis yang
terdiri atas dua kamar itu adalah kekuasaan legislatif. Perbedaan kedua kamar
Perwakilan Daerah itu dapat ditentukan oleh dua factor, yaitu (a)
5
Sistem rekruitmen keanggotaannya, dan (b) Pembagian kewenangan di
bentuk Negara federal yang memerlukan dua kamar untuk maksud melindungi
utama yang sering digunakan untuk menerapkan system bicameral ini, yaitu:
(a) adanya kebutuhan untuk menjamin keseimbangan yang lebih stabil antara
pihak eksekutif dan legislatif, dan (b) keinginan untuk membuat system
Alasan yang kedua itulah yang biasa disebut oleh para ahli system ‘
double check’ yang memungkinkan setiap produk legislatif diperiksa dua kali,
yang mewakili aspirasi yang berbeda satu sama lain, sehingga keduanya
danDPD yang akan dituangkan dalam UUD itu mestilah dibedakan satu
sama
5
lain, bukan saja prosedurnya, tetapi juga hakikat aspirasi rakyat yang akan
disalurkan melalui system perwakilan di kedua kamar itu juga harus berbeda.
Siapa yang diwakili oleh DPR dan siapa yang diwakili oleh DPD?
maka prosedur pemilihan untuk anggota DPR haruslah berbeda dari prosedur
dipilih langsung oleh rakyat melalui system distrik murni, yaitu dengan cara
5
anggaran. Secara akademis, sebenarnya fungsi anggaran itu dapat pula
sama lain, kita dapat memerinci ketiganya satu per satu untuk mengatur
luas. Sebab, biasanya pengertian tugas, fungsi, dan hak parlemen selalu
Padahal, jika dirinci kegiatan– kegiatan diatas justru sangat penting untuk
Disamping itu, ada pula hak setiap anggota parlemen sebagai individu
pemerintah.
5
3. Hak resolusi atau pernyataan pendapat.
1. Hak bertanya;
parlemen;
3. Hak protocol;
Legislasi dan anggaran, tetapi rincian tugas dan kegiatan seperti tersebut
DPR dan DPD. Sebaiknya, DPR maupun DPD dan para anggota
mempunyai fungsi, tugas dan hak yang sama. Tetapi khusus untuk tugas
penuntutannya hanya
6
diberikan kepada DPR saja, sedangkan DPD akan ikut menentukan
dengan kepentingan nasional dan apa lagi internasional. Hanya saja, harus
6
b. Fungsi Legislasi DPR dan DPD
Undang. Yang dapat dibedakan disini, hanyalah bidang yang diatur dalam
dibiarkan sejalah bahwa pelaksanaan tugas legislasi itu tidak usah dibagi,
anggota DPR dan DPD itu sendiri, ditambah para ahli dari luar anggota
parlemen.
dilakukan oleh DPR atau DPD. Jika inisiatif itu datang dari DPR atau
DPD maka lembaga perwakilan yang lebih dulu mendaftarkan draf usulan
hubungan dengan “Chek and balances” dimana kedua kamar parlemen itu,
termaksud juga dengan Presiden, yaitu dengan mengatur adanya hak veto
diantara mereka.
6
Jika suatu RUU telah disetujui dan disahkan oleh satu kamar, dalam
tiga puluh hari mendapat penolakan (veto) dari kamar lainnya, maka RUU
itu harus dibahas lagi oleh kamar yang membahasnya untuk mendapatkan
persetujuan suara lebih banyak, yaitu ditentukan harus diatas dua pertiga
kali dua pertiga jumlah anggotanya (Over wride). Akan tetapi, jika suatu
RUU sudah disetujui oleh dua lembaga, yaitu misalnya DPR dan Presiden
atau DPD dan Presiden, ataupun sudah disetujui oleh DPR dan DPD,
dua pertiga kali dua pertiga dari gabungan jumlah anggota DPR dan DPD.
yang mungkin timbul antara DPR dan DPD dalam melaksanakan tugasnya
Rakyat atas usul dari DPR dan DPD. Sedangkan untuk perkara
6
mengatur tentang kedudukan dan wewenang lembaga-lembaga tinggi negara yang
ada di Indonesia. Sebagian besar lembaga yang ada memang hampir sama dengan
ditentukan bersifat mandiri dan tidak dapat dicampuri atau diinterfensi oleh
karena itu,
6
dalam praktek penyelenggaraan Negara dibawah UUD 1945 selama ini,
Presiden hanya memiliki fungsi eksekutif saja. Pokok pikiran demikian inilah
dengan merubah rumusan pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 (1) UUD 1945.
tegas harus berada di tangan DPR. Dalam rumusan Pasal 5 ayat (1) lama
Undang”. Akan tetapi, hak inisiatif memajukan RUU itu sifatnya hanya
kedudukan yang tidak seimbang antara Presiden dan DPR dalam bidang
legislatif.
6
Ketidak-seimbangan itu makin jelas terlihat dalam hal
diatur menurut ketentuan pasal 22 ayat (1) UUD 1945. Persiden diberi
diperkarsai oleh DPR telah disahkan oleh DPR, tetapi apabila Presiden
undangan, selama ini ada yang disebut sebagai “policy rules” yang
undang-undang. Dari ketiga kasus tersebut, makin jelas bagi kita bahwa
kesusukan Presiden dalam bidang legislatif ini jauh lebih besar dari pada
6
untuk memberikan persetujuan itu terhadap setiap RUU dapat saja
dalam penjelasan UUD 1945, kedudukan DPR itu dinyatakan kuat, tetapi
Disetujui tidaknya suatu RUU oleh DPR, sesuai tata tertib DPR dilakukan
bahwa RUU tersebut sudah dibuat secara bersama- sama atau apakah
6
terpenuhi meskipun pihak pemerintah jelas-jelas tidak menyetujuinya,
sewajarnya ada “take and give’ dan bahkan ad yang kalah dan ada yang
menang. Oleh karena itu terhadap putusan yang sudah diambil bersama
perlu lagi diberikan hak veto untuk tidak mengesahkan suatu RUU yang
kedua UUD 1945, terhadap ketentuan pasal 20 baru ditambah pula ayat
baru, yaitu ayat (5) yang menegaskan bahwa dalam 30 hari, Presiden tidak
berlaku sebagai UU. Dengan demikian Presiden tidak memiliki hak veto
6
Ketentuan seperti ini berbeda dari ketentuan seperti dalam Konstitusi
Amerika Serikat yang memberikan hak veto kepada Presiden untuk tidak
mengundangkan suatu RUU yang sudah disetujui Senat dan DPR, karena
sudah disetujui oleh DPR. Akan tetapi, harus juga diperhatikan bahwa hak
telah disahkan parlemen diveto oleh Presiden, maka RUU tersebut dapat
6
proses pembahasan RUU di DPR. Sedangkan DPR – RI berhak
atau menilai suatu RUU, dan menolak suatu PERPU yang telah
parlemen itu sendiri berasal dari kata Perancis ‘Parle’ yang berarti ‘to
speak’, berbicara. Artinya, yang lebih diutamakan dari parlemen itu pada
prakteknya, justru hal itu tidak mudah dilakukan. Sebagai contoh selama
7
sekitar 95 persen Rancangan Undang–Undang (RUU) yang dibahas di
parlemen.
Dalam rumusan Pasal 5 ayat (1) yang lama jelas ditentukan bahwa
7
rumusan Pasal 5 ayat (1) yang baru ditegaskan : DPR memegang
bahwa Presiden diberi hak untuk mengajukan RUU kepada DPR. Artinya,
kekuasaan sekunder.
bersama antara Presiden dan DPR. Akan tetapi, persetujuan itu haruslah
7
hak inilah yang biasa disebut sebagai hak veto Presiden
itu ke DPR membawa implikasi yang luas baik terhadap cabang– cabang
dan yudikatif makin tegas dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini
pasal UUD kita tidak berhenti menjadi kalimat–kalimat yang mati. Cita–cita
hari.
7
kuasa Undang–Undang menurut istilah yang dipakai dalam UUDS 1950
menetapkan…”.
(d) Keberadaan DPR sendiri harus pula mengalami perubahan cara kerja,
dari yang sudah–sudah. Dalam rangka pembentukan UU, pihak DPR lah
sekarang yang harus lebih banyak sering mengajukan rancangan UU, bukan
lagi pihak pemerintah seperti selama ini. Jika nanti ternyata kebanyakan
7
maka perubahan ketentuan Pasal 5 ayat (1) uud 1945 dapat dikatakan tidak
bahwa tugas pokok DPR adalah tugas Legislatif dan pengawasan. Bahkan
fungsi legislatif DPR terus menerus disoroti oleh para ahli indicator berperan
dapat lagi bekerja menurut cara–cara yang selama ini dipraktekkan. DPR perlu
dilengkapi dengan aparatur teknis, tidak saja dalam bentuk Staf ahli atau tim-
7
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Perundang–
kebiasaan yang ada selama ini harus diubah. Pengajuan RUU oleh pemerintah
lebih banyak harus mengajukan RUU adalah DPR, bukan lagi pemerintah.
Rakyat”. Akan tetapi, sekarang setelah di tentukan dalam Pasal 5 ayat (1)
Maka kepala kalimat tersebut diatas sudah tidak tepat lagi. Dalam format
menjadi
7
“Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dengan persetujuan
peraturan benar – benar ditetapka oleh DPR sebagai lembaga legislatif, tidak
seperti selama ini yang ditetapkan oleh Presiden. UU itu mempunyai derajat
yang paling tinggi dibawah UUD. Yang dapat dianggap sederajat dengan UU
yang tinggi. dalam hal – hal tertentu Undang – Undang itu sendiri dapat saja
konteks perubahan yang terjadi dalam suatu system misalnya dapat terjadi
bahwa suatu UU yang ada lebih dahulu daripada UUD. Dalam hal ini,
UUD 1945.
7
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari rangkaian hasil penelitian dan refrensi buku dapat ditarik beberapa
kesimpulan:
7
B. SARAN
kekuasaan kehakiman.
7
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia
Brawijaya.
Cipta.
UII Press.
8
Soehino. 1996. Ilmu Negara. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Refika Adiatma.
Thaib, Dahlan. 2001. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta : P.T. Raja Grafindo
Persada.
..