Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN HIGHER ORDER THINKING

SKILLS (HOTS) PADA MATERI ZAT ADITIF

Tsaniya Rahma Saleha, Rini Muharini, Lukman Hadi


Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak
Email: tsaniyara19@gmail.com

Abstract
The aims of this research were to know how the feasibility and how teachers’s
response on the Higher Order Thinking Skills (HOTS) assessment instrument on the
aditif substance material. The form of this research was research and development
(R&D) with Borg and Gall developing model which had been simplified by
Puslitjaknov team into 5 main phases. HOTS assessment instrument being developed
consisted of HOTS grids sheets problem in the form of essay, and HOTS scoring
guidances (features) instrument. The validated HOTS assessment instrument was
tried out to the science teachers at SMPN 10 Pontianak, SMPN 12 Pontianak, and
SMPN 16 Pontianak.The result of feasibility of HOTS assessment instrument was
93.72 % which has high feasibility in the criterion so it was categorized very feasible
used in the teaching learning process. The result of the teachers’s response
questionnaring on the HOTS assessment instrument was 97.02 % which was very high
in the criterion so it showed that teachers’s response on the HOTS assessment
instrument was very good.

Keywords: Assessment Instrument, Higher Order Thinking Skills (HOTS), Aditif


Substance

PENDAHULUAN dalam menyelesaikan soal-soal yang bersifat


Indonesia merupakan salah satu negara kontekstual, menuntut penalaran, argumentasi
yang berpartisipasi dalam Programme for dan kreativitas dalam meyelesaikannya, dimana
International Students Assessment (PISA) dan soal-soal tersebut merupakan karakteristik dari
Trends in International Mathematics and soal-soal TIMSS dan PISA.
Science Study (TIMSS). Data TIMSS terbaru Rendahnya peringkat Indonesia baik pada
tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia TIMSS maupun pada PISA menunjukkan
berada pada urutan ke-44 dari 49 negara yang bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih
berpartisipasi dalam bidang matematika, dan tergolong rendah. Masih rendahnya kualitas
berada pada urutan ke-44 dari 47 negara yang pendidikan di Indonesia membuat pemerintah
berpartisipasi (TIMSS & PIRLS International terus melakukan pembaharuan dan inovasi
Study Center,2015). Sementara itu, data PISA dalam bidang pendidikan, salah satunya melalui
terbaru tahun 2015 menunjukkan bahwa kurikulum. Kurikulum yang berlaku dalam
Indonesia berada pada urutan ke-62 dari 70 sistem pendidikan saat ini adalah kurikulum
negara yang berpartisipasi untuk bidang sains 2013 atau biasa disingkat K-13. K-13 revisi
dan matematika (OECD, 2018). Fanani (2018) tahun 2017 mengharuskan munculnya empat
menyatakan bahwa rendahnya peringkat aspek dalam kegiatan pelaksanaan
Indonesia baik pada TIMSS maupun pada PISA pembelajaran, yaitu Penguatan Pendidikan
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya Karakter (PPK), literasi, 4C (Creative, Critical
karena peserta didik di Indonesia kurang terlatih thinking, Communicative, dan Collaborative),

1
dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS). peserta didik adalah materi yang bersifat
Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau kontekstual. Sani (2017) menyatakan bahwa
Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam sistem pembelajaran yang membuat peserta
kegiatan pelaksanaan pembelajaran dijelaskan didik belajar melalui upaya penyelesaian
dalam lampiran Permendikbud RI Nomor 22 masalah dunia nyata (kontekstual) secara
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan terstruktur untuk mengkontruksi pengetahuan
Dasar dan Menengah, Bab IV tentang peserta didik agar dapat membentuk
Pelaksanaan Pembelajaran bagian B kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher
(Pelaksanaan Pembelajaran), poin 2 (Kegiatan order thinking) dan dapat meningkatkan
inti) bagian b yang menyatakan bahwa ketermapilan pesserta didik dalam berpikir
“pengetahuan dimiliki melalui aktivitas kritis. Salah satu materi yang dapat dibuat soal
mengetahui, memahami, menerapkan, HOTS adalah materi zat aditif dari Kompetensi
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.” Dasar (KD) 3.6 yang mengharuskan peserta
Dari lampiran Permendikbud tersebut diketahui didik untuk dapat menjelaskan berbagai zat
bahwa proses pengetahuan dalam pelaksanaan aditif dalam makanan dan minuman, zat adiktif,
pembelajaran tidak hanya sampai pada serta dampaknya terhadap kesehatan. Materi zat
kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) aditif merupakan salah satu materi yang bersifat
saja tetapi harus sampai pada kemampuan kontekstual sehingga dapat dikaitkan secara
berpikir tingkat tinggi (HOTS), begitu pula langsung dengan kehidupan sehari-hari.
dengan penilaian hasil belajarnya. Oleh karena Pelaksanaan K-13 yang mengharuskan
itu, dalam penilaian hasil belajar guru adanya HOTS dalam kegiatan pelaksanaan
seharusnya memuat indikator berpikir tingkat pembelajaran maupun penilaian hasil belajar
tinggi yaitu menganalisis, mengevaluasi, tidak sejalan dengan kondisi yang ada di
ataupun mencipta dalam penyusunan soal. lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kemampuan berpikir tingkat tinggi guru-guru IPA SMPN 10 Pontianak, SMPN 12
(HOTS) dalam penilaian hasil belajar dapat Pontianak, dan SMPN 16 Pontianak diketahui
dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan bahwa guru-guru IPA tersebut belum pernah
penugasan sesuai dengan kompetensi yang menerapkan HOTS dalam kegiatan pelaksanaan
ingin dinilai. Untuk dapat mengukur pembelajaran. Penerapan HOTS di dalam
kemampuan berpikir tingkat tinggi diperlukan kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang
suatu instrumen penilaian. Kemendikbud sebenarnya dapat diimpelentasikan melalui
(2018) menyatakan bahwa soal-soal HOTS kegiatan penilaian hasil belajar, belum pernah
merupakan instrumen penilaian yang digunakan dilakukan oleh guru-guru IPA tersebut.
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat Instrumen penilaian yang digunakan untuk
tinggi. Soal HOTS sebagai instrumen penilaian mengukur aspek kognitif peserta didik lebih
menurut Kemendikbud (2018) memiliki banyak menggunakan soal-soal dengan tingkat
karakateristik: (1) dapat mengukur kemampuan kognitif mengingat (C1), memahami (C2), dan
berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan yang mengaplikasikan (C3). Soal dengan tingkat
menuntut seseorang untuk tidak hanya sekedar kognitif menganalisis (C4) diberikan hanya
mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan, pada materi fisika, sedangkan soal dengan
tetapi dapat menganalisis, mengevaluasi, dan tingkat kognitif mengevaluasi (C5) dan
mencipta; (2) berbasis permasalahan mencipta (C6) belum pernah diberikan. Pada
kontekstual; dan (3) tidak rutin atau tidak materi kimia sendiri, seperti materi zat aditif
digunakan berkali-kali pada peserta tes yang lebih banyak menggunakan soal dengan tingkat
sama. kognitif mengingat (C1) dan memahami (C2).
Pemilihan materi untuk mengukur Soal-soal yang dibuat oleh guru IPA
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik SMPN 10 Pontianak, SMPN 12 Pontianak, dan
melalui penilaian hasil belajar juga harus SMPN 16 Pontianak untuk materi zat aditif
dipertimbangkan. Materi yang cocok untuk khususnya belum sesuai dengan karakteristik

2
instrumen penilaian HOTS. Soal-soal tersebut pelaksanaan pembelajaran. Lebih lanjut Sofiyah
belum bisa digunakan untuk mengukur menyatakan bahwa untuk mencapai
kemampuan berpikir tingkat tinggi karena kemampuan berpikir tingkat tinggi, peserta
masih berupa soal-soal dengan level kognitif didik harus dibiasakan memecahkan
tingkat rendah, yaitu mengingat (C1), dan permasalahan yang membutuhkan pemikiran
memahami (C2). Selain itu, dari hasil untuk menganalisis, menilai, dan mencipta.
wawancara dengan guru-guru tersebut, Guru dapat melatihkan kemampuan berpikir
diketahui pula soal-soal tersebut belum memuat tingkat tinggi peserta didiknya melalui soal-soal
stimulus yang bersifat kontekstual selayaknya penilaian hasil belajar. Namun, kurangnya
soal HOTS. Soal yang diberikan langsung pemahaman guru terkait pembuatan instrumen
menjurus pada pertanyaan, dan tidak HOTS membuat guru belum pernah membuat
menstimulus peserta didik untuk berpikir soal-soal penilaian hasil belajar peserta didik
tingkat tinggi. Beberapa soal yang dibuat guru berbasis HOTS, khususnya untuk materi kimia
untuk suatu penilaian seperti tugas terkadang SMP seperti zat aditif. Oleh karena itu,
juga digunakan untuk penilaian lain seperti diperlukan suatu instrumen penilaian HOTS
ulangan harian. Hal tersebut menujukkan bahwa yang dapat membantu guru IPA SMP untuk
soal yang dibuat oleh guru tersebut masih melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi
bersifat rutin atau digunakan berkali-kali pada peserta didiknya, serta dapat dijadikan sebagai
peserta tes yang sama. pedoman dalam membuat soal HOTS sendiri.
Instrumen penilaian hasil belajar yang Berdasarkan permasalahan yang telah
dibuat oleh guru selain belum memenuhi dipaparkan di atas, maka penting untuk
kriteria instrumen penilaian HOTS, juga belum dilakukan pengembangan instrumen penilaian
memenuhi persyaratan instrumen penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada
yang baik. Instrumen penilaian yang baik materi zat aditf yang bertujuan untuk
adalah memenuhi syarat validitas. Menurut mengetahui tingkat kelayakan dan respon guru
Widarto (2014), instrumen penilaian hasil terhadap instrumen penilaian HOTS yang
belajar yang dibuat oleh guru harus memenuhi dikembangkan ini. Instrumen penilaian HOTS
persyaratan: (a) substansi, merepresentasikan ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-
kompetensi yang dinilai; (b) konstruksi, pihak yang membutuhkan, terutama guru untuk
memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
bentuk instrumen yang digunakan; dan (c) tinggi peserta didiknya. Selain itu instrumen
bahasa, menggunakan bahasa yang baik dan penilaian berupa soal HOTS ini diharapkan
benar serta komunikatif sesuai dengan taraf dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam
perkembangan peserta didik; serta (d) memiliki membuat soal HOTS pada materi lain.
bukti validitas empirik. Lebih lanjut, Widarto
menyatakan bahwa pembuatan instrumen METODE PENELITIAN
penilaian hasil belajar oleh guru selama ini Jenis penelitian ini adalah penelitian dan
dilakukan hanya berdasarkan pengalaman pengembangan (Research and Development).
empiris, dan tidak pernah memperhatikan Model pengembangan yang digunakan dalam
validitas instrumen. penelitian ini adalah model pengembangan
Kurangnya pemahaman guru terkait Borg dan Gall yang telah disederhanakan oleh
pembuatan instrumen HOTS ini akan tim Puslitjaknov (Pusat Penelitian Kebijakan
berdampak pada rendahnya kemampuan dan Inovasi) (2008) menjadi 5 tahapan utama,
berpikir tingkat tinggi peserta didik. Peserta yaitu (1) penelitian pendahuluan; (2)
didik tidak akan terbiasa atau bahkan tidak bisa pengembangan produk awal; (3) validasi ahli
berpikir tingkat tinggi jika tidak dilatih oleh dan revisi; (4) uji coba lapangan skala kecil dan
gurunya. Sofiyah (2015) menyatakan bahwa revisi produk; serta (5) uji coba lapangan skala
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik besar dan produk akhir.
tidak dapat diperoleh secara instan, tetapi harus Sumber data pada penelitian ini berupa
dilatihkan oleh guru dalam kegiatan person dan paper (Arikunto, 2014). Sumber

3
data berupa person dalam penelitian ini adalah ∑X = jumlah perolehan skor (skor total)
para ahli yang akan menilai kelayakan tiap pernyataan
instrumen penilaian HOTS materi zat aditif dan ∑ Xi = jumlah skor ideal (skor tertinggi)
guru IPA dari SMPN 10 Pontianak, SMPN 12 (Riduwan, 2008)
Pontianak, dan SMPN 16 Pontianak yang akan 3. Menghitung persentase rata-rata kelayakan
memberikan data berupa respon terhadap instrumen penilaian HOTS pada materi zat
instrumen penilaian HOTS materi zat aditif aditif secara keseluruhan dengan rumus:
yang dikembangkan. Sumber data berupa paper ∑𝑃
𝑉=
dalam penelitian ini adalah lembar penilaian 𝑛
Keterangan:
kelayakan isntrumen penilaian HOTS dari segi
V = persentase rata-rata kelayakan
materi, konstruksi, dan bahasa oleh para ahli,
∑ P = jumlah rata-rata persentase skor tiap
serta lembar angket repon guru IPA.
aspek
Penilaian kelayakan oleh para ahli
n = jumlah aspek yang dinilai
bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen
(Riduwan, 2008)
penilaian HOTS materi zat aditif yang
4. Menentukan kriteria kelayakan instrumen
dikembangkan layak digunakan atau tidak.
penilaian HOTS pada materi zat aditif
Masukan dari para ahli kemudian dijadikan
berdasarkan kriteria kelayakan oleh Akbar
sebagai acuan untuk merevisi instrumen
(2013), meliputi sangat layak, cukup layak,
penilaian HOTS materi zat aditif yang
kurang layak, dan tidak layak.
dikembangkan sehingga menjadi instrumen
penilaian HOTS yang layak digunakan. Uji coba produk bertujuan untuk melihat
Kelayakan instrumen penilaian HOTS ditinjau sejauh mana produk yang dikembangkan dapat
dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Teknik mencapai sasaran dan tujuan. Uji coba lapangan
pengumpulan data penilaian kelayakan skala kecil atau uji coba terbatas dilakukan
instrumen penilaian HOTS ini dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna
dengan memberikan lembar angket penilaian produk. Uji coba lapangan skala kecil dilakukan
kelayakan kepada validator. Penyusunan lembar terhadap 1 hingga 3 sekolah. Dalam penelitian
penilaian kelayakan materi didasarkan pada ini, uji coba lapangan skala kecil dilakukan
karakteristik asesmen pembelajaran menurut terhadap guru IPA SMPN 12 Pontianak. Hasil
Basuki dan Hariyanto (2015) dan karakteristik uji coba lapangan skala kecil kemudian
soal HOTS menurut Kemendikbud (2018) yang dianalisis dan dilakukan perbaikan terhadap
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. instrumen penilaian HOTS materi zat aditif
Penyusunan lembar penilaian kelayakan yang dikembangkan sesuai masukan-masukan
konstruksi soal didasarkan pada karakteristik yang diberikan guru melalui angket respon
asesmen pembelajaran menurut Basuki dan sebelum dilakukan uji coba lapangan skala
Hariyanto (2015) yang disesuaikan dengan besar.
kebutuhan penelitian. Penyusunan lembar Uji coba lapangan skala besar dilakukan
penilaian kelayakan bahasa didasarkan pada dengan mengimplementasikan produk kepada
standar kelayakan oleh Badan Standar Nasional sasaran penelitian sesungguhnya. Uji coba
Pendidikan (BSNP) yang disesuaikan dengan lapangan skala besar dilakukan terhadap 3
kebutuhan penelitian. hingga 5 sekolah. Uji coba lapangan skala besar
Data hasil angket penilaian kelayakan dalam penelitian ini dilakukan terhadap 3
instrumen penilaian HOTS dianalisis dengan sekolah yang diteliti, dengan
langkah-langkah sebagai berikut. mengimplementasikan instrumen penilaian
1. Menghitung skor total tiap-tiap pernyataan. HOTS materi zat aditif yang telah direvisi pada
2. Menghitung persentase perolehan skor total uji coba lapangan skala kecil kepada sasaran
tiap pernyataan dengan rumus: penelitian yang sesungguhnya, yaitu guru-guru
∑𝑋
𝑃 = ∑ × 100% IPA dari SMPN 10 Pontianak, SMPN 12
𝑋𝑖
Keterangan: Pontinak, dan SMPN 16 Pontianak. Komentar
P = persentase perolehan skor dan saran guru kemudian dijadikan sebagai

4
acuan untuk merevisi instrumen penilaian 5. Menentukan kriteria respon tiap pernyataan
HOTS menjadi produk akhir yang layak dengan kriteria interpretasi yang dijelaskan
digunakan dalam mengukur kemampuan oleh Riduwan (2008), meliputi sangat
berpikir tingkat tinggi peserta didik. tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.
Pengumpulan data pada uji coba lapangan
skala kecil dan besar dilakukan dengan HASIL PENELITIAN DAN
memberikan lembar angket respon kepada guru PEMBAHASAN
SMPN 10 Pontianak, SMPN 12 Pontinak, dan Hasil Penelitian
SMPN 16 Pontianak untuk mendapatkan data Penilaian Kelayakan
berupa respon guru terhadap instrumen Penilaian kelayakan instrumen penilaian
penilaian HOTS materi zat aditif yang Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada
dikembangkan. Indikator penilaian angket materi zat aditif ditinjau dari aspek materi,
respon penelitian ini meliputi: (a) kesesuaian konstruksi, dan bahasa. Hasil penilaian
instrumen penilaian HOTS dengan konsep kelayakan instrumen penilaian HOTS pada
materi, (b) keterpakaian instrumen penilaian aspek materi adalah sebesar 96,79% dengan
HOTS dalam proses penilaian, (c) penyajian kriteria sangat layak. Hasil penilaian kelayakan
soal dalam instrumen penilaian HOTS, dan (d) pada aspek konstruksi adalah sebesar 97,92%
bahasa dalam instrumen penilaian HOTS. dengan kriteria sangat layak. Hasil penilaian
Angket respon yang digunakan dalam kelayakan pada aspek bahasa adalah sebesar
penelitian ini berbentuk skala likert dengan 4 86,46% dengan kriteria sangat layak. Persentase
skala penilaian, yaitu SS (Sangat Setuju), S total instrumen penilaian HOTS dari
(Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak keseluruhan aspek adalah sebesar 93,72%
Setuju). Data yang diperoleh dari angket respon dengan kriteria sangat layak. Hasil penilaian
guru dianalisis dengan langkah-langkah sebagai kelayakan instrumen penilaian HOTS oleh para
berikut. ahli untuk masing-masing aspek ditampilkan
1. Menghitung frekuensi responden yang pada Gambar 1.
memilih Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju Uji Coba Lapngan
(STS) pada pernyataan positif dan Uji coba lapangan dilakukan terhadap guru
pernyataan negatif. IPA SMPN 10 Pontianak, SMPN 12 Pontianak,
2. Menghitung skor total tiap-tiap pernyataan dan SMPN 16 Pontianak. Hasil angket respon
sesuai dengan kriteria skala likert. guru terhadap instrumen penilaian HOTS
3. Menghitung persentase perolehan skor total materi zat aditif pada uji coba lapangan
tiap pernyataan dengan rumus: menunjukkan bahwa perolehan persentase rata-
∑𝑋 rata untuk indikator penilaian kesesuaian
𝑃=∑ × 100%
𝑋𝑖 instrumen penilaian HOTS dengan konsep
Keterangan: materi adalah sebesar 93,75%, indikator
P = persentase perolehan skor penilaian keterpakaian instrumen penilaian
∑X = jumlah perolehan skor (skor total) HOTS dalam proses penilaian sebesar 100%,
tiap pernyataan indikator penilaian penyajian soal dalam
∑ Xi = jumlah skor ideal (skor tertinggi) instrumen penilaian HOTS sebesar 94,45%, dan
(Riduwan, 2008) indikator penilaian bahasa dalam instrumen
4. Menghitung persentase total respon dengan penilaian HOTS sebesar 100%. Data hasil
rumus: angket respon guru terhadap instrumen
∑𝑃
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = penilaian HOTS pada masing-masing indikator
𝑛
Keterangan: ditampilkan pada Gambar 2. Persentase total
Ptotal = persentase total respon hasil angket respon guru pada uji coba lapangan
∑P = jumlah persentase perolehan skor adalah sebesar 97,02% dengan kriteria sangat
n = jumlah pernyataan tinggi.
(Riduwan, 2008)

5
Pembahasan Konstruksi instrumen penilaian HOTS materi
Penilaian Kelayakan zat aditif yang dikembangkan ini tidak
Hasil penilaian kelayakan oleh para ahli mengalami perbaikan oleh para ahli.
menunjukkan bahwa bahwa instrumen Penilaian kelayakan oleh ahli bahasa
penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS) menunjukkan bahwa bahasa dalam instrumen
pada materi zat aditif yang dikembangkan ini penilaian HOTS materi zat aditif termasuk
sudah sangat layak untuk digunakan dalam dalam kriteria sangat layak. Hasil penilaian
kegiatan pembelajaran dan diuji cobakan. kelayakan instrumen penilaian HOTS pada
Penilaian kelayakan oleh ahli materi aspek bahasa dapat dilihat pada gambar 1.
menunjukkan bahwa materi dalam instrumen Saran dari ahli bahasa untuk instrumen
penilaian HOTS materi zat aditif termasuk penilaian HOTS materi zat aditif adalah (1)
dalam kriteria sangat layak. Hasil penilaian menuliskan tanda titik di akhir kalimat; (2)
kelayakan instrumen penilaian HOTS pada menuliskan tanda koma sebelum kata hubung
aspek materi dapat dilihat pada gambar 1. Saran “dan”, “serta”, dan “seperti”; (3) memperbaiki
dari ahli materi untuk kisi-kisi pada instrumen penulisan kata yang tidak baku sesuai Kamus
penilaian HOTS materi zat aditif adalah (1) Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu
mengubah tingkat kognitif Indikator penulisan kata “mengkonsumsi” yang
Pencapaian Kompetensi (IPK) dan indikator seharusnya ditulis “mengonsumsi”, penulisan
soal HOTS sesuai soal HOTS yang telah dibuat; angka yang seharusnya ditulis dalam bentuk
(2) mengurutkan soal HOTS berdasarkan kata apabila tidak disertai satuan, dan penulisan
tingkat kognitif soal yang telah direvisi, yaitu kata sachet yang seharusnya ditulis saset; (4)
dari yang kecil (C4) ke yang besar (C5); (3) memperbaiki penggunaan huruf kapital pada
pada soal nomor 3 dicantumkan semua bahan singkatan satuan yang seharusnya tidak
selain kuning telur yang digunakan dalam menggunakan huruf kapital, seperti “mL” yang
membuat bolu dan diubah konteks seharusnya ditulis “ml” dan “Kg” yang
pertanyaannya menjadi “kenapa bolu buatan seharusnya ditulis “kg”; (5) memperhatikan
Nisa bisa terasa empuk, bertekstur halus, dan keefektifan kalimat pemerincian unsur-unsur
mengembang?”; (4) pada soal nomor 5 yang seharusnya dipisahkan oleh kata hubung
ditambahkan satu resep makanan dengan bahan di antara dua unsur pemerincian dan sebelum
yang berbeda dan diubah konteks unsur terakhir; (6) memperbaiki penulisan kata;
pertanyaannya menjadi “Resep manakah yang dan (7) memberikan nomor halaman pada
dapat membuat tahu buatan Paman memiliki instrumen penilaian HOTS.
tekstur yang bagus dan tahan lama?”; (5) pada Instrumen penilaian HOTS yang
soal nomor 6 dihapus gambar minuman saset dikembangkan ini sudah memenuhi kriteria
dan dikurangi jumlah minuman saset yang instrumen penilaian hasil belajar yang baik
diminum menjadi 3 saset; (6) diubah subjek karena sudah memenuhi syarat validitas materi,
dalam soal menjadi nama seseorang pada soal konstruksi, dan bahasa. Menurut Widarto
nomor 6 dan 7; dan (7) menyesuaikan jawaban (2014), instrumen penilaian hasil belajar harus
pedoman penskoran untuk soal-soal yang memenuhi persyaratan: (a) substansi,
direvisi. merepresentasikan kompetensi yang dinilai; (b)
Penilaian kelayakan konstruksi oleh ahli konstruksi, memenuhi persyaratan teknis sesuai
menunjukkan bahwa konstruksi instrumen dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan
penilaian HOTS materi zat aditif termasuk (c) bahasa, menggunakan bahasa yang baik dan
dalam kriteria sangat layak. Hasil penilaian benar serta komunikatif sesuai dengan taraf
kelayakan instrumen penilaian HOTS pada perkembangan peserta didik; serta (d) memiliki
aspek konstruksi dapat dilihat pada gambar 1. bukti validitas empirik.

6
100,0% 97,9%
98,0% 96,8%
Persentase Kelayakan
96,0%
94,0%
92,0%
90,0%
88,0% 86,5%
86,0%
84,0%
82,0%
80,0%
Materi Konstruksi Bahasa
Aspek Kelayakan

Gambar 1. Grafik Hasil Penilaian Kelayakan Instrumen Penilaian Higher Order Thinking
Skills (HOTS) pada Materi Zat Aditif

Uji Coba Lapangan mengimplementasikan HOTS dalam


Hasil angket respon guru menunjukkan pembelajaran IPA sesuai kurikulum 2013,
bahwa respon guru IPA SMPN 10 Pontianak, membantu guru dalam membuat soal HOTS,
SMPN 12 Pontianak, dan SMPN 16 Pontianak membantu meningkatkan pemahaman guru
terhadap instrumen penilaian Higher Order terkait pembuatan soal HOTS, dan
Thinking Skills (HOTS) materi zat aditif pada meningkatkan minat guru untuk membuat soal
uji coba lapangan ini sangat baik. Hasil angket HOTS pada materi lain. Respon guru terhadap
respon guru pada indikator kesesuaian indikator keterpakaian instrumen penilaian
instrumen penilaian HOTS dengan konsep HOTS dalam proses penilaian termasuk dalam
materi, keterpakaian instrumen penilaian HOTS kriteria sangat tinggi. Hal tersebut
dalam proses penilaian, penyajian soal dalam menunjukkan bahwa instrumen penilaian
instrumen penilaian HOTS, dan bahasa dalam HOTS yang dikembangkan ini sangat m
instrumen penilaian HOTS dapat dilihat pada embantu guru dalam mengimplementasikan
gambar 2. HOTS pada pembelajaran IPA sesuai
Kesesuaian instrumen penilaian HOTS kurikulum 2013, membuat soal HOTS,
dengan konsep materi yang dimaksud adalah meningkatkan pemahaman terkait pembuatan
kesesuaian Indikator Pencapaian Kompetensi soal HOTS, dan meningkatkan minat untuk
(IPK) yang dirumuskan dengan Kompetensi membuat soal HOTS pada materi lain.
Dasar (KD), kesesuaian indikator soal dengan Penyajian soal dalam instrumen penilaian
IPK, kesesuaian soal HOTS dengan KD dan HOTS yang dimaksud adalah soal yang
IPK, dan kesesuaian soal HOTS dengan konsep disajikan dalam instrumen penilaian HOTS
materi yang diajarkan guru. Respon guru sudah sesuai dengan tingkat pemahaman
terhadap indikator kesesuaian instrumen peserta didik, serta contoh dan ilustrasi yang
penilaian HOTS dengan konsep materi digunakan dalam soal HOTS mudah dipahami
termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Hal peserta didik. Respon guru terhadap indikator
tersebut menunjukkan bahwa soal HOTS yang penyajian soal dalam instrumen penilaian
dibuat dalam penelitian ini sudah sangat sesuai HOTS termasuk dalam kriteria sangat tinggi.
dengan indikator soal, IPK, KD, dan konsep Hal tersebut menunjukkan bahwa soal HOTS
materi yang diajarkan guru. yang disajikan, serta contoh dan ilustrasi yang
Keterpakaian instrumen penilaian HOTS digunakan sangat mudah dipahami dan sangat
dalam proses penilaian yang dimaksud adalah sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik.
instrumen penilaian HOTS membantu guru

7
Bahasa dalam instrumen penilaian HOTS menunjukkan bahwa kalimat, tata bahasa, dan
yang dimaksud adalah kalimat, tata bahasa, dan istilah yang digunakan dalam instrumen
istilah yang digunakan dalam instrumen penilaian HOTS sudah sangat jelas dan mudah
penilaian HOTS jelas dan mudah dipahami. dipahami.
Respon guru terhadap indikator bahasa dalam
instrumen penilaian HOTS termasuk dalam
kriteria sangat tinggi. Hal tersebut

101,0% 100,0% 100,0%


Persentase Respon Siswa

100,0%
99,0%
98,0%
97,0%
96,0%
95,0% 94,4%
93,7%
94,0%
93,0%
92,0%
91,0%
90,0%
Kesesuaian Keterpakaian Penyajian soal Bahasa dalam
instrumen penilaian instrumen penilaian dalam instrumen instrumen penilaian
HOTS dengan HOTS dalam penilaian HOTS HOTS
konsep materi proses penilaian
Aspek Uji Respon Guru

Gambar 2. Grafik Hasil Respon Guru terhadap Instrumen Penilaian Higher Order Thinking
Skills (HOTS) pada Materi Zat Aditif

SIMPULAN DAN SARAN Saran


Simpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian dan pengembangan ini, maka
pengembangan instrumen penilaian Higher disarankan kepada peneliti selanjutnya yang
Order Thinking Skills (HOTS) materi zat aditif akan membuat instrumen penilaian Higher
yang telah dilakukan ini, maka dapat Order Thingking Skills (HOTS) agar dapat
disimpulkan bahwa tingkat kelayakan instrumen membuat instrumen penilaian HOTS hingga
penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS) tingkat kognitif C6 (mencipta) karena peneliti
materi zat aditif dari keseluruhan aspek, yaitu aspek hanya mampu membuat soal HOTS dengan
materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa adalah tingkat kognitif C5 (mengevaluasi) akibat
sebesar 93,72% dengan kriteria sangat layak untuk terbatasnya waktu dalam penelitian ini. Selain
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hasil itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya agar
angket respon guru terhadap instrumen penilaian dapat menjadikan instrumen penilaian Higher
Higher Order Thinking Skills (HOTS) materi zat Order Thinking Skills (HOTS) pada materi zat
aditif pada uji coba lapangan memperoleh aditif ini sebagai bahan penelitian lanjutan untuk
persentase total sebesar 97,02% dengan kriteria mengetahui efektifitas penggunaan instrumen
sangat tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa penilaian Higher Order Thingking Skills
respon guru terhadap instrumen penilaian (HOTS) dalam meningkatkan kemampuan
Higher Order Thinking Skills (HOTS) materi zat berpikir tingkat tinggi peserta didik.
aditif sangat baik.

8
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Berpikir Tingkat Tinggi Matematika
Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu pada Siswa Kelas V SD. Artikel Ilmiah
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Mahasiswa, 1(1): 1-7.
Cipta. Tim Puslitjaknov. (2008). Metode Penelitian
Basuki, I. & Hariyanto. (2015). Asesmen Pengembangan. Diunduh pada tanggal 30
Pembelajaran. Bandung: PT. Pemaja Agustus 2019 dari
Rosdakarya. https://docplayer.info/30661672-Metode-
Fanani, M.Z. (2018). Strategi Pengembangan penelitian-pengembangan-oleh-tim-
Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) puslitjaknov.html.
dalam Kurikulum 2013. Journal of TIMSS & PIRLS International Study Center.
Islamic Religious Education, 2(1): 57-76. (2015). TIMSS 2015 International Result
Kemendikbud. (2016). Kamus Besar Bahasa in Mathematics. Diunduh pada tanggal 18
Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan Juli 2019 dari
dan Pembinaan Bahasa. http://timssandpirls.bc.edu/timss2015/inte
Kemendikbud. (2016). Lampiran Permendikbud rnational-results/wp-
RI Nomor 22 Tahun 2016 Tentang content/uploads/filebase/mathematics/1.-
Standar Proses Pendidikan Dasar dan student-achievement/1_0_4_math-
Menengah. Jakarta: Kemendikbud. student-achievement-infographic-grade-
Kemendikbud. (2018). Buku Penilaian 4.pdf.
Berorientasi Higher Order Thinking TIMSS & PIRLS International Study Center.
Skills. Diunduh pada tanggal 20 Juli 2019 (2015). TIMSS 2015 International Result
dari in Science. Diunduh pada tanggal 18 Juli
https://goeroendeso.files.wordpress.com/2 2019 dari
018/11/buku_pegangan_penilaian_hots.p http://timssandpirls.bc.edu/timss2015/inte
df. rnational-results/wp-
OECD. (2018). PISA 2015 Result in Focus. content/uploads/filebase/science/1.-
Diunduh pada tanggal 21 Februari student-achievement/1_0_4_science-
2019 dari https://www.oecd.org/pisa/pisa- student-achievement-infographic-grade-
2015-results-in-focus.pdf. 4.pdf.
Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel- Widarto. (2014). Menyusun Instrumen Penilaian
variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hasil Belajar merupakan Kompetensi
Sani, R. A. (2017). Pembelajaran Saintifik Penting bagi Guru Profesional. Makalah
untuk Implementasi Kurikulum 2013. Seminar Nasional. Yogyakarta: Lembaga
Jakarta: Bumi Aksara. Penelitian dan Pengabdian kepada
Sofiyah, S., Susanto, & Setiawani, S. (2015). Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri
Pengembangan Paket Tes Kemampuan Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai