Anda di halaman 1dari 14

Nama : Rini Jumiatik

NIM : 2002110933

Matkul : Audit 1 (G)

PERMINTAAN ATAS JASA AUDIT DAN JASA ASSURANCE

2.1 SIFAT AUDIT

Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
audit yang harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Untuk memudahkan memahami, ada beberapa istilah dalam urutan yang berbeda dengan yang
muncul deskripsi audit tersebut, yaitu :

1. Informasi dan Kriteria yang Telah Ditetapkan

Untuk melakukan audit tentunya harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat diverifikasi
dan berupa standar yang dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut.
Selain harus ada informasi juga diperlukan adanya kriteria yang telah ditetapkan.

Kriteria untuk mengevaluasi informasi juga bervariasi, tergantung pada informasi yang sedang
diaudit. Dalam audit atas laporan keuangan historis oleh kantor akuntan publik (KAP), kriteria
yang berlaku biasanya adalah prnsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Untuk
audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan, kriterianya adalah kerangka kerja yang
sudah diakui untuk mengembangkan pengendalian internal.

Untuk informasi yang lebih subjektif, kriterianya lebih sulit ditetapkan. Biasanya auditor dan
entitas yang diaudit telah menyepakati kriteria yang akan digunakan sebelum melakukan audit.
2. Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bukti

Bukti (evidence) adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti
memiliki banyak bentuk yang berbeda, termasuk :

a. Kesaksian lisan pihak yang diaudit (klien)

Kesaksian lisan yang dibutuhkan dalam mengumpulkan bukti tidak hanya kesaksian lisan dari
perusahaan yang diaudit, melainkan juga dari pihak-pihak di luar organisasi yang sedang
diaudit.Seperti penasihat hukum dari perusahaan yang diaudit dengan menjelaskan posisi
perusahaan itu dalam perkara-perkara hukum tertentu.

b. Komunikasi tertulis dengan pihak luar

Komunikasi tertulis ini disebut juga bukti documenter. Bukti documenter dari pihak intern bisa
berupa faktur penjualan, pesanan pembelian, bukti penerimaan, surat permintaan pembelian
dan lain sebagainya. Sedangkan bukti documenter dari pihak luar seperti rekening koran bank
yang dikembalikan kepada perusahaan, laporan dari para rekanan yang dikirimkan kepada
perusahaan yang diaudit, dan kopi nama aktiva tetap yang disimpan oleh perusahaan.

c. Observasi oleh auditor

Observasi oleh auditor dilakukan secara fisis dan visual. Jenis bukti observasi fisis antara lain
mengobservasi persediaan barang yang berwujud, menghitung uang kas, memeriksa tanah dan
aktiva yang berwujud lainnya. Sedangkan jenis bukti visual meliputi, obervasi terhadap
karyawan yang sedang melakukan tugas dari manajemen yang berkaitan dengan pembagian
tugas dan fungsi pengamanan.

d. Data eletronik dan data lain tentang transaksi

Bukti data elektronik seperti tes sederhana tentang cermatnya perhitungan mekanis yang
dilakukan perusahaan seperti penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian; tes
kecermatan mekanis pengikhtisaran dan pembukuan di dalam akuntansi; dan berbagai macam
analisis keuangan.

Untuk memenuhi tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti dengan kualitas dan jumlah
yang mencukupi. Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh
auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh
karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten
agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak

3. Kompeten dan Independen

Auditing yang independen adalah pemeriksaan yang obyektif atas laporan keuangan
yang disiapkan oleh suatu perseroan, persekutuan Firma, perusahaan perorangan maupun
badan usaha lain (juga dinamkan badan yang diaudit atau auditee) Auditor harus memiliki
kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui
jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah
memeriksa bukti tersebut. Auditor juga harus memiliki sikap mental yang independen.

4. Pelaporan

Tahapan terakhir dalam proses audit adalah menyiapkan laporan audit, yang
menyampaikan temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan audit adalah alat formal
yang digunakan auditor dengan mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan
yang diaudit kepada pihak- pihak yang berkepentingan (Jusup, 2000:57). Laporan seperti ini
memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi semuanya harus memberitahukan kepada para
pembaca tentang derajat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2.2 PERBEDAAN ANTARA AUDIT DAN AKUNTANSI


Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi,
sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek
dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang
telah disetujui dan diterima.

Akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikthisaran peristiwa-peristiwa


ekonomi dengan cara yang logis yang bertujuan menyediakan informasi keuangan untuk
mengambil keputusan. Untuk menyediakan informasi yang relevan, para akuntan harus
memiliki pemahaman yang mendalam atas prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang menjadi
dasar penyiapan informasi akuntansi.

Ketika mengaudit data akuntansi, auditor berfokus pada penentuan apakah informasi yang
dicatat itu mencerminkan dengan tepat peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi selama
periode akuntansi. Oleh karena prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum menyediakan
kriteria untuk mengevaluasi apakah informasi akuntansi telah dicatat sebagaimana mestinya,
maka auditor harus benar-benar memahami prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Selain memahami akuntansi, auditor juga harus memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan
menginterpretasikan bukti audit. Keahlian inilah yang membedakan antara auditor dengan
akuntan. Adapun tugas yang hanya dilakukan oleh auditor meliputi : menentukan prosedur
audit yang tepat, memutuskan jumlah dan jenis unsur yang harus diuji, serta mengevaluasi
hasilnya.

2.3 ASPEK EKONOMI DALAM PERMINTAAN AUDIT

Apabila bank memberikan pinjaman kepada perusahaan, maka suku bunga yang
dikenakan akan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:

1. Suku bunga bebas risiko,

2. Risiko bisnis bagi nasabah,


3. Risiko informasi.

Audit tidak berpengaruh terhadap suku bunga bebas risiko atau risiko bisnis, tetapi dapat
menimbulkan dampak signifikan terhadap risiko informasi. Jika pejabat bank merasa puas
karena risiko informasi tersebut minimal akibat laporan keuangan pinjaman telah diaudit, maka
risiko bagi bank akan jauh berkurang dan suku bunga keseluruhan bagi si peminjam dapat
diturunkan. Pengurangan risiko informasi dapat berdampak signifikan terhadap kemampuan
peminjam untuk memperoleh modal dengan biaya yang wajar.

2.3.1 Penyebab Risiko Informasi

Dengan makin kompleknya masyarakat di zaman globalisasi ini, makin besar pula
kemungkinan para pengambil keputusan menerima informasi yang tidak andal. Ada beberapa
alasannya, yaitu :

a. Jauhnya informasi

b. Keberpihakan (bias) dan motif dari penyedia

c. Data yang sangat banyak serta adanya transaksi pertukaran yang kompleks.

2.3.2 Mengurangi Risiko Informasi

Setelah membandingkan biaya dan manfaat, para manajer bisnis dan pemakai laporan
keuangan mungkin menyimpulkan bahwa cara terbaik dalam menangani risiko informasi adalah
dengan menetapkan risiko itu tetap tinggi, namun wajar. Sebuah perusahaan kecil mungkin
menganggap lebih murah jika membayar biaya bunga yang lebih tinggi ketimbang menambah
biaya untuk mengurangi risiko informasi.

Bagi perusahaan yang lebih besar, biasanya lebih praktis menanggung biaya untuk
mengurangi risiko informasi, dengan tiga cara utama sebagai berikut :
a. Pengguna (user) Memverifikasi Informasi.

b. Pengguna Berbagi Risiko Informasi dengan Manajemen.

c. Laporan Keuangan yang Diaudit Sudah Disediakan.

2.4 JASA ASSURANCE

Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi
bagi para pengambil keputusan. Jasa assurance dapat dilakukan oleh akuntan publik atau oleh
lembaga professional lainnya. Kebutuhan akan jasa assurance ini bukanlah hal baru. Para
akuntan publik sudah bertahun-tahun memberikan jasa assurance, terutama assurance tentang
informasi laporan keuangan historis. Kantor Akuntan Publik (KAP) juga sudah melakukan jasa
assurance yang berkaitan dengan lotre dan kontes.

Permintaan terhadap jasa assurance diperkirakan terus meningkat karena permintaan


akan informasi juga meningkat dan makin banyak informasi real- time yang tersedia melalui
internet.

2.4.1 Jasa Atestasi

Jasa atestasi adalah jenis jasa assurance dimana KAP mengeluarkan laporan tentang
reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa atestasi merupakan jenis jasa penjamin
yang dilakukan kantor akuntan publik dengan menerbitkan suatu laporan tertulis yang
menyatakan kesimpulan tentang keandalan pernyataan tertulis yang dibuat oleh pihak lain
(Jusup, 2000:5). Jasa atestasi dibagi menjadi lima kategori, yaitu :

1. Audit atas laporan keuangan historis.

Dalam suatu audit atas laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa laporan itu
telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Audit atas laporan keuangan ini adalah suatu bentuk jasa atestasi dimana auditor
mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan
tersebut telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prisnsip akuntansi yang berlaku
umum. Audit ini merupakan jasa assurance yang paling umum diberikan oleh KAP.

Pengguna eksternal seperti pemegang saham dan pemberi pinjaman yang mengandalkan
laporan keuangan untuk mengambil keputusan bisnis menganggap laporan audit sebagai
indikasi dari reliabilitas laporan keuangan tersebut. Mereka memandang laporan auditor
memiliki nilai karena auditor independen terhadap klien dan memahami hal- hal yang berkaitan
dengan pelaporan keuangan (Jusup, 2000:6).

2. Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Di Amerika Serikat, untuk membuat sebuah atestasi mengenai pengendalian internal atas
pelaporan keuangan, manajemen menegaskan bahwa pengendalian internal telah
dikembangkan dan diimplementasikan mengikuti kriteria yang sudah mapan, karena
pengendalian internal yang efektif dapat mengurangi kemungkinan salah saji dalam laporan
keuangan mendatang.

Pengendalian internal dirumuskan dalam Statement on Auditing Standards (Ketetapan Standar


Auditing) sebagai berikut: pengendalian internal mencakup rencana organisasi dan segala
metode serta peraturan yang menyertai yang dipakai dalam perusahaan untuk pengamanan
aktivanya, memeriksa kecermatan dan keterandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi
operasional, dan mendorong pematuhan kebijakan manajerial yang sudah digariskan.

3. Review atas laporan keuangan historis.

Untuk review atas laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa laporan tersebut
telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum,
sama seperti audit. Sebuah review seringkali telah dianggap memadai untuk memenuhi
kebutuhan pengguna laporan keuangan.

4. Jasa atestasi mengenai teknologi informasi.


Untuk atestasi mengenai teknologi informasi, manajemen mengeluarkan berbagai asersi
tentang reliabilitas dan keamanan informasi elektronik. Pertumbuhan teknologi Internet dan
perdagangan elektronik (e-commerce) telah menciptakan permintaan akan jenis-jenis
assurance ini. AICPA dan CICA telah mengembangkan lima prinsip yang berkaitan dengan
privasi online, keamanan, integritas pemrosesan, ketersediaan, dan kerahasiaan.

5. Jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan

Akuntan public memberikan banyak jasa atestasi lainnya, yang kebanyakan merupakan
perluasan alami dari audit atas laporan keuangan historis , karena pemakai menginginkan
kepastian yang independen menyangkut jenis- jenis informasi lainnya. Informasi tentang
pengendalian internal berkaitan erat dengan laporan keuangan, tetapi pengendalian intern
berpengaruh pula ke masa depan karena pengendalian intern yang efektif akan dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang akan dating
(Jusup, 2000:7).

2.4.2 Jasa Assurance Lainnya

Sebagian besar jasa assurance lain yang diberikan akuntan publik tidak memenuhi
definisi jasa atestasi, tetapi akuntan tetap harus independen dan memberikan kepastian
tentang informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan.

Penugasan jasa assurance lain ini berfokus pada peningkatan mutu informasi bagi pengambil
keputusan. KAP menghadapi ajang persaingan yang lebih luas di pasar jasa-jasa assurance lain
ini. Oleh karena makin meningkatnya permintaan akan bentuk jasa assurance lain, di Amerika
Serikat, American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) membentuk Special
Committee on Assurance Service (SCAS) untuk meriset dan mengembangkan peluang-peluang
jasa assurance baru bagi para akuntan.

Adapun contoh-contoh Jasa Assurance Lainnya (Tabel 1-2)

Jasa Assurance Lainnya


1. Pengendalian atas dan risiko yang berhubungan dengan investasi, mencakup kebijakan
yang terkait dengan derivative.

Menilai proses dalam praktik investasi perusahaan untuk mengidentifikasi dan menentukan
efektivitas proses tersebut.

2. Mystery shopping.

Melakukan pembelian secara anonym untuk menilai upaya tenaga penjualan yang berhadapan
dengan pelanggan dan prosedur yang mereka ikuti.

3. Penilaian risiko pengumpulan, pendistribusian, dan penyimpanan informasi digital.

Menilai risiko keamanan dan pengendalian yang berkaitan dengan data elektronik, mencakup
memadainya penyimpanan pendukung dan di luar lokasi.

4. Penilaian risiko kecurangan dan tindakan ilegal.

Membuat profil risiko kecurangan dan menilai kecukupa sistem dan kebijakan perusahaan
dalam mencegah serta mendeteksi kecurangan dan tindakan ilegal.

5. Kepatuhan pada kebijakan dan prosedur perdagangan.

Menelaah transaksi antara rekanan dagang untuk meyakinkan bahwa transaksi tersebut sesuai
dengan perjanjian, mengidentifikasi risiko dalam perjanjian.

6. Kepatuhan pada royalti hiburan.

Menilai apakah royalti yang dibayarkan kepada seniman, pengarang, dan lainnya sesuai dengan
perjanjian royalti.

7. Sertifikasi ISO 9000.

Membuat sertifikasi yang menyatakan bahwa perusahaan telah memenuhi standar


pengendalian mutu ISO 9000, yang membantu meyakinkan produk perusahaan bermutu tinggi.

8. Audit lingkungan.
Menilai apakah kebiakan dan praktik perusahaan memastikan bahwa perusahaan tersebut
memenuhi standar dan hukum lingkungan.

2.4.3 Jasa –jasa Non-assurance yang Diberikan Akuntan Publik

KAP melakukan berbagai jasa lain yang umumnya berada diluar lingkup jasa assurance. Tiga
contoh yang spesifik adalah:

1. Jasa akuntansi dan pembukuan

2. Jasa pajak

3. Jasa konsultasi manajemen

Sebagian besar ketiga jasa tersebut berada di luar lingkup jasa assurance, meskipun ada
beberapa area umum yang tumpang tindih antara jasa konsultasi dan assurance. Tujuan utama
jasa assurance adalah meningkatkan mutu informasi, sedangkan tujuan utama penugasan
konsultasi manajemen adalah memberikan rekomendasi kepada manajemen.

2.5 JENIS-JENIS AUDIT

Akuntansi publik melakukan tiga jenis utama aktivitas audit berikut, yaitu :

1. Audit Operasional

Audit operasional adalah pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metoda yang
diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Hasil
akhir dari suatu audit operasional biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki
operasi. Efisiensi dan efektivitas jauh lebih sulit dievaluasi secara objektif bila dibandingkan
dengan kesesuaian atau penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

Oleh karena banyaknya bidang yang efektivitas operasionalnya dapat dievaluasi, tidak mungkin
menggambarkan karakteristik pelaksanaan audit operasional yang tipikal. Penetapan kriteria
untuk mengevaluasi informasi dalam audit operasional bersifat sangat subjektif. Dalam
pengertian ini, audit operasional lebih menyerupai konsultasi manajemen.

2. Audit Ketaatan

Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit
telah mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang
lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, karena
manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap
prosedur dan peraturan yang digariskan.

3. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah
laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.
Laporan keuangan yang diperiksa biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus
kas. Dalam menentukan suatu laporan keuangan yang telah dinyatakan secara wajar sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum, auditor mengumpulkan bukti untuk
menetapkan apakah laporan keuangan into mengandung kesalahan yang vital atau salah saji
lainnya.

Asumsi yang mendasari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa laporan- laporan tersebut
akan digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai tujuan. Oleh karena itu akan lebih efisien
untuk menggunakan satu auditor untuk melakukan suatu audit dan menarik kesimpulan yang
bisa diandalkan oleh berbagai pihak (Jusup, 2000:15).

2.6 JENIS-JENIS AUDITOR


Dewasa ini ada beberapa jenis auditor yang berpraktik. Adapun jenis- jenis auditor,
yaitu :

1. Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan historis yng
dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan perusahan lain yang cukup besar,
dan banyak perusahaan serta organisasi nonkomersial yang lebih kecil. KAP sering kali disebut
auditor eksternal atau auditor independen untuk mebedakannya dengan auditor internal.
Jumlah akuntan public di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan
perkembangan perekonomian dan bisnis.

2. Auditor Internal Pemerintah

Auditor internal pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan
Negara pada instansi- instansi pemerintah. Auditor internal pemerintah bekerja untuk Badan
pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), guna melayani kebutuhan pemerintah.

3. Auditor Badan Pemeriksa Keuangan

Auditor Badan Pemerika Keuangan adalah auditor yang bekerja untuk BPK RI, badan yang
didirikan berdasarkan konstitusi Indonesia. Dipimpin oleh seorang kepala, BPK melapor dan
bertanggung jawab sepenuhnya kepada DPR. Peningkatan porsi upaya audit BPK dikerahkan
untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasional berbagai program pemerintah.

4. Auditor Pajak

Direktorat Jenderal Pajak bertanggung jawab untuk memberlakukan peraturan pajak. Salah
satu tanggung jawab Ditjen Pajak adalah mengaudit SPT wajib pajak untuk menentukan apakah
SPT itu sudah mematuhi peraturan pajak yang berlaku. Audit ini murni bersifat audit ketaatan.
Auditor yang melakukan pemeriksaan ini disebut auditor pajak. Seorang auditor yang terkibat di
dalam salah satu bidang ini harus memiliki pengetahuan tentang pajak dan keahlian audit yang
cukup luas untuk melakukan audit yang efektif.
5. Auditor Internal

Auditor Internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen, sama
seperti BPK mengaudit untuk DPR. Tanggung jawab auditor internal sangat beragam,
tergantung pada yang mempekerjakan mereka.

Untuk mempertahankan independensi dari fungsi- fungsi bisnis lainnya, kelompok audit
internal biasanya melapor langsung kepada direktur utama. Para pemakai luar entitas mungkin
tidak ingin mengandalkan informasi yng hanya diverifikasi oleh auditor internal karena adanya
independensi. Ketiadaan independensi ini merupakan perbedaan utama antara auditor internal
dan KAP.

2.7 AKUNTANSI PUBLIK BERSERTIFIKAT (CPA)

Apabila seseorang berencana menjadi akuntan publik (CPA), dia harus memahami
persyaratan-persyaratan yang dikeluarkan Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Menteri
Keuangan. Sejalan dengan PMK 17/2008 IAPI diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan
ujian CPA dan memberikan sertifikat CPA. Yang diselenggarakan pertama kali awal tahun 2009,
empat kali setahun. Sebelumnya, hak tersebut diberikan kepada IAI. Ujian CPA yang
diselenggarakan IAI terakhir kali pada Juli 2008.

Sebagian besar professional muda yang ingin menjadi CPA memulai karier mereka dengan
bekerja pada sebuah Kantor Akuntan Publik. Oleh karena itu, wajar saja apabila akuntan
menjadi CPA tetapi tidak berpraktik sebagai auditor independen.

Anda mungkin juga menyukai