Anda di halaman 1dari 10

AKUMULASI HARA MINERAL DALAM SEL TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
Dosen pengampu:
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.
Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.S.

oleh:
Kelas A
Kelompok 5

Fadillah Utami (1505063)


Jembar Galih Ramiati (1500255)
Naufal Ahmad Muzakki (1505601)
Nia Yuniarti (1500525)
Rianeu Ramadhanti (1500897)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul
Akumulasi Hara Mineral dalam Sel Tumbuhan
B. Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal : Rabu, 12 September 2018
Waktu : Pukul 07.00 – 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA A UPI
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan akumulasi hara mineral dalam sel tumbuhan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan ratio akumulasi akumulasi ion Cl‾ dalam sel dengan Cl‾
dalam air tempat Lemna sp hidup?
2. Faktor apa saja yang menghambat tanaman untuk memperoleh hara dari
lingkungannya?
D. Tujuan
Tujuan pada percobaan akumulasi hara mineral dalam sel tumbuhan adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan ratio akumulasi akumulasi ion Cl‾ dalam sel dengan Cl‾ dalam air
tempat Lemna sp hidup.
2. Mengetahui Faktor apa saja yang menghambat tanaman untuk memperoleh
hara dari air tempat Lemna sp hidup.
E. Landasan Teori
1. Unsur Hara dan Kandungan Zat Kimia
Hasil analisis secara kimia pada tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya
terdapat 40% macam unsur atau lebih. Para ahli fisiologi telah menemukan
sekitar 16 unsur dalam tanaman, misalnya karbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen dalam jumlah besar dan berkombinasi membentuk berbagai senyawa
menyusun dinding sel dan protoplasma. Begitu juga sulfur dan fosfor terdapat
dalam protoplasma sebagai penyusun protein atau sebagai senyawa penting
lainnya, misalnya C, H, O, N dalam konsentrasi tinggi (Dahlia, 2001).
Zat-zat mineral memegang peranan penting. Zat-zat tersebut ada yang
terdapat dalam jumlah kecil yaitu mikronutrien namun penting. Mineral
tersebut terdapat dalam bentuk garam logam atau dalam ikatan dengan senyawa
organik seperti fosfoprotein dan enzim yang mengandung logam. Unsur utama
atau makro meliputi: kalium, natrium, kalsium, magnesium, klor, belerang, dan
fosfor. Unsur runutan meliputi besi, tembaga, yod, kobalt, flour dan seng.
Kandungan tanaman atau jaringan tanaman baik secara kualitas maupun
kuantitas tergantung kondisi lingkungannya. Hasil penelitian tentang
kandungan zat anorganik sebagai penyusun tanaman misalnya untuk nutrisi dan
pengobatan, baik langsung atau tidak langsung, merupakan sumber mineral
yang dibutuhkan untuk hewan maupun manusia (Dahlia, 2001).
Nutrien esensial yang dibutuhkan oleh tanaman tingkat tinggi secara eklusif
inorganik, sebuah fitur pembeda organisme ini dari manusia, binatang, dan
banyak spesies mikroorganisme yang mana membutuhkan bahan makanan
organik untuk menghasilkan energi (Campbell et al., 2012).
2. Tumbuhan dan Air
Hubungan antara tumbuhan dan air, termasuk hidrasi sel tumbuhan dan
pengangkutan air di dalam tumbuhan. Air adalah konstituen yang paling
melimpah dari semua sel tumbuhan yang aktif secara fisiologis. Daun, misalnya
memiliki kandungan air yang sebagian besar berada dalam kisaran 55-85% dari
berat aslinya. Bagian tanaman lain rata-rata mengandung proporsi air yang
sama, bahkan pada jaringan yang tidak hidup seperti kayu memiliki kandungan
air sekitar 30-60%. Kandungan air terkecil dibagian tumbuhan hidup
kebanyakan terjadi pada struktur dorman, seperti biji dan spora yang matang
(Bernard, 2016).
3. Lemna (Common Duckweed)
Tanaman air mengapung ini terdiri dari tubuh yang menggabungkan fungsi
daun dan batang, memiliki Panjang sekitar 2-5 mm. Dapat mengapung di air
karena banyak gelembung udara kecil yang tertanam di dalam interiornya.
Selama musim panas, Common Duckweed sering membentuk koloni padat
tanaman dari tunas. Selama cuaca dingin musim gugur, tunas bertepi kecil yang
disebut ”turions” diproduksi yang tenggelam ke dasar air (Encyclopedia of Life,
2018).
Lemna pada umumnya ditemukan di agroekosistem sawah basah dari
beberapa negara Asia. Selama infestasi berat, seluruh area dapat ditutupi oleh
Lemna. Fenomena ini juga ditemukan di kolam kecil, genangan air, parit dan
danau tetapi banyak yang menyebutkan hal tersebut sebagai Alga bloom
(CABI,
2018).
4. Titrasi
Titrasi, proses analisis kimia dimana kuantitas beberapa konstituen sampel
ditentukan dengan menambahkan sampel yang diukur kuantitas yang diketahui
dari zat lain dengan konstituen yang akan bereaksi dalam proporsi yang pasti
dan diketahui. Proses ini biasanya dilakukan dengan secara bertahap
menambahkan larutan standar (yaitu larutan konsentrasi diketahui) dari reagen
titrasi atau titran dari biuret. Pada dasarnya tabung ukur berukuran panjang
dengan stopcock dan delivery tube di ujung bawahnya. Penambahan dihentikan
ketika titik ekuivalen tercapai (The Editors of Encyclopaedia Britannica, 2018)
F. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang Digunakan untuk Praktikum Akumulasi Hara Mineral dalam
Sel Tumbuhan
No. Nama Alat Jumlah
1 Lumpang dan alu 1 se
2 Labu Erlenmeyer 2 buah
3 Spatula 2 buah
4 Gelas ukur 1 buah
5 Beaker glass 1 buah
6 Pipet tetes 2 buah
7 Buret dan statif 1 se
8 Kertas label secukupnya
Tabel 2. Bahan yang Digunakan untuk Praktikum Akumulasi Hara Mineral dalam
Sel Tumbuhan
No. Nama Bahan Jumlah
1 Ekstrak tanaman air 1 ml
2 Aquades 96 ml
3 K3CrO4 2 ml
4 AgNO4 Secukupnya
5 Sampel air habitat tanman air 1 ml
G. Langkah Kerja

Diagram 1. Langkah Kerja Praktikum Akumulasi Hara Mineral dalam Sel


Tumbuhan
H. Hasil Pengamatan
1. Titrasi Volume Standar AgNO3
24, 6 + 26, 3 + 26
VAgNO3 (3x pengulangan) = 3

= 25,63 mL
2. Konsentrasi Normalitas Larutan AgNO3
VNaCl . NNaCl = VAgNO3 . NAgNO3
50 . 0,05 = 25,63 . NAgNO3
NAgNO3 = 0,039 N
Tabel 4. Pengamatan Akumulasi Hara Mineral Dalam Sel Tumbuhan Lemna sp.
Gambar
No Bahan Ket
Sebelum Titrasi Sesudah Titrasi

Setelah
dilakukan
1 Air Kolam titrasi terjadi
perubahan
warna
Gambar 1.1 Air kolam Gambar 1.2 Air kolam
sebelum tritasi sesudah tritasi
(Dok. Kelompok 5A, 2018 (Dok. Kelompok 5A, 2018)

Setelah
dilakukan
Ekstrak
2 titrasi terjadi
Daun
perubahan
warna
Gambar 2.1 Ekstrak daun Gambar 2.2 Ekstrak daun
sebelum tritasi sesudah tritasi
(Dok. Kelompok 5A, 2018) (Dok. Kelompok 5A, 2018)
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Ratio Akumulasi Ion Cl - Lemna sp.
No Sampel Volume AgNO3 (ml) Normalitas Sampel Ratio Akumulasi
V1.N1 = V2.N2
1 Air 0,8 50. N1 = 0,039x0,8 Cl ekstrak daun
N1 = 62,4x10-4 = Cl Air
62,4 x10−4
V1.N1 = V2.N2 = 14,04x10−3
2 Ekstrak daun 1,8 50. N1 = 0,039x1,8 = 2,25
N1 = 14,04x10-3

Tabel 6. Data Hasil Pengamatan Ratio Akumulasi Ion Cl - Kelas Biologi A 2015

Ekstrak Air (media)


Nama Sumber Vol Vol
Kel Normalitas Normalitas Ratio Keterangan
Tanaman air AgNO3 Cl - AgNO3 Cl-
(ml) (ml)
Ipomoe Terjadi
1
a
Air sawah 6,2 24,8x10-4
22,4x10 1,6 6,4x10
4x10
-4
3,875
Akumulasi
aquatic
Eichhornia Kolam Terjadi
2 5,6 -4 1 -4 5,6
crassipes bareti Akumulasi
Hydrill Kolam 17,6x10 3,6x10 Terjadi
3
a sp. botani
4,9 38,2x10-4 1 7,8x10-4 4,9
Akumulasi
Nymphaea Kolam Terjadi
4 4,4 18,4x10-4 0,9 3,6x10
-4 4,9
sp. pribadi Akumulasi
Curug Terjadi
5 Lemna sp.
sigay
1,8 14,04x10-3 0,8 62,4x10-4 2.25
Akumulasi
Eichhornia Kolam Terjadi
6 4,6 -4 0,9 -4 5,1
sp. pribadi Akumulasi
Ekstrak Air (media)
Nama Sumber Vol Vol
Kel Normalitas Normalitas Ratio Keterangan
Tanaman air AgNO3 Cl - AgNO3 Cl-
(ml) (ml)
Kolam
Nymphae Terjadi
7
a sp.
belakang 4,2 3,3x10-3 1,8 1,4x10-3 2,357
Akumulasi
gd. Isola
Kolam Terjadi
8 Pastia sp. 3,2 2,5x10-3 1,1 0,86x10-3 2,9
botani 8x10 7,2 x10 Akumulasi
Lemna Kolam di Terjadi
9
I. Pembahasan 2 -4 1,8 -4 1,11
perpusilla Rancaekek Akumulasi
Pada praktikum pertama ini tentang unsur hara, kelompok kami menggunakan
tumbuhan air yaitu Lemna sp. Tumbuhan air ini bersifat kosmopolitan atau bisa
tumbuh dimana saja di daerah tropis, terutama di perairan tergenang pada
ketinggian rendah atau sedang. Kandungan klorida pada Lemna sp dalam sel
atau jaringan tumbuhan maupun di dalam air ditetapkan dengan titrasi perak nitrat
(AgNO3). Perak nitrat tersebut bereaksi dengan kalium kromat pada saat titrasi
akan menyebabkan perubahan warna menjadi coklat kemerahan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan masing-masing
tumbuhan air dari setiap kelompok dalam mengakumulasikan ion Cl⁻ berbeda-

beda
biasanya tergantung dari lingkungan tempat asalnya. Seperti pada tumbuhan
yang
telah kelompok kami teliti yakni Lemna sp memiliki ratio 2,29, selain itu
Eichornia sp yang diteliti oleh kelompok 6 memiliki ratio memiliki ratio yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tumbuhan air yang lain yakni sebesar 5,1.
Hasil pengamatan di kelas, setiap species terjadi akumulasi hara yang berbeda-
beda. Dari data tersebut
di dalam sel lebih banyak mengandung ion Cl⁻ sehingga terjadi akumulasi ion
klorida dalam tumbuhan, sehingga ion Cl⁻ di dalam sel lebih banyak daripada di
air.
Hal ini dapat disebabkan oleh lingkungan atau tempat tumbuh yang berbeda dari
setiap tumbuhan air, kebutuhan masing-masing tanaman terhadap ion Cl⁻, organ

dan
usia tanamannya. Habitat berpengaruh pada akumulasi ion Cl- karena dari
masing-
masing habitat kandungan ion Cl⁻ nya berbeda pula, jika habitat mengandung ion
Cl⁻ tinggi maka akumulasi ion Cl⁻ pada tanaman yang hidup dihabitat tersebut
akan
tinggi. Adapun perbedaan pada organ berbeda pula baik itu pada organ akar,daun
maupun
kloroplasbatang. Ion Cl⁻ banyak
yang berperan terdapat
pada proses pada daun
fotosintesis, karena akumulasi
sehingga pada daun pada
mengandung
ion Cl⁻
pada organ daun ini tinggi. Ratio akumulasi ion Cl⁻ lebih besar terdapat di daerah
lingkungannya, yaitu dibandingkan dengan jaringan atau sel. Jadi akumulasi ion Cl⁻
di dalam organ lebih banyak dari tempat hidupnya.
J. Kesimpulan
1. dibandingkan
Akumulasi unsur hara Cl⁻
di air tempat terbanyak
hidupnya. terdapat
Akumulasi pada
unsur hara jaringan
Cl⁻ pada tumbuhan
jaringan
yang menghasilkan nilai tinggi mengindikasikan kadar hara di lingkungannya
juga tinggi, semakin banyak unsur hara di lingkungan, semakin banyak pula
unsur hara yang diakumulasi tumbuhan tersebut. Adanya akumulasi Cl⁻ pada
tumbuhan ini disebabkan Cl⁻ merupakan unsur hara mikro yang berfungsi
sebagai pertumbuhan akar dan terhambat jika tidak adanya kandungan Cl⁻ pada
tanaman.
2. Adapun faktor penghambat tanaman untuk memperoleh hara dari
lingkungannya disebabkan adanya pesaing, laju akar mengeksplorasi hara dari
lingkungannya serta interaksi faktor lingkungan dan faktor mikrobiologis.
DAFTAR PUSTAKA
Bernard S, Meyer. (2016). Plant-Water Relations. [Online]. Diakses dari:
https://www.accessscience.com/content/plant-water-relations/525300.
(15 September 2018).
CABI. (2018). Lemna perpusilla (duckweed). [Online]. Diakses dari:
https://www.cabi.org/isc/datasheet/30243. (15 September 2018).
Campbell et all. (2012). BIOLOGI (eight ed). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dahlia. (2001). Individual Textbook Fisiologi Tumbuhan. Univeristas Negeri Malang.
Encyclopedia of Life. (2018). Lemna minor Duckweed. [Online]. Diakses dari:
http://eol.org/pages/1142162/overview. (15 September 2018).
The Editors of Encyclopaedia Britannica. (2018). Titration Chemical Process.
[Online]. Diakses dari: https://www.britannica.com/science/titration. (15
Sepetember 2018).

Anda mungkin juga menyukai