Oleh :
TEM C
Yogyakarta
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Dari beberapa fakta diatas, tuntutan dari kesehatan, keamanan, dan keselamatan kerja (K3)
dalam elektromedis utuk diupayakan. Upaya tersebut diwujudkan dengan adanya Alat
Pelidung Diri (APD) yang harus dikenakan oleh para teknisi elektromedis. Adapun, teknisi
elektromedis yang tidak memerhatikan kesehatan dan keselamatan kerja mereka dengan tidak
mengenakan Alat Pelindung Diri(APD). Alasan teknisi elektromedis tidak mengenakan alat
pelindung diri ketika bekerja pada umumnya karena tempat bekerja tidak disediakan APD,
malas, serta repot.
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja (K3) dalam bidang elektromedis harus benar-
benar dilaksanakan dalam bekerja. Langkah penerapan K3 dalam bidang elektromedis bisa
diawali dengan mengenakan Alat Pelindung Diri(APD) dan membiasakan diri untuk selalu
mengenakan APD saat bekerja. Oleh sebab itu, kesehatan keamanan dan keselamatan
kerja(K3) dalam bidang elektromedis akan mengarah kepada hal yang lebih baik dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
1.3 Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui cara menaggulangi/mencegah kecelakaan kerja saat melakukan penginstalasi
listrik
BAB II
PEMBAHASAN
Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja adalah mengambil langkah-langkah
pencegahan secara proaktif.
Langkah- langkah konkrit mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat bekerja dengan
aliran listrik:
1. Memasang / melengkapi alat penangkal petir pada lokasi – lokasi kerja tertentu (terbuka
dan atau tinggi).
2. Memberikan pelatihan kepada para pekerja antara lain meliputi: Menjelaskan potensi
bahaya yang mungkin terjadi
3. Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
4. Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
5. Menjelaskan cara penggunaan APD yang benar.
Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain : sepatu bot dari bahan karet atau
berisolasi dan tidak diperkenankan dengan kaki telanjang.
6. Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada waktu bekerja yang
berhubungan dengan instalasi listrik.
7. Memasang / memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi listrik yang mengandung
risiko atau bahaya (voltage tinggi).
8. Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau instalasi listrik yang
dipergunakan untuk bekerja sudah terpasang dengan baik.
9. Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau instalasi listrik lainnya, bila
petugas pemeriksa menemukan pintu panel dalam keadaan terbuka atau tidak terkunci maka
petugas tersebut harus memeriksa keadaan panel tersebut dan segera mengunci.
10. Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik dalam kondisi terkelupas
atau sambungan tidak dibalut dengan isolasi harus segera diperbaiki dengan membungkus
kabel listrik tersebut dengan bahan isolator.
11. Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap jaringan atau instalasi listrik
untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat listrik.
12. Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang dipergunakan disesuaikan dengan
kebutuhan.
13. Pekerja yang tidak terlatih atau tidak ahli atau bukan instalatur tidak diperkenankan
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi listrik.
14. Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran listrik dalam kondisi mati
dan memasang label / tanda peringatan pada panel atau switch on / off “Aliran listrik Jangan
Dihidupkan” untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat aliran listrik yang
dihidupkan dengan tiba-tiba oleh petugas yang lainnya atau pekerja.
15. Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik harus sudah dicabut dari
stop kontak sebelum meninggalkan pekerjaan.
Hal tersebut diatas dikuatkan dengan adanya teori Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan
memperhatikan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut “Suma”mur, 2009”:
1. Faktor Lingkungan
Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar
atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak antara lain
bagian yang berputar.
Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya
pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai
terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.
Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja. Alat
pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok
ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam penggunaannya
4. Faktor Manusia
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,
mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang
mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang
mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dosenpendidikan.co.id/keselamatan-kerja/
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html
https://atem-muhmakassar.blogspot.com/2013/04/profesi-tenaga-elektromedis.html
http://sepatusafetyonline.com/blog/keselamatan-kerja-pada-kelistrikan/
https://www.dosenpendidikan.co.id/kecelakaan-kerja/